BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
6
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Jasa
Dunia usaha yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari dapat
berkaitan dengan industri jasa dimana pada setiap tahunnya mengalami
kemajuan yang cukup pesat seiring dengan adanya peningkatan dalam
kebutuhan masyarakat akan berbagai pelayanan di segala macam bidang
sehingga industri jasa dalam dunia usaha sekarang ini sangat bervariasi seperti
jasa konsultasi, perbankan, pendidikan.
Jasa adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dapat ditawarkan
oleh suatu kelompok kepada orang lain atau kelompok lain yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepada kepemilikan apapun.
Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik
(Kotler, 2003).
Sedangkan menurut Rangkuti (2006, p26), jasa merupakan
pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan,
dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil
jasa tersebut.
7
Berdasarkan beberapa definisi di atas tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa jasa membutuhkan adanya interaksi antara pemberi jasa
dengan penerima jasa. Sebab itu, pemberi jasa harus dituntut untuk selalu
dapat memberikan pelayanan yang dapat memberi kepuasan pada penerima
jasa sehingga pelanggan tersebut tidak berpindah ke perusahaan lain.
Industri jasa dapat melakukan persaingan secara kompetitif dengan
memberikan secara konsisten pelayanan yang bermutu lebih tinggi
dibandingkan dengan para pesaing dan yang bisa memenuhi harapan yang
diinginkan oleh para pelanggan. Pada saat ini banyak industri jasa melakukan
penelitian atau riset mengenai kepuasan pelanggan. Oleh sebab itu, kepuasan
pelanggan sangat berkaitan dengan adanya pengukuran terhadap mutu
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.
II.1.1. Karakteristik Jasa
Menurut Kotler dan Amstrong (2001, p376-377), perusahaan harus
mempertimbangkan empat karakteristik jasa tertentu ketika merancang
program pemasaran antara lain (Gambar 2.1) :
1. Tidak berwujud jasa (Intangibility)
Jasa tidak bisa dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar atau dibaui
sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli mencari
“tanda” dari kualitas jasa pelayanan. Biasanya mengambil kesimpulan
8
mengenai kualitas dari tempat, orang, harga, peralatan, dan konsumsi
yang dapat mereka lihat. Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah
membuat jasa dapat berwujud dalam satu atau beberapa cara.
2. Tidak terpisahkan (Inseparability)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, apakah penyedia tadi
adalah orang atau mesin. Bila karyawan jasa menyediakan jasa, maka
karyawan itu merupakan bagian dari jasa. Karena pelanggan turut
hadir saat jasa itu diproduksi sebagai Co-producer, interaksi penyedia
jasa maupun pelanggan akan mempengaruhi hasil jasa.
3. Bervariasi ( Service Variability)
Kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakan jasa, waktu,
tempat, dan bagaimana cara mereka disediakan sehingga jasa dapat
sangat bervariasi dan mudah berubah-ubah.
4. Tidak tahan lamanya jasa ( Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan atau pemakaian yang akan
datang. Tidak tahan lamanya jasa bukanlah masalah apabila
permintaan
selalu
ada.
Tapi
ketika
permintaan
berfluktuasi,
perusahaan jasa sering kali mengalami masalah sulit. Oleh karena itu
perusahaan jasa sering kali merancang strategi agar lebih baik lagi
menyesuaikan permintaan dengan penawaran.
9
Ketidakberwujudan
Jasa tidak dapat dilihat,
dirasa, diraba didengar, atau
dibaui sebelum dibeli.
Ketidakterpisahan
Jasa tidak dapat dipisahkan
dari penyedia dan
pelanggannya.
Jasa
Keragaman
Kualitas jasa tergantung
pada siapa yang
menyediakan, kapan,
dimana dan bagaimana.
Tidak Tahan Lama
Jasa tidak dapat disimpan
untuk penjualan atau
pemakaian akan datang.
Gambar 2.1. Empat Karakteristik Jasa
Sumber : Kotler and Armstrong, 2001, p378
II.1.2. Faktor Penentu Dalam Industri Jasa
Dalam menentukan suksesnya suatu industri jasa bergantung pada
sejauh mana perusahaan dapat mengelola ketiga aspek utama yaitu :
1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan.
2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi
janji tersebut.
3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada
pelanggan.
