14 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan suatu perekonomian di suatu
daerah. Pertumbuhan ekonomi ini adalah perubahan fiskal yang terjadi di suatu
daerah atau negara secara khusus, Seperti pertambahan infrastruktur dan jumlah
produksi barang industri dan perkembangan yang menyangkut aspek ekonomi
lainnya. Untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan
melihat pendapatan nasional riil yang di peroleh (Sukirno. 1994:45). Ekonomi
yang bertumbuh adalah ekkonomi dengan titik equilibrium antara permintaan
agregat dan penawaran agregat semakin baikdibanding tahun sebelumnya
(Manurung,2000:8).
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat
bertambah
(Sukirno,2000:55).
Jadi
dan
kemakmuran
pertumbuhan
ekonomi
masyarakat
mengukur
meningkat
prestasi
dari
perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya
kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor
produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang
modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu
tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan
14
meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Menurut Arsyad (1999:108)
pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/
Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan
struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu
negara.
”pertumbuhan”
(growth)
tidak
identik
dengan
”pembangunan”
(development) Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat
yang diperlukan dalam proses pembangunan (Meier,1989). Pertumbuhan ekonomi
hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang
pembangunan berdimensi lebih luas. Salah satu sasaran pembangunan ekonomi
daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan
ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional
Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan
memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangkapanjang.
Penekanan pada ”proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau
perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi
biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek
tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang
diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik
dapat dinilai efektifitasnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu tahun
tertentu (tahun t) dapat ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut
(Sukirno, 2000:10).
𝑌 𝑟 𝑡−𝑌 𝑟 𝑡−1
𝑌 𝑟 𝑡−1
𝑋100
15
Ket:
gt = tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun t (%)
Yr t = pendapatan nasional (PDRB) riil pada tahun t (Rp)
Yr t-1 = pendapatan nasional (PDRB) pada tahun sebelumnya (Rp)
Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk
(Arsyad,1999:55). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :
1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari
kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam
yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu
perekonomian.
2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam
proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan
menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.
3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan output.
Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektorsektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat
ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang
lebih baik. Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi
bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 1994:10).
16
Persamaannya adalah :
∆Y = f (∆K, ∆L, ∆T)
∆Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
∆K = tingkat pertambahan barang modal
∆L = tingkat pertambahan tenaga kerja
∆T = tingkat pertambahan teknologi
Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo
Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama
seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:
Y = Aeμt. Kα.L1-α
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia
L = tenaga kerja non terampil
A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar
eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi
α= melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni persentase kenaikan
PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia.
Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output
selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kualitas dan
kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan
penyempurnaan teknologi (Todaro, 2004:184).
17
Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan
masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan
lapangan kerja baru dan merangsang pekembangan kegiatan ekonomi dalam
wilayah tersebut (Arsyad,1999:108). Pada saat ini tidak ada satupun teori yang
mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif, namun
beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting
pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktorfaktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan sebagai
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Undang-undang No. 5
Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah yang menyatakan
sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu: pajak daerah, retribusi daerah,
perusahaan daerah dan lain-lain hasil usaha daerah yang sah. Pajak merupakan
sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah di samping retribusi daerah. Retribusi
daerah adalah pembayaran-pembayaran kepada daerah yang dilakukan oleh para
pengguna jasa-jasa daerah. Perusahaan daerah adalah suatu badan usaha yang
dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan perekonomian daerah dan untuk
menambah penghasilan daerah (Kaho, 2001:127).
18
Menurut (Suparmoko,2002:55) pendapatan asli daerah terdiri dari pajak dan
retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah. Pajak merupakan iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemerintah tanpa balas jasa
langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pajak ini digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Santosa (2013) mengatakan bahwa, peningakatan pendapatan
asli daerah yang dianggap sebagai modal secara akumulasi akan lebih banyak
menimbulkan efek positif dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Menurut Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 menyebutkan instrument
penerimaan pajak daerah adalah yang paling penting guna membiayai
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Pajak daerah juga
merupakan pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran daerah.
