Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Laporan Keuangan
2.1.1
Pengertian Laporan Keuangan
Setiap perusahaan tentunya menjalankan usaha untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat terlihat dari
laporan keuangan perusahaan.
Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:68) bahwa :
“Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil
dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar
data keuangan/ aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data-data/ aktivitas tersebut.”
Sedangkan menurut Lasmanah dan Suskim (2003:28) bahwa:
“Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan
keuangan, yang merupakan pencerminan dari prestasi manajemen
perusahaan pada suatu periode tertentu.”
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah
suatu laporan yang menerangkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu
waktu atau pada suatu periode tertentu.
2.1.2
Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut
dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan. Menurut Belkaoui yang diterjemahkan oleh Marwata dkk (2001:126127) bahwa tujuan laporan keuangan dapat dibagi menjadi:
1.
Tujuan khusus
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan
sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi,
dan perubahan lain dalam posisi keuangan
6
2.
Tujuan umum
Tujuan umum laporan keuangan adalah:
a.
Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya
ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis.
b.
Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan
sumber daya sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang
menghasilkan profit.
c.
Menyediakan informasi keuangan yang dapat dipergunakan untuk
mengestimasi earning potensial perusahaan.
3.
Tujuan kualitatif
Tujuan kualitatif pelaporan keuangan perusahaan adalah:
a.
Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu
pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.
b.
Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilih juga harus
dapat dipahami pemakai.
c.
Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh
ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran
yang sama
d.
Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum
pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu.
e.
Tepat waktu, berati mengkomunikasikan informasi seawal mungkin
untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.
f.
Dapat diperbandingkan, perbedaaan-perbedaan seharusnya tidak
mengakibatkan perlakuan akuntansi yang berbeda.
g.
Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuantujuan kualitatif lain harus dilaporkan.
2.1.3
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu hasil dari pencatatan transaksi-
transaksi yang terjadi selama periode akuntansi berlangsung. Laporan keuangan
7
disusun dengan maksud untuk memberikan laporan mengenai perkembangan suatu
perusahaan secara periode yang dilakuakan oleh pihak manajemen yang
bersangkutan. Berdasarkan uraian Belkaoui (2000:133) yang diterjemahkan oleh
Marwata,dkk. dapat diketahui tujuh karakteristik atau sifat dari laporan keuangan,
yaitu:
1.
Relevansi dan materialitas
2.
Bentuk dan substansi
3.
Reliabilitas
4.
Bebas dari bias
5.
Dapat dibandingkan
6.
Konsistensi, dan
7.
Dapat dipahami
Menurut Belkoui (2000:133) yang diterjemahkan oleh Marwata, dkk.
menyatakan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan seharusnya didasarkan
pada sebagian besar kebutuhan pemakai laporan keuangan. Informasi seharusnya
sebebas mungkin dari bias orang yang membuat. Dalam pembuatan keputusan,
pemakai seharusnya tidak hanya memahami informasi yang disajikan tetapi juga
seharusnya dapat menilai reabilitasnya dan membandingkan dengan informasi lain
tentang kesempatan alternatif dan pengalaman sebelumnya. Dalam semua kasus,
informasi akan lebih berguna jika dapat menonjolkan substansi ekonominya
daripada bentuk tekniknya.
Berdasarkan sifat-sifat laporan keuangan tersebut di atas yang didasari oleh
pernyataan Belkaoui (2000:133) maka dapat diambil kesimpulan bahwa laporan
keuangan memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
1.
Terkadang karakteristik kualitatif laporan keuangan tidak didasarkan kepada
sebagian besar kebutuhan pemakai laporan.
2.
Karakteristik pelaporan keuangan masih banyak dipengaruhi oleh bias orang
yang membuat.
3.
Dalam pembuatan keputusan, pemakai jarang menilai reliabilitas laporan
keuangan.
8
4.
Pembuatan laporan keuangan biasanya kurang dapat menonjolkan substansi
ekonominya daripada bentuk tekniknya.
2.1.4
Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari pencatatan-pencatatan kejadian
pada masa yang telah lampau, yang merupakan suatu kesatuan dan memiliki
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dalam P.S.A.K tahun 2002 dinyatakan
bahwa laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi laporan arus kas,
laporan perubahaan modal dan catatan laporan keuangan. Dibawah ini akan
dijelaskan mengenai jenis-jenis laporan keuangan:
1.