Model kesatuan dari ketiga aspek di atas dikenal sebagai segitiga jasa,
dimana perusahaan, karyawan dan pelanggan sangat berkaitan dengan erat
10
apabila tidak adanya keseimbangan maka akan menimbulkan kerugian bagi
perusahaan. Gambaran jelas mengenai status dan peran perusahaan, karyawan
serta pelanggan adalah sebagai berikut pada gambar 2.2. :
Pelanggan
EXTERNAL MARKETING
Menetapkan janji mengenai produk
jasa yang akan disampaikan
INTERACTIVE MARKETING
Menyampaikan produk/jasa sesuai
dengan yang telah dijanjikan
Manajemen
Karyawan
INTERNAL MARKETING
Membuat agar produk/jasa yang
disampaikan sesuai dengan yang dijanjikan
Gambar 2.2. Diagram Segitiga Pemasaran Jasa
Sumber : Rangkuti, 2006, hal.27.
II.2. Nasabah
Menurut Kashmir (2004, p.176) nasabah adalah merupakan konsumen
yang membeli atau menggunakan produk yang dijual atau ditawarkan oleh
bank. Jenis-jenis nasabah atau pelanggan terdiri dari :
a. Pasar konsumen, yaitu konsumen rumah tangga dan perorangan yang
membeli produk bank untuk konsumsi pribadi, misalnya tabungan
perorangan.
11
b. Pasar industri merupakan organisasi yang membeli produk digunakan
dalam proses produksi industri.
c. Pasar pemerintah merupakan badan pemerintahan seperti departemen atau
BUMN yang membeli produk yang ditawarkan bank.
d. Pasar reseller merupakan organisasi yang membeli barang dan jasa untuk
dijualnya kembali dengan mendapatkan laba.
e. Pasar internasional merupakan pembeli yang berasal dari luar negeri
seperti konsumen, produsen dan pemerintah asing.
II.2.1. Sifat-sifat Nasabah
Agar pelayanan yang diberikan benar-benar prima sehingga nasabah
merasa terpenuhi keinginan dan kebutuhannya maka seorang nasabah harus
mengenal betul perilaku nasabah secara umum. Berikut ini adalah perilaku
dan sifat-sifat seorang nasabah : (Kashmir,2004, p.221-222)
1. Nasabah adalah raja
Petugas CS (Customer Service) harus menganggap nasabah adalah raja,
artinya seorang raja harus dipenuhi semua keinginan dan kebutuhannya.
Pelayanan yang diberikan haruslah seperti melayani seorang raja dalam
arti masih dalam batas-batas etika dan moral dengan tidak merendahkan
derajat bank atau derajat CS itu sendiri.
12
2. Nasabah ingin dipenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Kedatangan nasabah ke bank adalah ingin memenuhi hasrat atau
keinginan agar terpenuhi, baik berupa informasi, pengisian aplikasi atau
keluhan-keluhan. Jadi petugas CS harus berusaha memenuhi keinginan
dan kebutuhan nasabah.
3. Tidak mau didebat dan tidak mau disinggung.
Sudah merupakan hukum alam bahwa nasabah paling tidak suka dibantah
atau didebat. Usahakan setiap pelayanan dilakukan melalui diskusi yang
santai dan rileks. Pandai-pandailah mengemukakan pendapat sehingga
nasabah tidak mudah tersinggung.
4. Nasabah mau diperhatikan.
Nasabah yang datang ke bank pada hakikatnya ingin memperoleh
perhatian. Jangan sekali-kali menyepelekan atau membiarkan nasabah,
berikan perhatian secara penuh sehingga nasabah benar-benar merasa
diperhatikan.
5. Nasabah merupakan sumber pendapatan bank.
Pendapatan utama bank adalah dari transaksi yang dilakukan oleh
nasabahnya.
Oleh
karena
itu
jika
membiarkan
nasabah
berarti
menghilangkan pendapatan. Nasabah merupakan sumber pendapatan yang
harus dijaga.
13
II.3. Kepuasan Pelanggan (Nasabah)
Konsep pemasaran yang sedang berkembang belakangan ini adalah
konsep pemasaran yang berorientasi kepada pelanggan. Perusahaan tidak
hanya menjual produk atau jasa yang ditawarkan namun perusahaan harus
berfokus kepada pelanggan sehingga kegiatan pemasaran yang dilakukan
selalu berdasarkan pada kebutuhan pelanggan. Selain itu, perusahaan juga
perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para pelanggannya
untuk menyampaikan pendapat, saran serta kritik. Memperhatikan suara
pelanggan merupakan hal yang bermanfaat bagi perusahaan untuk selalu
memperhatikan kebutuhan dan keinginan mereka serta berusaha memenuhi
apa yang menjadi harapan pelanggan.
