V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL BAB V PELAKSANAAN KONSTRUKSI PEKERJAAN TIANG PANCANG, PILE CAP DAN SLOOF 5.1 Umum Pondasi tiang pancang adalah salah satu elemen bangunan yang berfungsi memindahkan beban struktur dan beban bangunan ketanah. Umumnya tiang pancang digunakan atau dipilih apabila kondisi tanah relatif stabil dan kedalaman tanah keras masih terjangkau atau tidak terletak jauh di bawah permukaan tanah. Jenis pondasi tiang pancang tidak dapat digunakan pada kondisi tanah yang berisi batu-batuan. Pondasi tiang pancang dapat terbuat dari kayu keras, beton dan baja (pipa atau profil). Pondasi tiang pancang kayu terbuat dari pohon kayu keras yaitu kayu ulin atau kayu besi dari Kalimantan, kayu hitam dari Sulawesi, dan kayu Merbau dari Sumatera. Namun karena alasan pelestarian lingkungan, diameter kayu yang terbatas (rata-rata 20 cm) dan panjangnya kayu yang terbatas (12 meter sampai 15 meter), juga daya dukung pondasi tiang kayu menjadi sangat terbatas, maka saat ini pondasi tiang kayu sudah jarang digunakan. Kecuali di daerah-daerah pinggir kota jenis pondasi kayu ini masih digunakan. Supaya tiang pancang kayu awet, maka sebelum dipancang tiang/batang kayu ini harus diulas ‘ter’ terlebih dahulu dan pemasangan tiang kayu ini juga harus berada di bawah air tanah. Pondasi tiang pancang dari baja lebih cepat pemasangannya dan waktu pelaksanaannya di lapangan. Namun pondasi tiang pancang baja memiliki kendala apabila dipancang V-1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL di daerah yang lembab tanahnya atau dekat area pantai, karena pondasi tiang dari baja dapat mudah terkena karat. Pondasi tiang pancang beton memiliki kelebihan dibandingkan dengan pondasi tiang pancang kayu dan pondasi tiang pancang baja yaitu lebih awet, tahan terhadap kelembaban, kekuatan beton mudah disesuaikan dengan kebutuhan, dan pengadaannya melalui prefabrikasi. Karena kelemahan dan keterbatasan jenis pondasi tiang pancang kayu dan tiang pancang baja, maka saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan pondasi tiang pancang beton untuk pembangunan rumah tinggal atau proyek-proyek pembangunan gedung lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemancangan pondasi tiang pancang adalah pemancangan setiap (satu) tiang harus dilaksanakan sekaligus dan tidak boleh ditunda atau diteruskan keesokan hari, karena akan menyebabkan pergeseran tiang; tiang harus dipancang dengan cermat dan tepat pada titik-titik sesuai pada gambar kerja; pemancangan tiang harus sampai lapisan tanah keras sesuai data-data dari hasil penyelidikan tanah yang sudah dilakukan sebelum pekerjaan pondasi dimulai; tiang harus dipancang betul-betul tegak lurus dan tepat, karena kemiringan akan menyebabkan bahaya konstruksi pada bangunan. 5.2 Pelaksanaan Persiapan Pekerjaan persiapan lahan pada proyek Ballroom dan Hotel Purna Wira Polri Jakarta Selatan yang dilakukan yaitu pertama terdiri dari pengukuran batas lahan yang dimiliki Owner untuk direncanakan konstruksinya sudah ditentukan. Pekerjaan persiapan ini dibuat untuk mendesain bangunan yang akan dibuat oleh owner. Berikut gambar dalam tahap persiapan. V-2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Gambar 5.1 Tahap Persiapan Sumber :Proyek Kemudian pekerjaan selanjutnya dilakukan pekerjaan memasang pagar konstruksi (bouwplank) untuk keperluan proyek konstruksi pada pekerjaan pondasi. Hal ini dilakukan untuk menutup aktifitas di dalam proyek agar tidak menggangu aktifitas lainnya di luar proyek. Proyek harus dibuat beberapa fasititas untuk mendukung pekerjaan seperti, pembuatan kantor direksi, gudang, MCK, dan lain sebagainya. Setelah fasilitas tersebut dibuat maka selanjutnya dibuat fasilitas penunjang yang berada di lapangan seperti, pembuatan lantai kerja, bentonite plant, pembuatan akses jalan keluar masuk proyek (ramp), tempat pabrikasi besi, tempat alat berat, tempat