dalam Metode Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Keaktifan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Mitra (2014) dalam penelitiannya menjelaskan tentang kualitas pengalaman
belajar peserta didik, secara individual atau kolektif, secara kumulatif dikatakan
berandil dalam pencapaian suatu kompetensi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
kebijakan BYOD (Bring Your Own Device) yang diadopsi oleh suatu intitusi
pendidikan berpotensi positif bagi penciptaan kondisi belajar yang secara tidak
langsung membuka peluang besar bagi tercapainya kompetensi yang ditentukan
melalui pengalaman belajar berkualitas bagi setiap peserta didik. Dengan
menggunakan sumber daya pembelajaran yang sama menggunakan perangkat
komputasi
personal,
pengajar
dapat
mendorong
setiap
siswa
untuk
mengembangkan kemampuan belajar mandirinya. Melalui kolaborasi, setiap
siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dan pemikirannya kepada siswa lain
yang diperhitungkan sebagai pengalaman belajar siswa.
Afreen (2014) dalam penelitiannya menjelaskan tentang membawa
perangkat teknologi milik sendiri untuk digunakan di pendidikan tinggi seperti
Universitas sebagai peluang dan tantangan. Penelitian ini menunjukkan tentang
pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memberikan pembelajaran dan
meningkatkan sumber daya manusia pada siswa sesuai dengan zona nyamannya.
Agustanti (2012) dalam penelitiannya menjelaskan tentang implementasi
metode Inquiry untuk meningkatkan hasil belajar biologi. Penelitian ini
menunjukkan bahwa implementasi metode Inquiry dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran biologi. Dari penelitian ini disarankan agar
guru-guru mencari inovasi-inovasi baru yang dapat merangsang sehingga proses
pembelajaran lebih bermakna.
Dari ketiga penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa Bring Your Own
Device (BYOD) berpotensi positif untuk menambah pengalaman belajar siswa
dan membuat siswa tetap berada di dalam zona nyamannya untuk menambah
sumber daya yang siswa miliki dalam dirinya. Sedangkan metode pembelajaran
5
Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran biologi. Dari
penelitian tersebut belum ada penelitian tentang potensi Bring Your Own Device
(BYOD) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas. Dengan demikian
penelitian ini memfokuskan penggunaan Bring Your Own Device (BYOD)
menggunakan metode Inquiry untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam
mata pelajaran bahasa inggris.
2.2. Landasan Teori
2.2.1
Teknologi pendidikan
Peranan teknologi dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah penting.
Keduanya tidak dapat dipisahkan karena merupakan unsur dalam proses kemajuan
dan modernisasi. Istilah teknologi pendidikan berasal dari bahasa Yunani
technologia yang berarti system treatment atau penanganan sesuatu secara
sistematis. Miarso (1986) mengatakan teknologi pendidikan merupakan sebuah
proses yang kompleks dan terpadu dengan melibatkan orang, prosedur, ide,
peralatan, dan organisasi untuk menganalisis, mencari jalan pemecahan,
melaksanakan, mengevaluasi serta mengelola pemecahan masalah yang
berhubungan dengan aspek belajar manusia. Anglin (dalam Warsita, 2008)
mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai kombinasi dari pembelajaran,
belajar, mengelola, dan teknologi lain yang diterapkan untuk memecahkan sebuah
masalah pendidikan. Teknologi pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu
pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan (Nasution, 2011).
Miarso (1986) menjabarkan teknologi pendidikan memiliki tiga perspektif
yaitu pertama, konstruk teoritik yang merupakan sebuah abstraksi yang mencakup
ide dan pripsip tentang bagaimana pendidikan dan pembelajaran dilaksanakan
menggunakan teknologi. Kedua, bidang garapan yang merupakan ide dan prinsip
teoritik untuk memecahkan masalah dalam pendidikan dan pembelajaran. Ketiga,
profesi merupakan kelompok pelaksana yang diorganisasikan dan memenuhi
syarat tertentu untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.
Teknologi pendidikan memiliki dasar pikiran yang memiliki tujuan
pendidikan untuk mengubah anak dengan cara berpikir, merasa, dan berbuat untuk
6
mengubah kelakuan siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut teknologi pendidikan
memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu (Nasution, 2011) :
a.
Merumuskan tujuan yang jelas yang harus dicapai yang dapat dipandang
sebagai masalah.
b.
Menyajikan pelajaran menurut cara yang dianggap serasi yang kita pandang
sebagai “hipotesis” yang perlu dites.
c.
