BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pemasaran
Sering orang mempunyai pengertian yang keliru mengenai marketing
(pemasaran), mereka menganggap mengadakan pemasaran berarti mengadakan
penjualan, padahal sebenarnya penjualan merupakan salah satu kegiatan
pemasaran.
Kotler (2005) mengemukakan bahwa pengertian pemasaran adalah “Suatu
proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar
sesuatu yang bernilai satu sama lain.”
Sedangkan Swastha (2007) mengemukakan bahwa “Pemasaran adalah
sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa, ide
kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi”. Swastha (2007)
mengemukakan bahwa pengertian pemasaran adalah sebagai berikut: “Pemasaran
adalah keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang
dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
adalah proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan dan
6
pengawasan, juga mencakup barang, jasa serta gagasan, berdasarkan
pertukaran dan tujuannya adalah memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat.
2.2 Purchasing
Sofjan Assauri (2008) menyatakan bahwa pembelian merupakan salah satu
fungsi yang penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini
dibebani tanggung jawab untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas bahan-bahan
yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan harga yang sesuai dengan harga
yang berlaku. Pengawasan perlu dilakukan terhadap pelaksanaan fungsi ini,
karena pembelian menyangkut investasi dana dalam persediaan dan kelancaran
arus bahan ke dalam pabrik.
Sedangkan Mulyadi (2007) mengemukakan bahwa aktivitas dalam proses
pembelian barang adalah:
1. Permintaan pembelian
2. Pemilihan pemasok
3. Penempatan order pembelian
4. Penerimaan barang, dan
5. Pencatatan transaksi pembelian
Permintaan pembelian adalah contoh suatu aktivitas yang merupakan satuan
pekerjaan yang ditujukan untuk memicu bagian pembelian melakukan pengadaan
barang sesuai dengan spesifikasi dan jadwal sebagaimana yang dibutuhkan oleh
pemakai barang. Penerimaan barang adalah contoh aktivitas tentang penerimaan
7
kiriman dari pemasok sebagai akibat adanya order pembelian yang dibuat oleh
bagian pembelian.
Beberapa pengertian tentang pembelian (Purchasing):
1. Purchasing adalah kegiatan pengadaan barang atau jasa untuk mencapai
tujuan organisasi atau perusahaan. Tujuan utama dari purchasing
department adalah untuk menjaga kualitas dan nilai dari produk
perusahaan, meminimalisasikan perputaran modal yang dipakai untuk
penyediaan stok barang, menjaga aliran barang masuk dan barang keluar,
dan memperkuat daya saing organisasi atau perusahaan. Purchasing juga
bisa dikatakan dalam penerimaan dan pemrosesan permintaan resmi
(proses pembelian barang), membuat penawaran dan mencari barang,
evaluasi penawaran, pemeriksaan atas barang yang diterima dan
mengawasi atas penyimpanan dan pemakaian yang tepat.
2. Purchasing dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan atas
barang atau jasa yang diperlukan oleh perusahaan dan dapat diterima tepat
pada
waktunya
dengan
mutu
yang
sesuai
serta
harga
yang
menguntungkan.
3. Purchasing adalah salah satu fungsi utama diantara fungsi-fungsi penting
lainnya yang ada didalam suatu perusahaan seperti: administrasi,
pembukuan,
penjualan
dan
pemasaran.
Pembelian
telah
banyak
didefinisikan oleh para ahli dengan meninjau sudut pandang yang berbeda
namun pada dasarnya memiliki pengertian yang sama
8
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa purchasing atau
pembelian adalah suatu usaha dalam memenuhi kebutuhan atas barang dan jasa
yang diperlukan oleh perusahaan dengan melihat kualitas atau mutu, kuantitas
dari barang yang dikirim, serta harga dan waktu pengiriman yang tepat.
Prinsip dari purchasing yaitu:
1. The Right Price
The right price merupakan nilai suatu barang yang dinyatakan dalam mata
uang yang layak atau yang umum berlaku pada saat dan kondisi pembelian
dilakukan.