sisa pembuangan limbah, dan lain sebagainya. Kemudian proyek yang sudah bisa dilakukan mobilisasi alat berat seperti , Excavator, Hydraulic Static Pile Driver dan lain sebagainya. Peralatan tersebut didatangkan dari kantor pusat kontraktor yaitu PT. Dwijaya Bangun Perkasa. Setelah semua fasilitas dan perlengkapan sudah siap dioperasikan di proyek, maka selanjutnya pihak kontraktor mendatangkan sumber daya manusia untuk melaksanakan pekerjaan pondasi, seperti engginer, operator dan kru. Langkah selanjutnya yaitu membuat pekerjaan galian cut-off level yaitu elevasi yang dibuat sebagai acuan untuk awal pekerjaan pondasi. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan cara menggali tanah untuk keperluan dibuatnya lantai kerja. V-3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL 5.3 Metode Pelaksanaan Tiang Pancang Ada dua cara sistem pemancangan tiang yaitu sebagai berikut: 1. Drop Hammer System Keuntungan sistem ini adalah harga mobilisai dan demobilisasi murah serta setting alat pancang cepat.Namun,sistem ini menyebabkan getaran yang sangat kencang dan suara yang sangat bising. Jika di gunakan di daerah pemukiman akan sangat mengganggu dan merusak bangunan di daerah sekitar pemukiman. Gambar 5.2 Drop Hammer Sumber: Google 2. Hydraulic Jacked Piling System Keuntungan cara ini adalah getaran saat pemancangan sangat sedikit, bahkan tidak ada sama sekali, serta tidak ada suara bising akibat pukulan hammer karena menggunakan sistem hydrolik. V-4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Gambar 5.3 Hydraulic Jacked Piling Sumber: Google Pemancangan tiang pancang bisa memilih salah satu diantara dua cara pemancangan yang sudah dijelaskan di atas, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi eksisting lingkungan sekitar tapak yang akan dibangun. Area pemancangan diupayakan memiliki ruang bebas untuk memudahkan pemancangan tiang pancang. Setelah dipancang, tahapan pekerjaan selanjutnya adalah: (1) tiang pancang disambung dengan cara dilas di antara kedua pelat besi; (2) final set dilakukan untuk memastikan dan menjamin tiang pancang sudah mencapai tanah keras, serta mengecek kembali hasil pemancanganuntuk memenuhi standar ketepatan pemancangan. Pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang di lapangan tidak selalu berjalan lancar. Kadang ada hal yang menghambat pekerjaan yang ditemui oleh kontraktor saat memancang tiang pancang. Dibawah ini adalah berbagai kendala yang umum terjadi terkait pemancangan tiang pancang: V-5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Pertama adalah kondisi tanah yang tidak begitu baik, misalnya tanah di lapangan kondisinya lembek, akan mengganggu pemancangan pondasi. Kondisi tanah yang lembek di lokasi menyebabkan dorongan tanah ke samping cukup besar. Tiang pancang yang telah dipersiapkan bisa saja menjadi miring, sehingga perlu pemancangan baru atau pemancangan ulang. Untuk menstabilkan kondisi tanah yang lembek maka diperlukan dewatering yang cukup. Pekerjaan tanah juga dilakukan dengan cara open cap, yaitu galian tanah dibuat terasering yang cukup lebar sehingga bebannya tidak terlalu kuat. Saat penggalian tanah, disarankan untuk tidak menimbun tanah galian terlalu banyak, karena dikhawatirkan akan membebani tanah itu sendiri. Sehingga timbunan tanah galian harus segera dikeluarkan dalam satu hari. Kendala lainnya adalah kondisi tanah bekas rawa dan urugan. Kondisi tanah seperti ini menimbulkan pergerakan horisontal ketika dilakukan pemancangan tiang pancang. Pada saat kondisi curah hujan dan muka air tanah cukup tinggi, tanah bekas rawa dan urukan juga dapat menimbulkan longsor pada saat pekerjaan galian tanah untuk basement. Hal ini dapat diatasi dengan dewatering yang cukup. Pada proyek Ballroom dan Hotel Purna Wira Polri Jakarta Selatan ini pemancangan tiang dilakukan dengan sistem hidrolik menggunakan Teknologi terbaru yaitu Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) atau dikenal dengan nama ‘Press in Pile’ sebagai solusi pemancangan pondasi tiang pancang pada lingkungan padat hunian. Sistem ini membantu mengurangi masalah lingkungan saat pekerjaan pemancangan pondasi tiang pancang, lebih praktis, lebih cepat dan lebih ekonomis. V-6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Kelebihan teknologi Hydraulic Static Pile Driver (HSPD): 1. Tidak menimbulkan getaran terhadap lingkungan. 