BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk, kemajemukan ini ditandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri sehingga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia dan berada di bawah naungan sistem nasional dengan kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Suparlan, 1989:4). Didalam suatu negara sering kali terdapat berbagai suku bangsa atau kelompok etnis yang berbeda. Di Indonesia misalnya, kita mengenal ada etnis Jawa, Ambon, Madura, Cina, Minang, Batak, dan lain sebagainya. Keberadaan kelompok etnis tersebut tidak selamanya permanen dan bahkan seringkali hilang karena adanya akulturasi. Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya membutuhkan manusia lain di sekelilingnya. Atau dengan kata lain bahwa dalam hidupnya manusia tidak terlepas hubungannya dengan manusia lainnya, sehingga hubungan antar manusia tersebut merupakan kebutuhan objektif. Hubungan suku yang baik didalamnya terjalin interaksi suku yang baik pula. Untuk mengetahui hubungan suku yang terjadi, harus melihat interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Dalam berinteraksi manusia akan membentuk kelompok. Kelompokkelompok yang terbentuk di dalam masyarakat adalah merupakan bentuk kehidupan yang nyata, individu dapat menghabiskan waktunya dengan berkegiatan, berinteraksi dan melakukan berbagai hal dengan menjadi bagian dalam kelompok. Dengan banyaknya sejumlah kelompok yang terbentuk di masyarakat, maka sangat besar kemungkinan untuk terjadinya interaksi antarkelompok satu dengan yang lainnya. Banyak hal yang dapat terjadi pada interaksi antarkelompok tersebut, dapat berupa interaksi yang positif ataupun negatif. Demikian halnya dengan kehidupan sosial masyarakat Desa Bangun membentuk sebuah kelompok, terjadi pengelompokan diantara dua suku yang mendiami daerah tersebut. Misalnya : lapo tuak 1 tempat antar suku berbeda, suku Batak Pakpak berkumpul di lapo tuak A dan suku Batak Toba di lapo tuak B. Begitu juga dengan air pancur 2 dimana masyarakat mengambil air, mandi dan mencuci. Suku Batak Pakpak memiliki hak sendiri atas air pancur. Sedangkan suku Batak Toba menggunakan fasilitas air gunung yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini tidak terjadi karena adanya perjanjian dua suku. Tetapi kehidupan sosial yang secara tidak diatur. Penulis melihat hubungan kelompok yang terjadi antara suku Batak Toba dan Batak Pakpak yang mengalami pengelompokan. Masing-masing suku berinteraksi dengan suku masing-masing. Hal yang menjadi pusat perhatian penulis yaitu terjadinya pengaruh kebudayaan suku Batak Toba terhadap kebudayaan suku Batak Pakpak. Suku Batak Pakpak sebagai suku asli desa 1 Lapo tuak adalah warung tuak. Tempat dijualnya minuman berkadar alkohol. Air pancur adalah kamar mandi umum untuk mayarakat. 2 Universitas Sumatera Utara Bangun telah kehilangan kepercayaan diri untuk menunjukkan identitas budaya asli mereka. Sehingga suku Batak Pakpak menggunakan kebudayaan suku Batak Toba yang telah mendominasi di desa Bangun. Suku Batak Toba sebagai suku pendatang membawa budaya sendiri dan menjalankan budayanya di daerah yang bukan daerah dimana suku Batak Toba berasal. Kebudayaan yang dibawa suku Batak Toba akan dipraktekkan ataupun dilaksanakan di daerah migrasinya. Kuatnya suku Batak Toba dalam mempertahankan kebudayaannya berpengaruh terhadap kebudayaan suku Batak Pakpak di desa Bangun. Hal ini dapat dilihat dari sistem bahasa yang digunakan suku Batak Toba dan Batak Pakpak adalah bahasa Batak Toba. Selain itu di acara pesta, suku Batak Toba tidak lagi menggunakan pakaian adat atau acara adat suku Batak Pakpak tetapi sudah menggunakan acara adat dan pakaian adat Batak Toba. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan suku Batak Toba dan Batak Pakpak di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Desa Bangun merupakan daerah tanah kekuasaan suku Batak Pakpak yang sering disebut dengan tanah Pakpak. Tingginya mobilitas dan perpindahan penduduk menyebabkan suku Batak Toba menjadi suku mayoritas di desa ini. Suku Batak Toba dan Batak Pakpak cenderung memilih hidup berkelompok. Hal itu tentu mempengaruhi hubungan yang terjadi diantara suku tersebut. 