2. The Right Quantity
Jumlah yang tepat dapat dikatakan sebagai suatu jumlah yang benar-benar
diperlukan oleh suatu perusahaan atau perhotelan pada saat tertentu
3. The Right Time
The right time menyangkut pengertian bahwa barang tersedia setiap kali
diperlukan. Dalam hal ini persediaan barang haruslah diperhitungkan karena jika
ada persediaan barang tentunya ada biaya perawatan barang tersebut.
4. The Right Place
The right place mengandung pengertian bahwa barang yang dibeli
dikirimkan atau diserahkan pada tempat yang dikehendaki oleh pembeli.
5. The Right Quality
The right quality adalah mutu barang yang diperlukan oleh suatu
perusahaa sesuai dengan ketentuan yang sudah dirancang yang paling
menguntungkan perusahaan.
9
6. The Right Source
The right source mengandung pengertian bahwa barang berasal dari
sumber yang tepat. Sumber dikatakan tepat apabila memenuhi prinsip-prinsip
yang lain yaitu the right price, the right quantity, the right time, the right place,
and the right quanlity.
2.3 Pengambilan Keputusan
Dalam usaha mengenal supplier, perusahaan perlu mempelajari perilaku perilaku atau citra dari supplier tersebut. Presepsi – prespsi orang lain dan
motivasi – motivasi internal akan berinteraksi untuk menentukan keputusan
terkahir yang dianggap paling sesuai. Hsani Handoko (2000) mengemukakan
bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan
jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Ada 2 aspek penting dari perilaku konsumen, yaitu :
1. Proses pengambilan keputusan
2. Kegiatan fisik yang kesemuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan dan mempergunakan barang – barang dan jasa ekonomis.
Keputusan
pembelian
merupakan kegiatan individu
yang
secara
langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian
terhadap
produk yang ditawarkan
oleh penjual. Pengertian keputusan
pembelian, Kotler & Armstrong (2001) mengemukakan bahwa adalah tahap
10
dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar
membeli.
Hahn (2002) mengemukakan bahwa ada tiga aktivitas yang berlangsung
dalam proses keputusan pembelian oleh konsumen yaitu :
a. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian.
b. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian.
c. Komitmen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa beli dengan produk
pesaing.
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Kotler
dan Amstrong (2006) mengemukakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkah laku konsumen itu terdiri dari :
1. Faktor Budaya yang terdiri dari beberapa sub yaitu :
Pertama, Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang
mendasar yang terdiri dari kumpulan nilai, preferensi dan perilaku. Kedua,
Sub Budaya banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar yang
penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Ketiga, Kelas Sosial,
menunjukkan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak
hal.
2. Faktor Sosial yang terdiri dari beberapa sub yaitu :
Pertama, Kelompok Acuan yaitu seseorang terdiri dari semua kelompok
yang mempengaruhi langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap
sikap atau perilaku seseorang. Kedua, Keluarga yang merupakan
11
organisasi pembelian yang paling penting dalam masyarakat, dan ia telah
menjadi objek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan
kelompok acuan primer yang sangat berpengaruh. Kita dapat membedakan
antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Kelurga orientasi tersendiri
dari orangtua dan saudara kandung seseorang. Ketiga, Peran dan status
kedudukan seseorang dapat ditentukan melalui peran dan status. Peran
meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Masingmasing peran tersebut menghasilkan status.
3. Faktor Pribadi yang terdiri dari beberapa sub yaitu :
Pertama, Usia dan Tahap Siklus hidup konsumsi juga dibentuk oleh siklus
hidup keluarga. Pemasar sering memilih kelompok-kelompok berdasarkan
siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka. Kedua, Pekerjaan dan
lingkungan ekonomi. Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok
profesi yang memiliki mina di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka.
Ketiga, Gaya Hidup orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas
sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.
Keempat, Kepribadian dan Konsep Diri. Kepribadian adalah karakteristik
psikologis seorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkab
tanggapan
yang
relatif
konsisten
dan
bertahan
lama
terhadap
lingkungannya.
