BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Setiap perusahaan tentunya menjalankan usaha untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat terlihat dari laporan keuangan perusahaan. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:68) bahwa : “Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/ aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data/ aktivitas tersebut.” Sedangkan menurut Lasmanah dan Suskim (2003:28) bahwa: “Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan keuangan, yang merupakan pencerminan dari prestasi manajemen perusahaan pada suatu periode tertentu.” Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan yang menerangkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu atau pada suatu periode tertentu. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Belkaoui yang diterjemahkan oleh Marwata dkk (2001:126127) bahwa tujuan laporan keuangan dapat dibagi menjadi: 1. Tujuan khusus Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan 6 2. Tujuan umum Tujuan umum laporan keuangan adalah: a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis. b. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit. c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi earning potensial perusahaan. 3. Tujuan kualitatif Tujuan kualitatif pelaporan keuangan perusahaan adalah: a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi. b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilih juga harus dapat dipahami pemakai. c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran yang sama d. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. e. Tepat waktu, berati mengkomunikasikan informasi seawal mungkin untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi. f. Dapat diperbandingkan, perbedaaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan akuntansi yang berbeda. g. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuantujuan kualitatif lain harus dilaporkan. 2.1.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu hasil dari pencatatan transaksi- transaksi yang terjadi selama periode akuntansi berlangsung. Laporan keuangan 7 disusun dengan maksud untuk memberikan laporan mengenai perkembangan suatu perusahaan secara periode yang dilakuakan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Berdasarkan uraian Belkaoui (2000:133) yang diterjemahkan oleh Marwata,dkk. dapat diketahui tujuh karakteristik atau sifat dari laporan keuangan, yaitu: 1. Relevansi dan materialitas 2. Bentuk dan substansi 3. Reliabilitas 4. Bebas dari bias 5. Dapat dibandingkan 6. Konsistensi, dan 7. Dapat dipahami Menurut Belkoui (2000:133) yang diterjemahkan oleh Marwata, dkk. menyatakan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan seharusnya didasarkan pada sebagian besar kebutuhan pemakai laporan keuangan. Informasi seharusnya sebebas mungkin dari bias orang yang membuat. Dalam pembuatan keputusan, pemakai seharusnya tidak hanya memahami informasi yang disajikan tetapi juga seharusnya dapat menilai reabilitasnya dan membandingkan dengan informasi lain tentang kesempatan alternatif dan pengalaman sebelumnya. Dalam semua kasus, informasi akan lebih berguna jika dapat menonjolkan substansi ekonominya daripada bentuk tekniknya. Berdasarkan sifat-sifat laporan keuangan tersebut di atas yang didasari oleh pernyataan Belkaoui (2000:133) maka dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan memiliki beberapa kekurangan, antara lain: 1. Terkadang karakteristik kualitatif laporan keuangan tidak didasarkan kepada sebagian besar kebutuhan pemakai laporan. 2. Karakteristik pelaporan keuangan masih banyak dipengaruhi oleh bias orang yang membuat. 3. Dalam pembuatan keputusan, pemakai jarang menilai reliabilitas laporan keuangan. 8 4. Pembuatan laporan keuangan biasanya kurang dapat menonjolkan substansi ekonominya daripada bentuk tekniknya. 2.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari pencatatan-pencatatan kejadian pada masa yang telah lampau, yang merupakan suatu kesatuan dan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dalam P.S.A.K tahun 2002 dinyatakan bahwa laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi laporan arus kas, laporan perubahaan modal dan catatan laporan keuangan. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis laporan keuangan: 1. Neraca (Balance sheet) Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, dan modal. dari suatu perusahaan pada suatu saat. Tujuan dari neraca yaitu untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat, biasanya pada tanggal tutup buku. Dengan dipahaminya posisi keuangan perusahaan maka akan memberikan informasi yang bermanfaat bagi mereka yang berkepentingan. Menurut Al. Haryono Jusup (2001:21)bahwa : “Neraca adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu” Menurut Gibson (2001:599) bahwa: “Financial statement wich show the financial position of an accounting entity as of a spesific date” Yang dapat diartikan sebagai laporan yang menunjukan posisi keuangan sebagai kesatuan akuntansi pada saat tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa neraca adalah suatu laporan yang menggambarkan keadaan aktiva dan pasiva perusahaan pada suatu waktu tertentu. 