Selain pajak daerah sumber pendaptan asli daerah yang cukup besar adalah
Retribusi daerah. Menurut Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 retribusi
daerah merupakan hasil pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau perusahaan.
19
Perusahaan daerah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
peningkatan PAD, namun pada beberapa daerah kontribusi perusahaan daearh
terlalu rendah. Dalam mengoptimalkan perusahaan daerah sebagai sumber
pendapatan
dalam
peningkatan
pendapatan
asli
daerah
perlu
adanya
profesionalisme dalam menjalankan perusahaan tersebut. Menurut Mahmudi
(2010) pendapatan daerah yang berasal dari lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah, antara lain: hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro,
pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi, komisi, potongan, keuntungan selisih kurs,
pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda
pajak dan retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan atas
fasilitas sosial dan fasilitas umum, dan pendapatan dari penyelenggaraan
pendidikan dan penelitian.
Menurut (Halim ,2007: 264-268), adapun yang tergolong PAD yang masuk
ke dalam provinsi yaitu.
a. Pajak Daerah terdiri dari pajak kendaraan bermotor, pajak kendaraan diatas
air, bea balik nama kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan di atas air,
pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak air permukaan.
b.
Restribusi Daerah terdiri dari restribusi jasa umum, restribusi jasa usaha, dan
restribusi perizinan tertentu.
c.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri dari bagian laba
atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba
atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, bagian laba
atas pernyataan modal pada perusahaan patungan/milik swasta.
20
d.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri dari hasil penjualan asset
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi
(TGR), komisi, potongan dan keuntungan selisih nilai tukar rupiah,
pendapatan denda atas keterlambatan peaksanaan pekerjaan, pendapatan
daerah pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atau
jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum,
pendapatan daripenyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari
angsuran/cicilan penjualan.
Adapun yang tergolong PAD yang masuk ke dalam susunan pendapatan
kabupaten/kota yaitu.
a. Hasil Pajak Daerah terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian
golongan C, pajak parkir, pajak parkir bawah tanah, pajak sarang burung
wallet, pajak lingkungan
b.
Hasil Restribusi Daerah terdiri dari restribusi jasa umum, restribusi jasa
usaha, dan restribusi perizinan tertentu
c.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri dari hasil penjualan asset
daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, pendapatan bunga
dposito, tuntutan ganti kerugian daerah, komisi, potongan dan selisih nilai
tukar rupiah, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil
eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan
21
fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
dan pendapatan dari anggaran/cicilan rumah.
2.1.3 Dana Perimbangan
Dana perimbangan bersumber dari APBN yang di alokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka menjalankan pemerintahan dan
melaksanakan desentralisasi. Otonomi daerah hingga saat ini masih belum
optimal, Hal ini dikarenakan banyak masalah yang muncul mulai dari konsisi
geografis, kekayaan alam, serta potensi daerah yang berbeda – beda. Potensi
daerah yang berbeda – beda menciptakan perbedaan kemampuan keuangan untuk
memenuhi kebutuhan daerah tersebut . Perimbangan keuangan anatara pemerintah
pusat dan daerah adalah suatu sistem pembagian yang adil, proporsional,
demokratis, transparan, dan efisien dengan pertimbangan potensi, kondisi, dan
kebutuhan daerahn (Try Indarningrum, 2011).
Kebijakan subsidi dan bantuan yang didistribusikan ke daerah untuk
menutup kesenjangan antara pengeluaran dan pendapatan telah dikeluarkan
pemerintah sejak awal kemerdekaan (Kuncoro,2004). Menurut Sevitenyi (2012),
Pengeluaran pemerintal adalah total pengeluaran pada tingkat agregat dan total
pengeluaran berulang, jumlah belanja modal, administrasi, sosial dan pelayanan
masyarakat, layanan ekonomi dari transfer.