Neraca (Balance sheet)
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, dan modal.
dari suatu perusahaan pada suatu saat. Tujuan dari neraca yaitu untuk menunjukan
posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat, biasanya pada tanggal tutup
buku. Dengan dipahaminya posisi keuangan perusahaan maka akan memberikan
informasi yang bermanfaat bagi mereka yang berkepentingan.
Menurut Al. Haryono Jusup (2001:21)bahwa :
“Neraca adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta
kekayaan), kewajiban, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan pada
suatu saat tertentu”
Menurut Gibson (2001:599) bahwa:
“Financial statement wich show the financial position of an
accounting entity as of a spesific date”
Yang dapat diartikan sebagai laporan yang menunjukan posisi keuangan sebagai
kesatuan akuntansi pada saat tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa neraca adalah suatu
laporan yang menggambarkan keadaan aktiva dan pasiva perusahaan pada suatu
waktu tertentu.
9
Dalam penggunaannya neraca memiliki beberapa bentuk yang lazim
digunakan. Bentuk-bentuk penyajian neraca yang paling sering atau yang paling
umum dipakai yaitu:
1.
Bentuk scontro (accounting form)
Dalam bentuk ini aktiva disusun disebelah kiri (debet), sedangkan kewajiban
atau hutang dan modal dicantumkan disebelah kanan (kredit).
2.
Bentuk vertikal (report form)
Dalam bentuk ini semua aktiva disajikan pada bagian atas yang selanjutnya
diikuti oleh hutang dan modal.
2.
Laporan laba rugi (income statement)
Kegiatan usaha perusahaan tentunya akan memberikan hasil
bagi
perusahaan itu sendiri. Hasil dari usaha ini dapat berupa keuntungan apabila
perusahaan berhasil dalam menjalankan usahanya, dan dapat berupa kerugian
apabila perusahaan gagal dalam menjalankan usahanya. Hasil keuntungan atau
kerugian ini dapat dilihat pada laporan laba rugi.
Menurut Libby,dkk. (2004:10) bahwa:
“The income statement (statement of income, statement of earnings,
statement of operation) reports the revenue less the expenses of
account period”
Yang dapat diartikan secara bebas dengan arti laporan laba rugi adalah laporan
yang menggambarkan hasil dari penerimaan dikurangi oleh pengeluaran selama
periode akuntansi tertentu.
Sedangkan menurut Al. Haryono Jusup (2001:23-24) bahwa:
“Laporan laba rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan
hasil opersi perusahaan dalam suatu periode tertentu.”(2001:23-24)
Berdasarkan dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi
merupakan suatu gambaran tentang hasil dari usaha dimana pendapatan dikurangi
oleh pengeluaran.
10
Terdapat dua macam bentuk penyajian laporan laba rugi yang biasa
digunakan, yaitu:
1.
Laporan laba rugi satu tahap (single step), yaitu menggabungkan semua
penghasilan menjadi satu kelompok dengan biaya. Sehingga untuk
menghitung laba atau rugi bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu
mengurangi total biaya terhadap total penghasilan
2.
Laporan perhitungan laba rugi bertahap (multiple step), dalam bentuk ini
dilakukan pengelompokan-penglompokan dan mempertemukan tiap-tiap
jenis pendapatan dengan biaya yang bersangkutan, diharapkan laporan
perhitungan laba rugi akan lebih informatif dan memberikan manfaat kepada
para pembacanya.
3.
Laporan laba yang ditahan (retained earnings statement)
Salah satu laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan
adalah laporan laba yang ditahan atau statement of retained earnings.
Menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2002:73) bahwa:
“Laporan laba ditahan (statement of retained earning) merupakan
laporan laba yang berasal dari tahun-tahun yang lalu dan tahun
berjalan yang tidak dibagikan sebagai deviden”
Sedangkan menurut Libby,dkk (2003:13) bahwa:
“Reports the way that net income and the distribution of devidends
affected the financial position of the company during the accounting
period”
Yang dapat diterjemahkan secara bebas dengan artian laporan laba yang ditahan
adalah laporan yang menggambarkan pendapatan neto dan pembagian deviden
yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan selama periode akuntansi tertentu
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan laba yang ditahan
adalah laporan yang menggambarkan saldo laba yang ditahan pada suatu periode
akuntansi tertentu.