9 Dalam penggunaannya neraca memiliki beberapa bentuk yang lazim digunakan. Bentuk-bentuk penyajian neraca yang paling sering atau yang paling umum dipakai yaitu: 1. Bentuk scontro (accounting form) Dalam bentuk ini aktiva disusun disebelah kiri (debet), sedangkan kewajiban atau hutang dan modal dicantumkan disebelah kanan (kredit). 2. Bentuk vertikal (report form) Dalam bentuk ini semua aktiva disajikan pada bagian atas yang selanjutnya diikuti oleh hutang dan modal. 2. Laporan laba rugi (income statement) Kegiatan usaha perusahaan tentunya akan memberikan hasil bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari usaha ini dapat berupa keuntungan apabila perusahaan berhasil dalam menjalankan usahanya, dan dapat berupa kerugian apabila perusahaan gagal dalam menjalankan usahanya. Hasil keuntungan atau kerugian ini dapat dilihat pada laporan laba rugi. Menurut Libby,dkk. (2004:10) bahwa: “The income statement (statement of income, statement of earnings, statement of operation) reports the revenue less the expenses of account period” Yang dapat diartikan secara bebas dengan arti laporan laba rugi adalah laporan yang menggambarkan hasil dari penerimaan dikurangi oleh pengeluaran selama periode akuntansi tertentu. Sedangkan menurut Al. Haryono Jusup (2001:23-24) bahwa: “Laporan laba rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil opersi perusahaan dalam suatu periode tertentu.”(2001:23-24) Berdasarkan dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi merupakan suatu gambaran tentang hasil dari usaha dimana pendapatan dikurangi oleh pengeluaran. 10 Terdapat dua macam bentuk penyajian laporan laba rugi yang biasa digunakan, yaitu: 1. Laporan laba rugi satu tahap (single step), yaitu menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dengan biaya. Sehingga untuk menghitung laba atau rugi bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangi total biaya terhadap total penghasilan 2. Laporan perhitungan laba rugi bertahap (multiple step), dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan-penglompokan dan mempertemukan tiap-tiap jenis pendapatan dengan biaya yang bersangkutan, diharapkan laporan perhitungan laba rugi akan lebih informatif dan memberikan manfaat kepada para pembacanya. 3. Laporan laba yang ditahan (retained earnings statement) Salah satu laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan adalah laporan laba yang ditahan atau statement of retained earnings. Menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2002:73) bahwa: “Laporan laba ditahan (statement of retained earning) merupakan laporan laba yang berasal dari tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai deviden” Sedangkan menurut Libby,dkk (2003:13) bahwa: “Reports the way that net income and the distribution of devidends affected the financial position of the company during the accounting period” Yang dapat diterjemahkan secara bebas dengan artian laporan laba yang ditahan adalah laporan yang menggambarkan pendapatan neto dan pembagian deviden yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan selama periode akuntansi tertentu Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan laba yang ditahan adalah laporan yang menggambarkan saldo laba yang ditahan pada suatu periode akuntansi tertentu. 11 4. Laporan arus kas (cash flow statement) Laporan lain yang biasanya dibuat sebagai laporan keuangan adalah laporan arus kas atau cash flow statement. Ridwan S Sendjaja dan Inge Barlian (2002:74) menyatakan bahwa: “Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan aliran operasi perusahaan, investasi, dan aliran kas pendanaan serta menunjukan perubahan kas dan surat-surat berharga selama periode tersebut.” Menurut Keown,dkk yang dialihbahasakan oleh Chaerul D Djakman (2001:85) bahwa: “Laporan arus kas menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk jangka waktu tertentu (biasanya setahun)” Sedangkan Libby,dkk (2003:14) menyebutkan bahwa: “Reports inflows and outflows of cash during the accounting period in the catagories of operating, investing, and financing.” Yang terjemahan bebasnya memiliki arti bahwa laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan aliran kas masuk dan kas keluar selama periode akuntansi tertentu yang berasal dari kegiatan operasional, investasi, dan keuangan Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan aliran kas baik kas masuk ataupun kas keluar yang disebabkan oleh kegiatan perusahaan. 2.2 Analisis Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Analisis Laporan keuangan Laporan keuangan menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, utang, dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan hasilhasil yang dicapai selama periode tertentu. Laporan keuangan tentunya dapat memberikan informasi-informasi mengenai keadaan keuangan. 