BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Analisis Strategi Bisnis 4.1.1 Analisis SWOT Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu faktorfaktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PT Matahari Putra Prima Tbk dan faktor-faktor eksternal yang melihat adanya peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh PT Matahari Putra Prima, Tbk dalam menghadapi persaingan bisnis dengan para kompetitor dalam industri retailer (pedagang eceran) di Indonesia. Analisis ini juga dapat menggambarkan strategi– strategi yang dijalankan PT Matahari Putra Prima Tbk dalam proses sebelum dan sesudah divestasi PT Matahari Department Store Tbk. Hasil dari analisis diagram SWOT akan menggambarkan dan memperlihatkan strategi-strategi yang tepat bagi PT Matahari Putra Prima Tbk dalam mengatasi dan mengelola kelemahan serta ancaman yang datang dari pihak eksternal perusahaan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk mengambil keuntungan. Faktor-faktor tersebut antara lain: A. Kekuatan (Strength) 1. PT Matahari Putra Prima Tbk merupakan salah satu perusahaan retailer modern terbesar di Indonesia dan produk-produknya sudah dikenal masyarakat luas. 47 2. Memiliki sumber daya manusia handal yang bertambah setiap tahunnya. Semua SDM diberikan program pelatihan dan pengembangan lanjutan. PT Matahari Putra Prima Tbk telah mengoperasikan Human Resources Information System (“HRIS”). Dengan adanya HRIS, pihak manajemen Perseroan dapat memperoleh informasi real time dan transparan mengenai data-data terkait SDM. 3. Produk PT Matahari mengimplementasikan Putra ISO Prima 22000: Tbk 2005 yaitu yang hypermart merupakan telah standar internasional dalam keamanan manajemen makanan. Hypermart retailer modern pertama yang menerima sertifikat tersebut. 4. PT Matahari Putra Prima Tbk banyak melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) dan kerja sama dalam kegiatan sosial dengan berbagai pihak yang dinamakan CCS (Children, Community & Sippliers). Kerja sama yang dilakukan diantaranya memfasilitasi pelanggan melalui kasir hypermart untuk memberikan donasi, dimana hasil donasi dari pelanggan akan diberikan melalui Dompet Dhuafa dan PMI. 5. Meraih penghargaan Top 500 Asia Pasifik Retailer Award sejak tahun 2004 hingga saat ini, sebanyak 9 kali berturut-turut PT Matahari Putra Prima Tbk mempertahankan penghargaan tersebut yang membuktikan bahwa PT Matahari Putra Prima Tbk mampu mempertahankan eksistensi di bidang retailer. 6. Melakukan ekspansi agresif setiap tahun terhadap salah satu produk yang dimiliki yaitu Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk terus mengembangkan bisnisnya dalam rangka menciptakan pelayanan kepada 48 masyarakat dengan mengandalkan kekuatan dari produk – produk yang sudah ada, yang memantapkan posisinya sebagai perusahaan retailer kelas dunia. 7. PT Matahari Putra Prima Tbk telah memiliki website yaitu www.mataharigroup.co.id. Selain website tersebut, Perusahaan merancang website khusus untuk Hypermarket www.hypermarket.co.id. Tujuan website pada Hypermarket untuk memudahkan pelanggan mengetahui adanya program atau promosi yang sedang diadakan, selain itu website Hypermarket mengembangkan penjualan produk – produk hypermarket dengan sistem online, sehingga memudahkan pelanggan yang ingin membeli tanpa harus keluar rumah. 8. Perusahaan melakukan variasi produk dari makanan dan minuman, produk fashion, alat – alat perlengkapan kantor, alat – alat rumah tangga, jasa – jasa hiburan dan lain-lain. 9. PT Matahari Putra Prima Tbk telah melaksanakan tata kelola perusahaan sesuai dengan kaidah GCG (Good Corporate Governance) yaitu keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, kewajaran dan kesetaraan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik. 10. PT Matahari Putra Prima Tbk menyediakan beberapa layanan untuk pelanggan, pelayanan yang diberikan terdiri dari : • Mengeluarkan Hi-card yaitu kartu belanja yang dapat dimiliki semua pelanggan PT Matahari Putra Prima Tbk, dengan kartu ini pelanggan bisa mendapatkan diskon–diskon khusus dalam berbelanja. Kartu Hicard ini menggantikan kartu anggota MCC yang sebelumnya dapat digunakan pada produk-produk PT Matahari Putra Prima Tbk 49 • Pengadaan Kerja sama dengan Bank Mandiri, kerja sama secara langsung dalam bentuk kartu kredit Mandiri Hypermart. Kartu ini menambah nilai untuk pelanggan karena PT Matahari Putra Prima Tbk sering sekali membuat promo diskon tambahan dengan menggunakan kartu kredit maupun dengan kartu debit mandiri. B. Kelemahan (Weakness) 1. Setelah Tahun 2010 PT Matahari Putra Prima Tbk hanya berfokus pada bisnis inti yaitu Food division sehingga PT Matahari Putra Prima Tbk melakukan divestasi salah satu anak perusahaan terbesarnya yaitu PT Matahari Departement Store Tbk. Dengan divestasi ini, dapat mengakibatkan menurunnya pendapatan yang diperoleh perusahaan karena PT Matahari Departement Store Tbk menghasilkan pendapatan kedua yang cukup besar selain Hypermarket. 2. Pada Tahun 2011 PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan penjualan akibat divestasi PT Matahari Departement Store Tbk, sehingga penjualan PT Matahari Putra Prima Tbk sebagian besar hanya mengandalkan dari Hypermarket saja. 3. Adanya penurunan arus kas dari aktivitas operasi sebelum dan sesudah PT Matahari Putra Prima Tbk melakukan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk, karena berkurangnya penerimaan kas dari pelanggan. 4. Tingginya beban umum dan administrasi yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk, sekitar 50%-75% beban tersebut mengurangi laba kotor 50 perusahaan, sehingga laba bersih yang dihasilkan perusahaan hanya sekitar 1-2% dari penjualan bersih, kecuali untuk laba bersih tahun 2010 5. Situs website yang dirancang menarik dan lengkap, kurang diketahui pelanggan pada umumnya. C. Kesempatan (Opportunities) 1. Adanya kesempatan menjadi retailer nomor 1 di Indonesia. Dengan terus melakukan ekspansi Hypermart dan produk lainnya, tidak menutup kemungkinan PT Matahari Putra Prima Tbk menjadi retailer yang menjadi pilihan masyarakat 2. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus bertambah setiap tahun dapat menciptakan peluang permintaan barang dan jasa sebagai kebutuhan dan konsumsi masyarakat. Potensi tersebut dapaat digunakan sebagai motif untuk perusahaan retailer mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatan usaha. 3. Dana hasil divestasi PT Matahari Departement Store Tbk senilai 7,2 Triliyun dapat digunakan untuk ekspansi Hypermarket dan pembayaran hutang – hutang. D. Ancaman (Threaths) 1. Selain menjadi peluang, tingginya permintaan barang dan jasa dapat mengakibatkan ancaman untuk perusahaan. Ancaman yang diperoleh perusahaan adalah persaingan antara perusahaan retailer lain yang berdiri semakin banyak sehingga persaingan semakin ketat. Perusahaan harus terus menurus melakukan inovasi–inovasi untuk menarik pelanggan. 51 2. Ancaman yang selanjutnya dihadapi perusahaan yaitu munculnya tokotoko online baik melalui website maupun media sosial. Toko online sedang minati masyarakat Indonesia karena masyarakat merasa bahwa lebih praktis belanja melalui internet, tidak perlu keluar rumah. Walaupun sekarang perusahan telah menerapkan sistem penjualan online, namun masih jarang pelanggan menggunakan website tersebut. 3. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang pedoman penataan dan pembinaaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Peraturan ini harus benar–benar dipatuhi perusahaan karena bisnis utama perusahaan mengenai perdagangan pusat perbelanjaan dan toko modern. OPPORTUNITIES STRENGTHS 1. PT Matahari Putra Prima Tbk merupakan salah satu perusahaan retailer modern terbesar di Indonesia dan produk-produknya sudah dikenal masyarakat luas sehingga adanya kesempatan menjadi retailerer nomor 1 di Indonesia. Dengan terus melakukan ekspansi Hypermart dan produk lainnya, tidak menutup kemungkinan PT Matahari Putra Prima Tbk menjadi retailerer yang menjadi pilihan masyarakat 2. Produk PT Matahari Putra Prima Tbk yaitu hypermart telah mengimplementasikan ISO 22000: 2005 yang merupakan standar internasional dalam keamanan manajemen makanan. Hypermart retailer modern pertama yang menerima sertifikat tersebut. 3. Dana hasil divestasi PT Matahari Departement Store Tbk senilai 7,2 Triliyun dapat digunakan untuk WEAKNESS 1. Munculnya toko-toko online baik melalui website maupun media sosial. Toko online sedang minati masyarakat Indonesia karena masyarakat merasa bahwa lebih praktis belanja melalui internet, tidak perlu keluar rumah. Walaupun sekarang perusahan telah menerapkan sistem penjualan online, namun masih jarang pelanggan menggunakan website tersebut. 