1.2 Tinjauan Pustaka Menurut Spradley dan McCurdy (dalam Astuti, 2012) hubungan antara sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Relasi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) Universitas Sumatera Utara yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik karena terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama. Relasi sosial atau hubungan sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga disebut sebagai pola relasi sosial. Relasi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antara yang satu dengan yang lain yang saling mempengaruhi (dalam Astuti,2012). Relasi sosial dalam masyarakat juga terdiri dari berbagai macam bentuk yaitu sebagai berikut : 1. Relasi atau hubungan sosial asosiatif adalah proses berbentuk kerjasama, akomodasi (pemulihan hubungan baik), asimilasi (kerjasama), dan akulturasi. 2. Relasi atau hubungan sosial disosiatif adalah proses yang berbentuk oposisi yaitu persaingan (kompetisi), pertentangan, dan kontraversi. Jika kita umpamakan dua orang. A dan B, kita bisa melihat dua sisi atau corak dari hubungan mereka. Pertama-tama, ada cara-cara mereka berinteraksi, hal-hal yang mereka katakan dan lakukan dalam hubungan mereka satu sama lain. Universitas Sumatera Utara Tetapi terdapat juga gagasan mereka tentang hubungan mereka, konsepsi masingmasing tentang pihak yang lain. Pemahaman dan strategi serta pengharapan yang menuntun perilaku mereka. Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari proses sosial. Di mana proses tersebut merupakan kunci dari kehidupan manusia, yang didalamnya terdapat komunikasi antar manusia. Hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-orang-perorang dengan kelompok manusia inilah yang disebut interaksi sosial (Soekanto, 2006:55). Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama (Soekanto, 1990:67), karena interaksi sosial merupakan suatu kebutuhan tanpa berinteraksi manusia tidak akan dapat hidup terutama dalam masyarakat. Dalam hal ini interaksi yang terjadi adalah interaksi antar kelompok satu dengan kelompok lainnya, yaitu suku Batak Toba dan suku Batak Pakpak dalam kegiatan sehari-hari yang terjadi di desa Bangun kecamatan Parbuluan kabupaten Dairi. Manusia dengan berbagai cara selalu mengadakan hubungan antara satu dengan yang lain, secara mendasar fenomena ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia itu cenderung selalu berkelompok. Setiap kali seseorang mengadakan hubungan dengan orang lain, pada hakekatnya setiap kali itu pula ia telah membentuk dan memasuki kelompok. Demikianlah kehidupan manusia adalah kehidupan kelompok. Kelompok sosial adalah suatu himpunan manusia yang berinteraksi secara berulang-ulang dalam perangkat identitas sosial yang saling berkaitan. Jadi kelompok yang dibedakan dari bentuk himpunan yang bersifat sementara dan Universitas Sumatera Utara terbatas. Para anggota suatu kelompok sosial tidak harus semuanya berinteraksi secara tatap muka, walaupun kelompok primer seperti itu umum dijumpai dalam masyarakat berskala kecil, yang biasa dikaji oleh para antropolog. Yang mendefinisikan suatu kelompok adalah organisasi internalnya, hubungan para anggotanya dalam perangkat peranan yang saling berkaitan. Jadi para pemegang saham General Metors merupakan kelompok sekunder. Walaupun kebanyakan dari para anggotanya tidak saling berinteraksi, mereka diikat menjadi satu kelompok melalui hubungan mereka dengan manajemen perusahaan ( Roger M keesing, 1992). Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku. Kelompok sosial merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan. Kelompok sosial terbentuk karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama, namun dalam perkembangan selanjutnya manusia mempunyai kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas maka diperlukan kerja sama dan berpikir bersama untuk mencapai tujuan itu ( Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, 2009). Dalam masyarakat yang manapun, kelompok-kelompok yang lebih kecil terdapat di dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan individu-individu dapat menjadi anggota berbagai kelompok sekaligus. Dengan demikian masyarakat itu dapat dianalisa sehubungan dengan kelompok-kelompok yang membentuknya dan hubungan-hubungannya antara satu sama lain. Oleh karena itu Universitas Sumatera Utara memahami suatu kelompok adalah suatu hal yang penting. Semua penggolongan kelompok itu didasarkan pada sudut pandang tertentu yang