12 perusahaan, terutama mengenai Agar laporan keuangan dapat memberi informasi dengan lebih jelas, maka dilakukanlah suatu analisa terhadap laporan keuangan, yang disebut analisa laporan keuangan. Menurut Brigham & Ehrhardt (2002:75) bahwa: “From an investor’s standpoint, predicting the future is what financial statement analysis is all about, while from management’s stand point, financial statement analysis is useful both to help anticipate future conditionc and more important, as starting point for planning actions that will improve the firm’s future performance” Yang dapat diterjemahkan secara bebas dengan arti bahwa dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan memprediksikan keadaan di masa yang akan datang, sedangkan dari sudut pandang manajemen perusahaan, analisis laporan keuangan berguna dalam mengantisipasi keadaan pada masa yang akan datang dan yang lebih penting adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakantindakan yang akan meningkatkan keadaan perusahaan pada masa yang akan datang. Sedangkan menurut Gibson (2001:606) bahwa: “Financial statement analysis is the procces of reviewing, analyzing, and interpreting the basic financial reports” Yang terjemahan bebasnya memiliki arti bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses dari peninjauan, penganalisisan, dan penterjemahan dari laporan keuangan dasar. Dari dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu metode yang dapat mengartikan laporan keuangan sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai keadaan keuangan perusahaan. 2.2.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Untuk dapat menganalisa laporan keuangan diperlukan cara-cara atau metode-metode dalam menganalisisnya. Menurut Gibson (2001:601) terdapat dua bentuk analisis yang biasa digunakan dalam menganalisis laporan keuangan, yaitu: 13 1. Analisis horizontal (common-size analysis horizontal), yang mengindikasikan perubahan kinerja keuangan yang proposional diantara periode akuntansi saat tertentu dengan kinerja keuangan periode akuntansi sebelumnya. 2. Analisis vertikal (common-size analysis vertical), yang mengindikasikan perbandingan proporsi setiap elemen laporan keuangan pada satu periode akuntansi tertentu dengan suatu dasar atau acuan tertentu pada periode yang sama. Hasil dari analisis laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan yang bersifat relatif karena didasarkan pada pengetahuan dan menggunakan rasio atau nilai relatif. Menurut Lasmanah dan Suskim (2003:30) Terdapat dua perbandingan rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, yaitu: 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio pada waktu-waktu yang lalu (histories ratios) dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan rasio-rasio kelompok perusahaan yang sejenis (rasio industri) Ditinjau dari jenis analisis laporan keuangan, maka analisis laporan keuangan dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu : 1. Analisis interen Analisis interen adalah analisis yang dilakukan oleh penganalisis yang ada dalam perusahaan. Bagi penganalisis interen tersedia bahan-bahan analisis yang lebih lengkap, sehingga analisis akan lebih sempurna, lebih terperinci, dan dapat dilakukan secara berkala selama satu tahun. 2. Analisis eksteren Analisis ekstern adalah analisis yang dilakukan oleh penganalisis yang ada di luar perusahaan. Bagi pengalalisis eksteren, analisisnya terbatas hanya berdasarkan laporan keuangan tahunan yang diterima dari perusahaan yang bersangkutan, Oleh karena itu analisisnya tidak terperinci dan hanya dapat dilakukan setahun sekali. 14 Adapun teknik analisis keuangan yang biasa digunakan menurut Sutrisno (2000:215-285) adalah : 1. Analisis Break Even Point, yaitu analisis terhadap hubungan antara unsurunsur yang membentuk laba. Sedangkan break even point sendiri adalah keadaan dimana perusahaan tidak mendapat untung dan tidak menderita kerugian. Dapat dikatakan bahwa break even point adalah ketika pendapatan hasil usaha sama dengan biaya operasi perusahaan. 2. Analisis Leverage, yaitu analisis terhadap penggunaan aktiva atau sumber dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Analisis leverage dibagi menjadi dua, yaitu: a. Leverage operasi, adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan. b. Leverage financial, yaitu analisis terhadap penggunaan dana yang menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga. 3. Analisis Rasio Keuangan, adalah analisis terhadap rasio yang menghubunghubungkan elemen yang ada di laporan keuangan. 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana, adalah analisis yang membandingkan laporan keuangan dari dua tahun yang berurutan sehingga dapat diketahui aliran dana perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dana tersebut dibelanjakan. 