BAB V KESIMPULAN Novel 100 Kai Naku Koto mempunyai nilai-nilai psikologis yang terkandung dalam peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya, terutama tokoh utama Fujii. Novel karya Nakamura Kou tersebut, berhasil mengangkat permasalahanpermasalahan eksistensi manusia yang tergambar pada peristiwa yang dialami tokoh utama. Peristiwa-peristiwa yang ditunjukkan dalam novel telah dianalisis dengan menggunakan teori psikologi eksistensialisme Rollo May. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut ; Pertama, kehidupan yang dialami tokoh utama Fujii sejalan dengan konsep being-in-the-world dan nonbeing dalam pandangan eksistensialisme Rollo May. Sebagaimana yang dikatakan Rollo May, being-in-the-world yang dialami Fujii pun meliputi tiga hal, yaitu umwelt, mitwelt, dan eigenwelt. Umwelt yang terjadi pada Fujii adalah dia mampu berhubungan dengan dunia alam, hukum alam, atau fenomena alam yang ada. Secara sadar atau tidak sadar Fujii mengalami dorongan biologis; seperti rasa lapar, dorongan untuk tidur, kelahiran, kematian, dan lain sebagainya. Mitwelt pada Fujii pun mengharuskannya dapat berhubungan dengan manusia yang lain sebagai makhluk sosial dan hidup di dunia yang penuh dengan manusia. Begitu pula dengan eigenwelt, Fujii mampu melakukan hubungan dengan dirinya sendiri. Dengan kata lain, Fujii harus mampu untuk menjadi manusia yang sadar atas dirinya sendiri dan memahami siapa dirinya saat berhubungan dengan dunia kebendaan dan dunia manusia. Terpenuhinya ketiga unsur tersebut secara bersamaan, menandakan bahwa tokoh utama Fujii adalah pribadi yang sehat. Kedua, penggambaran nonbeing yang dialami oleh Fujii, saat kekasihnya (Yoshimi) kritis di rumah sakit hingga pada akhirnya meninggal dunia, berupa kecemasan; rasa bersalah; intensionalitas; kepedulian, cinta, dan keinginan; kebebasan dan takdir; serta mitos. Dari peristiwa yang menimpa Fujii, terlihat bahwa Fujii terus berusaha keras untuk melawan berbagai persoalan nonbeing guna melanjutkan hidupnya dan meraih kembali eksistensinya. Hal ini menandakan bahwa Fujii mampu melawan nonbeing yang terjadi pada dirinya. Ketiga, cara yang dilakukan Fujii untuk meraih kembali eksistensinya ada dua macam, yaitu dengan teknik pertemuan “saya-Anda” (I-thou) dan percakapan fantasi. Untuk mengurangi berbagai permasalahan yang menimpa dirinya, Fujii mencoba melakukan komunikasi atau hubungan timbal balik dengan dunia atau lingkungan sekitar, sesama kerabat (I-thou). Selanjutnya, Fujii juga melakukan percakapan fantasi terhadap dirinya sendiri. Secara tidak langsung, kedua cara tersebut mampu membantu Fujii untuk meraih eksistensinya kembali. Berbagai permasalahan eksistensi yang mengancam Fujii telah menjadikannya sebagai pribadi yang memiliki keyakinan dan tekad yang kuat untuk melanjutkan hidup. Dalam hal ini, Fujii tidak menjadi pribadi yang baru, tetapi menjadi lebih sadar akan bagian-bagian dirinya yang telah ada selama ini, bahwa masa depannya harus terus berjalan walaupun tanpa kehadiran Yoshimi di sisinya.