II.3.1. Definisi Kepuasan Pelanggan (Nasabah)
Menurut Irawan (2002,p.7), pelanggan adalah hal yang paling penting
dalam suatu perusahaan dan bias dikatakan bahwa hidup atau matinya suatu
perusahaan tergantung pada pelanggan. Sebab itu, banyak perusahaan saling
bersaing untuk dapat memberikan perlayanan paling terbaik kepada para
pelanggannya sehingga pelanggan enggan untuk beralih atau pindah ke
penyedia jasa yang lain.
14
Menurut Kotler dan Armstrong (2001,p.6) kepuasan pelanggan adalah
sejauh mana anggapan kinerja produk memenuhi harapan pembeli. Bila
kinerja produk lebih rendah dibandingkan maka harapan pelanggan tidak
puas. Bila prestasi sesuai atau melebihi harapan maka pelanggan akan merasa
puas atau amat gembira terhadap keputusan pembelian dimana konsumen
akhirnya melakukan pembelian.
Definisi kepuasan pelanggan menurut Gerson (2002,p.5) adalah
persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Jika
seseorang membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan biasanya memiliki
ekspektasi atau harapan terhadap produk atau jasa yang dibelinya tersebut.
Jika kualitas mutu dan layanan produk atau jasa yang diterimanya melebihi
atau sama dengan yang diharapkan maka akan timbul kepuasan tersendiri
terhadap pelanggan tersebut.
Pengertian kepuasan pelanggan adalah reaksi emosional jangka
pendek terhadap suatu pelayanan tertentu yang diterima oleh pengguna
produk atau jasa tersebut.
Beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan
merupakan suatu sikap tersendiri dari pelanggan yaitu apabila pelanggan
merasa puas terhadap suatu produk atau pelayanan yang diberikan maka akan
selalu menggunakan produk atau jasa tersebut secara berulang-ulang. Hal ini
mencerminkan bahwa pelanggan mempunyai suatu standar tertentu di dalam
pemikiran
mereka
sebelum
mereka
mengambil
keputusan
untuk
mengkonsumsi produk atau jasa tersebut, sehingga akan menilai pelayanan
15
yang diterima dan membandingkannya dengan standar atau ekspektasi yang
telah mereka buat. Hasil perbandingan tersebut akan terlihat apakah
pelanggan merasa sangat puas, puas atau tidak puas terhadap pelayanan yang
diterima.
II.3.2. Pentingnya Pengukuran Kepuasan Pelanggan (Nasabah)
Adanya pengukuran atas kepuasan pelanggan karena sangat penting
bagi perusahaan dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja perusahaan saat ini
dibandingkan dengan para pesaing serta untuk menemukan bagian mana dari
perusahaan
yang
memerlukan
perbaikan
dan
peningkatan
serta
mempertahankan pelayanan yang sudah ada. Dalam hal ini perusahaan akan
berusaha secara terus menerus untuk dapat meningkatkan pelayanan yang
diberikan kepada pelanggannya secara langsung maupun tidak langsung hal
ini akan mempengaruhi penjualan yang pada akhirnya akan memberikan
pengaruh terhadap keuntungan yang diterima perusahaan.
Kemampuan perusahaan untuk dapat mengevaluasi posisi perusahaan
secara cepat akan menciptakan retensi pelanggan yang tinggi sehingga
menyebabkan pelanggan enggan untuk beralih ke perusahaan pesaing.
Apabila pelanggan enggan untuk beralih ke perusahaan pesaing maka
perusahaan akan sangat diuntungkan disebabkan adanya pelanggan yang loyal
terhadap perusahaan. Adanya dukungan pelanggan yang loyal yang dimiliki
16
perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja dan pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan.
Menurut Rangkuti (2006), adanya pengukuran kepuasan pelanggan
yang dilakukan oleh perusahaan maka dapat meningkatkan 4-R kepada
pelanggannya yaitu :
1. Membangun customer relationship.
Customer relationship akan muncul pada saat pelanggan berhubungan
dengan perusahaan dalam periode waktu tertentu. Customer relationship
ini akan menciptakan kedekatan dengan pelanggan maka dari itu sangat
diperlukan kejujuran, komitmen, komunikasi, dan saling pengertian.