11
4.
Laporan arus kas (cash flow statement)
Laporan lain yang biasanya dibuat sebagai laporan keuangan adalah laporan
arus kas atau cash flow statement. Ridwan S Sendjaja dan Inge Barlian (2002:74)
menyatakan bahwa:
“Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan aliran operasi
perusahaan, investasi, dan aliran kas pendanaan serta menunjukan
perubahan kas dan surat-surat berharga selama periode tersebut.”
Menurut Keown,dkk yang dialihbahasakan oleh Chaerul D Djakman (2001:85)
bahwa:
“Laporan arus kas menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas
untuk jangka waktu tertentu (biasanya setahun)”
Sedangkan Libby,dkk (2003:14) menyebutkan bahwa:
“Reports inflows and outflows of cash during the accounting period in
the catagories of operating, investing, and financing.”
Yang terjemahan bebasnya memiliki arti bahwa laporan arus kas adalah laporan
yang melaporkan aliran kas masuk dan kas keluar selama periode akuntansi tertentu
yang berasal dari kegiatan operasional, investasi, dan keuangan
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan aliran kas baik kas masuk
ataupun kas keluar yang disebabkan oleh kegiatan perusahaan.
2.2
Analisis Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Analisis Laporan keuangan
Laporan keuangan menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode tertentu dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, utang, dan
modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan hasilhasil yang dicapai selama periode tertentu. Laporan keuangan tentunya dapat
memberikan
informasi-informasi
mengenai
keadaan keuangan.
12
perusahaan,
terutama
mengenai
Agar laporan keuangan dapat memberi informasi dengan lebih jelas, maka
dilakukanlah suatu analisa terhadap laporan keuangan, yang disebut analisa laporan
keuangan. Menurut Brigham & Ehrhardt (2002:75) bahwa:
“From an investor’s standpoint, predicting the future is what financial
statement analysis is all about, while from management’s stand point,
financial statement analysis is useful both to help anticipate future
conditionc and more important, as starting point for planning actions
that will improve the firm’s future performance”
Yang dapat diterjemahkan secara bebas dengan arti bahwa dari sudut pandang
investor, analisis laporan keuangan memprediksikan keadaan di masa yang akan
datang, sedangkan dari sudut pandang manajemen perusahaan, analisis laporan
keuangan berguna dalam mengantisipasi keadaan pada masa yang akan datang
dan yang lebih penting adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakantindakan yang akan meningkatkan keadaan perusahaan pada masa yang akan
datang.
Sedangkan menurut Gibson (2001:606) bahwa:
“Financial statement analysis is the procces of reviewing, analyzing,
and interpreting the basic financial reports”
Yang terjemahan bebasnya memiliki arti bahwa analisis laporan keuangan adalah
suatu proses dari peninjauan, penganalisisan, dan penterjemahan dari laporan
keuangan dasar.
Dari dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis laporan
keuangan adalah suatu metode yang dapat mengartikan laporan keuangan
sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai keadaan
keuangan perusahaan.
2.2.2
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Untuk dapat menganalisa laporan keuangan diperlukan cara-cara atau
metode-metode dalam menganalisisnya. Menurut Gibson (2001:601) terdapat dua
bentuk analisis yang biasa digunakan dalam menganalisis laporan keuangan, yaitu:
13
1.
Analisis horizontal (common-size analysis horizontal), yang mengindikasikan
perubahan kinerja keuangan yang proposional diantara periode akuntansi
saat tertentu dengan kinerja keuangan periode akuntansi sebelumnya.
2.
Analisis vertikal (common-size analysis vertical),
yang mengindikasikan
perbandingan proporsi setiap elemen laporan keuangan pada satu periode
akuntansi tertentu dengan suatu dasar atau acuan tertentu pada periode
yang sama.