seolah-olah membaginya menurut ciri-ciri yang ditimbulkan dalam setiap kelompok. Seorang ahli Sosiologi Indonesia, JBAF Mayor Polak (1966) mengatakan bahwa sikap terhadap “out group” biasanya selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipasti. Perasaan “in group” dan “out group” atau perasaan dalam dan perasaan luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang disebut “etnosentrisme”. Sikap “etnosentris ini” merupakan kecenderungan bahwa anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik, apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok yang lainnya. Atau dalam pengertian lain diartikan sebagai suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaannya sendiri. Sikap “etnosentris” ini sering disamakan dengan sikap mempercayai sesuatu, sehingga kadang-kadang sukar sekali bagi yang bersangkutan untuk merubahnya walaupun dia menyadari bahwa sikapnya itu salah. Sikap “etnosentris” disosialisasikan atau diajarkan kepada anggota kelompok sosial secara sadar maupun tidak sadar, serentak dengan nilai-nilai kebudayaan yang lain. Didalam proses tersebut sering kali digunakan “stereotip” (stereotype) yaitu gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek kebudayaan tertentu. Keadaan ini seringkali dijumpai dalam sikap suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lainnya. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini, hubungan kelompok yang dimaksud adalah hubungan timbal balik antar kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain dan saling mempengaruhi. Bagaimana konsepsi masing-masing tentang pihak yang lain. Pemahaman dan strategi yang menuntun perilaku mereka. Sehingga muncul penilaian dan pencitraan antar suku pada masing-masing suku tersebut. Kelompok sosial yang dimaksud yaitu suku Batak Toba dan suku Pakpak yang menetap di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi yang mempunyai kehendak dan kepentingan yang sama maka diperlukan kerja sama dan berpikir bersama untuk mencapai tujuan itu. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencukupi semua kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu behubungan atau berhubungan dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka menjalani kehidupannya selalu melakukan hubungan yang melibatkan dua orang atau lebihdengan tujuan tertentu. Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yangdinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, ataupunantara individu dengan kelompok.Hubungan sosial atau hubungan sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Konsep-konsep yang ada dalam kebudayaan mengenai suku bangsanya dan mengenai suku-suku bangsa lainnya yang hidup bersama dalam sebuah masyarakat adalah pengetahuan yang penuh dengan keyakinan mengenai Universitas Sumatera Utara kebenaran yang subjektif. Kebenaran subjektif mengenai ciri-ciri suku bangsanya dan suku-suku bangsa lain yang ada dalam kebudayaan suku bangsa tertentu adalah konsep-konsep yang seringkali juga digunakan sebagai acuan bertindak dalam menghadapi suku bangsa lain tersebut, walaupun tidak selalu demikian adanya dalam perwujudan tindakan-tindakan dari para pelakunya. Konsep-konsep yang subjektif mengenai suku bangsa lain yang ada dalam kebudayaan tersebut dinamakan stereotip, dan dapat berkembang menjadi prasangka (Tasrifin Tahara,2014). Dalam pengelompokan kelompok dipengaruhi oleh jumlah anggota, sehingga muncul kelompok mayoritas dan minoritas. Masyarakat multikultural yang terdapat di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok yakni: kelompok mayoritas dan kelompok minoritas (Suparlan, 2005). Untuk kelompok mayoritas itu sendiri biasanya adalah kelompok-kelompok masyarakat yang memang berasal dari Indonesia atau warga asli yang memang sudah secara turun-temurun tinggal di Indonesia dan untuk kelompok minoritas adalah kelompok-kelompok pendatang yang tujuan awalnya hanyalah berdagang, akan tetapi lama-kelamaan mereka tinggal dan menetap di Negara Indonesia, seperti suku Batak Toba dan Batak Pakpak dan masih banyak yang lainnya. Meskipun demikian antara kelompok masyarakat mayoritas dan minoritas ini hidup secara damai dalam kehidupan keseharian mereka akan tetapi dalam kegiatan keseharian mereka ini memang terdapat pengelompokan seperti yang terjadi di desa Bangun. Konsep mayoritas disini didasarkan pada