bab ii landasan teori - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Definisi Laporan Keuangan
Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntaan Indonesia,
1974) dikatakan bahwa laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba
serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara
lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana. [10]
Menurut
Zaki
Baridwan
(1995:4)
mengemukakan
bahwa
laporan
keuangan adalah merupakan suatu hasil akhir dari pencatatan, yang merupakan suatu
rangkaian dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku perusahaan yang
bersangkutan. [10]
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan
Keuangan (2002:63), Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa
memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang
lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik
mengenai prospek dan risiko perusahaan. [10]
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah :
“Laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya”. (IAI, 2002 : par 47) [10]
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka
waktu tertentu. [11]
II-1
II-2
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Laporan
Keuangan adalah :
1. Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat
keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun pihak eksternal
perusahaan.
2. Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan
maupun kinerja manajemen perusahaan, apakah dalam kondisi yang baik atau tidak.
3. Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan, pada
periode tertentu.
4. Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama periode yang bersangkutan.
2.1.2 Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 :
2003), pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut : [10]
•
Investor.
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko
yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli,
menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
•
Karyawan.
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
II-3
•
Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
•
Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik
dengan
informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam
tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai
pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
•
Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan,
atau tergantung pada perusahaan.
•
Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan
aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
•
Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya,
perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional,
termasuk jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan kepada penanam modal
domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi
kecenderungan
(trend)
dan
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
perkembangan
terakhir
kemakmuran
II-4
2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia tujuan akuntansi dan laporan keuangan
adalah sebagai berikut : [1]
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam
rangka memperoleh laba.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai
aktivitas pembiyaan dan investasi.
e. Untuk mengungkpakan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan.
Adapun menurut SAK No. 1, Tujuan Laporan Keuangan adalah:
“Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan.”
Sedangkan menurut ASOBAT (A Statement of Basic Accounting Theory)
merumuskan empat tujuan akuntansi sebagai berikut:
1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas
dan untuk menetapkan tujuan.
2. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif suber daya manusia dan factor
produksi lainnya.
3. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan.
4. Membantu fungsi dan pengawasan social.
II-5
Menurut APB Statement No. 4 tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai
berikut:
1. Tujuan Khusus
Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memberikan informasi yang terpercaya tentang sumbersumber ekonpmi, dan kewajiban perusahaan; memberikan informasi yang
terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha
dalam mencari laba; menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan
untuk
menaksir
potensi
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba;
mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai
laporan.
3. Tujuan Kualitatif
Tujuan kualitatif yang dirumusakan APB Statements No. 4 adalah :
a. Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai
laporan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting
tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.
c. Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang
akan menghasilkan pendapat yang sama.
d. Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan.
a. Timeliness
II-6
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
b. Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artiya
akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk
suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
c. Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua
kebutuhan yang layak dari para pemakai.
2.1.4 Komponen Laporan keuangan
1.4.1 Laporan Neraca[13]
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan
Keuangan (2002:63), Neraca adalah laporan yang meringkas posisi keuangan suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumber daya ekonomis
(asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item
tersebut.
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:107), Laporan Neraca, yang disebut juga dengan laporan posisi
keuangan perusahaan, adalah laporan yang menggambarkan posisi aktiva, kewajiban
dan modal pada saat tertentu.
Neraca itu sendiri mempunyai elemen-elemen antara lain sebagai berikut :
1. Aktiva (Assets, Harta)
Aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Aktiva biasanya terdiri dari :
2. Aktiva Lancar
Meliputi kas dan aktiva lain yang dapat diharapkan untuk dicairkan
atau ditukarkan dengan uang tunai. Aktiva lancar disajikan di neraca
berdasarkan urutan likuiditasnya, dimulai dari akun yang paling likuid.
II-7
Yang termasuk dalam aktiva lancar, yaitu kas, surat berharga, piutang
usaha, persediaan barang dagangan, dan lainnya.
3. Aktiva Tetap
Merupakan aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat
dinyatakan dan biasanya memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi
mengenai manfaatnya dimasa yang akan dating. Aktiva tetap antara lain :
peralatan, mesin, bangungan, dan lainnya.
4. Aktiva Lain-Lain
Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan ke dalam aktiva
lancar maupun aktiva tetap perusahaan, antara lain : hak paten, nama baik (
goodwill ), dan lainnya.