Dana Perimbangan Terdiri dari dana bagi hasil , dana alokasi umum dan
khusus. Dana Bagi Hasil (DBH) berupa dana bagi hasil atas jasa adalah dana yang
bersumber dri APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka
22
persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil (Aryanto,
2011).
Berdasarkan UU NO. 33 Tahun 2004 , Dana Alokasi Umum (DAU) adalah
dana yang berasal dari APBN, yang di alokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membuayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka desentralisasi untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut. DAU
diberikan berdasarkan kebutuhan daerah yang menjadi target pemberian.
Kebutugan daerah diukur melalui luas wilayah, jumlah penduduk, keadaan
geografis, dan tingkat pendapatan masyarakat. Kebijakan alokasi DAU diberikan
dengan menggunakan proporsi terbaik, dimana daerah miskin akan menerima
DAU lebih besar daripada daerah yang kaya. Semakin kaya suatu daerah maka
DAU yang di alokasikan semakin kecil. Dana perimbangan Berperan sangat
penting dalam mempengaruhi perekonomian.
2.1.4 Belanja Modal
Belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan
pada kelompok belanja administrasi umum (Halim, 2004). Belanaja Modal
diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu Belanja Publik yang manfaatnya
dapat langsung dinikmasi masyarakat misalnya : pembangunan jembatan, jalan,
dan perbaikan fasilitas umum lainnya. Kedua adalah belanja aparatur yaitu belanja
yang manfaatnya dinikmati secara tidak langsung oleh masyarakat mislanya
23
pembelian mobil dinas dan pembangunan kantor-kantor pelayanan publik. Belanja
modal sangat erat kaitannya dengan investasi yang dinakukan pemerintah daerah.
Menurut Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral
Anggaran, Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan
dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dam aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.Belanja Modal
dapat diaktegorikan dalam 5 (lima) kategori utama(Syaiful, 2006) :
1. Belanja Modal Tanah Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran biaya
yang digunakan untuk pengadaan, pembeliaan, pembebasan, penyelesaian,
balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan,
pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya
sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud
dalam kondisi siap pakai.
2. Belanja Modal Peralatan dan MesinBelanja Modal Peralatan dan Mesin
adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan,
penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta
inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Gedung dan
Bangunan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan,
penambahan, penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,
pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang
24
menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan
Jaringan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan,
penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan serta
perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai
jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
5. Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja Modal Fisik Lainnya adalah
pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan,
penggantian pembangunan, pembuatan serta perawatan fisik lainnya yang
tidak dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi danjaringan, termasuk
dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian
barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum,
hewan ternakdan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa pemerintahan daerah,
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Maksud pernyataan tersebut
adalah belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
25
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas social dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan jaminan sosial dengan mempertimbangkan analisis standar
belanja, standar harga, tolak ukur kinerjadan standar pelayanan minimal yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Aset tetap yang dimiliki
sebagai akibat adanya belanja modal merupakan prasyarat utama dalam
memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Untuk menambah aset
tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja
modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah
akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan
maupun untuk fasilitas publik. Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset
tetap oleh pemerintah daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan
publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial (Syukriy
Abdullah,Abdul Halim : 2006).
Belanja
modal
dimaksudkan
untuk
mendapatkan
aset
tetap
pemerintahdaerah yaitu peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya.
Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut yakni dengan
membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lain dan membeli.Namun
biasanya cara yang dilakukan dalam pemerintahan adalah dengan cara membeli.
Proses pembelian yang dilakukan umumnya melalui sebuah proses lelang atau
tender yang cukup rumit.
26
2.1.5 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pendpatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh daerah dan
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Tujuan dari Pendapatan asli daerah adalah untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah termasuk penyediaan
infrastruktur yang diperlukan daerah. Infrastruktur dan sarana prasarana yang ada
di daerah akan berdampak pada pertumbuh ekonomi daerah. Jika sarana dan
prasarana memadai maka masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari – harinya
secara aman dan nyaman yang akan berpengaruh pada tingkat produktivitasnya
yang semakin meningkat, dan dengan adanya infrastruktur yang memadai akan
menarik investor untuk membuka usaha di daerah tersebut.