4. Faktor Psikologis yang terdiri dari beberapa sub yaitu :
Pertama, Motivasi, seseorang memiliki kebutuhan yang banyak dalam
waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan muncul
12
dari tekanan biologis seperti lapar, haus dan tidak nyaman. Kedua,
Pengetahuan/Pembelajaran meliputi proses perubahan tingkah laku
seseorang yang timbul dari pengalaman.
Sutisna (2004) mengemukakan bahwa model yang diperkenalkan oleh Assael
tersebut menggambarkan bahwa konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama.
Ketiga faktor tersebut adalah:
1. Faktor pertama adalah konsumen individual.
Artinya pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu
dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. Kebutuhan,
persepsi terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi demografis, gaya
hidup dan karakteristik kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan
individu itu terhadap berbagai alternatif yang tersedia
2. Faktor kedua yaitu lingkungan yang mempengaruhi konsumen.
Pilihan-pilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan
yang mengitarinya. Jadi interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang
akan turut mempengaruhi pada pilihan-pilihan merek yang dibeli
3. Faktor ketiga yaitu strategi pemasaran. Stretegi pemasaran yang banyak
dibahas adalah salah satunya variabel dalam model ini yang dikendalikan
oleh pemasar. Dalam hal ini, pemasar berusaha mempengaruhi konsumen
dengan menggunakan stimuli-stimuli pemasaran seperti iklan dan
sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek produk yang
ditawarkan.
13
2.4 Peran Supplier
Peran supplier sangat penting bagi perkembangan industri manufaktur
ataupun jasa. Supplier memberikan kontribusi yang sangat besar bagi keberhasilan
penyaluran barang dari perusahaan kepada konsumen. Supplier merupakan orang
– orang yang berada pada posisi paling depan dari perusahaan. Pada sisi lain,
supplier merupakan orang yang berada di luar perusahaan, memastikan barang
yang dikirim berada pada kondisi yang seharusnya.
Perkembangan terhadap segmentasi konsumen dan peluang saluran
distribusi menghadapkan perusahaan untuk menentukan sistem distribusi lebih
dari satu supplier. Yuliandri (2009) mengemukakan bahwa semakin banyak
supplier yang digunakan oleh perusahaan maka akan semakin sulit untuk
dikontrol dan dapat tercipta konflik akibat bersaing memperebutkan pelanggan
dan penjualan. Yuliandri (2009) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip kendali
mutu untuk tata hubungan pelanggan dan supplier adalah:
a. Pelanggan dan supplier sepenuhnya bertanggung jawab atas penerapan
kendali mutu berdasarkan saling pengertian dan kerjasama antar sistem
kendali mutu mereka.
b. Pelanggan dan supplier harus tidak saling bergantung dan menghargai
kemerdekaan pihak lain.
c. Pelanggan bertanggung jawab atas pemberian informasi dan persyaratan
yang jelas dan memadai sehingga supplier dapat mengetahui dengan tepat
apa yang harus dikerjakannya.
14
d. Baik
pelanggan
maupun
supplier,
sebelum
berbisnis,
harus
menandatangani suatu kontrak rasional dalam hal mutu, biaya,
syaratpenyerahan barang dan metode pembayaran.
e. Supplier bertanggung jawab atas jaminan mutu yang akan memberikan
kepuasan pada pelanggan dan juga bertanggung jawab atas penyerahan
barang yang dipesan berdasarkan permintaan pelanggan.
f. Baik supplier maupun pelanggan harus lebih dulu memutuskan metode
penilaian terhadap berbagai barang yang dianggap memuaskan bagi kedua
pihak.
g. Dalam kontrak, pelanggan dan supplier harus menetapkan sistem dan
prosedur agar mereka dapat menyelesaikan perselisihan secara baik-baik
bila terjadi masalah apapun.
h. Baik pelanggan maupun supplier, dengan mempertimbangkan pendirian
pihak lain, harus saling bertukar informasi yang diperlukan supaya dapat
melakukan pengendalian mutu yang lebih baik.
i.
Baik pelanggan maupun supplier harus selalu melakukan pengendalian
aktivitas bisnisnya, seperti pembelian, perencanaan produksi dan
persediaan, kerja administrasi dan sistem, sehingga tata hubungan mereka
terjaga dengan baik dan memuaskan.
j.