2.2.3 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Pada dasarnya analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat diambil tindakan untuk menghadapi situasi yang akan datang. Menurut White, dkk (2003:111) bahwa: Four broad ratio categories measure the different aspects of risk and return relationship: 15 1. Activity analysis, evaluate revenue and output generated by the firm’s assets 2. Liquidity analysis, measures the adequacy of a firm’s cash resources to meet its near term cash obligations 3. Long term debt and solvency analysis, examing the firm’s capital structure, including the mix of its financing sources and the ability of the firm to satisfy its longer term debt and investment obligations. 4. Profitability analysis, measures the income of the firm relative to its revenue and invested capital. Pernyataan tersebut di atas dapat diartikan bahwa analisis laporan keuangan memiliki empat kelompok kategori rasio yang bertujuan untuk mengetahui: 1. Analisis aktivitas, bertujuan untuk mengevaluasi total pendapatan dan total pengeluaran yang dihasilkan oleh asset perusahaan. 2. Analisis likuiditas, yang bertujuan untuk mengukur keseimbangan keuangan perusahaan dengan kewajiban jangka pendeknya. 3. Analisis terhadap kewajiban jangka panjang dan solvabilitas perusahaan, bertujuan untuk menguji struktur modal perusahaan, termasuk sumbersumber keuangannya dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka panjang dan obligasinya. 4. Analisis profitabilitas, bertujuan untuk mengukur pendapatan dari perusahaan dihubungkan dengan total pendapatan dan modal yang diinvestasikan. 2.3 Analisis Rasio Keuangan 2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pihak- pihak yang berkepentingan. Agar informasi yang diperoleh dapat lebih memiliki makna maka dibutuhkan suatu analisis rasio yang dapat menilai kinerja keuangan perusahaan tersebut. Analisis rasio keuangan menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:104) adalah : “Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan” 16 Sedangkan pengertian rasio keuangan menurut Lasmanah dan Suskim (2003:28) menyebutkan bahwa: “Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis di bidang manajemen keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu maupun hasilhasil usaha perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi.” Menurut Keown,dkk yang diterjemahkan oleh Chaerul D Djakman (2001:91) bahwa: “Rasio keuangan membantu kita mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan” Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu teknik untuk menganalisis laporan keuangan sehingga diketahui apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Teknik ini membandingkan laporan keuangan perusahaan dari dua periode atau lebih. 2.3.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan yang dilakukan oleh perusahaan tentunya memiliki manfaat bagi manajemen perusahaan. Tetapi pada dasarnya analisis rasio keuangan tidak hanya bermanfaat bagi manajemen perusahaan saja tetapi bermanfaat pula bagi pihak luar manajemen. Menurut Lasmanah dan Suskim (2003:29) menyebutkan bahwa manfaat rasio keuangan dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu: 1. Pihak Intern (Manajemen Perusahaan) Analisis laporan keuangan bagi manajemen perusahaan dapat berguna untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang. 2. Pihak ekstern (Investor) 17 Para investor memanfaatkan hasil dari analisis rasio keuangan untuk meramalkan masa depan perusahaan. Karena prediksi mengenai keadaan masa depan perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor. 2.3.3 Penggolongan Analisis Rasio Keuangan Pada dasarnya analisis rasio keuangan dapat dibagi kedalam dua penggolongan. Menurut Lasmanah dan Suskim (2003:29-30) bahwa: 1. Ditinjau dari sumber data, analisis rasio keuangan dapat dibagi menjadi: a. Financial analysis ratio (balance sheet ratios), merupakan rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. b. Operating analysis ratio (income statement ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi c. Operating financial analysis ratio (Inter- statement ratios), yaitu rasio –rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. 2. Ditinjau dari tujuan atau informasi kondisi keuangan, analisis rasio keuangan dibagi menjadi: a. Rasio likuiditas (liquidity ratio), adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pad saat jatuh tempo b. Rasio leverege (leverege ratio), adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang c. Rasio aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dana. d. Rasio profitabilitas (profitability ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan 18 e. Rasio penilaian (Valuation ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya. 2.3.4 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Setiap hal tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan analisis rasio laporan keuangan. Siapa pun yang bekerja dangan rasio ini pasti akan menyadari keterbatasan dalam penggunaannya. Menurut Keown,dkk yang diterjemahkan oleh Chaerul Djakman (2001:105-107) menyebutkan kelemahan analisis rasio keuangan, yaitu: 1. Kadang sulit untuk mengidentifikasikan kategori industri dimana perusahaan berada, jika perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha. 2. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3. Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang diinginkan. 4. Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya. 2.4 Analisis Rasio Likuiditas 2.4.1 Pengertian Likuiditas Seperti yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa kekuatan dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid, sebaliknya perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut illikuid. Perusahaan-perusahaan yang tidak mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya secara terus menerus akan sangat merusak citra perusahaan tersebut, hingga pada akhirnya perusahaan tersebut dapat dibekukan usahanya atau dilikuidasi. Agar hal tersebut tidak terjadi maka sebaiknya perusahaan mengetahui tingkat likuiditasnya. Menurut Lasmanah dan Suskim (2003:30) bahwa: 19 “Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo.” Sedangkan menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2002:108) bahwa: “Analisa likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo” Kemudian menurut Keown,dkk yang diterjemahkan oleh Chaerul Djakman (2001:92) bahwa: “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya yang sudah jatuh tempo” Dari uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. 2.4.2 Arti Penting Likuiditas Keadaan keuangan perusahaan akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:78) mengatakan bahwa para kreditor lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek, dibanding berapa besar laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan. Manajemen perusahaan sebagai salah satu pengguna rasio likuiditas sangat berkepentingan untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaannya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan perekonomian perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas memiliki arti penting, yaitu: 1. Bagi pemilik perusahaan keadaan kurang likuid atau tidak likuid berarti mengurangi kesempatan yang lebih besar 2. Bagi para kreditur perusahaan, keadan kurang atau tidak likuid dari perusahaan dimana dia memberi kredit berarti penundaan akan pengumpulan bunga dan pokok pinjaman yang diberikan. Keadaan ini 20 mungkin dapat berarti sebagai kerugian awal yang diderita atas sebagian atau seluruh jumlah bunga atau sebagian beserta pokok pinjaman tersebut, bagi kreditur bersangkutan 3. Keadaan kurang atau tidak likuid bagi perusahaan kemungkainan akan menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar hutang jangka pendek pada saat jatuh tempo. Dalam keadaan demikian perusahaan terpaksa menarik pinjaman baru dengan tingkat bunga yang lebih tinggi, serta menjual investasi jangka panjang dan aktiva tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut 2.4.3 Rasio Likuiditas Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka untuk dapat mengukurnya diperlukan data-data keuangan yang berasal dari neraca tersebut, maka dapat dihitung ukuran rasio likuiditas. Menurut Lasmanah dan Suskim (2003:30-31) terdapat empat ukuran rasio likuiditas yang biasa dipergunakan, yaitu: 1. Current assets ratio, yaitu rasio yang membandingkan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendeknya. Tidak terdapat suatu acuan nilai yang pasti agar perusahaan dapat disebut sebagai perusahaan yang likuid. Namun pada dasarnya apabila perusahaan memiliki tingkat rasio likuiditas yang tinggi, atau setidaknya setiap satu sen hutang lancar perusahaan dijamin oleh aktiva lancar perusahaan sebesar satu sen, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang cukup. Current Assets Current Assets Ratio = x100% Current Liabilities 21 2. Quick ratio atau Acid Test Ratio, adalah rasio yang menunjukkan besarnya alat likuiditas yang paling cepat bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. Pada rasio ini persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang kurang likuid, oleh karena itu harus dikurangkan dari aktiva lancar. Seperti pada current assets ratio, perusahaan yang dapat menjamin setiap satu sen hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang cepat cair sebesar satu sen dapat dikatakan sebagai perusahaan yang memiliki quick ratio yang cukup. Current Assets-Inventory Quick Ratio = _______________________x100% Current Liabilities 3. Cash Ratio, merupakan rasio yang mengukur kemampuan membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efeknya yang dapat segera diuangkan. Cash + Sequrities Cash Ratio = _________________x100% Current Liabilities 4. Working capital to Total Assets Ratio, adalah rasio yang mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto dari jumlah aktiva. Current Assets – Current Liabilities Working Capital to Assets Ratio = _____________________________x 100% Total Assets 22