Dengan bertambahnya belanja daerah dalam penyediaan infratruktur
maka akan berdampak pada periode yang akan datang yaitu produktivitas
masyarakat meningkat dan bertambahnya investor akan meningkatkan pendapatan
asli daerah. (Abimanyu, 2005) Peningkatan Pemerintah Daerah dalam investasi
modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik
dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik
terhadap pembangunan
(Mardiasmo,
2002).
yang tercermin
Wong
(2004)
dari
adanya peningkatan
menunjukkan
bahwa
PAD
pembangunan
infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pajak
daerah. Maka dapat di asumsikan meningkatnya pendapatan asli daerah yang
diterima juga akan meningktakan alokasi dana untuk penyediaan infrastruktur
yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang semakin meingkat atau
27
sebaliknya jika pendaptan asli daerah menurun maka alokasi dana untuk
penyediaan infrastruktur juga menurun dan akan menyebabkan penyediaan
fasilitas layanan public yang kurang, sehingga pertumbuhan ekonomi akan
mengalami penurunan.
2.1.6 Hubungan Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan Ekonomi
Ketimpaangan pertumbuhan ekonomi di setiap daerah yang
berbeda – beda yang dikarenakan adanya potensi maupun letak geografis yang
berbeda ini menyebabkan perlunya ada pemberian dana perimbangan . Dana
perimbangan merupakan transfer dari pemerintah pusat untuk daerah yang belum
mampu dalam hal pemenuhan infrastruktur dengan kemampuan pendapatan asli
daerahnya. Adapun hubungan antara Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan
ekonomi yaitu, jika dilihat dari pengertiannya bahwa apabila dana perimbangan
tinggi akan membuat pengeluaran untuk Belanja Modal juga semakin tinggi, dan
membuat biaya untuk menunjang kesejahtraan masyarakat makin tinggi pula.
Menurut Holzt-Eakin et al (1994), menyatakan bahwa terdapat suatu
keterkaitan yang sangat erat antara transfer di Pemerintah Pusat dengan Belanja di
Pemerintah Daerah. Dan terdapat bukti empiris bahwa dalam jangka panjang
transfer berpengaruh terhadap belanja daerah (Legrenzi and Milas, 2001). Sesuai
dengan tujuan dari dana perimbangan yang bertujuan untuk mengatasi perbedaan
kemampuan keuangan untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut. Maka dari itu
apabila dana perimbangan yang didapat dalam jumlah yang kecil dan tidak
mampu memenuhi kekurangan dari dana yg di dapat dari pendapatan asli daerah,
akan membuat biaya yang dieluarkan utuk Belanja Modal akan sedikit pula dan
28
kesejahtraan masyarakat yang ditunjang dari dana tersebut akan semakin menurun
dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun.
2.1.7 Hubungan Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi
Belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan
prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk
fasilitas publik. Peningkatan invesatasi modal (belanja modal) diharapkan mampu
meningkatkan kualitas layanan publik. Tujuan membangun aset tetap berupa
fasilitas, sarana prasarana serta infrastruktur adalah menyediakan pelayanan
publik yang memadai sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian.
Apabila suatu daerah memiliki sarana prasarana yang memadai dapat membuat
investor untuk melakukan investasi dan masyarakat dapat melakukan aktivitasnya
sehari-hari dengan nyaman sehingga tingkat produktivitas akan semakin
meningkat. Hal ini sesuai dengan Abimanyu (2005) yang menyatakan bahwa
apabila belanja modal meningkat maka akan berdampak pada produktivitas
masyarakat yang semakin meningkat dan bertambahnya jumlah investor yang
melakukan investasi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah diantaranya
pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga
masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah (Halim, 2004).