Baik pelanggan maupun supplier, dalam menangani transaksi bisnis harus
selalu memperhitungkan sepenuhnya kepentingan akhir konsumen.
15
Pemilihan supplier merupakan sebuah permasalahan dimana supplier harus
dipilih dari sejumlah alternatif yang ada berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Pemilihan supplier merupakan sebuah masalah multi-kriteria yang didalamnya
termasuk faktor kualitas dan kuantitas. Yuliandri (2009) menyatakan bahwa
adapun langkah-langkah dalam pemilihan supplier yaitu :
1. Definisi masalah
2. Formulasi
3. Perhitungan skor tiap supplier
4. Pemilihan akhir untuk supplier terbaik
Pada dasarnya, terdapat 2 jenis masalah pemilihan supplier yaitu:
1) Pemilihan supplier tanpa kendala.
Supplier dapat memenuhi permintaan, kualitas, dan pengiriman yang
diinginkan perusahaan (single sourcing). Manajemen hanya perlu
membuat satu keputusan mana supplier yang terbaik.
2) Pemilihan supplier dengan batas limit yang dimiliki supplier.
Supplier tidak dapat memenuhi semua kebutuhan perusahaan. Dalam hal
ini manajemen memutuskan untuk mempertimbangkan lebih dari satu
supplier. Dalam keadaan ini manajemen perlu membuat dua keputusan
mengenai mana supplier terbaik dan berapa banyak item yang dapat dibeli
dari masing-masing supplier. Supplier akan dipilih berdasarkan beberapa
kriteria yang telah ditentukan perusahaan.
Terdapat 23 kriteria yang telah didefinisikan dalam literatur penelitian sebagai
rating kriteria yang dapat digunakan sebagai panduan mengambil keputusan untuk
16
menurutkan kepentingan kriteria. Yuliandri (2009) menyatakan bahwa adapun
kriteria-kriteria tersebut adalah :
1. Biaya bersih (net price) termasuk potongan dan tagihan pengangkutan,
yang ditawarkan oleh masing-masing supplier.
2. Kemampuan masing-masing supplier untuk memenuhi spesifikasi kualitas
(quality) secara konsisten.
3. Pelayan perbaikan (repair service) yang diberikan oleh masing - masing
supplier.
4. Kemampuan masing-masing supplier untuk memenuhi jadwal pengiriman
(delivery) tertentu.
5. Lokasi geografis (geographical location) dari masing - masing supplier.
6. Posisi keuangan (financial position) dan tingkat kredit dari masing masing supplier.
7. Fasilitas dan kapasitas produksi (production facilities and capacity) dari
masing-masing supplier.
8. Jumlah bisnis masa lalu (amount of past business) yang dilakukan dengan
masing-masing supplier.
9. Kemampuan teknis (technical capability), termasuk fasilitas riset dan
pengembangan dari masing-masing supplier.
10. Manajemen dan organisasi (management and organization) dari masingmasing supplier.
11. Perusahaan yang akan dilakukan (future purchase) oleh masing - masing
dari perusahaan.
17
12. Sistem komunikasi (communication system) dari masing - masing
supplier.
13. Pengendalian operasional (operational controls), termasuk pelaporan,
pengendalian kualitas, dan sistem pengendalian persediaan masing masing supplier.
14. Posisi dalam industri (position in the industry), termasuk kepemimpinan
barang (product leadership) dan reputasi dari masing - masing supplier.
15. Catatan hubungan dengan karyawan(labor relations record) dari masingmasing supplier.
16. Sikap (atitude) masing-masing supplier terhadap perusahaan.
17. Tujuan usaha (desire of your business) yang ditunjukkan oleh masing –
masing supplier.
18. Jaminan dan kebijakan klaim (waranty and claim policies) dari masing masing supplier.
19. Kemampuan dari masing-masing supplier utuk memenuhi persyaratan
pembungkusan (packaging).
20. Kesan (impression) dari masing-masing supplier dalam pertemuan.
21. Upaya - upaya pelatihan (training aids) mengenai penggunaan barang dari
masing - masing supplier.