2. Tidak menimbulkan kebisingan di lingkungan. 3. Lebih bersih dan tidak menimbulkan polusi asap pada lingkungan sehingga cenderung lebih ramah lingkungan. 4. Memiliki kinerja lebih cepat 1:2,5 kali dibandingkan teknologi sistem hammer. 5. Tiang pancang lebih presisi dan mampu diaplikasikan pada tempat yang sempit dengan jarak 65 cm dari dinding bangunan eksisting. 6. Pondasi tiang pancang yang terpasang lebih efektif, efisien dan bisa diandalkan kekuatan daya dukung pondasinya. Gambar 5.4 Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) Sumber: Proyek V-7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL 5.3.1 Persiapan Lokasi untuk Pekerjaan Pondasi Sebelum semua pekerjaan pondasi dimulai, lokasi proyek harus disiapkan dengan baik, akses jalan yang cocok untuk penempatan alat pemancangan. Pencahayaan yang memadai juga diperlukan agar pekerjaan bisa berlangsung juga pada malam hari sesuai dengan rencana yang dijadwallkan selama 24 jam per hari. Berdasarkan hasil wawancara kepada supervisor, Bapak Ir. Jamaludin ada beberapa persiapan yang harus dilakukan diantaranya ialah: 1. Mempelajari gambar : ukuran, panjang, dan jumlah. 2. Pelajari spesifikasi alat pemancangan. 3. Tentukan dan gambarkan urutan pemancangan. 4. Tentukan atau terapkan tanda-tanda yang di sepakati yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pematokan agar tidak terjadi kerancuan dalam membedakan titik-titik pemancangan dengan titik as bangunan atau titik-tiik bantu lainnya. 5. Untuk menghindari terjadi pergeseran as tiang dari koordinat yang telah ditentukan maka gunakan titik bantu dalam proses penekanan tiang kedalam. 5.3.2 Metode pelaksanaan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah suatu metode pemancangan pondasi tiang dengan menggunakan mekanisme getaran hydraulic. Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan pararel dengan tiang yang akan dipancang. Adapun metode pelaksanaan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) sebagai berikut : a. Supply kedatangan tiang pancang keproyek dipersiapan sedemikian mungkin sesuai dengan kebutuhan harian pemancangan. V-8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Gambar 5.5 Supply tiang pancang Sumber: Proyek b. Posisikan alat HSDP unit pada koordinat yang ditentukan, check keadaan HSDP unit dengan keadaan rata dengan bantuan alat nivo yang terdapat dalam ruang operator dibantu dengan alat waterpass yang diletakkan pada posisi chasis panjang. Gambar 5.6 Posisi HSDP unit Sumber: Proyek c. Selanjutnya setelah kondisi HSDP unit tepat pada posisinya,tiang pancang dimasukkan kedalam alat penjepit, kemudian posisikan tiang pancang tepat pada koordinat yang telah ditentukan,control posisi tiang pada arah tegak dengan bantuan waterpasss, selanjutnya dilakukan penjepitan tiang dengan tekanan yang sesuai V-9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL dengan perencanaan dapat dilihat pada Pressure Gauge yang menunjukkan kekuatan daya dukung tanah Gambar 5.7 Pemancangan Sumber: Proyek d. Apabila tiang pancang tinggal 2 meter dr permukaan tanah dan belum mencapai 85 MPA maka tiang disambung dgn tiang pancang berikutnya. Proses penyambungannya dengan pengelasan (welding), dimana pada masing ujung tiang pancang terdapat plat baja yg gunanya untuk media penyambungan. Gambar 5.8 Penyambungan Sumber: Proyek V-10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL 5.4 Metode Pelaksanaan pekerjaan pile cap dan