SCREENING IN THE DETECTION OF DISEASE AND MAINTENANCE OF HEALTH Prof. Dr. A. Arsunan Arsin DIBAWAKAN PADA PELATIHAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I MAKASSAR TGL 10 – 12 DESEMBER 2012 OUTLINE Latar Belakang Definisi Screening Kriteria Evaluasi Tes Skrining Prinsip Yang Mendasari Program Skrining Status Skrining Saat Ini Untuk Penyakit Tertentu Kesimpulan Latar Belakang Ada dua kemungkinan besar diagnosis awal. 1. Bergantung pada perhatian cepat terhadap gejala awal penyakit, dan 2. Berusaha untuk mendeteksi penyakit pada individu asimptomatik Studi tentang urutan kejadian dalam diagnosis kanker telah berulang kali menunjukkan bahwa, pada sebagian besar pasien, terdapat penundaan sebelum tindakan yang tepat diambil setelah pasien menyadari masalahnya Latar Belakang Kebanyakan penundaan ini diakibatkan oleh pasien, khususnya yang berada pada kelas sosial rendah. (Hackeet et al,1973), tapi dokter juga berkontribusi terhadap penundaan ini Perawatan penyakit kronik Diagnosis Penyembuhan Surveilans Rujukan Diri Sendiri Perawatan penyakit kronik Diagnosis Surveilans Penyembuhan Proyeksi Masa Depan Rujukan Diri Sendiri Kondisi Sekarag Skema berkaitan jalan deteksi untuk hasil. (Berdasarkan presentasi oleh M.Henderson) Three stage, five levels Susceptbility Primary Prevention Level 1 Level 2 PreSymptomstic Secondary Prevention - Clinical Stage Disablility Stage Death Stago Tertiary Prevention Level 1 Level 2 Health Promotion Spesific Protection Early Detection and Promt Treatment Limitation of Disability Rehabilitation Nutrition, Smoking, Drinking, Sport Vaccination Protective Equipment Screening Chronic Disease Surveillance and Management Pysical Therapy Occupational Therapy Palliative rieve Counseling Prevention of Disease Healthy Preclinical Phase Clinical Phase Death/ Disability Primary Prevention Secondary Prevention Tertiary Prevention Ex. Health Promotion, Vaccination Ex. Screening Ex. Treatment DEFINISI SKRINING Definisi Skreening • Presumptive identification of an unrecognized disease or vdefect by the application of test, examinations, or other procedures. Classifies asymptomatic people as likely or unlikely to have a disease or defe.ct. Usually not diagnostic Identifikasi Nilai Normal Konsep ”normal” spesifikasi memisahkan ” positif” dari ”negatif” sehingga layak untuk didiskusikan ”normal” pada nilai biasa, khas dari suatu karakteristik kelompok populasi (seperti tinggi atau berat rata-rata) Dapat digunakan untuk menggambarkan status statistik, sekarang atau akan datang Karena tujuan skrining ialah untuk mengidentifikasi orang yang memiliki penyakit atau pada risiko yang meningkat di masa depan, skrining pada akhirnya terkait dengan definisi fungsional normalitas Identifikasi Nilai Normal Kriteria Evaluasi Tes Skrining Kriteria Evaluasi Tes Skrining Komponen Validitas Validitas ukuran sensitivitas dan specifisitas Sensitivitas kemampuan untuk mengidentifikasi dengan benar siapa yang memiliki penyakit Reliabilitas jumlah penyakit yang dideteksi pada suatu populasi Specifisitas kemampuan untuk mengidentifikasi dengan benar siapa yang tidak memiliki penyakit Penentuan Sensitivitas dan Spesifisitas • Contoh : hasil skrining yang dilakukan untuk menentukan kejadian glaukoma karena terjadinya tekanan intraokular. Penentuan Sensitivitas dan Spesifisitas Result of Screening Test Disease State Symptom Asymptom Positive True Positive TP False Positive FP Negative False Negative FN True Negative TN Sensitivity = Specificity = Results of sreening test illustrating sensitivity and specificity Penentuan Sensitivitas dan Spesifisitas Contoh perhitungan ukuran validitas: Hasil tes skrining pada 990 orang Keadaan penyakit Ada gejala Tanpa gejala Positif 75 50 Negatif 15 850 Jumlah 90 900 Hasil tes Penentuan Sensitivitas dan Spesifisitas • Sensitivitas • Negatif semu • Spesifisitas • Positif semu • Kombinasi Tes Dua atau lebih tes dapat dikombinasikan untuk meningkatkan sensitivitas atau kekhususan proses skrining Tes seri : disebut positif jika tesnya positif untuk semua seri tes dan sebaliknya, digunakan dan berfungsi untuk meningkatkan kekhususan. Contohnya : Tes slide VDRL dalam skrining rutin untuk sipilis Tes paralel : disebut positif jika tesnya positif terhadap beberapa tes, berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas. Contoh tes ini dapat ditemukan dalam skrining kanker payudara. • Reliable (Ketepatan) Suatu tes dikatakan reliable bila memberikan hasil yang konsisten ketika tes dilakukan lebih dari sekali pada individu dan kondisi yang sama Ada 2 faktor yang mempengaruhi konsistensi hasil, yaitu variasi metode dan variasi pengamat (kesalahan pengamat) • Hasil Skrining • Perluasan Skrining Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Skrining 1. Prevalensi penyakit tak dikenal. Semakin tinggi prevalensi penyakit tak dikenal pada suatu populasi semakin tinggi pula hasil dari skrining 2. Sensitivitas tes. Tes skrining harus mendeteksi bagian kasus yang cukup agar dapat berguna. Jika tes memiliki sensitivitas rendah dan hanya mengidentifikasi fraksi individual yang berpenyakit, hasilnya mungkin buruk dengan mengabaikan faktor lain 3. Hasil dari skrining akan bervariasi tergantung pada skrining awal yang telah dilakukan Skrining awal mendeteksi kasus yang mungkin berkembang di mana skrining awal mencerminkan prevalensi penyakit, kemudian skrining ulang menggambarkan nilai kejadian Hasil yang diperoleh dari skrining awal mungkin lebih tinggi dibanding yang diperoleh dengan skrining ulang Perilaku Kesehatan Faktor psikologi dan sosial mempengaruhi tingkat partisipasi dalam pelayanan preventif, yang biasanya disebut dengan ”Perilaku Kesehatan” Ancaman suatu penyakit harus dapat diketahui oleh Individu Relevan dengan pasien Sehingga pasien harus merasa mudah terkena penyakit Hochbaum (1958), empat faktor yang menentukan tingkat partisipasi dalam skrining Tindakan akan menghasilkan konsekuensi yang berarti Perasaan mudah terkena penyakit yang kemudain akan menghasilkan tindakan Nilai Prediktif Masalah yang biasanya terdapat dalam hasil skrining adalah mengenai bagaimana hubungan antara sensitivitas, spesifitas dan prevelensi penyakit Skrining umumnya diarahkan langsung pada kelompok dengan prevalensi tinggi. Sebagai contoh, program skrining diabetes sering dibatasi pada kelompok prevalensi tinggi seperti orang yang menderita diabetes atau pada orang dengan riwayat keluarga diabetes Konsep nilai prediktif dapat dijalankan pada hasil tes postif atau negatif, nilai prediktif tes positif didefinisikan sebagai kemungkinan seorang individu dengan hasil tes positif memiliki penyakit, Nilai prediktif tes negatif menyatakan kemungkinan seseorang dengan hasil tes negatif tidak memiliki penyakit Nilai Prediksi pada Tes Positif Contoh Perhitungan Nilai Prediksi Nilai Prediksi pada Tes Positif Tes Positif & Tes Negatif PRINSIP YANG MENDASARI PROGRAM SKRINING Tujuan screening dapat dijalankan sebagai bagian survei epidemiologi untuk menentukan frekuensi atau riwayat