BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Keberadaan spesies asing invasif eceng gondok secara langsung dapat mengakibatkan terjadinya homogenisasi vegetasi akuatik. Ekosistem perairan yang terinvestasi oleh eceng gondok akan didominasi oleh spesies tumbuhan tersebut. 2. Dominasi eceng gondok secara tidak langsung juga dapat mengakibatkan penurunan kekayaan dan keanekaragaman spesies serangga. Keberadaan eceng gondok dapat memicu terjadinya homogenisasi spesies serangga yang berasosiasi dengan komunitas tumbuhan akuatik. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa serangga herbivor merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan komposisi vegetasi akibat keberadaan spesies asing invasif. Kondisi ini juga dapat menurunkan keanekaragaman komunitas Hymenoptera parasitoid. Penurunan kekayaan dan keanekaragaman Hymenoptera parasitoid berkaitan erat dengan penurunan keanekaragaman komunitas serangga herbivor. 3. Agens hayati N. eichhorniae telah menyebar secara luas di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta, sedangkan N. bruchi tidak ditemukan dalam penelitian ini. Ada indikasi bahwa penyebaran N. eichhorniae secara pasif lebih efektif dibandingkan secara aktif sehingga habitat eceng gondok yang terisolasi, yaitu di lokasi Karawang, tidak dapat dikolonisasi oleh agens hayati ini. Meskipun N. eichhorniae secara umum telah mapan di lapangan, namun secara relatif kelimpahannya rendah dan tidak dapat menekan populasi eceng gondok. 4. N. eichhorniae memiliki preferensi dan tingkat kekhususan inang yang tinggi terhadap eceng gondok. Sejauh ini terbukti bahwa kecil kemungkinan terjadinya pergeseran inang agens hayati tersebut. Demikian juga dengan kemungkinan terjadinya ekspansi kisaran inang di lapangan sejauh ini tidak terbukti. Selain itu, ada indikasi bahwa keberadaan agens hayati N. 172 eichhorniae tidak memiliki implikasi terhadap komunitas serangga yang hidup pada habitat eceng gondok. Saran 1. Implikasi keberadaan spesies invasif eceng gondok terhadap komunitas tumbuhan akuatik dan serangga sangat serius, sebab dominasi eceng gondok dapat memicu terjadinya homogenisasi spesies tumbuhan akuatik dan serangga. Untuk mengatasi hal ini perlu dikembangkan strategi yang tepat dalam pengendalian populasi spesies tumbuhan invasif tersebut. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan pengendalian secara mekanik, yaitu dengan mengangkat massa eceng gondok dari ekosistem perairan. Pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan dapat diintegrasikan dengan penerbitan regulasi dari pemerintah yang mendorong upaya pengendalian, sebagaimana dilakukan di Danau Lido. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa N. eichhorniae secara umum telah mapan di lapangan, namun secara relatif kelimpahannya rendah dan tidak dapat menekan populasi eceng gondok. Rendahnya kelimpahan agens hayati ini di lapangan diduga berkaitan dengan kandungan nitrogen dan senyawa polutan pada eceng gondok. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa eceng gondok merupakan kolektor logam berat dan sebagian perairan di Indonesia telah terpolusi secara serius. Oleh karena itu, penelitian secara mendetail diperlukan untuk mempelajari sejauhmana kandungan nitrogen dan senyawa polutan pada eceng gondok dapat mempengaruhi biologi N. eichhorniae, terutama berkaitan dengan aspek reproduksi dan perkembangan populasinya. 3. Dalam program introduksi agens hayati gulma di masa mendatang sebaiknya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan kegiatan dalam skala terbatas. Sebelum pelepasan agens hayati introduksi dalam skala luas perlu dilakukan penelitian secara mendalam, terutama berkaitan dengan efektivitasnya di lapangan, sebab efektivitas yang tinggi di laboratorium tidak serta-merta menjadi jaminan keberhasilan di lapangan.