BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telepon menjadi teknologi komunikasi yang sangat penting dan berkembang pesat. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi terutama internet, teknologi telepon konvensional ikut mengalami perkembangan menjadi berbasis IP (VoIP). Infrastruktur jaringan internet yang sangat luas menjadikan teknologi VoIP menjadi sangat diminati. Implementasi VOIP memiliki beberapa permasalahan yang penting yaitu masalah QoS (Quality of Service). Telepon analog menghasilkan kualitas suara yang jernih dan waktu call setup yang cukup singkat. Pada VoIP kualitas suara dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu: bandwidth, beban jaringan, delay, serta kinerja server sehingga perlu diperhitungkan jumlah pengguna, kualitas jaringan dan kualitas server untuk mendapatkan QoS yang baik (Miller 2005). Menurut Zasċpa (2009), pemilihan platform PC atau server yang cocok (baik dari segi harga maupun kinerja) merupakan persoalan utama dalam membangun jaringan VoIP. Kinerja server yang jelek akan menurunkan kualitas atau bahkan tidak mampu untuk menghubungkan antar user(Zasċpa et al. 2009). Kinerja server akan mempengaruhi jumlah panggilan masuk yang mampu dilayani, jumlah panggilan bersamaan yang mampu dilayani serta berpengaruh dalam QoS layanan. Selain masalah hardware, kinerja server juga ditentukan oleh software yang digunakan. Software untuk membangun PBX yang open source dan paling efisien serta paling banyak digunakan hingga saat ini yaitu Asterisk (Zasċpa et al. 2009). Pada umumnya, Asterisk sebagai software IP PBX dipasang pada komputer server. Komputer ini kemudian dihubungkan ke jaringan IP dimana nantinya klien dapat mengakses baik itu menggunakan media kabel maupun tanpa kabel (wireless). Penggunaan PC sebagai IP PBX server kurang efektif dan efisien apabila trafik VoIP tidak terlalu besar (Najwaini 2014). PC memiliki kemampuan 1 komputasi yang tinggi tetapi mahal dari segi biaya pengadaan PC dan juga biaya operasional. Kecepatan yang tinggi akan mengakibatkan komputer mengalami masalah dalam penggunaan daya dan pengaturan suhu. Suhu yang tinggi memerlukan sistem pendingin yang bagus sehingga akan menambah daya yang digunakan. Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat beberapa alternatif single board circuit yang dapat di fungsikan sebagai IP PBX server. Munculnya single board komputer yang lebih murah serta hemat daya memungkinkan untuk di-install berbagai aplikasi termasuk Asterisk. Terdapat banyak single board yang beredar di pasaran seperti Raspberry PI, Arduino Uno, BagleBone, Bannana PI, dan lain sebagainya. Asterisk juga dapat di-install pada embedded system seperti akses point, router dan modem dengan menggunakan open-wrt. Hal ini akan menghemat biaya pengadaan komputer dan biaya operasional. Raspberry PI dapat difungsikan menjadi berbagai macam server termasuk IPPBX server, sehingga tidak lagi diperlukan sebuah komputer untuk membangun sebuah jaringan VoIP. Hal ini akan menghemat dari segi biaya pengadaan komputer dan juga biaya operasional. Raspberry PI merupakan sebuah komputer mini berukuran kartu kredit yang memiliki kemampuan komputasi yang sangat bagus. Pada awalnya Raspberry PI ini untuk pendidikan namun dalam perkembangannya banyak yang bereksperimen menggunakan komputer ini untuk berbagai keperluan termasuk sebagai server. Pemilihan Rasberry PI dalam penelitian ini karena Raspberry PI sangat populer sehingga mudah didapatkan dan banyak dukungan dari komunitas dan pengembang software serta sistem operasi. Raspberry dapat dikembangkan menjadi banyak kegunaan dalam dunia komputer. Konsumsi daya Raspberry sangat rendah yang sangat berguna untuk membuat aplikasi mobile yang hemat energi. Tetapi, karena keterbatasan perangkat keras pada