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan
efektifitas di berbagai sektor serta meningkatkan produktifitas masyarakat yang
akan meningkatan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan sarana dan prasarana
oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi
29
(Kuncoro, 2004).Syarat fundamental untuk pertumbuhan ekonomi adalah tingkat
pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk.
Penyediaan infrastruktur yang dananya di alokasikan melalui belanja modal
sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dapat diartikan bila belanja modal
dengan jumlah yang besar maka ketersediaan fasilitas publik juga akan meningkat
yang berdampak juga terhadap pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya bila belanja
modal tidak mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi, Maka pertumbuhan ekonomi akan menurun.
2.1.8 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal
Pendapatan asli daerah berpengaruh erat hubungannya dengan
Belanja modal karena setiap pengeluaran yang dilakukan pemerintah harus
disesuaikan dengan pendapatan yang diterima pemerintah daerah. Semakin tinggi
pendapatan asli daerah maka semakin tinggi juga belanja yang dilakukan
pemerintah. Menurut hukum Wagner, apabila pendapatan per kapita meningkat,
secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat (Mangkoesoebroto,
1993:171). Dapat dilihat bahwa peningkatan pendapatan per kapita secara tidak
langsung mempengaruhi PAD yang dapat meningkatkan pengeluaran pemerintah.
Menurut Prakosa (2004) bahwa, pendapatan asli daerah berpengaruh
positif terhadap belanja daerah. Belanja daerah tersebut kemudian dialokasikan
untuk belanja Modal. Terdapat indikasi bahwa pemerintah daerah kurang berhatihati dalam menyusun anggaran belanjanya dan kurang mengambil pelajaran dari
realisasi anggaran tahun yang telah lalu.
30
Peningkatan invesatasi modal (belanja modal) diharapkan mampu
meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan
tingkat partisipasi (kontribusi) public terhadap pembangunan yang tercermin dari
adanya peningkatan PAD. Dengan kata lain, pembangunan berbagai fasilitas
sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah. Pelaksanaan
desentralisasi membuat pembangunan menjadi prioritas utama pemerintah daerah
untuk menunjang peningkatan PAD. Maka dapat di katakan bila pendapatan asli
daerah yang tinggi akan ikut meningkatkan pengeluaran pemerintah dalam
mengalokasikan dana untuk belanja modal guna meningkatkan fasilitas public
untuk menunjang pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya, jika pendapatan asli
daerah yang kecil maka akan menyebabkan alokasi belanja modal yang semakin
sedikit.
2.1.9 Hubungan Dana Perimbagan dengan Belanja Modal
Dana perimbangan bersumber dari APBN yang di alokasikan
kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka menjalankan
pemerintahan dan melaksanakan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan
untuk mengatasi perbedaan kemampuan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
daerah tersebut. Perimbangan keuangan anatara pemerintah pusat dan daerah
adalah suatu sistem pembagian yang adil, proporsional, demokratis, transparan,
dan efisien dengan pertimbangan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerahn (Try
Indarningrum, 2011).
Menurut Holzt-Eakin et al (1994), menyatakan bahwa terdapat suatu
keterkaitan yang sangat erat antara transfer di Pemerintah Pusat dengan Belanja di
31
Pemerintah Daerah. Dan terdapat bukti empiris bahwa dalam jangka panjang
transfer berpengaruh terhadap belanja daerah (Legrenzi and Milas, 2001). Sesuai
dengan tujuan dari adanya Belanja Modal tersebut maka apabila dana
perimbangan yang didapat dalam jumlah yang kecil akan membuat biaya yang
dikeluarkan untuk Belanja Modal akan sedikit. Belanja Modal yang sedikit akan
berdampak pada pemenuhan infrastruktur yang menyebabkan kesejahtraan
masyarakat yang ditunjang dari penyediaan infrastruktur tersebut akan semakin
menurun.