2. Menciptakan customer retention.
Apabila perusahaan mampu memberikan pelayanan yang melebihi
ekpektasi pelanggan maka akan timbul adanya customer retention. Retensi
pelanggan jauh lebih murah dibandingkan mencari pelanggan baru.
Retensi pelanggan dapat tercipta melalui pelayanan yang lebih besar
daripada kebutuhan pelanggan.
3. Customer Referral.
Merupakan kesediaan pelanggan untuk memberitahukan kepuasan yang
mereka nikmati kepada orang lain. Kegiatan ini berarti promosi gratis dari
mulut ke mulut karena pelanggan tersebut akan dengan senang hati
merekomendasikan apa yang telah dirasakannya kepada orang terdekat.
17
4. Customer Recovery.
Kegiatan bisnis tidak selamanya berjalan dengan baik. Kadang-kadang
perusahaan dapat melakukan kesalahan dan apabila hal itu terjadi
kesalahan tersebut secepatnya diubah menjadi peluang. Hal ini dikenal
dengan customer recovery. Dengan segera mengubah kesalahan akan
dapat
meingkatkan
komitmen
kepada
pelanggan
sehingga
akan
meningkatkan loyalitas.
II.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan (Nasabah)
Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah
persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi
jasa. Kepuasan pelanggan selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga
ditentukan oleh kualitas produk, harga, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi
serta yang bersifat situasi sesaat. Berikut ini adalah beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan (Rangkuti,2006,p.30) :
1. Nilai
Nilai didefinisikan sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat dari
suatu produk, yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang
telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk
tersebut. kriteria nilai pelanggan (customer value) dapat digambarkan
sebagai berikut :
18
Nilai bagi pelanggan = Kualitas X Layanan
Biaya
Waktu
Walaupun suatu jasa berkualitas serta memuaskan pelanggan, namun
belum tentu jasa tersebut bernilai bagi pelanggan. Semakin bernilai suatu
produk, semakin bertambah kebutuhan pelanggan yang dapat dipenuhi
oleh produk tersebut. pelanggan semakin loyal bila produk tersebut
semakin bernilai baginya.
2. Daya saing
Suatu produk hanya memiliki daya saing apabila keunggulan produk
tersebut dibutuhkan oleh pelanggan. Keunggulan suatu produk jasa
terletak pada keunikan serta kualitas pelayanan produk jasa tersebut
kepada pelanggan. Dengan demikian, suatu produk mempunyai daya saing
bila keunikan serta kualitas pelayanannya disesuaikan dengan manfaat
serta pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan.
3. Persepsi pelanggan
Persepsi didefinisikan sebagai proses di mana pelanggan memilih serta
mengartikan stimulus yang diterimanya melalui alat inderanya menjadi
suatu makna. Makna dari proses persepsi ini dipengaruhi oleh pengalaman
masa lalu pelanggan yang bersangkutan.
19
II.4. Kualitas Layanan
Pengukuran dalam kualitas pelayanan jasa bisa dikatakan tidak mudah.
Hal ini dikarenakan adanya persepsi dan harapan pelanggan yang berbedabeda dalam setiap keinginan pelanggan. Salah satu alat atau metode yang
dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan terhadap kualitas
pelayanan yang diterimanya adalah dengan menggunakan metode ServQual
(Service Quality).
II.4.1. Definisi Kualitas Layanan
Agar dapat lebih bisa memahami mengenai kualitas layanan, maka
perlu dipahami apa yang dimaksud dengan kualitas dan layanan. Dalam
konsep inti pemasaran (Kotler,2003,p.8) bahwa yang dimaksud dengan
layanan adalah sesuatu yang bisa ditawarkan untuk memuaskan suatu
kebutuhan atau keinginan.
Layanan terdiri atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen
dalam rangka memenuhi keinginan dan kebutuhan pemakainya. Sedangkan
kualitas dalam perspektif TQM (Total Quality Management) dipandang secara
lebih luas, dimana tidak hanya pada aspek hasil saja yang ditekankan,
melainkan juga meliputi proses. Hal ini jelas bahwa kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
20
II.4.2. Dimensi Pada Kualitas Layanan (Dimensi ServQual)
Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990,p.26) untuk
mengukur kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan dengan metode
ServQual dilihat dari lima dimensi kualitas layanan, yaitu :
1. Tangibles (kasat mata)
Tangibles ini digunakan agar dapat mengukur kualitas pelayanan yang
berupa penampilan fisik peralatan, karyawan serta sarana komunikasi
yang digunakan perusahaan.