Hasil dari analisis laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai
kinerja keuangan perusahaan yang bersifat relatif karena didasarkan pada
pengetahuan dan menggunakan rasio atau nilai relatif. Menurut Lasmanah dan
Suskim (2003:30) Terdapat dua perbandingan rasio yang biasa digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan, yaitu:
1.
Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio pada
waktu-waktu yang lalu (histories ratios) dari perusahaan yang sama.
2.
Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan rasio-rasio kelompok
perusahaan yang sejenis (rasio industri)
Ditinjau dari jenis analisis laporan keuangan, maka analisis laporan
keuangan dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu :
1.
Analisis interen
Analisis interen adalah analisis yang dilakukan oleh penganalisis yang ada
dalam perusahaan. Bagi penganalisis interen tersedia bahan-bahan analisis
yang lebih lengkap, sehingga analisis akan lebih sempurna, lebih terperinci,
dan dapat dilakukan secara berkala selama satu tahun.
2.
Analisis eksteren
Analisis ekstern adalah analisis yang dilakukan oleh penganalisis yang ada di
luar perusahaan. Bagi pengalalisis eksteren, analisisnya terbatas hanya
berdasarkan laporan keuangan tahunan yang diterima dari perusahaan yang
bersangkutan, Oleh karena itu analisisnya tidak terperinci dan hanya dapat
dilakukan setahun sekali.
14
Adapun teknik analisis keuangan yang biasa digunakan menurut Sutrisno
(2000:215-285) adalah :
1. Analisis Break Even Point, yaitu analisis terhadap hubungan antara unsurunsur yang membentuk laba.
Sedangkan break even point sendiri adalah keadaan dimana perusahaan
tidak mendapat untung dan tidak menderita kerugian. Dapat dikatakan
bahwa break even point adalah ketika pendapatan hasil usaha sama dengan
biaya operasi perusahaan.
2. Analisis Leverage, yaitu analisis terhadap penggunaan aktiva atau sumber
dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung
biaya tetap atau membayar beban tetap. Analisis leverage dibagi menjadi
dua, yaitu:
a.
Leverage operasi, adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan
perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan.
b.
Leverage financial, yaitu analisis terhadap penggunaan dana yang
menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa
bunga.
3. Analisis Rasio Keuangan, adalah analisis terhadap rasio yang menghubunghubungkan elemen yang ada di laporan keuangan.
4. Analisis
Sumber
dan
Penggunaan
Dana,
adalah
analisis
yang
membandingkan laporan keuangan dari dua tahun yang berurutan sehingga
dapat diketahui aliran dana perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dana tersebut dibelanjakan.
2.2.3
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Pada dasarnya analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat diambil
tindakan untuk menghadapi situasi yang akan datang. Menurut White, dkk
(2003:111) bahwa:
Four broad ratio categories measure the different aspects of risk and return
relationship:
15
1. Activity analysis, evaluate revenue and output generated by the firm’s assets
2. Liquidity analysis, measures the adequacy of a firm’s cash resources to meet its
near term cash obligations
3. Long term debt and solvency analysis, examing the firm’s capital structure,
including the mix of its financing sources and the ability of the firm to satisfy its
longer term debt and investment obligations.
4. Profitability analysis, measures the income of the firm relative to its revenue and
invested capital.
Pernyataan tersebut di atas dapat diartikan bahwa analisis laporan keuangan
memiliki empat kelompok kategori rasio yang bertujuan untuk mengetahui:
1.
Analisis aktivitas, bertujuan untuk mengevaluasi total pendapatan dan total
pengeluaran yang dihasilkan oleh asset perusahaan.
2.
Analisis likuiditas, yang bertujuan untuk mengukur keseimbangan keuangan
perusahaan dengan kewajiban jangka pendeknya.
3.
Analisis terhadap kewajiban jangka panjang dan solvabilitas perusahaan,
bertujuan untuk menguji struktur modal perusahaan, termasuk sumbersumber keuangannya dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang
jangka panjang dan obligasinya.
4.
Analisis profitabilitas, bertujuan untuk mengukur pendapatan dari perusahaan
dihubungkan dengan total pendapatan dan modal yang diinvestasikan.