5. Hutang ( Liabilities )
Hutang adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi oleh suatu
perusahaan. Hutang biasanya terbagi menjadi :
a. Hutang Lancar
Adalah
kewajiban-kewajiban
yang
harus
segera
dilunasi oleh
perusahaan dengan penggunaan aktiva lancar atau dengan pembentukan
kewajiban lancar lainnya dalam jangka waktu tidak lebih dari satu
tahun. Yang termasuk hutang lancar adalah hutang dagang, hutang gaji,
hutang biaya, serta hutang lancar lainnya.
b. Hutang Jangka Panjang
Adalah kewajiban-kewajiban yang tidak diharapkan untuk segera
dilunasi
dalam
siklus
operasi
normal
perusahaan,
tetapi
pengembaliannya dilakukan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
Yang termasuk hutang jangka panjang adalah hutang hipotek, hutang
obligasi, dan hutang jangka panjang lainnya.
6.Modal
II-8
Modal pada hakikatnya adalah hak pemilik perusahaan atas kekayaan
perusahaan. Yang termasuk elemen dalam modal antara lain modal saham,
laba ditahan, dan elemen modal lainnya.
1.4.2 Laporan Laba Rugi
Menurut A.J. Keown, dkk, dalam buku Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
yang diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman (2004:80), laporan rugi laba adalah
laporan utnuk periode tertentu yang terdiri atas penerimaan bersih dikurangi beban
periode itu.
Menurut Sofyan S.Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2006:73), Laba rugi menggambarkan hasil yang diperoleh atau diterima
oleh perusahan selama satu periode tertentu, serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hasil tersebut. Hasil dikurangi biaya-biaya merupakan laba atau rugi.
Kalau hasil lebih besar dari biaya berarti laba,sebaliknya, kalau hasil lebih kecil dari
biaya-biaya, berarti rugi.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisa Laporan
Keuangan (2002:56), Laporan LabaRugi adalah lebih meringkaskan hasil dari
kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
Laporan Laba/Rugi sendiri punya elemen-elemen antara lain sebagai berikut :
1. Pendapatan
Adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu perusahan atau penyelesaian
kewajiban (kompensasi keduanya) selama periode tertentu, yang timbul dari
penjualan barang-barang, penyerahan jasa, dan elemen pendapatan lainnya.
2. Biaya
Adalah kenaikan dalam ekuitas atau penggunaan selama periode tertentu yang
timbuln dari penjualan barang, penyerahan jas, dan lainnya.
3. Keuntungan
Adalah kenaikan dalam aktiva bersih yang timbul dari transaksi-transaksi atau
kejadian lain dank arena kondisi-kondisi yang mempengaruhi aktiva bersih.
II-9
4. Kerugian
Adalah penurunan dari aktiva bersih yang timbul dari trnsaksi-transaksi atau
kegiatan lain dan kondisi yang mempengaruhi aktiva bersih.
1.4.3 Laporan Perubahan Modal
Laporan
Perubahan
Modal,
adalah
suatu
daftar
informasi
yang
menggambarkan tentang perubahan modal pemilik. Perubahan ini biasa disebabkan
karena ada tambahan modal atau disebabkan adanya prive (pengambilan untuk
kepentingan pribadi pemilik).
1.4.4 Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas, adalah suatu daftar informasi yang melaporkan
penerimaan dan pengeluaran kas entitas selama periode tertentu, serta dari mana kas
datang dan bagaimana kas tersebut dibelanjakan.
Di dalam laporan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
•
Aktivitas Operasi, yang berhubungan dengan transaksi-transaksi
yangmenghasilkan laba bersih.
•
Aktivitas Investasi, yang berkaitan dengan akun-akun dalam
aktiva tetap.
•
Aktivitas Pendanaan, yang berkaitan dengan akun kewajiban dan
ekuitas pemilik.
1.5 Sifat dan Keterbatasan Laporan keuangan
Sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Laporan keuangan bersifat historis adalah merupakan laporan atas kejadian yang
sudah terjadi. Oleh karenanya laporan keuangan tidak bisa dianggap sebagai satusatunya sumber informasi di dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu.
II-10
3. Penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan tafsiran dan
pertimbangan
4. Akuntansi hanya melaporkan perihal yang material saja. Demikian pula penerapan
terhadap prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu yang mungkin tidak
dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap
kelayakan laporan keuangan.
5. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, dan apabila terdapat
beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos,
maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai dari aktiva
yang paling kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada nilai ekonomis suatu peristiwa atau
transaksi dari pada bentuk hukumnya.