sloof Setelah pekerjaan pondasi, persiapan pile cap dan sloof disiapkan dengan baik. Struktur ini terbuat dari beton bertulang dengan ukuran dan jumlah besi tulangan menyesuaikan hasil perhitungan. Pile cap digunakan sebagai pondasi untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang. Sedangkan Sloof adalah suatu struktur pengaku yang mengikat atau menghubungkan pondasi satu dengan pondasi lainnya untuk mengurangi penurunan akibat pembebanan pada struktur, khususnya beban lateral akibat gempa bumi dan apabila terjadi settlement ,maka penurunannyapun akan seimbang/bersamaan. 5.4.1 Tahap Persiapan pekerjaan pile cap dan sloof 1. Menentukan as pile cap dengan menggunakan theodolite dan waterpass berdasarkan shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile cap. 2. Fabrikasi Besi Proses fabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi tulangan. Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter, sedangkan panjang tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri dari bermacam-macam ukuran sesuai perhitungan tulangan. Pemotongan besi digunakan dengan Bar Cutter. Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan. Jika terjadi kesalahan ada pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh dibengkokan kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghindari timbulny retak-retak di tempat pembengkokan ulang tersebut karena sifat getas baja. Pembengkokkan dilakukan dengan Bar Bender dengan berbagai macam ukuran. V-11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Sebelum mengerjakan proses fabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar bengkok dan potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh kontraktor utama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan potong baja tulangan adalah: Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang momennya nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dan batang yang satu dapat disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak menyulitkan dalam pelaksanaan di lapangan. Adapun tahap perakitan tulangannya adalah sebagai berikut: Pemeriksaan diameter,panjang dan bentuk tulangan Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan diatur sesuai gambar Sengkang dipasang seacara manual .Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan menggunakan kawat bendrat. Gambar 5.9 Fabrikasi pile cap dan sloof Sumber: Proyek V-12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL 5.4.2 Tahap Pelaksanaan pekerjaan pile cap dan sloof Adapun metode pelaksanaan pekerjaan pile cap dan sloof adalah sebagai berikut: a. Lakukan penggalian tanah area pile cap dan sloof Gambar 5.10 Penggalian Tanah Sumber: Proyek b. Pada tiang pancang yang berlebih dilakukan pembobokan pada betonnya sesuai elevasi yang diinginkan hingga tersisa tulangan yang dijadikan setek pondasi sebagai pengikat dengan pile cap. Gambar 5.11 Pembobokan tiang pancang Sumber: Proyek c. Urug pasir setebal 10 cm untuk lantai kerja untuk meratakan permukaan d. Sebagai landasan pile cap dibuat lantai kerja setebal 5 cm. V-13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Gambar 5.12 Lantai Kerja Pile cap dan sloof Sumber: Proyek e. Melakukan pemasangan bekisting dari batako di sekeliling area Pile Cap dan Sloof. Penggunaan batako ini pilih karena batako cukup kuat untuk menahan sebagai bekisting agar tidak dibongkar ulang serta dapat menghemat waktu. Gambar 5.13 Bekisting Pile cap Sumber: Proyek f. Melakukan pemasangan tulangan-tulangan pile cap dan sloof. Adapun langkah-langkah pembesian pile cap adalah sebagai berikut: Menentukan daftar lengkungan bengkok besi dimana digunakan besi D 19 mm, dengan jarak antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana. V-14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Semua besi yang telah di sediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana .Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar tulangan. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang telah ditentukan. Tulangan pile cap diletakkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak benar-benar kuat dan kokoh. Langkah-langkah pembesian sloof adalah sebagai berikut: Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan selang-seling dan penempatan sambungan ditempat-tempat dengan tegangan semaksimum mungkin dapat dihindari. Sambungan lewatan harus ada overlapping/tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan bawah.Dipasang beton decking pada tulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton sehinga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat menyebabkan tulangan berkarat.Tebal beton decking yang dipasang haru disesuaikan dengan tebal selimut beton yang direncanakan. V-15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Gambar 5.14 Tulangan Pile cap dan sloof Sumber: Proyek g. Tahap Pengecoran Pile cap dan Sloof 1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan menggunakan pompa air. 2. Memuat tanda/marking pada bekisting yang menunjukkan batas berhentiya pengecoran baik pada bekisting pile cap dan sloof. 3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan pile cap dan sloof. 4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan sloof maka digunakan alat vibrator untuk meratakannya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat. 5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran. 6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan menggunakan alat pertukangan manual atau plester. V-16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Gambar 5.15 Pengecoran Pile cap dan sloof Sumber: Proyek 5.5 Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan merupakan bagian penting dan penting dari proses pekerjaan pondasi di proyek Purna Wira Polri. Semua personil yang terlibat dalam proyek harus menggunakan alat pelindung diri (APD). Dalam pekerjaan konstruksi pondasi, peralatan safety yang diperlukan seperti sepatu safety, helm safety, sarung tangan dan rompi visibilitas tinggi atau pakaian seperti yang dianjurkan dalam daftar bahaya yang diperlukan untuk melindungi operasi dari benda yang jatuh dan bahaya lainnya. 5.5.1 Analisa Resiko Potensi bahaya yang ditimbulkan pada proyek Purna Wira Polri ini merujuk pada instruksi kerja analisa resiko. Potensi yang ditimbulkan adalah seperti, gas dan uap, banjir, gempa bumi, listrik tegangan tinggi serta proses pengangkatan tiang. Dari potensi yang ditimbulkan tersebut dibuatlah program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Program yang diterapkan dalam proyek tersebut yaitu : Menghilangkan bahaya di area kerja Mengurangi dampak terhadap lingkungan. V-17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL 5.5.2 Rencana Kerja Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tersebut tidak terlaksana tanpa rencaana kerja yang baik ntuk mencapai target. Rencana kerja yang diperlukan yaitu: Mengurangi jumlah temuan di dalam sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Mengurangi kesalahan metode kerja pada pengoprasian alat berat (Lifting Operation). Membuat rambu-rambu HSE Gambar 5.16 Rambu-rambu HSE Sumber: Proyek Melakukan sistem monitoring seperti Safety Patrol dan Equipment Monitoring. Menerapkan sistem komunikasi sperti Safety Induction, Tool Boox Meeting, dan Papan Pengumuman. V-18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Gambar 5.17 Safety Induction dan Papan Pengumuman Sumber: Proyek 5.5.3 Tanggung Jawab masing-masing Jabatan Safety bertugas sebagai koordinator penyelenggara sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Project Manager bertugas memimpin kegiatan pelaksanaan proyek di lapangan sesuai dengan QSP (Quality and Safety Plan) dan R.A.P (Rencana Anggaran Proyek). Site Manager atau Site Engineer bert ugas bersama-sama dengan Safety Officer untuk membantu Project Manager dalam perencanaan dan monitoring pelaksanaan program-program HSE. Supervisor atau Pelaksana bertugas Sebagai koordinator lapangan yang langsung mengerjakan pekerjaan di lapangan sesuai peraturan – peraturan HSE. Logistik atau Purcashing bertugas melakukan pembelanjaan kebutuhan perlengkapan HSE ditempat kerja. V-19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Worker atau Pekerja bertugas mengikuti dan berpartisipasi untuk kerja aman, sehat, dan ramah lingkungan. 