dominasi jumlah anggota yang meluas menjadi dominasi kekuasaan. Kelompok yang jumlahnya lebih banyak biasanya cenderung merasa dirinya sebagai penguasa. Menurut Suparlan (dalam Universitas Sumatera Utara Budiman, 2009) kelompok mayoritas adalah merupakan orang-orang yang menikmati status sosial tinggi dan sejumlah keistimewaan yang banyak dalam suatu wilayah. Konsep mayoritas disini didasarkan oleh dominasi jumlah anggota. Dimana adanya kesempatan besar kelompok mayoritas pada bidang ekonomi, politik, dan kesempatan lainnya. Dilihat dari segi jumlah, masyarakat suku Batak Papak merupakan kelompok yang minoritas. Menurut Suparlan (dalam Budiman, 2009) yaitu orangorang yang karena ciri-ciri fisik tubuh asal-usul keturunannya atau kebudayaannya dipisahkan dari orang-orang lainnya dan diperlukan secara tidak sederajat atau tidak adil dalam masyarakat dimana mereka hidup. Kelompok suku Batak Pakpak mengalami diskriminasi karena tidak memiliki kebudayaan yang dominan dibandingkan suku Batak Toba. 1.3 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah penelitian penulis adalah : 1. Bagaimana hubungan antara suku Batak Toba dan suku Batak Pakpak di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi ? 1.4 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan antara suku Batak Toba dan suku Batak Pakpak di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi bagi masyarakat dikalangan akademis, mahasiswa, dan lain sebagainya, khususnya Universitas Sumatera Utara bagi mereka yang berlatarbelakang disiplin Ilmu Antropologi yang ingin mengkaji tentang hubungan kelompok suku Batak Toba dan Batak Pakpak. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja yang ingin mengkaji lebih dalam mengenai hubungan antara suku Batak Toba dan suku Batak Pakpak di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara-cara dan prosedur yang dilakukan untuk mengumpulkan data secara bertanggungjawab sesuai dengan masalah yang diteliti dan disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan, sehingga dalam ilmu Antropologi penelitian ini akan diarahkan menjadi penelitian kualitatif bersikap deskriptif, yaitu data akan menjelaskan atau menggambarkan makna serta prosesproses suatu fenomena atau gejala sosial suatu masyarakat yang diteliti (Koentjaraningrat,1981:30). Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa pengumpulan data primer yaitu observasi, wawancara dan pengembangan rapport terhadap informan. Namun disamping itu juga sebelum melakukan penelitian dilapangan, peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yakni pengumpulan data dari beberapa buku, jurnal dan majalah. Maka dengan demikian, penelitian melakukan 2 teknik pengumpulan data, primer dan sekunder. Adapun data primer yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: 1. Observasi Pengamatan atau observasi adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala tindakan ataupun peristiwa dengan cara mengamatinya. Teknik observasi Universitas Sumatera Utara ini dilakukan untuk melihat dan mendengar gambaran tentang segala tindakan, percakapan, tingkah laku dan semua hal yang ditangkap oleh panca indera terhadap apa saja yang dilakukan masyarakat yang diteliti dilapangan. 2. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil menatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2007:107). Dalam penelitian wawancara yang dipilih adalah wawancara mendalam (dept interview). Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan kelompok yang terjadi antar suku Batak Toba dan Batak Pakpak. Pedoman wawancara disusun oleh peneliti sebelum melakukan wawancara terhadap informan. Selain menggunakan pedoman wawancara, peneliti juga menggunakan alat record untuk mencegah kelupaan akan informasi yang telah diperoleh, dan penggunaan kamera sebagai penguat data dari hasil penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan berasal dari masyarakat suku Batak Toba dan Batak Pakpak. Dalam proses wawancara, maka rapport merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hal ini mengurangi kecurigaan informan terhadap peneliti, sehingga dengan keterbukaan tersebut diharapkan informan dapat memberikan informasi berupa data terkait dengan masalah penelitian. 