22. Kepatuhan terhadap prosedur perusahaan (compliance with company
procedure) termasuk penawaran dan pelaksanaan dari masing-masing
supplier.
23. Sejarah performansi (performansi history) masing-masing supplier.
18
2.5 Harga
Harga yang merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
seringkali dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam
melakukan pembelian tidak bisa dikesampingkan oleh perusahaan. Swastha
(2001) mengemukakan bahwa mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang
(ditambah beberapa produk) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya. Dari definisi diatas dapat diketahui
bahwa harga yang dibayar oleh pembeli sudah termasuk layanan yang diberikan
oleh penjual. Banyak perusahaan mengadakan pendekatan terhadap penentuan
harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya. Adapun tujuan tersebut dapat
berupa meningkatkan penjualan, mempertahankan market share, mempertahankan
stabilitas harga, mencapai laba maksimum dan sebagainya.
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) mengemukakan bahwa
sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi,
harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah
manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Harga
merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pilihan pembelian, hal ini masih
menjadi kenyataan di negara-negara dunia ketiga, di kalangan kelompokkelompok sosial yang miskin, serta pada bahan-bahan pokok sehari-hari. Namun
dalam dasawarsa terakhir ini, faktor-faktor lain selain harga telah beralih menjadi
relatif lebih penting dalam proses pembelian.
Harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk, dimana
konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai
19
kualitas yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif
dengan kualitas, semakin tinggi harga maka semakin tinggi kualitas. Konsumen
mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas
suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu
dengan produk yang lainnya, dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk
membeli suatu produk.
Tjiptono (2001) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama
dalam mempengaruhi minat beli, yaitu:
1. Peranan alokasi dari harga
Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara
memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan
daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para
pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada
berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari
berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana
yang dikehendaki.
2. Peranan informasi dari harga
Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk,
seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli
mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara
obyektif. Presepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal
mencerminkan kualitas yang tinggi.
20
2.6 Kualitas Produk
Pelanggan yang merasa puas akan kembali membeli, dan mereka akan
memberi tahu yang lain tentang pengalaman baik mereka dengan produk tersebut.
Perusahaan yang pintar bermaksud untuk memuaskan pelanggan dengan hanya
menjanjikan apa yang dapat mereka berikan, kemudian memberikan lebih banyak
dari yang mereka janjikan. Persaingan merek yang tajam belakangan ini memaksa
para marketer untuk memberikan daya tarik yang lebih baik daripada pesaingnya.
Maklum, adanya berbagai merek membuat konsumen diuntungkan. Konsumen
memilih suatu merek adalah kualitas produk. Kualitas produk tidak diragukan lagi
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Menurut Philip Kotler (2002) mengemukakan bahwa definisi produk
adalah “A Product is anything that can be offered to a market to satisfy a want or
need”. Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan Sedangkan menurut W. J. Stanton
yang dikutip oleh Pulus Lilik Kristianto (2011) menyatakan bahwa produk adalah
suatu sifat yang kompleks, baik dapat diraba taupun tidak dapat diraba, termasuk
bungkus, warna, harga, prestise, perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh
pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Dari definisi – definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang
diciptakan perusahaan agar dapat ditawarkan untuk mendapatkan perhatian dalam
memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Berbicara mengenai produk, maka aspek yang perlu diperhatikan adalah
kualitas produk. Arti kualitas Goeth dan Davis yang dikutip Tjiptono (2000)
21
mengemukakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memnuhi atau melebihi harapan. Dapat dikatakan bahwa kualitas berpusat pada
pandangan konsumen sehingga kualitas produk ditentukan dari sesuai atau
tidaknya produk dimata konsumen.
Seakan melengkapi pendapat sebelumnya Kotler and Amstrong (2004)
menyatakan bahwa kualitas produk sebagai “the ability of a product to perform its
functions. It includes the product’s overalldurability, precision, ease, of operation
and repair, and other valued attributes”. Artinya kualitas produk berhubungan
dengan kemampuan produk untuk menjalankan fungsinya, termasuk keseluruhan
produk, kenadalan, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan perbaikan, dan
atribut bernilai lainnya. Jadi, kualitas produk ditunjukan dari keseluruhan karakter
dari sebuah produk yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan.