Raspberry PI dapat membuat kinerjanya menjadi lebih rendah dibandingkan penggunaan komputer untuk server IP PBX. 2 Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai analisis quality of service (QoS) dari IPPBX server pada single board circuit Raspberry PI sehingga dirasakan perlu adanya penelitian untuk mengetahuinya. Dengan mengetahui QoS dari suatu server dapat diputuskan apakah pemanfaatan single board circuit Raspberry PI sebagai IPPBX server layak untuk diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Selain itu hasil analisis QoS juga dapat digunakan untuk memperkirakan berapa waktu call setup dan kinerja yang dihasilkan jika server tersebut diimplementasikan pada suatu jaringan. Pada penelitian ini akan dibuat sebuah server IPPBX menggunakan Asterisk yang di-install pada single board circuit Raspberry PI. Kemudian dari server tersebut akan dilakukan analisis QoS sehingga dapat diketahui kelayakan penggunaannya. Sebagai perbandingan, akan dilakukan juga pengujian terhadap IPPBX server Asterisk menggunakan PC. 1.2 Perumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Raspberry PI sebagai IP PBX server memiliki kinerja yang layak untuk diimplementasikan? 2. Apakah Raspberry PI dapat menggantikan PC sebagai IP PBX server? 3. Berapa banyak panggilan yang mampu dilayani oleh IP PBX server pada Raspberry PI? 4. Begaimana Quality of Service IP PBX server pada Raspberry PI? 1.3 Keaslian penelitian Ardilestian(2010) membuat server VoIP pada wireless access point tanpa melakukan uji kinerja terhadap banyaknya panggilan yang mampu dilayani serta kualitas suara yang dihasilkan. Nugroho(2011) melakukan analisa perbandingan VoIP server antara briker IPPBX dengan Asterisk menggunakan PC dan melakukan pengukuran parameter QoS. Rughinis dan Iconaru (2008) melakukan analisis terhadap kinerja VOIP server yang dipasang pada perangkat PC dengan 3 pengukuran call rate dan CPU load. Munadi, Najwaini dan Mulyana (2010) membuat server Asterisk yang diinterkoneksikan dengan IMS dan melakukan pengukuran terhadap pengaruh banyaknya kedatangan panggilan terhadap CPU load pada perangkat PC. Dari beberapa penelitian belum ada penelitian mengenai analisis kinerja dan Quality of Service server IP PBX dengan Raspberry PI. Penelitian ini akan mengukur kinerja Raspberry PI sebagai IPPBX server. Pengukuran berupa maksimum kedatangan panggilan perdetik dan maksimum pembicaraan atau panggilan bersamaan. Penelitian ini juga mengukur QoS dengan skenario codec yang berbeda. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimana implementasi IP PBX server pada Raspberry PI. 2. Mengetahui bagaimana kinerja IP PBX server untuk melayani panggilan yang masuk. 3. Mengetahui bagaimana kinerja dan QoS IP PBX server untuk melayani panggilan bersamaan dengan menggunakan codec GSM-GSM dan codec G711-G711. 4. Mengetahui bagaimana kinerja dan QoS IP PBX server untuk melayani panggilan bersamaan saat terjadi transcoding antara codec GSM-G711. 5. Mengetahui bagaimana perbedaan kinerja dan QoS IP PBX server antara codec GSM dan codec G711. 1.5 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Dapat menjadi referensi mengenai prosedur dalam melakukan pengujian kinerja terhadap suatu server IP PBX. 4 2. Sebagai bahan pertimbangan sebelum mengimplementasikan IP PBX server menggunakan Raspberry PI agar jumlah user yang menggunakan tidak melebihi kapasitas maksimum yang mampu dilayani oleh server tersebut. 3. Menghemat penggunaan sumber daya (resource) dan biaya operasional dalam membangun server IP PBX. 4. Sebagai bahan pertimbangan menggunakan Raspberry PI menggantikan PC sebagai IP PBX server. 5. Bagi para pengembang embedded system akan mendapat gambaran mengenai kinerja yang dihasilkan jika membuat suatu perangkat embedded untuk server IPPBX. 5