7. Laporan keuangan menggunakan istilaah-istilah teknis, dan pemakai laporan
keuangan diharapkan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi
yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan
berbagai variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan
antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikualifikasikan pada
umumnya diabaikan.
2.2 Kebangkrutan
2.2.1 Definisi[3]
Kebangkrutan
biasanya diartikan
sebagai
kegagalan perusahaan
dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering
disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut
Drs. A. Abdurrachman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan,
kebangkrutan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang debitur dengan
II-11
mengisi suatu petisi yang menyatakan bahwa ia tidak mampu untuk memenuhi
kewajiban-kewajibanya atau hutang-hutangnya dan bersedia dinyatakan bangkrut.
Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti (Muhammad
Akhyar Adnan dan Eha Kurniasih, 2000:137): yaitu kegagalan ekonomi (Economic
failure) dan kegagalan keuangan (financial failure).
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan
uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti tingkat
labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan
lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari
perusahaan tersebut jatuh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan
dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih
kecil daripada biaya modal perusahaan.
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara
dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk:
Insolvensi Teknis dan Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis
adalah Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo.
Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan
gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti
rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan
bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi juga terjadi bila arus kas
tidak cukup untuk memenuhi pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu.
Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan adalah kebangkrutan didefinisikan dalam
ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Kebangkrutan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai suatu
keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan
ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan
II-12
ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu profit, sebab
dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan
pinjaman, membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki.
2.2.2 Faktor Kebangkrutan
Secara garis besar penyebab kebangkutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian
internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor
luar yang berhubungan
langsung dengan operasi perusahaan
atau
faktor
perekonomian secara makro. [3]
Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi :
1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus
yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan
tidak dapat membayar
kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam
biaya,kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang
yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang
besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang
yang terlalu besar juga akan merugikan kaena aktiva yang mengaggur terlalu
banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.
3. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan
bisa
mengakibatkan
kebangkrutan.
Kecurangan
ini
akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan
II-13
perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun
memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Kasus
bank yang melakukan pelanggaran batas maksimum pemberian kredit adalah
contoh kasus moral hazard dimana manajemen melakukan pelanggaran terhadap
rambu-rambu pengelolaan perusahaan. Kasus Enron adalah salah satu kasus
dimana manajemen melakukan kecruangan dengan menyembunyikan kerugian
yang besar.
Factor external yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi :
1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan
yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam
pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi
kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
2. Kesulitan bahan baku karna supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan
bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut
perusahaan harus selalu menjalin hubungang baik dengan supplier dan tidak
menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga resiko
kekurangan bahan baku dapat diatasi.
3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak
melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang
yang diberikan pada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan
mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penhasilan
sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut,perusahaan harus selalu memonitor piutang yang
II-14
dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap
aktiva perusahaan.
4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal
terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam undang-undang no 4
tahun 1998,kreditor bisa memailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut,perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga
membina hubungan baik dengen kreditor.
5. Persaingan bisinis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut
perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan,memberikan nilai
tambah yang lebih baik bagi pelanggan.
6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh
perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan negara-negara
lain,pekembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.
2.2.3 Analisis Kebangkrutan
3.1 Analisis Kebangkrutan Usaha[3]
Analisis kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduan bagi
pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan
keuangan atau tidak dimasa mendatang. Seorang Profesor di New York
University,Edward Altman, melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang mengalami kebangkrutan dengan kinerja keuangan perusahaan yang
sehat. Hasil penelitianannya dirumuskan dalam suatu rumus matematis yang disebut
dengan rumus altman Z-score.
II-15
2.2.4 Manfaat Analisis kebangkrutan[3]
• Bagi Kreditor
Untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan
kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
•
Investor saham atau obligasi
Untuk melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan
yang menjual surat berharga tersebut sehingga seawal mungkin dapat
mengantisipasi kemungkinan tersebut
•
Pihak pemerintah
Untuk mengawasi jalannya usaha yang berada dibawah pengawasan
pemerintah dan sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan bangkrut
usaha tersebut
•
Akuntan
Menilai kemampuan going concern suatu perusahaan dan menjelaskan
subsequent event yang mungkin muncul setelah hasil audit.
•
Manajemen
Melakukan langkah-langkah untuk menghindari kebangkrutan a.l merger,
restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan (spt biaya akuntan
dan biaya penasihat hukum) bisa dihindari.
Download