Menilai pelajaran untuk memuji hipotesis itu.
d.
Mencari perbaikan andaikan hasilnya belum memenuhi syarat atau standar
yang ditentukan dan melangsungkan percobaan engan cara lain sampai
tercapai apa yang diharapkan.
Teknologi pendidikan dikembangkan untuk membantu proses belajar dan
mengajar di kelas. Teknologi dalam dunia pendidikan dirancang untuk
memudahkan siswa mengakses dan mencari bahan ajar dari berbagai sumber, di
mana pun, kapan pun dan oleh siapa pun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
siswa. Dengan adanya teknologi pendidikan diharapkan dapat membantu siswa
dan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
2.2.2
Keaktifan Siswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keaktifan adalah kegiatan,
sedangkan siswa adalah pelajar yang melakukan aktifitas belajar di sekolah. Jadi
keaktifan siswa adalah suatu kegiatan individu yang dilakukan siswa di sekolah
untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik (Depdikbud, 2008). Whipple
(dalam Hamalik, 2001) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan
emosional untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek
kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa di dalam kelas.
Menurut Sriyono (dalam Effendi, 2011) keaktifan diartikan sebagai usaha
yang dilakukan oleh guru pada waktu mengajar, sehingga siswa dapat terlibat
aktif jasmani maupn rohani dalam mengikuti pelajaran. Keaktifan jasmani atau
rohani itu meliputi :
7
a.
Keaktifan indera pendengaran, penglihatan, peraba, dan lain-lain. Siswa harus
dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
b.
Keaktifan akal, akal siwa harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan
masalah, menimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
c.
Keaktifan ingatan, menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan
menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia mampu untuk
mengutarakan kembali.
d.
Keaktifan emosi, dalam hal ini siswa hendaknya senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya karena akan berdampak positif pada studinya.
Menurut Sudjana (1989) keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar dapat dilihat dari beberapa indikator :
a.
Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b.
Terlibat dalam pemecahan masalah.
c.
Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya.
d.
Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah.
e.
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f.
Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g.
Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis.
h.
Kesempatan menggunakan atau menempatkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, keaktifan harus saling
bersinergi satu sama lain untuk menjadikan proses belajar aktif menjadi lebih
optimal. Cara belajar aktif merupakan salah satu cara strategi belajar mengajar
yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin sehingga
siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien (Sudjana,
1989).
8
2.2.3
Bring Your Own Device (BYOD)
Alberta Education (2014) menjelaskan bahwa Bring Your Own Device
(BYOD) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada teknologi untuk membawa
perangkat milik pribadi seperti laptop, tablet termasuk smartphone ke sekolah.
Sedangkan Stavert (2013) mengatakan bahwa BYOD merupakan solusi di mana
siswa membawa perangkat mereka sendiri ke sekolah untuk mengakses internet
atau jaringan sekolah dengan 3G atau Wi-fi, menggunakan smartphone, tablet,
atau perangkat lain. Jadi dapat diartikan bahwa Bring Your Own Device (BYOD)
merupakan sebuah tren yang terjadi dimasyarakat salah satunya dalam dunia
pendidikan dengan membawa peralatan milik peibadi seperti smartphone, tablet,
hingga laptop ke sekolah guna membantu berlangsungnya proses belajar mengajar
di kelas dan dapat membantu siswa dan guru dalam menyelesaikan tugas.
Kapasitas penggunaan peralatan milik pribadi siswa tentunya berbeda-beda.
Komputasi kemampuan taksonomi dijabarkan oleh Dixon dan Tierney (2012).
Tabel 2.1 Kapasitas peralatan milik pribadi menurut Dixon dan Tierney
(2012)
Kapasitas Sampel
Tablet
Potensi Pedagogi
Smartphone Tablet Laptop
denga
n Pen
Internet
√
√
√
√
Suara, video, rekaman suara dan
√
√
√
√
Mendukung untuk pengetikan
√
√
√
Video, audio, dan editing
√
√
√
√
√
√
√
√
kolaborasi
Mendukung
komposisi
musik,
permainan, pembuatan musik dan
lainnya
Mendukung untuk pengetikan tugas,
penelitian
yang
kompleks
dan
9
membangun pengetahuan
√
Mendukung perangkat lunak untuk
√
CAD, Web dan desain grafis
√
Mendukung pemrograman dan tulisan
tangan untuk matematika, musik,
kimia
√
Mencatat dengan pena digital, intutif
dan
pembelajaran
memperlancar
jarak
pemetaan
jauh,
pikiran,
prototyping dan pemikiran visual yang
kompleks
Bring Your Own Device (BYOD) jika dikombinasikan dengan pedagogi
yang tepat dan digunakan secara bertanggung jawab dalam pembelajaran maka
akan berfungsi sebagai (Alberta Education, 2012) :
a.