2.3
Analisis Rasio Keuangan
2.3.1
Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan. Agar informasi yang diperoleh dapat lebih memiliki
makna maka dibutuhkan suatu analisis rasio yang dapat menilai kinerja keuangan
perusahaan tersebut.
Analisis rasio keuangan menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:104)
adalah :
“Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio
keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan”
16
Sedangkan pengertian rasio keuangan menurut Lasmanah dan Suskim (2003:28)
menyebutkan bahwa:
“Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis di bidang
manajemen keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi-kondisi
keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu maupun hasilhasil usaha perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan
membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan
perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi.”
Menurut Keown,dkk yang diterjemahkan oleh Chaerul D Djakman (2001:91)
bahwa:
“Rasio keuangan membantu kita mengidentifikasi beberapa kekuatan
dan kelemahan keuangan perusahaan”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah
suatu teknik untuk menganalisis laporan keuangan sehingga diketahui apa saja yang
menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Teknik
ini membandingkan laporan keuangan perusahaan dari dua periode atau lebih.
2.3.2
Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan yang dilakukan oleh perusahaan tentunya memiliki
manfaat bagi manajemen perusahaan. Tetapi pada dasarnya analisis rasio
keuangan tidak hanya bermanfaat bagi manajemen perusahaan saja tetapi
bermanfaat pula bagi pihak luar manajemen. Menurut Lasmanah dan Suskim
(2003:29) menyebutkan bahwa manfaat rasio keuangan dapat ditinjau dari dua
sudut, yaitu:
1.
Pihak Intern (Manajemen Perusahaan)
Analisis laporan keuangan bagi manajemen perusahaan dapat berguna
untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan sebagai titik tolak
bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di
masa mendatang.
2.
Pihak ekstern (Investor)
17
Para investor memanfaatkan hasil dari analisis rasio keuangan untuk
meramalkan masa depan perusahaan. Karena prediksi mengenai keadaan
masa depan perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap keputusan
investasi para investor.
2.3.3
Penggolongan Analisis Rasio Keuangan
Pada dasarnya analisis rasio keuangan dapat dibagi kedalam dua
penggolongan. Menurut Lasmanah dan Suskim (2003:29-30) bahwa:
1.
Ditinjau dari sumber data, analisis rasio keuangan dapat dibagi menjadi:
a.
Financial analysis ratio (balance sheet ratios), merupakan rasio-rasio
yang disusun dari data yang berasal dari neraca.
b.
Operating analysis ratio (income statement ratios), yaitu rasio yang
disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi
c.
Operating financial analysis ratio (Inter- statement ratios), yaitu rasio
–rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan
laba rugi.
2.
Ditinjau dari tujuan atau informasi kondisi keuangan, analisis rasio keuangan
dibagi menjadi:
a.
Rasio likuiditas (liquidity ratio), adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman
jangka pendeknya pad saat jatuh tempo
b.
Rasio leverege (leverege ratio), adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan
hutang
c.
Rasio aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber dana.
d.
Rasio profitabilitas (profitability ratio)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa
besar efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan
18
e.
Rasio penilaian (Valuation ratio)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa
besar kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar
melebihi biaya modalnya.
2.3.4
Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Setiap hal tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
analisis rasio laporan keuangan. Siapa pun yang bekerja dangan rasio ini pasti akan
menyadari keterbatasan dalam penggunaannya. Menurut Keown,dkk yang
diterjemahkan oleh
Chaerul Djakman (2001:105-107) menyebutkan kelemahan
analisis rasio keuangan, yaitu:
1.
Kadang sulit untuk mengidentifikasikan kategori industri dimana perusahaan
berada, jika perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha.
2.
Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.
3.
Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang
diinginkan.
4.
Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya.
2.4
Analisis Rasio Likuiditas
2.4.1
Pengertian Likuiditas
Seperti yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa kekuatan dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dapat diketahui dengan
cara mengukur tingkat likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Suatu
perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dapat dikatakan
sebagai perusahaan yang likuid, sebaliknya perusahaan yang tidak mampu
memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut illikuid. Perusahaan-perusahaan
yang tidak mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya secara terus menerus
akan sangat merusak citra perusahaan tersebut, hingga pada akhirnya perusahaan
tersebut dapat dibekukan usahanya atau dilikuidasi. Agar hal tersebut tidak terjadi
maka sebaiknya perusahaan mengetahui tingkat likuiditasnya.