5.5.4 Penanggulangan Kecelakaan Kerja Penanganan kecelakaan kerja merujuk pada prosedur pada Prosedur Penanganan Insiden dan Kecelakaan Kerja, untuk memastikan penanganan korban kecelakaan kerja yang cepat dan efektif, maka PT. Dwijaya Bangun Perkasa menetapkan hal-hal sebagai berikut : First Aid, disiapkan dengan menyediakan fasilitas sebagai berikut : a. Obat Dasar (Kotak P3K) serperti pencuci mata (obat tetes mata), obat luka (Betadine), dan obat penyakit dalam tubuh (obat masuk angin, obat sakit perut, dan lain – lain). Gambar 5.18 First Aid Box Sumber: Proyek b. Alat bantu pernapasan. V-20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Gambar 5.19 Alat Bantu Pernapasan Sumber: Proyek Bantuan Medis, bantuan medis yang ditunjuk pada proyek ini adalah rumah sakit terdekat yang berada kawasan Kebayoran Baru, Jakarta. Sistem Koordinasi, sistem koordinasi yang dilakukan para proyek ini secara umum adalah koordinasi penananggulangan kecelakaan kerja terkait sistem dan fasilitas penanganan kecelakaan kerja dengan penanggung jawab yang ditunjuk pleh pihak terkait. 5.5.5 Penanganan Kondisi Darurat Struktur Organisasi Kondisi Darurat adalah sebagai berikut: KETUA Wirama Wardana Pujiono WAKIL KETUA Budi Wahono Tim Kebakaran Tim Evakuasi Tim P3K Tim Security Sarbini Ivan Y Jatmiko Bahrudin Jamaludin Risman Parino Joko Didik Wahyu Andhika Jeki Dinas Pemadam Kebakaran RS. Pusat Pertamina Kantor Polisi Jakarta Selatan Telp. (021) 37391622 Telp. 021-7219000 Polres Jakarta Selatan Telp. (021) 7206013 CP. 08971771106 Gambar 5.20 Struktur Organisasi Kondisi Darurat Sumber: Proyek Kondisi gawat darurat berdasarkan hasil pengamatan di lapangan adalah sebagai berikut : 1) Kesalahan Manusia: V-21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL Kebakaran. Pencemaran Lingkungan. Listrik Tegangan Tinggi. Kebocoran Gas 2) Alam: Gempa Bumi Tanah Longsor Huru hara 3) Sistem Pencegahan Keabakaran Sistem pencegahan tersebut yang ditetapkan adalah seperti pekerjaan panas dapat menimbulkan api dan percikan api wajib membuat work permit terdahulu kepada pihak berwenang yang ditunjuk pihak klient. Memastikan situasi kerja aman sesuai rekomendasi work permit sebelum melakukan pekerjaan. dan lain sebagainya. Gambar 5.21 Tabung Pemadam Sumber: Proyek 4) Sistem Pencegahan Pencemaran Lingkungan Sistem pencegahan ini dikendalikan dengan penanggung jawab pelaksana harus melaporkan kepada safety dalam kurun waktu 24 jam. V-22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ V-PROYEK PURNA WIRA POLRI-JAKSEL 5) Sistem Penyelamatan Gempa Bumi atau Tanah longsor Setiap tempat kerja wajib membuat denah evakuasi dan tim penangulangan keadaan darurat yang telah ditentukan kepala safety. 6) Sistem Penyelamatan Huruhara Setiap kerja wajib memastikan situasi kerja aman sesuai sesuai prosedur rencana tanggap darurat. 7) Sistem Evakuasi Penanggulangan gawat darurat akan memberikan tanda arah evakuasi dan tempat berkumpul (meeting point) jika diperlukan. Jarak dari meeting point ke proyek adalah 50 meter dan cukup untuk menampung tenaga kerja proyek. Gambar 5.22 Meeting Point Sumber: Proyek 8) Sistem Koordinasi Penanggulangan gawat darurat akan berkoordinasi terkait sistem dan fasilitas pananganan kondisi gawat darurat dengan melakukan sosialisasi sistem penanganan kondisi gawat darurat yang ada kepada seluruh karyawan PT. Dwijaya Bangun Perkasa. V-23 http://digilib.mercubuana.ac.id/