2. Situs web yang dimiliki perusahan jika sudah banyak diketahui pelanggan maka akan menjadi kesempatan yang baik untuk perusahaan 52 4. THREATS 1. 2. 3. ekspansi Hypermarket dan pembayaran hutang –hutang. Mengeluarkan Hi-card yaitu kartu belanja yang dapat dimiliki semua pelanggan PT Matahari Putra Prima Tbk, dengan kartu ini pelanggan bisa mendapatkan diskon–diskon khusus dalam berbelanja. Kartu Hi-card ini menggantikan kartu anggota MCC yang sebelumnya dapat digunakan pada produk-produk PT Matahari Putra Prima Tbk Pertumbuhan penduduk 1. Indonesia yang terus bertambah setiap tahun dapat menciptakan peluang permintaan barang dan jasa sebagai kebutuhan dan konsumsi masyarakat. Potensi tersebut dapaat digunakan sebagai motif untuk perusahaan retailer mengembangkan usahanya namun perusahaan dapat juga memiliki pesaing- 2. pesaing baru dalam industry retailer. Memiliki sumber daya manusia handal yang bertambah setiap tahunnya. Semua SDM diberikan program pelatihan dan pengembangan lanjutan. PT Matahari Putra Prima Tbk telah mengoperasikan Human Resources Information System (“HRIS”). Dengan adanya HRIS, pihak manajemen Perseroan dapat memperoleh 3. informasi real time dan transparan mengenai datadata terkait SDM. PT Matahari Putra Prima Tbk banyak melakukan kegiatan CSR ( Corporate Social Responsibility ) dan kerja sama dalam kegiatan sosial dengan berbagai pihak yang dinamakan CCS (Children, Community & Sippliers) Kerja sama yang dilakukan diantaranya memfasilitasi pelanggan melalui kasir hypermart untuk memberikan donasi, Pada Tahun 2011 PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan penjualan akibat divestasi PT Matahari Departement Store Tbk, sehingga penjualan PT Matahari Putra Prima Tbk sebagian besar hanya mengandalkan dari Hypermarket saja. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia tentang pedoman penataan dan pembinaaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Peraturan ini harus benar–benar dipatuhi perusahaan karena bisnis utama perusahaan mengenai perdagangan pusat perbelanjaan dan toko modern Tingginya beban umum dan administrasi yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk, sekitar 50%-75% beban tersebut mengurangi laba kotor perusahaan, sehingga laba bersih yang dihasilkan perusahaan hanya sekitar 1-2% dari penjualan bersih, kecuali untuk laba bersih tahun 2010 53 4. dimana hasil donasi dari pelanggan akan diberikan melalui Dompet Dhuafa dan PMI Selain menjadi peluang, tingginya permintaan barang dan jasa dapat mengakibatkan ancaman untuk perusahaan. Ancaman yang diperoleh perusahaan adalah persaingan antara perusahaan retailer lain yang berdiri semakin banyak sehingga persaingan semakin ketat. Perusahaan harus terus menurus melakukan inovasi – inovasi untuk menarik pelanggan. Tabel 4.1 Analisis SWOT 4.1.2 Analisis PORTER Lima faktor/kekuatan yang menentukan intensitas persaingan untuk PT Matahari Putra Prima Tbk yaitu: 1. Persaingan antar perusahaan yang ada dalam industry PT Matahari Putra Prima Tbk merupakan perusahaan retailer modern yang besar dan menjual secara lengkap berbagai kebutuhan masyarakat. Perusahan tentunya memiliki pesaing–pesaing yang sangat kompetitif. Persaingan antara perusahan dibagi menjadi dua, yaitu sebelum dan sesudah divestasi PT Matahari Departement Store Tbk. Persaingan dibedakan karena sebelum divestasi perusahaan berbasis Food dan non Food (fashion). Dengan adanya divestasi maka persaingan antara perusahaan Matahari Putra Prima menjadi berkurang. Berikut perusahaan yang menjadi pesaing PT Matahari Putra Prima Tbk : 54 • Perusahan yang menjadi pesaing PT Matahari Putra Prima Tbk sebelum divestasi PT Matahari Departement Store Tbk pesaing perusahaan yaitu PT Rimo Catur Lestari Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT Alfa Retailindo, PT Sumber Alfa Trijaya Tbk, Metro Departement Store, PT Catur Sentosa Adiprama, Ace Hardware Indonesia Tbk, PT Hero Supermarket Tbk, PT Mitra Adiperkasa Tbk, Carrefour, PT Midi Utama Indonesia Tbk, Superindo Supermarket, PT Indomarco Pristama. • Perusahaan yang menjadi pesaing PT Matahari Putra Prima Tbk sesudah divestasi PT Matahari Departement Store Tbk yaitu PT Alfa Retailindo, PT Sumber Alfa Trijaya Tbk , PT Hero Supermarket Tbk, Carrefour, PT Midi Utama Indonesia Tbk, Superindo Supermarket, PT Indomarco Pristama, PT Catur Sentosa Adiprama Tbk, Ace Hardware Indonesia Tbk, 2. Ancaman masuknya pesaing baru Perkembangan industri retailer yang berkembang membuat perusahaan dalam maupun luar negeri tertarik untuk berinvestasi membangun perusahaan retailer. Perusahaan retailer yang menjadi pesaing baru ini, rata– rata menyajikan inovasi–inovasi baru yang menarik hati pelanggan. Contohnya munculnya pesaing baru perusahaan retailer yaitu Seven Eleven dan Lawson Station dan masih banyak lagi jenis mini market lainnya, keduanya perusahaan retailer yang memadukan konsep mini market dengan dine-in yaitu pelanggan disediakan tempat untuk dapat menyantap langsung makanan atau minuman yang dibeli. Perusahaan retailer yang berkonsep 55 supermarket yang berasal dari luar negeri, yang baru masuk ke pasar Indonesia yaitu Lottemart. Lottemart merupakan perusahaan retailer yang berasal dari korea selatan, Lottemart mempunyai ketertarikan yaitu banyak menyediakan barang–barang seperti Hypermart dan barang import dari korea selatan. 3. Produk substitusi Produk substitusi (pengganti) pada industri retailer yang dihadapi perusahaan adalah jasa penjualan yang ditawarkan baik secara resmi atau tidak dengan menggunakan telepon, internet maupun catalog. Pembelian produk pengganti dapat menjadi pilihan bagi pelanggan jika jarak yang ditempuh terlalu jauh dan biaya yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan pelanggan datang langsung untuk berbelanja. Pada jaman ini sangat banyak sekali website bahkan media-media sosial yang menawarkan berbagai produk secara online, ditambah dengan perangkat tekhnologi yang semakin canggih seperti smartphone, laptop atau pad. Sekarang ini sudah mulai masyarakat yang memiliki tekhnologi tersebut, sehingga dapat mendukung aktivitas belanja online semakin mudah dilakukan. Sehingga perusahaan retailer yang memiliki gerai/toko harus terus melakukan inovasi–inovasi yang menarik pelanggan datang ke gerai/toko. 4. kekuatan posisi tawar (bargaining power) pembeli PT Matahari Putra Prima Tbk sebagai perusahaan retailer melalui produk–produk yang dimilikinya berhadapan langsung dengan pembeli. Daya tawar dengan pembeli sangatlah kecil terhadap produk–produk pihak ketiga 56 yang dijual oleh produk perusahaan. PT Matahari Putra Prima Tbk dengan pihak ketiga sudah menetapkan harga yang tidak bisa ditawar oleh pembeli. Namun hal tersebut tidaklah menghilangkan minat pelanggan untuk membeli produknya. PT Matahari Putra Prima Tbk selalu mengutamakan kepuasan pelanggan, sehingga walaupun harga yang ditetapkan perusahan sudah harga tetap namun perusahaan selalu memberikan penawaran khusus seperti diskon dan hadiah–hadiah tertentu kepada pelanggan. Dengan adanya penawaran khusus tersebut maka pelanggan akan selalu tertarik untuk membeli produk– produk perusahaan. 5. kekuatan posisi tawar (bargaining power) pemasok Sebagai salah satu perusahaan retailer besar di Indonesia, PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap pemasok perusahan, baik dari dalam maupun luar negeri. Perusahaan retailer memiliki banyak sekali pemasok, mulai dari pemasok makanan sampai dengan peralatan rumah tangga. Pemasok harus memberikan kualitas, kuantitas dan harga yang kompetitif. Penetapan harga dan kerja sama dengan pemasok sangatlah penting mempengaruhi perusahaan, penetapan harga sangat mempengaruhi harga barang yang akan dijual perusahaan, mengingat banyaknya pesaing sesama perusahaan retailer. PT Matahari Putra Prima Tbk juga memerlukan pemasok yang selalu mendukung dan siap dalam penyediaan persediaan terkait dengan kegiatan usaha retailer perusahaan. pada umumnya perusahaan retailer memiliki waktu – waktu khusus yang dapat mempercepat perputaran persediaan, seperti Lebaran dan Natal. Selain pada waktu – waktu tersebut terkadang 57 ketika cuaca buruk seperti hujan terus menerus yang dapat menyebabkan banjir, maka permintaan barang akan meningkat tajam dan pemasok akan kesulitan mengirim barang. Maka diperlukan hubungan kerja sama yang baik supaya pemasok mengutamakan produk yang dititipkan kepada perusahaan. Pendatang Baru : • • Mini market yang menawarkan dine in Super market yang menawarkana produk barang – barang import Pemasok: • Pembeli : Persaingan antar perusahaan sejenis : Berbagai produsen makanan, minuman, peralatan rumah tangga, perlengkapan rumah tangga, dll. • Super Market • Mini Market • Pembeli biasa • Pembeli skala