Jika perusahaan ingin unggul dalam persaingan, perushaan harus tahu
aspek apa saja yang digunakan konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan dengan produk pesaing. Tjiptono (2000) mengemukakan bahwa, ada
enam macam dimensi kualitas produk yaitu kinerja (performance), keistimewaan
tambah (features), keandalan (reliability), kesesuaian spesifikasi (conformance to
specification), daya tahan (durability) dan estertika (aesthetic).
22
2.7 Waktu Pengiriman Barang
Pengiriman atau shipping adalah bagian penting dalam suatu rantai
persediaan yang berfungsi untuk menyiapkan dan mengirimkan barang ke
customer. Yunarto (2006) mengemukakan bahwa transportasi berhubungan
dengan model transportasi apa yang dipakai agar efektif dan efisien, baik dari sisi
biaya, ketepatan waktu pengiriman dan ketepatan waktu.
Dalam distribution channel, dikenal ada tiga komponen utama yaitu
intermediary (perantara), agent (agen), facilitator (Fasilitator). Intermediary
adalah pihak-pihak seperti wholesaler (grosir/pedagang besar) dan retailer
(pengecer) yang membeli barang, memilikinya dan menjual kembali barang
tersebut. Agent adalah pihak-pihak seperti broker (pedagang perantara yang
biasanya dibayar dengan imbalan komisi) dan sales agent (agen penjualan),
broker dan sales agent akan mencari pembeli, bertindak di pihak penjual,
negosiasi dengan pembeli tetapi tidak memliki barang yang diperdagangkan itu.
Facilitator adalah pihak ketiga dan tidak memiliki barang yang diperdagangkan,
tugas facilitator hanyalah untujk membantu dan kemudian ia dibayar atas bantuan
yang diberikannya.
Lead time adalah jangka waktu kapan persediaan itu mulai dipesan sampai
persediaan itu ditempatkan/dipesan kembali. Istilah lead time bisa dipakai pada
proses procurement, delivery time atau pada saat proses BOP (Bill of material,
komponen dari perencanaan aktivitas produksi). Lead time juga merupakan
bagian dari komponen perhitungan – perhitungan dalam proses produksi atau
proses perencanaan persediaan.
23
Faktor ketidakpastian waktu dari supplier menyebabkan perusahaan
memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun
keterlambatan pengiriman terhadap konsumen. Persediaan bahan baku terikat
pada supplier, persedian barang dalam proses terikat pada departemen produksi,
dan persediaan barang jadi terikat pada konsumen. Zulian Yamit (2005)
mengemukakan bahwa ketidakpastian waktu datang mengharuskan perusahaan
membuat jadwal operasi lebih teliti pada setiap level.
Waktu pengiriman barang juga masih berhubungan dengan supply dan
demand. Chandra pamungkas (2011) mengemukakan bahwa supply (penawaran)
adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga dan waktu
tertentu. Sedangkan demand (permintaan) adalah sejumlah barang yang dibeli
atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu.
Selain itu bisa berhubungan juga dengan just in time pembelian Just In
Time Pembelian. Just In Time tidak hanya berlaku untuk persediaan akan tetapi
juga
pembelian, fungsi pembelian sangat terlibat dalam penerapan JIT.
Tujuannya adalah baik persediaan bahan baku, maupun persediaan dalam proses
berada pada tingkat yang benar-benar minimum. Konsep JIT menekankan pada
pembelian
bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi yang
diperlukan untuk membuat produk yang dipesan konsumen baik melalui pesanan
maupun kebutuhan pasar, sehingga tidak ada persediaan bahan baku di gudang
kecuali untuk diproses.
24
Pembelian Just In Time menurut Supriono, adalah: “Sistem pembelian
barang berdasarkan tarikan permintaan sehingga
barang yang dibeli dapat
diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi, dan berharga murah.”
Just In Time pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang
berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara :
1. Mengurangi jumlah pemasok.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan
pemasok.
3. Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan.