alami suatu kondisi untuk pencegahan penyakit menular dan perlindungan kesehatan masyarakat Pada poin ini menitikberatkan pada skrining preskriptif (menentukan) sebagai panduan perawatan medis individu Prinsip Screening Populasi (Wilson dan Jungner, 1968) Harus terdapat pengobatan yang diterima oleh pasien dengan penyakit yang dikenali fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan harus tersedia Harus ada tahap simptomatik awal atau laten yang dikenali Harus ada tes atau pengujian yang sesuai Tes itu harus dapat diterima oleh populasi Riwayat alami suatu kondisi, (termasuk perkembangan penyakit penyakit dari masa laten sampai menampakkan gejala) harus cukup dipahami Harus ada kebijakan persetujuan terhadap siapa yang akan diobati sebagai pasien Biaya penemuan kasus (termasuk diagnosis dan penanganan pasien yang) harus seimbang secara ekonomi dalam hubungannya dengan kemungkinan pengeluaran pada perawatan medis secara keseluruhan Penemuan kasus seharusnya merupakan proses berkelanjutan dan bukan proyek ”satu kali untuk semua” Kondisi yang terlihat haruslah merupakan masalah kesehatan yang penting Kelemahan Prinsip Skrining Wilson dan Jungner Program skrining yang memiliki efek yang kecil Masih ada ketidakpuasan Kebanyakan Banyak program penyakit yang terhadap kebijakan skrining tidak masih belum dapat diterima diketahui untuk oleh riwayat meminta persetujuan masyarakat kejadiannya pasien Lanjutan,,, Salah satu organisasi perawatan medis yang layak untuk skrining dengan skala besar adalah organisasi pemeliharaan kesehatan (HMO) yang baru-baru ini diperkenalkan oleh pemerintah federal Pada tipe pengaturan skrining dan pengujian berkala ini dapat disatukan ke dalam program perawatan kesehatan komprehensif untuk kelompok orang yang pasti Konsep skrining telah dijalankan pada anak – anak sama halnya dengan orang dewasa yakni program Pendampingan Medis yang ditawarkan dan dikenal dengan Diagnosis dan Pengobatan Awal dan Berkala (EPSDT) Tujuannya yaitu untuk meminta negara bagian mengambil langkah agresif dalam skrining, diagnosis dan pengobatan anak dengan masalah kesehatan Penyakit harus ada di populasi yang akan diskrining Penyakit yang merupakan masalah : Morbiditas dan/atau mortalitasnya tinggi di masyarakat Deteksi dini dan intervensi harus dapat memperbaiki outcome Kriteria untuk Skrining Status Skrining Saat Ini Untuk Penyakit Tertentu Kanker Servix Papanicolau (1943) pengujian sel exfoliat 1950 Efek dari pengujian sel exfoliat mulai terlihat (Mortalitas menurun) Tetapi menurut Breslow dan Hocstim (1964) pemanfaatan metode skrining relatif rendah Kanker Payudara 80% bertahan hidup selama 5 thn dan berkurang menjadi 50% ketika nodus limfa diserang. Studi HIP menyatakan bahwa deteksi awal dapat mengetahui perjalanan penyakit lebih awal. Hipertensi Penelitian Veteran Administration Cooperative Study Group Hipertensi penyakit jantung & stroke Mengobati Hipertensi Mortalitas Mordibitas Identifikasi dr 50% hipertensi ¼ dari identifikasi terapi Penyakit Sel Sabit Bentuk Hb tidak normal Orang kulit putih (10%) Mengatasi hal ini UU Kontrol Anemia Sel Sabit Nasional (1960) dan thn 1971 program skrining Dampak Negatif : a. Larangan berpartisipasi dlm bdg Atletik b. Ditolak bekerja c. Tingginya pembayaran asuransi 30 KESIMPULAN • Skrining pencegahan sekunder • Karakteristik Skrining Validitas dan reliabilitas yang tinggi, biaya murah • Masalah skrining Biaya, kurangnya minat masyarakat, tindak lanjut positif yg tidak memadai Terima Kasih