besar Substitusi : • • Toko online melalui website / internet / media social Penjualan barang melalui catalog maupun telepon Tabel 4.2 Analisis Porter 4.1.3 Analisis Stakeholders Analisis ini menggunakan analisis Mendelow Matrix, dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepentingan dan kekuatan yang dimiliki 58 stakeholders untuk mengembangkan produk perusahaan. Stakeholders sendiri adalah pemangku kepentingan yang mempunyai distribusi kepada perusahaan. A. Minimal effort Tipe pemangku kepentingan ini memiliki kekuatan dan tingkat kepentingan yang rendah. Yang termasuk dalam kategori ini adalah pelanggan dan karyawan pemasok. B. Keep Informed Stakeholders yang termasuk dalam kategori keep informed adalah stakeholders yang mempunyai tingkat ketertarikan tinggi terhadap perusahaan namun tidak dapat mempengaruhi keputusan management. Stakeholders dalam kategori ini perlu mengetahui laporan keuangan dan harus di beritahu info-info mengenai perusahaan karena penting bagi pihak ini untuk mengetahuinya. Pihak yang termasuk dalam kategori ini adalah pemasok, pemegang saham minoritas, karyawan tingkat menengah perusahaan. C. Keep Satisfied Keep Satisfied stakeholders termasuk pemerintah yang memiliki wewenang penuh untuk membuat dan merevisi aturan-aturan baru bagi perusahaan, pemerintahan yang terkait seperti menteri kesehatan, BPOM, menteri perdagangan dan menteri keuangan. Menteri kesehatan dan BPOM dalam perusahaan berperan karena perusahaan selain menjual barang – barang konsinyasi perusahaan juga menjual makanan yang dibungkus maupun siap saji. D. Key Players 59 Pemangku kepentingan yang memiliki peran penting sebagai pemain kunci dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan, mempunyai kekuasaan dan mempunya ketertarikan untuk mengontrol perusahaan. Key Players pada PT Matahari Putra Prima Tbk meliputi dewan direksi perusahaan, dewan komisaris, dan para manager. Dengan adanya key players memungkinkan mereka untuk mencapai visi dan langkah – langkah yang harus dilakukan supaya misi perusahan tercapai. Stakeholder Analysis Mendelow’s Matrix Low Interest Pelanggan Low Power Karyawan Pemasok High Power menteri kesehatan, BPOM, menteri perdagangan, menteri keuangan High Interest Pemasok, pemegang saham minoritas, karyawan tingkat menengah dewan direksi, dewan komisaris, manajer Tabel 4.3 Analisis Mandelow Matrix 4.2 Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan penulis pada PT Matahari Putra Prima Tbk menggunakan Laporan Laba Rugi dan Neraca selama periode lima tahun, yaitu tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Dalam menganalisis kinerja keuangan pada PT Matahari Putra Prima Tbk, penulis menggunakan alat-alat analisis berupa 60 analisis vertikal dan horizontal, analisis rasio keuangan dan analisis metode kebangkrutan. 4.2.1 Analisis Horizontal 2008 2009 2010 2011 2012 Aset Aset Lancar 5,081,510 5,066,239 5,407,395 3,611,763 5,084,740 Aset Tidak Lancar 4,719,219 5,493,905 6,013,205 6,696,406 3,140,466 Liabilitas Jangka Pendek 4,531,454 3,144,994 3,063,982 2,960,433 2,715,926 Liabilitas Jangka Panjang 2,062,442 3,854,123 1,162,586 1,664,288 1,663,526 EKUITAS 3,206,833 3,561,027 7,194,032 5,683,448 3,845,754 10,497 300,035 5,906,019 120,301 238,448 Liabilitas Laba bersih 2008 2009 2010 2011 2012 Aset Aset Lancar 100% 99.70% 106.41% 71.08% 100.06% Aset Tidak Lancar 100% 116.42% 127.42% 141.90% 66.55% Liabilitas Liabilitas Jangka Pendek 100% 69.40% 67.62% 65.33% 59.93% Liabilitas Jangka Panjang 100% 186.87% 56.37% 80.70% 80.66% EKUITAS 100% 111.04% 224.33% 177.23% 119.92% Laba bersih 100% 2858.29% 56263.88% 1146.05% 2271.58% Analisa Horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat. Penulis melakukan analisis horizontal PT. Matahari Putra Prima Tbk dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Analisis horizontal PT. Matahari Putra Prima Tbk dapat dilihat dari tabel Analisis Horizontal pada lampiran L1. Dari lampiran L1 dapat dilihat bahwa total asset mengalami peningkatan maupun penurunan, hal tersebut bisa disebabkan karena proses divestasi yang dilakukan perusahaan sehingga terjadi peningkatan maupun penurunan jumlah akun atas aset lancar dan tidak lancar perusahaan. 61 Pada aset lancar, akun kas dan setara dengan kas mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2010, namun tahun berikutnya yaitu tahun 2011 dan 2012 kas dan setara kas semakin menurun. Pada tahun 2011 berkurang sebesar 66,69% dari tahun 2010, dan untuk tahun 2012 mengalami penurunan kembali tetapi tidak terlalu signifikan dari tahun sebelumnya yaitu 2,37%. Piutang perusahaan mulai mengalami penurunan pada tahun 2009 secara signifikan 75,71% dari tahun 2008 diikuti dengan penurunan piutang tahun 2010 yang merupakan piutang terendah hanya 2,94% dari tahun 2008 kemudian kembali meningkat tahun 2010–2011 masing–masing memiliki persentase 5,02% dan 6,27%. Piutang perusahaan dipengaruhi oleh besarnya penjualan ke pelanggan melalui kartu kredit dan joint promotion. Persediaan mengalami peningkatan kecuali untuk tahun 2010. Pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan masih memiliki PT Matahari Departement Store Tbk Tbk sehingga persediaan PT Matahari Putra Prima Tbk cukup tinggi. Pada tahun 2010 perusahaan melakukan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk sehingga persedian berkurang. Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012, perusahan mulai membangun gerai–gerai baru yang menyebabkan persediaan kembali mengalami peningkatan. Investasi jangka pendek mengalami penurunan investasi sebesar 67,37% pada tahun 2011 kepada PT Ciptadana Sekurities. Jumlah aset keseluruhan mencapai titik tertinggi pada tahun 2010 dalam periode 2008–2012. Tahun 2010 merupakan tahun PT Matahari Putra Prima Tbk melakukan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk. Sehingga PT Matahari Putra Prima Tbk pada tahun 2010 dan 2011 memiliki 62 investasi–investasi tambahan baik jangka pendek maupun panjang. Sedangkan pada tahun 2012 PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki persentase aset paling rendah yaitu 83,92% periode 2008–2012, karena perusahaan hanya memiliki tambahan investasi jangka pendek. Tahun 2008 kewajiban lancar PT Matahari Putra Prima Tbk mencapai 46,24%. Pada tahun 2009 menurun menjadi 29,87% karena perusahaan telah membayar hutang notes dan kewajiban kontrak swap. Tahun 2010 kembali menurun menjadi 26,83% akun yang berpengaruh penurunan karena perusahaan membayar utang bank. Pada tahun 2011 dan 2012 perusahaan kembali mengalami peningkatan, masing–masing sebesar 28,72% dan 33,02%. Peningkatan tahun 2012 disebabkan karena perusahaan menambah utang usaha. Pada laporan laba rugi, penjualan tahun 2009 naik sebesar 13,88% tetapi penjualan mengalami penurunan pada saat divestasi tahun 2010 sebesar 19,23% dari tahun 2009. Tahun 2011 perusahaan mulai memperbaikinya sehingga pada tahun tersebut perusahaan berhasil meningkatkan 4,03% dari penjualan tahun sebelumnya. Tahun 2012 perusahaan mengalami penjualan yang naik secara signifikan sebesar 21,71% dari tahun 2011, hal tersebut menandakan bahwa perusahaan dapat meningkatkan penjualan setelah divestasi dilakukan. Laba usaha perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2008 sebesar Rp 48.382,- disebabkan karena beban yang dikeluarkan perusahaan sangat besar sehingga dana dari penjualan tidak dapat menutupi beban yang dikeluarkan. Tahun 2009 perusahaan mampu meningkatkan laba usaha karena meningkatnya penjualan Rp 372.639,- tetapi tahun 2010 kembali menurun karena penjualan yang menurun akibat berkurangnya 63 pendapatan dari perusahaan yang telah didivestasi. Namun hal tersebut tidak menyebabkan perusahaan menjadi rugi. Tahun 2011 dan 2012 perusahaan kembali memperbaiki laba usaha dengan meningkatkan penjualan dan meminimalisir pengeluaran untuk beban terutama beban penjualan, sehingga perusahaan dapat memperoleh laba usaha sebesar Rp 101.101,- pada tahun 2011 dan Rp 312.867,- pada tahun 2012. Dalam laporan laba rugi, akun yang paling signifikan adalah laba pelepasan entitas anak Rp 5.518.619,- sebagai hasil penjualan PT Matahari Departement Store Tbk. Sehingga laba bersih tahun 2010 menjadi laba bersih perusahaan tertinggi selama tahun 2008 sampai 2012. 