4. Mengeliminasi atau mengurangi aktivitas dan biaya tidak bernilai tambah.
5. Mengurangi waktu dan biaya untuk pemeriksaan mutu.
2.8 Penelitian Sebelumnya
Miftakhul Jannah,dkk (2011) dengan judul penelitian pemilian supplier
bahan baku pada PR.Pahala. Dan hasil penelitian tersebut adalah faktor kriteria
yang paling memberikan kontribusi terhadap pemilihan supplier pada PR. Pahala
adalah kriteria kualitas produk memiliki bobot tertinggi 0.373 selanjutnya diikuti
oleh cost 0.266, Responsivenses sebesar 0.156 kriteria delivery 0.128 dan criteria
flexibility 0.077. Kriteria dengan bobot terbesar adalah kriteria terpenting dalam
pemilihan supplier.
Maria Felincia (2013) dengan judul penelitian Pemilihan supplier Produk
Calista pada PT. Buana Tirta Utama. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
kriteria yang dibagi menjadi sub-sub kriteria pengiriman, kualitas, harga dan
25
fleksibilitas. Dan penilitan dilakukan kepada beberapa supplier. Dan hasil
penelitian tersebut adalah pada kriteria pengiriman supplier N dan supplier P
memiliki nilai tertinggi sebesar 0.256, supplier I dan supplier P memiliki nilai
tertinggi pada kriteria kualitas dengan nilai sebesar 0.273 dan supplier I dan
supplier O memiliki nilai tertinggi untuk criteria harga dengan nilai sebesar 0.274
dan criteria flesibilitas supplier I dan supplier P memiliki nilai tertinggi sebesar
0.298. Dan kesimpulan supplier Q dan supplier L mempunyai penilaian yang
paling kecil itu artinya kinerja supplier Q dan L yang paling buruk diantara semua
supplier.
Ambar Harsono (2009) dengan judul penelitian Metode Pemilihan
Pemasok Sayuran Studi kasus di PT. Hero Supermarket Cabang Suci Bandung
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode AHP terhadap PT. Hero
Supermarket Cabang Suci Bandung, kriteria kualitas mendapat urutan tertinggi
dengan bobot 0.349, disusul oleh harga dengan bobot 0,262, dan terakhir
pelayanan dengan bobot 0,20. Dari penentuan bobot sub kriteria, lima urutan
tertinggi adalah kesesuaian spesifikasi dengan bobot 0,130, kondisi pengepakan
dengan bobot 0,124, kemudahan dihubungi dengan bobot 0,122, stabilitas harga
dengan bobot 0,107 dan ketepatan waktu dengan bobot 0,105. Urutan berikutnya
dengan bobotnya adalah kemampuan mengganti produk yang tidak sesuai (0,095),
kemauan bernegosiasi (0,086), kesesuaian jumlah (0,084), kecepatan menjawab
surat menyurat (0,078) dan kemudahan cara pembayaran (0,069). Berdasarkan
hasil penetapan nilai kriteria, ada 3 dari 10 kriteria yang tidak dapat digunakan
pada perhitungan PROMETHEE, karena tidak memberikan perbedaan nilai yang
26
signifikan di antara para pemasok yang akan dinilai. Kriteria-kriteria tersebut
adalah kondisi pengepakan, kemudahan cara pembayaran dan kecepatan
menjawab surat menyurat. Walaupun sub kriteria kondisi pengepakan mempunyai
bobot yang cukup tinggi, akan tetapi tidak ada perbedaan yang nyata dari nilai
kelima pemasok untuk sub kriteria tersebut. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut,
maka urutan pemasok produk sayuran yang baru dapat ditentukan melalui
PROMETHEE II dengan mempertimbangkan nilai net flow adalah C→E→ D →
A→B. Metode ini dapat memberikan cara penilaian pemasok secara terstruktur
dan transparan, dan tidak hanya mempertimbangkan bobot dari kriteria akan tetapi
juga jenis keputusan yang harus diambil dari masing-masing kriteria. Akan tetapi
untuk menerapkan metode ini mungkin akan dijumpai kesulitan dalam penentuan
tipe keputusan dan penentuan parameter secara tepat, karena untuk melakukan hal
tersebut diperlukan pemahaman yang cukup baik dari metode PROMETHEE .
27
Download