1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia (Depkes RI, 2011). Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue.Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Depkes RI, 2004a).DBD merupakan suatu penyakit terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri adanya demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (syok) yang berakibat pada kematian (Depkes RI, 1992). Di Indonesia, penyakit ini pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, pada saat itu terjadi 58 kasus dengan 24 anak meninggal dan pada akhirnya menyebar keseluruh Indonesia. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2010). 1 2 Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa penyakit demam berdarah dengue termasuk sepuluh terbesar penyakit pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia pada tahun 2010. Demam Berdarah Dengue menempati urutan kedua setelah penyakit diare dan gastroenteritis karena infeksi tertentu (Depkes RI, 2011). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2011, keseluruhan kabupaten/kota di Provinsi D.I Yogyakarta terjangkit demam berdarah dengue (Depkes RI, 2011). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi D.I.Yogyakarta pada tahun 2007 sebesar 2.578 kasus. Angka ini meningkat 27,06 % dibanding pada tahun 2006 yaitu sebesar 1.887 kasus. Angka kesakitan tertinggi untuk penyakit DBD adalah di wilayah Kota Yogyakarta, disusul Kabupaten Slemandan Kabupaten Bantul. Angka kesakitan DBD pada tahun 2007sebesar 74,77% (Depkes RI, 2008b). DBD merupakan penyakit yang ditandai oleh demam akut akibat infeksi virus dengue yang menyerang baik dewasa maupun anak-anak. Namun demikian, penyakit ini lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak dibawah usia 15 tahun, karena pada pasien anak disertai dengan terjadinya perdarahan yang mengakibatkan renjatan sehingga dapat berakibat kematian pada penderita (Soedarto, 1996). Di Indonesia, penderita penyakit DBD terbanyak berusia 5-11 tahun (Ginanjar, 2008). Penyakit ini menunjukkan peningkatan jumlah orang yang terserang setiap 4-5 tahun. Kelompok umur yang sering terkena adalah anak-anak 3 umur 4-10 tahun, walaupun dapat pula mengenai bayi dibawah umur 1 tahun (IDAI, 2009). Drug Related Problems (DRP) yang paling banyak terjadi adalah terapi tanpa adanya indikasi terjadi pada 22 pasien dari total 65 pasien pediatri yang didiagnosis DBD. Permasalahan DRP yang lain berturut-turut adalah dosis kurang sebanyak 14 pasien, dosis lebih terjadi sebanyak 10 pasien, obat salah terjadi pada 4 pasien dan indikasi butuh obat terjadi pada 2 pasien (Yasin dkk., 2009). Pemberian antibiotik pada penderita DBD anak di RS Roemani periode 2010 masih cukup besar. Penderita DBD tanpa komplikasi infeksi lebih banyak diberikan pengobatan antibiotik yaitu sebesar 93,3%. Penderita tanpa komplikasi dengan tanpa pemberian antibiotik hanya sebesar 6,7% (Rohmani dan Merry, 2012). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien anak dengan diagnosis DBD di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode tahun 2012? 2. Bagaimana pola pengobatan pada pasien anak dengan diagnosis DBD di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode tahun 2012? 3. Bagaimana ketepatan pengobatan pada pasien anak dengan diagnosis DBD di instalasi rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah periode tahun 2012? 4 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui gambaran karakteristik pasien anak dengan diagnosis DBD yang meliputi jenis kelamin, usia, pemeriksaan laboratorium, lama perawatan, dan keadaan keluar. 2. Mengetahui pola pengobatan pasien anak dengan diagnosis DBD di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode tahun 2012 yang meliputi golongan obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian obat yang digunakan. 3. Mengetahui ketepatan pengobatan pada pasien anak dengan diagnosis DBD di instalasi rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah periode tahun 2012 yang meliputi tepat indikasi, tepat obat, dan tepat pasien. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai gambaran karakteristik pasien, pola pengobatan, serta analisis ketepatan penggunaan obat pada pasien anak DBD di Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode tahun2012. 2. Menjadi bahan evaluasi bagi rumah sakit terhadap terapi DBD anak di Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode tahun 2012. 3. Sebagai masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pengobatan pasien anak DBD.