Pemerintah pusat mengharapkan dengan adanya desentralisasi fiskal
pemerintah daerah lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam mengelola
sumber daya yang dimiliki sehingga tidak hanya mengandalkan dana
perimbangan. Dengan adanya transfer dana perimbangan dari Pemerintah Pusat
maka daerah bisa lebih fokus untuk menggunakan PAD yang dimilikinya untuk
membiayai belanja modal yang menunjang tujuan pemerintah yaitu meningkatkan
pelayanan publik. Dibeberapa daerah peran dana perimbangan sangat signifikan
karena karena kebijakan belanja daerah lebih di dominasi oleh jumlah dana
perimbangan dari pada PAD (Sidik etal, 2002). Sesuai dengan tujuan dari adanya
dana perimbanga yang tujuannya adalah memenuhi kekurangan alokasi dana
untuk belanja daerah, maka bila semakin banyak dana perimbangan yang
diperoleh pemerintah daerah maka semakin tinggi juga alokasi belanja modal atau
sebaliknya.
32
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Pengkajian atas hasil – hasil penelitian sebelumnya akan sangat membantu
peneliti-peneliti lainnya dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan
berbagai pendekatan spesifik. Selain itu, dengan mempelajari hasil-hasil
penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman komprehensif mengenai posisi
peneliti. Oleh karena itu di bagian berikut akan diterangkan beberapa hasil
penelitian terdahulu, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan Santosa (2013) yang berjudul “Pengaruh PAD
dan Dana perimbangan Daerah Terhadap Pertumbuhan, Pengangguran dan
Kemiskinan 33 Provinsi di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah DAU, DAK, DBH, PAD, Pengangguran, Kemiskinan
dan Pertumbuhan dan alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur.
Hasil penelitian ini PAD dan DAU tidak berpengaruh terhadap
peningkatan pertumbuhan, sementara DAK dan DBH berpengaruh. PAD
dan DAU berpengaruh terhadap penurunan pengangguran sementara DAK
dan DBH tidak. PAD, DAU, DAK, DBH berpengaruh menurunkan angka
kemiskinan, sementara pertumbuhan tidak berpengaruh pada kemiskinan
dan
pengangguran.
Persamaan
penelitian
ini
adalah
sama-sama
mengidentifikasi PAD memengaruhi kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi serta pertumbuhan ekonomi memengaruhi kemiskinan dan
menggunakan teknik analisis yang sama yaitu analisis jalur. Sementara
perbedaannya adalah lokasi penelitian yang ini pada 33 Provinsi yang ada
33
di Indonesia sedangkan lokasi yang digunakan adalah Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali dan variabel belanja tidak langsung yang digunakan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mawarni, dkk. (2013) yang berjudul
“Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Belanja Modal serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
(Studi Pada Kabupaten/Kota di Aceh)”. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah PAD, DAU, Belanja Modal, Pertumbuhan Ekonomi
dan alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil analisis
menunjukkan PAD berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja
modal dan pertumbuhan ekonomi, sementara DAU berpengaruh negatif
terhadap belanja modal dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Persamaannya dengan penelitian ini adalah menggunakan
analisis jalur dan menganalisis pengaruh PAD terhadap pertumbuhan
ekonomi. Sementara perbedaannya adalah variabel intervening yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu belanja modal sedangkan yang
digunakan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening dan lokasi
yang digunakan berbeda yaitu Provinsi Bali, sedangkan penelitian ini
menggunakan Provinsi Aceh.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2013) yang berjudul “Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kebupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011”. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung
dan Pertumbuhan Ekonomi dan alat analisis yang digunakan adalah
34
analisis data panel. Hasil analisis menunjukkan belanja tidak langsung dan
belanja langsung secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis
pengaruh belanja tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sementara perbedaannya adalah lokasi penelitian ini di Jawa Tengah tahun
2007-2011, sedangkan yang digunakan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
tahun 2007-2013.
2.3 Hipotesis Penelitian
Pendapatan Asli Daerah yang mempengaruhi jumlah Dana Perimbangan
sehingga
dapat meningkatkan Belanja Modal dan akan mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi. Berdasarkan dari landasan teori dan hasil penelitian
sebelumnya, sehingga adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
2. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
3. Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
35
Download