2. Reliability (keandalan)
Reliability
ini
untuk
mengukur
kemampuasn
perusahaan
dalam
memberikan pelayanan yang tepat dan dapat diandalkan.
3. Responsiveness (daya tanggap)
Untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat dan
tanggap terhadap keinginan pelanggan.
4. Empathy (empati)
Untuk mengukur pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen
serta perhatian yang diberikan oleh karyawan.
5. Assurance (jaminan)
Untuk mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat dapat
dipercaya yang dimiliki oleh karyawan dalam meyakinkan pelanggan.
21
Gambaran hal ini adalah sebagai berikut pada gambar 2.3 :
Dari mulut
ke mulut
Kebutuhan
pribadi
Dimensi
Kualitas
Pengalaman
masa lalu
Komunikasi
eksternal
Pelayanan yang
Kualitas
Pelayanan
Yang Dinilai
1.Tangibles
2. Reliability
3.Responsiveness
4. Assurance
5. Empathy
Pelayanan yang diterima
pelanggan
Gambar 2.3. Pandangan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan
Sumber : Zeithaml, Parasuraman, Berry, 1990.
Dari gambar 2.3 diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa para pelanggan
memutuskan untuk menggunakan suatu jasa atau produk bisa dipengaruhi
oleh persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang akan diberikan. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara kepuasan
pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang
diharapkan akan didapat oleh pelanggan dipengaruhi oleh :
1. Informasi yang diperoleh dari mulut ke mulut pelanggan lain yang sudah
lebih dulu menggunakan produk atau jasa tersebut.
2. Kebutuhan pribadi dari pelanggan itu sendiri terhadap produk atau jasa
yang ditawarkan.
3. Pengalaman masa lalu dari pelanggan yang sudah pernah menggunakan
produk atau jasa tersebut.
22
4. Komunikasi eksternal yaitu berupa brosur, iklan, spanduk, leaflet yang
diberikan perusahaan untuk menarik pelanggan.
II.4.2. Model Kualitas Layanan
Adanya model kualitas layanan (Gambar 2.4) yang berfokus pada
syarat-syarat utama untuk memberikan kualitas layanan yang diharapkan dari
pandangan Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1990,p.33-46). Hal ini
diperuntukkan agar sistem pengoperasian dan penyampaian jasa yang
dibutuhkan dapat berlangsung dengan semestinya. Sistem ini sendiri harus
dirancang sedemikian rupa agar pada akhirnya dapat menghasilkan bentuk
jasa yang efektif bagi pelanggan.
Model ini memberikan 5 kesenjangan (gap) yang mengakibatkan
kegagalan dalam penyampaian pelayanan. Kelima kesenjangan itu adalah :
1. Kesenjangan (gap) 1 : Kesenjangan (gap) antara harapan pelanggan
dengan persepsi manajemen.
Kesenjangan (gap) ini muncul karena adanya ketidaktahuan manjemen
terhadap pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan. Akibatnya
manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu layanan seharunya
didesain, pendukung apa saja yang diinginkan pelanggan.
23
2. Kesenjangan (gap) 2 : Kesenjangan (gap) antara persepsi manajemen
terhadap spesifikasi kualitas pelayanan.
Kesenjangan (gap) ini terjadi karena kurangnya kesadaran manajemen
akan harapan pelanggan terhadap spesifikasi standar kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan. Para karyawan yang tidak terlatih
dengan baik atau bekerja melampaui batas dan tidak mampu atau tidak
bersedia memenuhi standard, atau mereka dihadapkan pada standard yang
berlawanan.
3. Kesenjangan (gap) 3 : Kesenjangan (gap) antara spesifikasi kualitas
pelayanan dengan penyampaian pelayanan.
Kesenjangan (gap) ini terjadi disebabkan oleh ketidakmampuan karyawan
memenuhi standar kualitas pelayanan yang sudah ditentukan. Meskipun
adanya panduan bagi kinerja kualitas pelayanan dan cara memperlakukan
pelanggan dengan tepat, tidak berarti telah terdapat kepastian mengenai
kualitas pelayanan yang tinggi terhadap pelanggan.