4.2.2 Analisis Vertikal 2008 2009 2010 2011 2012 Aset Aset Lancar 5,081,510 5,066,239 5,407,395 3,611,763 5,084,740 Aset Tidak Lancar 4,719,219 5,493,905 6,013,205 6,696,406 3,140,466 Liabilitas Jangka Pendek 4,531,454 3,144,994 3,063,982 2,960,433 2,715,926 Liabilitas Jangka Panjang 2,062,442 3,854,123 1,162,586 1,664,288 1,663,526 EKUITAS 3,206,833 3,561,027 7,194,032 5,683,448 3,845,754 10,497 300,035 5,906,019 120,301 238,448 Liabilitas Laba bersih 2008 2009 2010 2011 2012 Aset Aset Lancar 51.85% 47.98% 47.35% 35.04% 61.82% Aset Tidak Lancar 48.15% 52.02% 52.65% 64.96% 38.18% Liabilitas Liabilitas Jangka Pendek 46.24% 29.78% 26.83% 28.72% 33.02% Liabilitas Jangka Panjang 21.04% 36.50% 10.18% 16.15% 20.22% EKUITAS 32.72% 33.72% 63.00% 55.14% 46.76% Laba bersih 0.12% 2.92% 69.12% 1.35% 2.19% 64 Analisis vertikal pada Laporan Neraca dapat dilihat dari tabel Analisis Vertikal Neraca pada lampiran L5. Pada tahun 2008 sampai tahun 2010 terjadi kenaikan kas, tahun 2010 sebesar 22,46%. Namun setelah tahun 2010 yaitu 2011 kas kembali mengalami penurunan yang signifikan yaitu 13,61% untuk tahun 2011 dan 16,56% tahun 2012. Hal ini dapat menyebabkan perusahaan ilikuid dan mengalami kesulitan jika ingin mengeluarkan dana secara cepat. Pada tahun 2008 bagian aset, aset lancar dan aset tidak lancar hanya selisih 3,7%. Pada bagian kewajiban, didominasi oleh kewajiban jangka pendek sebesar 46,24% sedangkan jangka panjang hanya 21,04%. Pada ekuitas yang dimiliki perusahaan selain modal saham didominasi juga oleh saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya yaitu sebesar 10,36% Tahun 2009 dan 2010 jumlah aset mulai didominasi oleh aset tidak lancar sebesar 52,02% untuk tahun 2010 sebesar 52,65% dan asel lancar masing–masing sebesar 47,98% dan 52,65%. Untuk kewajiban tahun 2009 didominasi kewajiban jangka panjang sebesar 36,50% dan kewajiban jangka pendek hanya 29,87%. Tahun 2010 total kewajiban mengalami penurunan yang signifikan dari 66,28% tahun 2009 hanya menjadi 37% pada tahun 2010, menunjukan bahwa perusahan telah melunasi hutang–hutang yang dimilikinya. Dana untuk melunasi hutang–hutang tersebut diperoleh dari dana hasil divestasi PT Matahari Departement Store Tbk. Penurunan total kewajiban diikuti oleh peningkatan ekuitas yang dimiliki perusahaan yang semula tahun 2009 hanya 33,72% tahun 2010 meningkat signifikan menjadi 63% dan tahun 2010 ini memiliki saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 26,15%. 65 Tahun 2011 terjadi penurunan aset lancar sebesar 12,31% dari tahun 2010 dan sebaliknya aset tidak lancar mengalami peningkatan sebesar 12,31% hal tersebut terjadi karena menurunnya kas dan aset keuangan lancar lainnya pada aset lancar. Pada kewajiban mulai meningkat yaitu sebesar 28,72% untuk kewajiban lancar dan 16,15%. Demikian juga sama dengan tahun 2012 kewajiban mulai meningkat. Hal ini disebabkan karena tahun 2011 dan 2012 perusahan mulai mengambil utang usaha untuk kewajiban jangka pendek dan utang bank untuk kewajiban jangka panjang. Pada tahun 2011 dan 2012 utang tersebut digunakan untuk meningkatkan aset tetap dan persediaan sebagai proses ekspansi Hypermart dan investasi lainnya. Sehingga tahun 2012 aset lancar perusahaan menjadi naik secara signifikan yaitu 61,82% yang semula tahun 2011 hanya 35,04%. Modal saham yang mengalami peningkatan dari tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2012 menjadi 3,39%, penurunan tersebut disebabkan karena perusahaan melakukan penurunan nilai nominal saham pada bulan November 2012 dari Rp 500 per lembar saham menjadi Rp 50 per lembar saham. Perusahaan melakukan penurunan nominal saham telah disetujui pada RUPSLB yang diselenggarakan tanggal 19 September 2012. Menurunkan nilai nominal saham dari Rp500 per lembar saham menjadi Rp50 per lembar saham. Seluruh saham dengan nilai nominal baru mulai diperdagangkan di BEI pada tanggal 27 Nopember 2012. Perusahaan telah melakukan pembayaran atas selisih nilai nominal saham kepada para pemegang saham pada tanggal 4 Desember 2012. Analisis vertikal pada Laporan Laba Rugi dapat dilihat dari tabel 66 analisis vertikal income statement pada lampiran L8, persentase laba bersih dan laba usaha terhadap penjualan bersih mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami penurunan penjualan namun kembali meningkat pada tahun 2011. Namun beban pokok penjualan semakin mengalami peningkatan yang diikuti dengan menurunnya laba kotor yang dihasilkan. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami laba usaha yang negative akibat tingginya beban yang dikeluarkan perusahaan, sehingga laba kotor tidak mampu menutupi beban yang dikeluarkan. Pada tahun 2010 perusahan melakukan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk sehingga memperoleh laba bersih yang signifikan pada tahun tersebut, perusahaan memperoleh Laba pelepasan Entitas Anak – bersih sebesar 5.518.619 dan laba bersih perusahaan menjadi Rp 5.906.019,-. 4.2.3 Analisis Rasio Keuangan 4.2.3.1 Analisis Rasio Modal Kerja ( Likuiditas ) • Current ratio Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan asset lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 243.93% 335.19% 262.79% 197.75% 215.92% 112.14% 161.09% 176.48% 122% 187.22% 163.92% 147.46% 254.99% 223.01% 182.84% Tabel 4.4 Perbandingan current ratio 67 Gambar 4.1 Current ratio Pada tahun 2008, current ratio PT Matahari Putra Prima Tbk adalah 112,14% atau 1,12 kali. Ini berarti setiap Rp 1 kewajiban lancar dijamin aset lancar sebesar Rp 1,12. Angka ini terus berfluktuasi setiap tahunnya. Terjadi peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2009 sebesar 48,95% karena adanya penurunan kewajiban lancar. Penurunan kewajiban lancar terjadi karena perusahaan telah membayar hutang notes dan kewajiban kontrak swap sehingga pada tahun 2009 kewajiban tersebut sudah tidak ada. Penurunan tersebut dapat dilihat pada table analisis horizontal perusahaan. Pada tahun 2010 current ratio meningkat sebesar 15,39% dari tahun 2010 disebabkan karena adanya kenaikan pada aset lancar pada akun kas dan setara kas beserta kenaikan investasi jangka pendek masing mengalami peningkatan sebesar 17,96% dan 18,74% dan adanya penurunan kewajiban jangka pendek pada utang usaha dan bagian lancar atas liabilitas jangka panjang yaitu berkurangnya utang bank. Pada tahun 2011 menurun sebesar 54,48% disebabkan karena menurunnya kas dan setara kas sebesar 66,69% dari tahun 2010 pada 68 aset lancar, penurunan pada aset lancar lainnya yaitu investasi jangka pendek pihak berelasi. Pada kewajiban jangka pendek terjadi pada penurunan pada utang deviden. Tahun 2011 merupakan angka terendah selama tahun 2008–2012. Pada tahun 2012 kembali meningkat secara signifikan menjadi 187,22% untuk current ratio. Terjadi peningkatan karena menurunnya kewajiban lancar dan perusahaan melakukan investasi jangka pendek sebesar Rp 1.553.980 dan meningkatnya persediaan. Dengan rata-rata current ratio dari tahun 2008-2012 didapatkan rata-rata current ratio sebesar 151,78%. Jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, current ratio yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk tahun 2008 sampai tahun 2012 berbeda jauh dibawah rata–rata kompetitor. Tahun 2008 rasio yang dimiliki rata-rata kompetitor sebesar 243.93% sedangkan perusahaan hanya menghasilkan 112.14%. Pada saat divestasi rasio lancar perusahaan juga masih dibawah rata-rata kompetitor. Rata-rata rasio lancar yang dimiliki kompetitor tahun 2010 sebesar 262.79% sengkan perusahaan hanya 176.48%. Rasio lancar pada rata-rata perusahaan yang melakukan divestasi tahun 2010 ketika tahun 2011 dan 2012 masing-masing memiliki rata-rata rasio lancar sebesar 223.01% dan 182.84%, mengalami penurunan pada tahun 2012 sedangkan perusahaan memiliki rasio lancar meningkat dari tahun 2011. PT Matahari Putra Prima Tbk perlu memperbanyak aset lancar dan mengurangi utang lancar. Rasio lancar yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk perlu 69 dipertahankan setelah tahun 2012 supaya tidak terjadi penurunan rasio seperti tahun 2011 setelah proses divestasi. • Acid Test Ratio Acid test ratio menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya tanpa menggunakan persediaannya karena persediaan membutuhkan waktu yang lama untuk diconvert ke dalam bentuk kas. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 115.32% 189.06% 118.64% 67.88% 60.05% 85.90% 113.97% 135.58% 69.09% 119.27% 120.24% 90.36% 114.55% 149.61% 108.16% Tabel 4.5 Perbandingan acid test ratio Pada tahun 2008, acid test ratio PT Matahari Putra Prima Tbk adalah 85,9 % atau 0,86 kali yang berarti PT Matahari Putra Prima Tbk hanya memiliki kemampuan membayar Rp 1 kewajiban jangka pendek dengan aset tanpa persediaan sebesar Rp 0.86,-. Gambar 4.2 Acid test ratio 70 Rata-rata kompetitor retailer menunjukkan 115.32%. hal tersebut menunjukan daya kemampuan membayar kewajiban jangka pendek perusahaan masih rendah. Tahun 2009 dan 2010 mengalami kenaikan menjadi 113,97% dan 135,58% disebabkan karena kewajiban jangka pendek yang terus berkurang pada hutang notes, hutang obligasi dan kontrak swap. Tahun 2011 acid test ratio perusahaan kembali menurun secara signifikan yaitu 66,49% dari tahun 2010. Bila dilihat dari analisis horizontal hal tersebut disebabkan karena menurunnya aset lancar, akun yang terkait dalam penurunan acid test ratio pada tahun 2011 yaitu menurunnya kas dan setara kas sebesar 66,7% dan berkurangnya investasi jangka pendek sebesar 85,47%. Kewajiban jangka pendek PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai 2012. Dari tahun 2009-2012, tingkat rasio lancar rata-rata perusahaan kompetitor juga mengalami penurunan, terutama pada tahun 2010. Tetapi rasio lancar PT Matahari Putra Prima Tbk pada tahun 2010 hingga 2012 masih berada diatas rata-rata kompetitor. Rata-rata kompetitor tahun 2010 dan 2011 hanya berada pada 118.64% dan 67.88% sedangkan perusahaan berada pada 135.58% dan 69.09%. Tahun 2012 rata-rata kompetitor mengalami penurunan namun perusahaan mengalami peningkatan sebesar 50.18%. Pada perusahaan – perusahaan divestasi 2010 juga mengalami peningkatan pada tahun 2009 hingga 2011 tetapi pada tahun 2012 rata-rata perusahaan divestasi mengalami penurunan sebesar 41.45%. Jika dibandingkan dengan rata-rata perusahaan divestasi, PT Matahari 71 Putra Prima Tbk, hanya tahun 2011 perusahan di bawah rata-rata karena jumlah kas, investasi jangka pendek dan piutang perusahaan mengalami penurunan sehingga hanya memiliki rasio cepat sebesar 69.09% sedangkan rata-rata perusahaan divestasi mencapai puncak tertinggi pada tahun tersebut yaitu 149.61%. • Cash Ratio Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancar dengan menggunakan kas atau setara kas dengan efek, perbandingan antara dana tunai perusahaan beserta efek dan hutang lancar Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 90.97% 166.98% 98.01% 45.35% 47.74% 70.64% 108.63% 134.91% 67.92% 117.68% 47.79% 48.14% 51.88% 81.17% 50.61% Tabel 4.6 Perbandingan cash ratio Gambar 4.3 Cash ratio 72 Tahun 2008 PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki cash ratio sebesar 70,64% menunjukan bahwa PT Matahari Putra Prima Tbk hanya memiliki kemampuan membayar Rp 1 kewajiban jangka pendek dengan kas dan setara kas beserta efek sebesar Rp 0.7,-. Tahun 2009 dan 2010 terjadi peningkatan cash ratio secara signifikan yaitu sebesar 37,99% dan 26,28% hal tersebut karena meningkatnya kas dan setara kas didukung dengan menurunnya kewajiban lancar perusahaan. Tahun 2011 cash ratio perusahaan mengalami penurunan yang signifikan, cash ratio yang dihasilkan hanya 66,99%, terjadi penurunan kas dan setara kas yang sangat tinggi pada tahun tersebut dan penurunan investasi jangka pendek, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan cash ratio. Tahun 2012 perusahaan kembali miningkatkan cash ratio 49,76% dari tahun 2011 dengan cara melakukan investasi jangka pendek yaitu promissory note merupakan nilai yang diterima Perusahaan sehubungan dengan transaksi penjualan saham PT Nadya Putra Investama kepada PT Multipolar Tbk (entitas induk) dan kas yang dihasilkan mulai meningkat. Kewajiban jangka pendek juga mengalami penurunan sebesar 5,4% dari tahun 2011. Dari gambar tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, tahun 2008 dan 2009 kas rasio PT Matahari Putra Prima Tbk di bawah ratarata kompetitor namun masih unggul diatas perusahaan yang melakukan divestasi. Rata-rata perusahaan kompetitor mengalami fluktuasi yang signifikan dari tahun 2008-2012 dimana puncaknya pada tahun 2011 yaiatu sebesar 166.98% dan terendah pada tahun 73 2011 sebesar 45.35%. sama halnya dengan penurunan yang dihadapi PT Matahari Putra Prima Tbk tahun 2011 setelah melakukan divestasi, padahal untuk rata-rata perusahaan divestasi, kas rasio mencapai puncak tertinggi pada tahun 2011 . Jika dilihat secara keseluruhan rasio kas PT Matahari Putra Prima Tbk cukup baik. 4.2.3.2 Analisis Solvabilitas • Debt Ratio to Total Assets Rasio hutang mengindikasi kemampuan perusahaan membayar utang jangka panjangnya. Rasio ini mengukur seberapa besar dana yang dipinjam telah digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Rasio hutang yang tinggi berarti perusahaan menggunakan hutang dengan jumlah yang besar untuk mendanai perusahaan. Pada tahun 2008, debt ratio to total assets adalah sebesar 67,28% yang berarti kegiatan pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh kreditor sebesar 67,28% dan sisanya sebesar 32,72% dibiayai oleh PT Matahari Putra Prima Tbk. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 53.47% 52.98% 54.86% 54.54% 54.26% 67.28% 66.28% 37.01% 44.86% 53.24% 90.32% 60.69% 57.88% 34.66% 33.41% Tabel 4.7 Perbandingan debt to total assets 74 Gambar 4.4 Debt to total assets Untuk tahun 2008 perusahaan memiliki debt ratio to total assets lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kompetitor. Tahun 2009 debt ratio to total assets perusahaan mengalami penurunan sebesar 1% begitu pula rata-rata kompetitor mengalami penurunan sebesar 0.49%, tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2010 Debt ratio to total assets mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar 29,27% dari tahun 2009. Hal tersebut dikarenakan terjadi penurunan kewajiban jangka pendek maupun panjang dan meningkatnya total aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan telah membayar utang bank jangka panjang, utang obligasi dan utang usaha dan meningkatkan aset termasuk kas dan setara kas, persediaan, aset tetap dan uang muka dan jaminan sewa bersih. Pada tahun 2011 dan 2012 debt ratio to total assets kembali mengalami peningkatan secara bertahap yaitu tahun 2011 sebesar 44,86% dan 2012 sebesar 53,24%. Hal tersebut menandakan bahwa perusahaan mulai menambah utang untuk meningkatkan aset perusahaan. Tahun 2011 dan 2012 perusahaan menambah utang bank 75 jangka panjang, sebesar Rp 1.307.040 untuk tahun 2011 dan Rp 1.280.100 untuk tahun 2012. Namun pada tahun 2011 dan 2012 aset perusahaan mulai mengalami penurunan, tahun 2011 penurunan terjadi pada kas dan investasi jangka pendek sedangkan tahun 2012 terjadi penurunan signifikan terhadap piutang dan investasi jangka panjang. Untuk rata-rata perusahaan divestasi, setelah proses divestasi mengalami penurunan debt ratio to total assets setelah tahun 2010. Tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 23.22% dan tahun 2012 kembali menurun sebesar 1.25%. Proses divestasi membuat perusahaan memiliki dana yang lebih untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dan menambah aset lancar dan aset tidak lancar. • Debt Ratio to Total Equity Dalam menghitung membandingkannya dengan debt to equity total ekuitas ratio perusahaan, penulis yang menggambarkan sejauh mana perusahaan menggunakan hutang untuk kegiatan pendanaan bila dibandingkan dengan jumlah dana yang berasal dari pemegang saham/investor. Semakin kecil rasio ini akan semakin baik bagi kreditor, karena kegiatan pendanaan perusahaan lebih banyak berasal dari dana yang disediakan oleh para pemegang saham/investor. Jika terjadi kerugian, maka perusahaan masih dapat membayar hutang/pinjaman yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dari jumlah ekuitas yang ada. 76 Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 162.80% 161.26% 182.88% 165.17% 166.60% 205.62% 196.55% 58.75% 81.37% 113.88% 398.97% -95.35% -43.64% 61.31% 56.09% Tabel 4.8 Perbandingan debt to equity ratio Gambar 4.5 Debt to equity ratio PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki debt to equity ratio yang fluktuatif, tahun 2008 memiliki debt to equity ratio sebesar 205,62% yang berarti bahwa kegiatan pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang adalah sebesar 205,62% dari jumlah ekuitas perusahaan. Tahun 2009 terjadi penurunan walaupun hanya sedikit yaitu sebesar 9,07%. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami penurunan debt to equity ratio secara signifikan, debt to equity ratio yang dihasilkan perusahaan sebesar 58,75%, turun sebesar 137,8% dari tahun sebelumnya. Perusahaan berhasil melunasi beberapa kewajiban mereka yang terlihat adanya penurunan kewajiban seperti utang bank dan utang notes bersih diikuti dengan kenaikan jumlah ekuitas perusahaan 77 yang dimiliki oleh saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya, ini adalah debt to equity ratio paling rendah dari tahun 2008 – 2010. Dengan debt to equity ratio sebesar 58,75% berati bahwa kegiatan pendanaan PT Matahari Putra Prima Tbk yang berasal dari hutang hanya 58,75% dan sisanya berasal dari ekuitas perusahaan. Kondisi ini sangat baik bagi perusahaan. Untuk rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk debt to total equity relatif stabil. Tahun 2008 dan 2009 perusahaan memiliki debt ratio to total equity lebih tinggi dari rata-rata kompetitor retailer. Tahun 2010 perusahaan dapat menekan debt ratio to total equity sehingga jauh berada dibawah rata-rata kompetitor. Hal tersebut baik untuk perusahaan. Penurunan tersebut tidak lepas dari hasil divestasi yang perusahaan lakukan sedangkan perusahaan ratarata kompetitor tidak ada proses divestasi tersebut. Hingga tahun 2012 PT Matahari Putra Prima Tbk masih tetap berada di bawah rata-rata kompetitor. PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami kenaikan kurang lebih 10% setiap tahunnya setelah proses divestasi. Perusahaan- perusahaan divestasi juga mengalami peningkatan setelah proses divestasi karena untuk menambah kewajiban untuk perusahaan dan ekuitas yang dimiliki juga berkurang untuk pendaan perusahaan, baik itu untuk investasi-investasi jangka panjang maupun jangka pendek dan pendanaan untuk menambah aset-aset perusahaan. • Long Term Debt to Equity Ratio 78 Long term debt to equity ratio menunjukkan bagian modal yang dijadikan hutang jangka panjang perusahaan. semakin kecil rasio ini, semakin baik pada perusahaan karena semakin kecil dana perusahaan yang dijadikan hutang jangka panjang. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 18.46% 16.68% 20.37% 17.92% 18.76% 64.31% 108.23% 16.16% 29.28% 43.26% 217.74% -21.75% -9.40% 12.67% 12.56% Tabel 4.9 Perbandingan long term debt to equity ratio Gambar 4.6 Long term debt to equity ratio Tahun 2010 dimana PT Matahari Putra Prima Tbk menjual PT Matahari Departement Store Tbk yang memperoleh aliran dana segar, membuat perusahaan membayar kewajiban – kewajiban jangka panjang terutama utang bank jangka panjang sebesar Rp 633.603,penurunan kewajiban jangka panjang juga diikuti meningkatnya total ekuitas yang dimiliki perusahaan dengan meningkatnya saldo laba yang belum digunakan. Tahun 2011 dan 2012 long term debt to equity 79 ratio kembali mengalami peningkatan, long term debt to equity ratio masing – masing sebesar 29,28% dan 43, 36%, terjadi penurunan pada ekuitas karena saldo laba yang belum digunakan telah digunakan sebesar Rp 1.510.352,Long term debt to equity yang dimiliki perusahaan relatif tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor atau industri retailer sejenis. Perusahaan kompetitor rata-rata memiliki long term debt to equity kurang dari 50%. PT Matahari Putra Prima Tbk tahun 2008 dan 2009 memiliki long term debt to equity jauh lebih tinggi diatas rata-rata kompetitor. Tetapi pada saat divestasi tahun 2010 PT Matahari Putra Prima Tbk mampu menekan long term debt to equity menjadi 16.16%. dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012. Kedudukan long term debt to equity PT Matahari Putra Prima Tbk relatif tinggi baik sebelum divestasi maupun sesudah divestasi jika dibandingkan rata-rata perusahaan divestasi. Rata-rata perusahan yang melakukan divestasi juga memiliki penurunan long term debt to equity setelah melakukan divestasi. Rata-rata perusahaan divestasi pada tahun 2009 dan 2010 minus karena ada salah satu perusahaan yang melakukan divestasi yaitu PT Mitra International Resources (MIRA) memiliki saldo ekuitas yang negatif. 4.2.3.3 Rasio Aktivitas • Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover) 80 Receivables turnover mengukur berapa lama waktu yang diperlukan PT Matahari Putra Prima Tbk untuk mendapatkan pelunasan piutang usaha yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan karena semakin cepat piutang usaha tertagih sehingga semakin baik likuiditas perusahaan dan mencegah piutang yang tidak tertagih. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 45.17x 42.18x 56.66x 54.07x 49.59x 19.64x 23.93x 90.79x 323.86x 278.50x 4.45x 5.42x 4.65x 5.53x 5.41x Tabel 4.10 Perbandingan perputaran piutang usaha Dari tahun 2008-2012, tingkat perputaran piutang perusahaan terus mengalami peningkatan dan hal ini sangat efektif bagi perusahaan. Pada tahun 2008, tingkat perputaran PT Matahari Putra Prima Tbk adalah sebanyak 19.64 kali yang berarti dalam setahun perusahaan dapat melakukan penagian sebanyak 19.64 kali. Tahun 2009 perusahaan mengalami peningkatan, perputaran piutang menjadi 23,93 kali, hal tersebut dikarenakan perusahaan mengalami peningkatan penjualan dan menurunnya piutang lain-lain. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami peningkatan perputaran piutang yang sangat tinggi yaitu naik sebanyak 66.86 kali. Hal tersebut dikarenakan piutang dan penjualan yang dimiliki perusahaan menurun sehingga perusahaan menjadi lebih cepat melakukan penagihan. Tahun 2011 perusahaan berhasil mencapai puncak tertinggi perputaran piutang 81 yaitu sebesar 323.86 kali dan tahun 2012 kembali menurun menjadi 278.50 kali. Tingginya perputaran tersebut karena perusahaan mulai meningkatkan penjualan dan piutang yang dimiliki perusahaan semakin sedikit. Gambar 4.7 Perputaran piutang usaha Kenaikan perputaran piutang terjadi setelah perusahaan melakukan divestasi pada tahun 2010 dan 2011. Karena perusahaan adalah industri pedagang eceran yang berbasis langsung kepada pelanggan maka perusahaan sedikit memiliki piutang usaha. Piutang usaha merupakan piutang pihak ketiga yang berasal dari penjualan ke pelanggan melalui kartu kredit dan joint promotion. Berdasarkan hasil rata-rata kompetitor / industri, perputaran piutang PT Matahari Putra Prima Tbk tahun 2008 dan 2009 berada di bawah rata-rata industri dan saat tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya perusahaan berhasil berada di atas rata-rata kompetitor. Jika dibandingkan dengan rata-rata perusahaan divestasi, PT Matahari Putra Prima Tbk jauh di atas rata-rata perusahaan divestasi. Hal 82 tersebut disebabkan peruashaan divestasi terdiri dari bermacammacam industri sehingga waktu perputaran piutangnya lebih lama dibandingkan dengan PT Matahari Putra Prima. Untuk rata-rata perusahaan divestasi perputaran piutang tahun 2010 mengalami penurunan, kemudian berhasil naik di tahun 2011 dengan jumlah perputaran piutang sebesar 5.53 kali. • Jumlah Waktu Pengumpulan Piutang (Day’s Sales in Receivables) Rasio ini menggambarkan jumlah waktu/hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menjadikan piutang usaha ke dalam bentuk kas. Semakin pendek periodenya akan semakin baik, karena resiko akan tidak tertagihnya piutang semakin kecil dan perusahaan juga lebih cepat mendapatkan dana. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 17 hari 20 hari 17 hari 17 hari 18 hari 18 hari 15 hari 4 hari 2 hari 12 hari 105 hari 74 hari 137 hari 93 hari 73 hari Tabel 4.11 Perbandingan jumlah waktu pengumpulan piutang 83 Gambar 4.8 Jumlah waktu pengumpulan piutang Dari tahun 2008-2011 penurunan terus terjadi pada jumlah hari yang dibutuhkan PT Matahari Putra Prima Tbk dalam mengumpulkan jumalah piutang usahanya, dimana tahun 2008 perusahaan membutuhkan waktu selama 18 hari, tahun 2009 selama 15 hari. Tahun 2010 perusahaan membutuhkan waktu hanya 4 hari dan tahun 2011 selama 2 hari. Walaupun terus menurun, hal tersebut sangat baik untuk perusahaan, namun tetap harus berhati-hati dan tepat waktu dalam mengih piutang usahanya. Tahun 2012 perusahaan membutuhkan waktu 12 hari, walaupun jumlah hari yang dibutuhkan menambah waktu 10 hari dari tahun sebelumnya. • Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Inventory turnover menunjukkan kemampuan PT Matahari Prima Prima Tbk untuk memutar dana persediaan dan efisiensi pengolahan persediaan dalam suatu periode. Tingkat perputaran persediaan yang cepat menggambarkan bahwa kegiatan penjualan perusahaan berjalan dengan cepat dan tidak terjadi penumpukan pada 84 jumlah persediaan, sehingga akan mengurangi biaya gudang dan kerugian akibat persediaan yang using Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 13.61x 11.05x 7.68x 7.14x 6.48x 5.95x 6.24x 6.24x 6.58x 6.11x 10.68x 13.14x 13.98x 16.34x 23.07x Tabel 4.12 Perbandingan perputaran persediaan Gambar 4.9 Perputaran persediaan Pada PT Matahari Putra Prima Tbk terlihat adanya fluktuasi dari tahun ke tahun namun relatif seimbang. Tahun 2008 perusahaan sebanyak 5.95 kali perputaran dalam setahun. Tahun 2009, terjadi peningkatan pada tingkat perputaran persediaan perusahaan sebanyak 0.29 kali karena beban pokok penjualan yang mulai meningkat yang menyebabkan peningkatan persediaan. Perputaran tahun 2010 sama dengan tahun 2009. Tahun 2011 perputaran persediaan yang dihasilkan perusahaan sebanyak 6.58 kali dan 6.11 kali pada tahun 2012, peningkatan tersebut terjadi juga karena bertambahnya beban 85 pokok penjualan dan rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan. Jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, rasio perputaran perusahaan cukup baik walaupun rata-rata kompetitor memiliki perputaran persediaan masih di atas PT Matahari Putra Prima Tbk. Namun perusahaan harus tetap menjaga agar persediaan berputar lebih cepat dengan meningkatkan penjualan. Pada tahun 2008 rata-rata industri menghasilkan perputaran sebanyak 13.61 kali, lebih tinggi dari perusahaan. Tahun 2009 sebanyak 11.05 kali dan tahun 2010 sebanyak 7.68 kali, turun sebanyak 3.37 kali dari tahun sebelumnya. Untuk tahun 2011 dan tahun 2012 rata-rata kompetitor tidak terlalu mengalami penurunan yang signifikan yaitu masingmasing memiliki perputaran persediaan sebanyak 7.14 kali dan 6.48 kali. Untuk perusahaan-perusahaan yang divestasi tahun 2010, PT Matahari Putra Prima Tbk termasuk memiliki perputaran persediaan dibawah perusahaan-perusahaan divestasi. Mulai dari tahun 2008 sampai 2012 perusahaan-perusahaan divestasi terus mengalami peningkatan perputaran persediaan. Perusahaan divestasi memiliki industri yang berbeda-beda sehingga perputaran persediaannya memiliki tingkatan yang berbeda-beda juga. • Jumlah Waktu Penjualan Persediaan (Day’s Sales in Inventory) Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghabiskan jumlah persediaan melalui kegiatan penjualan/seberapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah 86 persediaan ke dalam bentuk kas. Semakin cepat jumlah waktu penjualan persediaan maka semakin baik. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 38 hari 51 hari 52 hari 56 hari 66 hari 61 hari 58 hari 58 hari 55 hari 59 hari 350 hari 301 hari 74 hari 249 hari 222 hari Tabel 4.13 Perbandingan jumlah waktu penjualan persediaan Gambar 4.10 Jumlah waktu penjualan persediaan Pada tahun 2008 sampai 2011, jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas melalui kegiatan penjualan mengalami penurunan, dan ini berarti waktu yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh kas semakin cepat waktu yang dimiliki oleh perusahaan dalam memperoleh kas melalui hasil dari penjualan. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan dalam menghabiskan jumlah persediaan selama 61 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah yang dibutuhkan 87 mengalami penurunan yaitu 58 hari, hal ini dapat dilihat dari analisis inventory turnover tahun 2009 dan 2010, dimana tingkat perputaran persediaan mengalami peningkatan yang berpengaruh juga pada menurunnya jumlah hari yang dibutuhkan untuk menghabiskan persediaan. Tahun 2011 jumlah hari yang dibutuhkan mengalami penurunan menjadi 55 hari dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2012 selama 4 hari menjadi 59 hari. Dilihat dari hasil rata-rata kompetitor, jumlah hari yang dibutuhkan untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan oleh rata-rata kompetitor untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas adalah selama 38 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah harinya mengalami peningkatan masing-masing selama 51 hari dan 52 hari. Secara keseluruhan bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, day’s sales in inventory perusahaan berada di atas rata-rata kompetitor pada tahun 2008 hingga 2010 dan berada di bawah rata-rata kompetitor pada tahun 2011 dan 2012. 4.2.3.4 Rasio Profitabilitas • Gross Profit Margin Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah laba kotor yang diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin bagus, karena dianggap bahwa perusahaan mampu untuk memperoleh laba yang tinggi dengan memanfaatkan beban pokok penjualan secara efisien. 88 Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 22.82% 23.05% 23.84% 24.69% 24.88% 34.61% 34.59% 21.85% 17.48% 17.46% 33.24% 33.40% 32.83% 27.87% 28.09% Tabel 4.14 Perbandingan gross profit margin Gambar 4.11 Gross profit margin Dari tahun 2008–2012 gross profit margin perusahaan terus mengalami penurunan. Hal tersebut tidak baik untuk keberlangsungan perusahaan karena perusahaan tidak mampu mengendalikan beban pokok penjualan yang terus meningkat. Dimulai tahun 2008 perusahaan memiliki 34,61% GPM, kemudian tahun 2009 turun 0,02% yaitu 34,59% penurunan ini diikuti meningkatnya penjualan namun peningkatan beban pokok penjualan juga terjadi. Tahun 2010 GPM perusahaan menurun sebesar 12,74% menjadi 21,85%. Penurunan tersebut terjadi seiiring dengan proses divestasi pada tahun 2010 sehingga berpengaruh pada penjualan perusahaan. 89 Perusahaan hanya memperoleh sedikit pendapatan dari industri pakaian. Tahun 2011 penjualan mulai meningkat walaupun tidak banyak namun perusahaan menambah jumlah beban pokok penjualan tahun tersebut untuk pembelian persediaan diperuntukan sebagai persediaan toko – toko baru hypermart. Tahun 2012 perusahaan mulai menstabilkan penjualan hasil dari ekspansi hypermart dengan meraup penjualan sebesar Rp 10.868.164.- namun besarnya pembelian persediaan membuat perusahaan memperoleh gross profit margin yang sedikit. Sehingga menimbulkan kekhawatiran gross profit perusahaan tidak dapat menutupi beban – beban seperti tahun 2008 laba usaha menjadi minus karena gross profit margin tidak dapat menutupi beban–beban. Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki gross profit margin yang fluktuatif. Pada tahun 2008 dan 2009, rata-rata kompetitor memiliki persentase sebesar 22.82% dan 23.05%, sedangkan PT Matahari Putra Prima memperoleh 34.61% dan 34.59%. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami penurunan gross profit margin yang disebabkan karena menurunnya penjualan perusahaan, karena berkurangnya pendapatan penjualan. Sehingga gross profit margin yang dimiliki perusahaan berada di bawah rata-rata kompetitor. Gross profit margin PT Matahari Putra Prima terus mengalami penurunan sampai tahun 2012 walaupun tidak terlalu signifikan, sedangkan perusahaan rata-rata kompetitor memiliki peningkatan yang relatif stabil. 90 Untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami divestasi tahun 2010 juga mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan setelah divestasi yaitu 27.87% tahun 2011 dan 28.09% untuk tahun 2012. Penurunan tersebut mengingatkan perusahaan-perusahaan supaya terus meningkatkan penjualan, agar laba kotor yang dihasilkan perusahaan dapat mencukupi pembayaran beban-beban. • Net Profit Margin Rasio ini menggambarkan jumlah keuntungan / laba bersih yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan pajak. Semakin besar rasio ini akan semakin baik pada perusahaan. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 3.88% 4.02% 4.32% 4.96% 4.88% 0.12% 2.92% 69.12% 1.35% 2.19% -4.60% -18.73% 7.35% 48.69% 9.18% Tabel 4.15 Perbandingan net profit margin Tahun 2008 net profit margin PT Matahari Putra Prima Tbk adalah 0,12% artinya setiap Rp 1,- pendapatan usaha perusahaan hanya menghasilkan laba bersih sebesar Rp0.12,-. Tahun 2009 net profit perusahaan meningkat menjadi 2,92%. Penjualan PT Matahari Putra Prima Tbk sangat tinggi namun tidak dapat menghasilkan net income yang besar, hal tersebut dikarenakan beban–beban yang harus di tanggung perusahaan terlampau besar. Tahun 2011 terjadi kenaikan net profit margin secara signifikan yaitu 69,12%. Walaupun penjualan 91 pada tahun 2010 menurun namun perusahaan mendapatkan laba dari pelepasan entitas anak sebesar Rp 5.518.619,- sehingga laba bersih yang diperoleh sangat tinggi. Tahun 2011 dan 2012 kembali menurun dibawah net income 2009. Perusahaan di tahun 2011 hanya mampu menghasilkan net profit margin sebesar 1.35% dan tahun 2012 sebesar 2.19%. Gambar 4.12 Net profit margin Pada net profit margin rata-rata kompetitor memiliki persentase yang seimbang, PT Matahari Putra Prima Tbk berada di bawah rata-rata kompetitor. Tahun 2008 PT Matahari Putra Prima Tbk memiliki net profit margin sebesar 0.12%, rata-rata kompetitor sebesar 3.88%. tahun 2009 perusahaan menghasilkan 2.92% sedangkan rata-rata industri menghasilkan 4.02%, tahun 2010 perusahaan berada jauh di atas rata-rata kompetitor, hal tersebut dikarenakan perusahaan mendapat dana tambahan dari hasil divestasi yang masuk dalam laporan laba rugi pada akun laba pelepasan entitas Anak. Namun perusahaan kembali mengalami penurunan yang sangat 92 drastis karena dana hasil divestasi telah didistribusikan untuk membayar hutang dan membeli aset. Untuk rata-rata perusahaan divestasi peningkatan net profit margin kenaikan terjadi di tahun 2010 dan 2011. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan yang melakukan divestasi, tidak menggunakan dana hasil divestasi secara menyeluruh dalam waktu satu tahun, melainkan perusahaan-perusahaan divestasi menggunakan dana sekitar tahun 2012. • Aset Turnover Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran total aset perusahaan dalam mendukung kegiatan penjualan. Semakin tinggi tingkat rasio yang dihasilkan, maka semakin efektif kinerja perusahaan. Perputaran total aset mengukur perputaran dari seluruh aset yang dimiliki oleh PT Matahari Putra Prima Tbk. Asset turnover pada perusahaan mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Perputaran aset terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu 74,82% sedangkan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 132,13%. Pada tahun 2010 menjadi yang terendah karena penjualan pada tahun tersebut penjualan terendah selama periode 2008-2012 dan total aset tertinggi selama periode tersebut. Total aset tinggi karena perusahaan menambah investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk tahun 2010 dan dan bertambahnya piutang jangka panjang. Sedangkan untuk tahun 2012 perusahaan berhasil meningkatkan penjualan tertinggi 132,13% pada periode tersebut, dan diikuti oleh total aset terendah dalam periode 2008 – 2012. 93 Berarti tahun 2012 menunjukkan bahwa kinerja perusahaan efektif karena total aset perusahaan dapat mendukung penjualan. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 254.71% 236.38% 227.17% 243.61% 218.76% 92.11% 97.35% 74.82% 86.42% 132.13% 61.34% 70.81% 83.99% 195.52% 84.39% Tabel 4.16 Perbandingan asset turnover Gambar 4.13 Asset turnover Jika dibandingkan dengan rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk masih jauh dibawah rata-rata kompetitor. Hal tersebut dikarenakan tingkat penjualan perusahaan lebih rendah dan tingginya total aset yang dimiliki perusahaan sehingga menghasilkan perputaran aset yang lebih rendah dari rata-rata kompetitor. Pada perusahaan yang melakukan divestasi perusahaan tahun 2010 dan 2011 PT Matahari Putra Prima Tbk juga masih dibawah rata-rata perusahaan divestasi. Tahun 2012 perusahaan mengalami 94 peningkatan perputaran aset yaitu 132.13%, berada pada diatas rata-rata perusahaan divestasi sebesar 84.39%. • Return on Equity Rasio ini merupakan ini mengukur jumlah laba bersih pada total equity yang dimiliki oleh perusahaan. menunjukkan besarnya tingkat pengembalian ekuitas yang akan diterima oleh pemegang saham/investor saat berinvestasi dalam suatu perusahaan, dan semakin tinggi tingkat ROE maka akan semakin bagus. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 15.62% 14.96% 19.30% 24.19% 17.67% 0.33% 8.43% 82.10% 2.12% 6.20% -3.45% 53.15% 23.59% 305.98% 9.94% Tabel 4.17 Perbandingan return on equity Gambar 4.14 Return on equity Pada tahun 2008 return on equity sebesar 0,33% , tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 8,1% yaitu menjadi 8,43% karena laba bersih 95 perusahaan mulai mengalami peningkatan, peningkatan terjadi karena bertambahnya penjualan yang diikuti beban pokok penjualan sebesar 13%. Tahun 2008 yang hanya menghasilkan net income Rp 10,490,- tahun 2009 bisa menghasilkan Rp 300,035,- Pada tahun 2010 mengalami signifikan menjadi 82,10% karena kenaikan net income dan ekuitas perusahaan sebagai hasil dari divestasi perusahaan. Tahun 2011 perusahaan mengalami return on equity yang sangat drastis, bahkan jauh dibawah return on equity sebelum divestasi yaitu tahun 2011. Tahun 2011 hanya bisa menghasilkan ROE sebesar 2,12%, walaupun ekuitas yang dimiliki perusahaan sedikit namun yang menjadi kendala adalah penurunan net income yang didasarkan pada menurunnya penjualan dan meningkatnya beban pokok penjualan. Tahun 2012 perusahaan mampu memperbaikinya dengan menaikkan net icome dan menurunkan ekuitas untuk memperbaiki net income. Tahun 2012 perusahaan memiliki ROE sebesar 6,02%. Pada tahun 2008 perusahaan berada dibawah rata-rata kompetitor. Rata-rata kompetitor memiliki return on equity sebesar 15.62% sedangkan perusahaan hanya 0.33%, hal tersebut dikarenakan perusahaan memiliki sedikit sekali laba bersih karena laba kotor yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi untuk membayar beban-beban perusahaan. Tahun 2009 perusahaan juga masih dibawah rata-rata perusahaan kompetitor dan perusahaan divestasi. Padahal terjadi sedikit penurunan ROE rata-rata kompetitor sebesar 0.34%. Pada tahun 2010 perusahan mengalami peningkatan dan berada jauh pada rata-rata industri dan perusahaan divestasi. Perusahaan menghasilkan ROE sebesar 82,10% sedangkan perusahaan divestasi lainnya hanya sebesar 23,59%. Hal tersebut dikarenakan adanya dua 96 perusahaan yang mengalami penurunan ROE pada saat divestasi yaitu MIRA dan ELSA. Tahun 2011 dan 2012 perusahaan kembali mengalami penurunan ROE karena perusahaan telah mendistribusikan saldo laba yang belum di tentukan penggunaannya pada ekuitas untuk meningkatkan aset perusahaan. • Return on Asset Rasio ini merupakan rasio yang mengukur net income pada total aset perusahaan. mengukur seberapa efektif kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset untuk mendukung kegiatan penjualan dalam rangka menghasilkan laba. Tahun Rata-rata kompetitor PT Matahari Putra Prima Tbk Rata - rata perusahaan divestasi 2008 2009 2010 2011 2012 7.85% 6.59% 8.13% 10.66% 27.86% 0.11% 2.84% 51.71% 1.17% 2.90% 4.06% -0.33% 6.57% 222.57% 7.07% Tabel 4.18 Perbandingan return on asset Gambar 4.15 Return on asset 97 Return on asset yang dimiliki PT Matahari Putra Prima Tbk sama seperti ROE yang memiliki persentase yang sangat kecil, bahkan masih dibawah ROE. Dimulai tahun 2008 perusahaan hanya mampu menghasilkan ROA sebesar 0,11%. Dengan aset yang cukup besar yaitu Rp 9.800.729,perusahaan hanya mampu menghasilkan net income sebesar Rp 10.497,- hal tersebut berarti perusahan belum dapat memanfaatkan aset perusahaan untuk membantu kegiatan penjualan. Tahun 2009 perusahaan mengalami sedikit peningkatan yaitu 2,84%. Tahun 2010 perusahaan didukung oleh penjualan entitas anak yang menyebabkan net income menjadi tinggi, dan aset bertambah walaupun hanya sedikit. Tahun 2011 perusahaan kembali dalam keadaan sebelum divestasi bahkan net income dan total aset yang dimiliki perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2009. Penurunan tersebut bisa berdampak buruk bagi perusahaan, karena tujuan divestasi PT Matahari Departement Store Tbk untuk mengembangkan Hypermart belum berhasil dijalankan untuk tahun 2011, sehingga penjualan belum mencapai hasil tertinggi . Tahun 2012 perusahaan sudah mulai menata dengan baik dengan meningkatkan net income melalui hasil penjualan walaupun aset yang dimiliki mengalami penurunan. Untuk perusahaan kompetitor, titik tertinggi ROA berada pada tahun 2012, hal tersebut menandakan bahwa perusahaan-perusahaan kompetitor memiliki kemajuan untuk mengelola penjualan dengan memanfaatkan asetaset yang mereka miliki dengan tepat. Untuk perusahaan divestaasi titik tertinggi pada tahun 2011, perusahaan-perusahaan divestasi menggunakan aset untuk penjualan setelah perusahaan terbut melakukan divestasi. 98 4.3 Analisis Z-Score Analisis Z-score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan perusahaan, apakah perusahaan akan going concern di masa depan atau tidak. Analisis ini akan sangat membantu bagi para investor, kreditor, atau pihakpihak yang berkepentingan lainnya dalam mengambil keputusan bisnis. 2008 2009 2010 2011 2012 X1 0.056 0.182 0.205 0.063 0.288 X2 0.105 0.126 0.363 0.256 0.344 X3 X4 (0.007) 0.486 0.035 0.337 0.488 0.660 0.016 0.603 0.033 0.064 Tahun 6.56 3.26 6.72 1.05 Total 2008 2009 2010 2011 2012 0.368 1.193 1.346 0.414 1.889 0.344 0.412 1.185 0.836 1.122 (0.048) 0.238 3.281 0.107 0.219 0.511 0.354 0.693 0.633 0.067 1.174 2.197 6.504 1.990 3.298 Tabel 4.19 Perhitungan Z-score Berdasarkan perhitungan analisis Z-score yang dilakukan terhadap PT Matahari Putra Prima Tbk, dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada tingkat yang kurang memuaskan. pada tahun 2008 analisis Z-score adalah 1,1764 dimana angka tersebut sangat mengkhawatirkan perusahaan karena berada pada grey area yang menunjukkan indikasi perusahaan mendekati ancaman kebangkrutan. Tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 2,197 namun masih berada pada grey area. Pada tahun 2010 perusahaan berhasil membuat peningkatan dan berada pada tingkat yang aman yaitu sebesar 6,504. Peningkatan tersebut tidak lepas dari proses divestasi yang dilakukan 99 perusahaan karena meningkatnya saldo laba yang dimiliki perusahaan dan pengurangan pada beban pokok penjualan yang dihasilkan. Namun pada tahun 2011 perusahaan kembali pada tingkat grey area yaitu 1,99, hal tersebut dikarenakan X3 perusahaan mengalami penurunan signifikan pada earning before interest and taxes. Tetapi pada tahun 2012 perusahaan berada pada posisi 3,928 yang berarti menunjukkan indikasi bahwa perusahaan dapat dikategorikan perusahaan sehat. Jika dilihat dari perbandingan prediksi kebangkrutan sebelum dan sesudah divestasi, sebelum divestasi perusahaan berada pada grey area dimana jika perusahaan tidak melakukan perbaikan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Namun setelah divestasi dilakukan perusahaan dapat memperbaiki sehingga tahun 2012 perusahaan berada pada zona aman. 100