1.6 Studi Kepustakaan Studi kepustakaan sangat dibutuhkan oleh penulis. Jenis-jenis kepustakaan yang penulis gunakan yaitu berupa buku, jurnal, artikel, dan skripsi yang bersumber dari media cetak dan elektronik yang sesuai dengan permasalahan Universitas Sumatera Utara penelitian. Sumber-sumber data yang mendukung skripsi ini selanjutnya dipahami penulis dan diresume kembali oleh penulis yang mana yang perlu dicantumkan oleh penulis. Hal tersebut membantu penulis untuk mengetahui bagaimana hubungan suku yang terjadi di berbagai daerah yang lain. 1.7 Pengalaman Penelitian Penelitian ini saya lakukan bersama adik perempuan saya yang bernama Tionom Sihombing. Ia adalah seorang siswa SMA N 1 Sidikalang yang duduk dikelas 3. Penelitian ini kami mulai lakukan sejak tanggal 20 Mei 2016. Saya adalah salah satu masyarakat desa Bangun dan keluarga saya memiliki kedai kopi. Jadi saya tidak terlalu sulit untuk melakukan penelitian. Karena saya sudah terbiasa dengan lingkungan sekitar dan masyarakatnya. Hal yang cukup menyenangkan bagi saya pada saat saya meminta ijin kepada kepala desa Bangun untuk melakukan penelitian. Respon positif yang beliau berikan kepada saya untuk membantu saya mendapatkan data. Beliau juga merasa bertugas untuk memberikan data-data yang perlu untuk penyelesaian skripsi saya. Beliau langsung menyuruh sekretaris desa untuk memberikan data statistik desa. Dan beliau menyarankan untuk data-data yang kurang lengkap agar menghubungi beliau. Layaknya kedai kopi adalah tempat berkumpulnya bapak-bapak. Setiap hari saya bertemu dan hidup bersama informan dan keadaan lingkungan desa Bangun. Berwawancara di kedai kopi adalah hal yang tidak asing bagi saya karena sebagian masyarakat desa Bangun yang tidak bekerja, biasanya menghabiskan waktu dengan bermain kartu dan minum kopi di kedai. Universitas Sumatera Utara Setelah bangun pagi, biasanya bapak-bapak pergi ke kedai kopi. Minum secangkir teh manis dan mie gomak. Saya juga ikut bergabung dengan mereka. Disamping menjaga warung bersama orang tua saya, saya juga duduk disebelah orang tua saya mendengarkan percakapan mereka. Banyak hal yang bisa diketahui dari percakapan mereka. Selain mendengar saya juga banyak bertanya kepada mereka. Di siang hari setelah makan siang, mereka juga datang ke kedai biasanya minum kopi dan duduk-duduk. Disaat istirahat seperti inilah saya sering bertanya kepada informan saya. Karena pada saat siang hari seperti ini banyak waktu kosong masyarakat. apalagi bagi mereka yang tidak pergi ke ladang. Dari siang sampai sore hari mereka bisa mengabiskan waktu duduk di kedai. Pengalaman saya dalam mencari data tidak mengalami kesulitan karena saya dengan para informan saling mengenal. Sebagian informan adalah temanteman terdekat saya yang dianggap lebih mengerti tentang skripsi saya. Biasanya saya hanya sedikit bertanya karena dari pertanyaan yang saya akan banyak muncul informasi-informasi yang terus mengalir berdasarkan argumentasi mereka. Walaupun demikian proses wawancara saya sering tidak berjalan dengan kondusif, karena proses wawancara diwarnai dengan canda tawa antar mereka. Pertanyaan saya juga kadang dianggap lelucon oleh teman-teman saya. Tak jarang juga saya bertanya kepada teman orang tua saya ketika datang berkunjung ke rumah. Ketika saya meminta mau wawancara untuk penyelesaian skripsi saya. Mereka dengan senang hati membantu. Kadang saya sendiri yang kehabisan pertanyaan. Semuanya informan saya terkesan ramah dan baik. Universitas Sumatera Utara Hal yang membuat saya sedikit kecewa adalah ketika handphone saya rusak diakhir hari penelitian saya. Sebelumnya saya sudah memiliki foto-foto lapangan. Tetapi karena keusilan saya dalam mempergunakan handphone saya dengan mendownload aplikasi yang banyak sehingga handphone saya rusak. Semua foto-foto yang berhubungan dengan penelitian saya hilang dan terhapus. 1.8 Analisis Data Penelitian ini di analisis secara kualitatif. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Setelah data tersebut dibaca dan dipelajari, maka langkah berikutnya adalah membuat abstraksi data. Membuat rangkuman yang inti dan proses serta pernyataa-pernyataan perlu dijaga sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian. Selanjutnya adalah menyusun data dalam satuan-satuan yang dikategorisasikan. Berbagai kategori dilihat kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya dan diintrepretasikan secara kualitatif. Universitas Sumatera Utara