4. Kesenjangan (gap) 4 : Kesenjangan (gap) antara penyampaian
pelayanan dengan komunikasi eksternal kepada pelanggan.
Salah satu faktor penyebab terjadinya ekspektasi pelanggan adalah
komunikasi eksternal dari penyedia jasa. Janji-janji yang dibuat oleh
perusahaan melalui media iklan, brosur, spanduk dan alat komunikasi
lainnya akan meningkatkan ekpektasi pelanggan yang berlebihan terhadap
penyedia jasa atau produk tersebut.
24
Dari mulut ke
mulut
Kebutuhan
pribadi
Pengalaman
masa lalu
Jasa yang
Gap 5
Jasa yang diterima pelanggan
Pelanggan
Gap 4
Penyedia
Penyampaian
Komunikasi eksternal
kepada pelanggan
Gap 3
Gap 1
Spesifikasi kualitas
pelayanan
Gap 2
Persepsi manajemen atas
harapan pelanggan
Gambar 2.4. Model Kualitas Jasa
Sumber: Parasuraman, Zeithaml, dan Berry,1985.
5. Kesenjangan (gap) 5 : Kesenjangan (gap) antara pelayanan yang
diharapkan terhadap pelayanan yang diterima pelanggan.
Hal ini dapat terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan
dengan cara yang berbeda dan memiliki persepsi yang salah mengenai
kualitas jasa tersebut.
25
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan yaitu :
1. Tidak mengetahui apa yang diharapkan dan diinginkan pelanggan yang
dikarenakan adanya kurangnya riset pemasaran, komunikasi vertikal yang
tidak memadai dan terlalu banyaknya tingkatan manajemen.
2. Adanya kesalahan standard kualitas layanan, karena kurangnya komitmen
dari pihak manajemen terhadap kualitas, tidak ada standard kualitas, dan
tidak ada penetapan sasaran yang jelas.
3. Kesenjangan kinerja layanan yang disebabkan peranan yang tidak jelas,
pegawai dan tekhnologi yang tidak sesuai, kurangnya kendali dalam kerja
sama.
4. Ketika komitmen tidak ditepati dikarenakan kurangnya komunikasi
horizontal.
II.5. Frontliner
Definisi frontliner secara umum adalah barisan paling depan dari suatu
perusahaan yang terdiri dari bagian pemasaran, customer service, teller, dan
sebagainya.
Frontliner pada Bank Victoria terdiri dari customer service dan teller.
Setiap customer service ataupun teller memiliki pemimpin yang melakukan
kendali terhadap bawahannya. Berikut gambaran mengenai fungsi, tanggung
jawab, dan wewenang dari customer service dan teller.
26
•
Customer Service
-
Fungsi :
a. Melakukan standar layanan di front office
b. Melakukan fungsi pemasaran, layanan rekening dana, dan tugas –
tugas administrasi customer service
c. Menangani keluhan nasabah
-
Tanggung jawab :
a. Melakukan pelayanan di front office sesuai dengan bidang
tugasnya.
b. Kebenaran penjelasan dan informasi serta memasukkan data ke
komputer.
c. Menjaga kerahasiaan password.
d. Memastikan pengadministrasian dan pengelolaan surat berharga.
-
Wewenang :
a. Mengatur pelayanan front office sesuai standard dan mengambil
keputusan atas pelayanan yang tidak sesuai standar.
b. Menindaklanjuti permohonan pembukaan, pemeliharaan dan
penutupan rekening nasabah.
c. Memberikan advis atas keluhan nasabah.
d. Memberikan informasi dan penjelasan kepada nasabah.
27
•
Teller
-
Fungsi :
Melayani kegiatan penyetoran, penarikan tunai dan non tunai, surat –
surat berharga dan kegiatan kas lainnya.
-
Tanggung jawab :
a. Memberikan layanan yang baik, cepat dan tepat kepada nasabah.
b. Memproses transaksi tunai dan non tunai.
c. Menjamin kerahasiaan password.
d. Menjaga kebersihan counter teller.
e. Menjamin keamanan box teller dan kunci box.
-
Wewenang :
a. Melaksanakan transaksi tunai dan non tunai.
b. Melakukan verifikasi dan tanda tangan warkat transaksi.
c. Mengambil dan mengantar uang ke cabang coordinator/pooling
cash dan nasabah.
Download