Menurut Lasmanah dan Suskim (2003:30) bahwa:
19
“Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar
semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo.”
Sedangkan menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2002:108) bahwa:
“Analisa
likuiditas
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh
tempo”
Kemudian menurut Keown,dkk yang diterjemahkan oleh Chaerul Djakman
(2001:92) bahwa:
“Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibannya yang sudah jatuh tempo”
Dari uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa likuiditas perusahaan
adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya.
2.4.2
Arti Penting Likuiditas
Keadaan
keuangan
perusahaan
akan
sangat
berpengaruh
bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:78)
mengatakan bahwa para kreditor lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek, dibanding berapa besar laba akuntansi yang
dilaporkan perusahaan. Manajemen perusahaan sebagai salah satu pengguna rasio
likuiditas sangat berkepentingan untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaannya
sebagai
dasar
untuk
pengambilan
keputusan
yang
bersangkutan
dengan
perekonomian perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas memiliki
arti penting, yaitu:
1.
Bagi pemilik perusahaan keadaan kurang likuid atau tidak likuid berarti
mengurangi kesempatan yang lebih besar
2.
Bagi para kreditur perusahaan, keadan kurang atau tidak likuid dari
perusahaan
dimana
dia
memberi
kredit
berarti
penundaan
akan
pengumpulan bunga dan pokok pinjaman yang diberikan. Keadaan ini
20
mungkin dapat berarti sebagai kerugian awal yang diderita atas sebagian
atau seluruh jumlah bunga atau sebagian beserta pokok pinjaman tersebut,
bagi kreditur bersangkutan
3.
Keadaan kurang atau tidak likuid bagi perusahaan kemungkainan akan
menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar hutang jangka pendek
pada saat jatuh tempo. Dalam keadaan demikian perusahaan terpaksa
menarik pinjaman baru dengan tingkat bunga yang lebih tinggi, serta menjual
investasi jangka panjang dan aktiva tetapnya untuk melunasi hutang jangka
pendek tersebut
2.4.3
Rasio Likuiditas
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
maka untuk dapat mengukurnya diperlukan data-data keuangan yang berasal dari
neraca tersebut, maka dapat dihitung ukuran rasio likuiditas. Menurut Lasmanah
dan Suskim (2003:30-31) terdapat empat ukuran rasio likuiditas yang biasa
dipergunakan, yaitu:
1.
Current assets ratio, yaitu rasio yang membandingkan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendeknya. Tidak terdapat suatu
acuan nilai yang pasti agar perusahaan dapat disebut sebagai perusahaan
yang likuid. Namun pada dasarnya apabila perusahaan memiliki tingkat rasio
likuiditas yang tinggi, atau setidaknya setiap satu sen hutang lancar
perusahaan dijamin oleh aktiva lancar perusahaan sebesar satu sen, maka
dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang
cukup.
Current Assets
Current Assets Ratio =
x100%
Current Liabilities
21
2.
Quick ratio atau Acid Test Ratio, adalah rasio yang menunjukkan besarnya
alat likuiditas yang paling cepat bisa digunakan untuk melunasi hutang
lancar. Pada rasio ini persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang
kurang likuid, oleh karena itu harus dikurangkan dari aktiva lancar. Seperti
pada current assets ratio, perusahaan yang dapat menjamin setiap satu sen
hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang cepat cair sebesar satu sen
dapat dikatakan sebagai perusahaan yang memiliki quick ratio yang cukup.
Current Assets-Inventory
Quick Ratio = _______________________x100%
Current Liabilities
3.
Cash Ratio, merupakan rasio yang mengukur kemampuan membayar utang
yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan
dan efeknya yang dapat segera diuangkan.
Cash + Sequrities
Cash Ratio = _________________x100%
Current Liabilities
4.
Working capital to Total Assets Ratio, adalah rasio yang mengukur
likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto dari jumlah aktiva.
Current Assets – Current Liabilities
Working Capital to Assets Ratio = _____________________________x 100%
Total Assets
22
Download