Alat yang digunakan siswa untuk penyelidikan dan mengetahui minat siswa
dalam bidang akademik dan minat di luar bidang akademik.
b.
Menjadi kesempatan bagi peserta didik untuk berkolaborasi dengan guru dan
teman sebaya untuk mengekpresikan diri dan ide-ide mereka.
c.
Sebagai acuan dalam pembelajaran dengan memastikan setiap siswa
sepenuhnya terlibat dalam pembelajaran dan berhasil dalam mencapai standar
pembelajaran yang ditetapkan.
d.
Peluang siswa dalam penggunaan multimedia untuk mengeksplorasi,
meneliti,
berpikir,
menganalisis,
mengevaluasi,
berkomunikasi,
dan
mengekspresikan ide-ide dalam profuk berkualitas tinggi.
e.
Menjadi sebuah platform atau forum untuk menampung aspirasi siswa.
f.
Untuk mengakses konten digital dan lingkungan belajar digital yang
menyediakan beberapa jalur untuk belajar.
g.
Mengakses koneksi lokal dan global untuk menambah referensi dalam
menyelesaikan tugas sekolah.
10
h.
Platform yang mempelajari dan mencapai standar yang tinggi dalam era
digital.
i.
Kesempatan bagi siswa untuk membangun ide-ide, pendapat, argumen dan
bukti berdasarkan penalaran secara kolaboratif.
2.2.4
Inquiry
Melakukan pencapaian tujuan pendidikan tidak hanya dilakukan dengan
menggunakan satu aspek saja, tujuan pembelajaran juga harus didampingi dengan
strategi pembelajaran yang sesuai. Dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan strategi pembelajaran Inquiry. Strategi pembelajaran Inquiry
merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir siswa secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang sedang dipertanyakan (Hamruni, 2012). Senada
dengan Hamruni, Kuhlthau (2007) mengatakan bahwa Inquiry merupakan sebuah
pendekatan dalam pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mencari dan
menggunakan berbagai sumber informasi maupun ide-ide guna meningkatkan
pemahaman mereka dalam pembelajaran. Inquiry tidak hanya menjawab
pertanyaan
dan
mendapatkan
jawaban
yang
benar,
namun
Inquiry
menghubungkan informasi yang diperoleh dengan kurikulum yang berlaku.
Sedangkan balam bukunya Silberman (2007) menjelaskan bahwa Inquiry
merupakan teknik yang sederhana untuk menstimulasi rasa ingin tahu siswa
dengan memberikan stimulant seperti memberikan sebuah persoalan. Siswa
menyimpan pengetahuan tentang materi pelajaran karena siswa terlibat langsung
pengalaman pengajaran di kelas.
Rasa ingin tahu siswa terus berkembang semenjak kecil dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Pikiran yang dimiliki manusia sejak lahir di
dunia akan bermakna jika didasari dengan rasa keingintahuan dan dalam rangka
itu maka strategi Inquiry dikembangkan (Hamruni, 2012). Terdapat beberapa hal
yang menjadi konsep dasar pembelajaran Inquiry, yaitu:
11
a.
Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan.
b.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan.
c.
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran Inquiry adalah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Menurut Hamruni (2012) strategi pembelajaran Inquiry akan efektif
dilakukan dalam proses belajar mengajar jika :
a.
Guru mengharapkan siswa untuk dapat menemukan sendiri jawaban dari
suatu permasalahan yang diberikan.
b.
Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk konsep atau fakta yang
sudah jadi akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu dibuktikan.
c.
Guru akan mengajar pada kelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan
dan kemampuan berpikir.
d.
Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak.
e.
Guru memiliki waktu yang cukup banyak untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
Strategi pembelajaran Inquiry merupakan bentuk dari pendekatan yang
berorientasi kepada siswa, karena dalam strategi ini siswa memegang peranan
yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Hamruni (2012) menjabarkan
bahwa dalam penggunaan strategi pembelajaran Inquiry terdapat beberapa prinsip
yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Berorientasi pada pengembangan intelektual
2.
Prinsip Interaksi
3.
Prinsip Bertanya
4.
Prinsip belajar untuk berpikir
5.
Prinsip keterbukaan
12
Download