STAIN Palangka Raya

advertisement
168
STAIN Palangka Raya
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PELAKSANAAN AKIKAH DAN
TASMIAH DI KEL.BAAMANG HULU KEC.BAAMANG KAB.KOTIM
Muhammad Fitrianor 1
ABSTRAK
Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu sering dilakukan secara
terpisah artinya ada kalangan masyarakat yang hanya mampu melaksakan tasmiah saja dan
ada juga masyarakat yang melakukan acara tersebut secara bersamaan, hal ini dikarenakan
tingkat perekonomian masyarakat yang berada di Kel. Baamang Hulu berbeda-beda. Adapun
rangkaian didalam upacara akikah dan tasmiah yang dilaksanakan secara garis bersar dimulai
dengan menyembelihan hewan akikah, kemudian dilakukan pemberian nama, tahnik ,
pemotongan sedikit rambut. Rumusan masalah dalam penelitin ini menyangkut bagaimana
pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel.Baamang Hulu Kec. Baamang Kotim. Apa saja nilainilai pendidikan Islam dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel.Baamang Hulu
Kec.Baamang Kotim. Untuk mengetahui pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang
Hulu Kec.Baamang Kotim. Untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat
dalam pelaksanaan akikah dan tasmiahdi Kel. Baamang Hulu Kec. Baamang Kab.Kotim.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 4
(empat) orang. Sedangkan informan/responden dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) orang
yang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Desa/ Kelurahan, 1 (satu) orang tokoh agama yang
berada di daerah tersebut, 1 (satu) orang tokoh masyarakat yang di tuakan,dan mengetahui
tentang pelaksanaan akikahdan tasmiah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pelaksanaan akikah dan tasmiah di
Kel.Baamang Hulu Kec.Baamang Kab.Kotim yang pertama kali disiapkan adalah hewan
untuk akikah, kemudian mempersiapkan beberapa alat lainnya. Kemudian mempersiapkan
peralatan untuk pelaksanaan tasmiah, tempat, hidangan, dan bayi, setelah itu dimulailah
proses tasmiah. (2) nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam pelaksanaan akikah dan
tasmiah berdasarkan pendapat dari 4 orang subjek (SA, AM, L, AS) dan 3 orang informan (S,
MI, AM) dapat diambil kesmpulan, berdasarkan ajaran Islam (a). Pendidikan Keimanan:
Proses menyembelih hewan akikah. (b). Pendidikan akhlak : Akan mendapatkan syafa’at dari
pihak anak yang diakikahkan dan dari daging akikah yang wajib diberikan kepada
1
Alumni STAIN Palangka Raya Jurusan Program Studi PAI didampingi H. Syaikhu, M.HI
dan Hj. Yuliani Khalfiah, M.Pd
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
169
STAIN Palangka Raya
masyarakat. pemberian nama mengandung pendidikan akhlak, selain sebagai identitasnya dan
juga harapan, nama juga mengandung unsur doa yang akan mendukung orang yang
mempunyai nama tersebut. (c). Pendidikan kesehatan: Dari syarat hewan akikah, kemudian
daging akikah merupakan makanan yang halal. Kemudian dengan mencukur rambut,
membuka selaput kulit kepala dan menjalankan sunah Rasul. Selain itu men-tahnik untuk
menguatkan rahang si anak, karena itu sunnah Rasul. (d). Pendidikan sosial: kebersamaan
dalam masyarakat guna mengsukseskan acara tersebut. Kemudian rambut cukuran ditimbang
sama beratnya dengan emas/perak dan disedekahkan.
Kata Kunci: Nilai-nilai pendidikan, akikah, tasmiah
Pendahuluan
Agama Islam adalah agama yang suci agama yang diturunkan oleh Allah yang
berfungsi sebagai penyempurna bagi agama-agama lain maupun agama sebelumnya. Ajaranajaran yang terdapat dalam Islam ada yang bersifat wajib, sunnah, mubah, makruh, dan
haram. Wajib adalah adalah suatu ajaran Islam yang datang dari Allah SWT yang harus
dilaksnakan, apabila ditinggalkan mendapatkan dosa dan apabila dikerjakan mendapatkan
pahala juga berasal dari Allah SWT, akan tetapi sunnah tersebut melalui perbuatan,
perkataan, takrir, dan sebagainya yang berasal dari Rasulullah SAW, yang dijadikan sebagai
dasar dan landasan dalam hukum Islam, apabila dikerjakan mendapatkan pahala (nilai
tambah) dan apabila tidak dikerjakan mendapatkan dosa ( tidak mendapat siksa ).2
Ada berbagai macam sunnah Rasulullah SAW yang harus dilaksanakan oleh umat
manusia, salah satu sunnah Rasulullah SAW yaitu memenuhi hajat kehidupan manusia dalam
bentuk pernikahan. Adapun yang menjadi tujuan dalam pernikahan adalah mendapatkan dan
meneruskan keturunan, memenuhu hajat manusia guna menyalurkan syahwatnya dan
menumpahkan kasih sayang, memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan.
Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya dan kalbu yang masih bersih
merupakan permata yang sangat berharga. Jika dia dibiasakan melakukan kebaikan, niscaya
2
Syamsul Rijal Hamid, Buku pintar Agama Islam, Bogor: Penebar Salam, cet XIII, 2003, hlm. 10-11.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
170
STAIN Palangka Raya
dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia dunia dan akhirat.
Sebaliknya, jika dia dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan, niscaya
dia akan menjadi orang celaka dan binasa. Keadaan fitrahnya senantiasa siap untuk menerima
yang baik atau yang buruk dari orang tuanya.3
Baik buruknya anak sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang diberikan oleh
kedua orang tua. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda :
‫ ﻣَﺎ‬:َ ‫ ﻗَﺎ َل رَﺳُ ﻮْ ﷲِ َﺻ َﲆ ﷲُ َﻠَ ْﯿ ِﻪ وَﺳَ ﲅ‬: ‫ﷲ َﻋ ْﻨ ٌﻪ اَﻧ ُﻪ ﻗَﺎ َل‬
ٌ ‫ﴈ‬
َ ِ َ‫ﻋَﻦْ ا ِ َْﰊ ﻫُﺮَ ْﺮَ ةَر‬
‫ ) رواﻩ‬.‫َﴫا ِﻧ ِﻪ اَوْﻟ ُﯿﻤَﺠِ ﺴَ ﺎ ِﻧ ِﻪ‬
َ ّ ِ ‫ﻣِﻦْ ﻣَﻮْ ﻟ ٌﻮْ ٍدا ﻻ ﯾُﻮْ َ ُ ََﲆ اﻟْ ِﻔﻄْ ﺮَ ِة ﻓَ ﺑ َﻮَا ُﻩ ﳞَ ﻮَ َد ِﻧ ِﻪ اَوْ ﯾُﻨ‬
(‫ﻟﺒ ﺎرى‬
Artinya: Dari Abu Hurairah R.A berkata: Bahwasannya Rasulullah Saw bersabda:
“Tidaklah seseorang yang dilahirkan kecuali Dalam keadaan fitrah maka
orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (H.R
al-Bukhari)4
Mencermati hadits tersebut berarti kedua orang tua memiliki peran yang cukup
strategis bagi masa depan anak. Hal ini disebabkan karena perkembangan fitrahmanusia
banyak bergantung pada usaha pendidikan dan bimbingan orang tua. Dengan demikian orang
tua diharapkan menyadari akan kewajiban dan tanggung jawab yang besar dan mulia
terhadap anaknya.
Salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah melaksanakan akikah
dan tasmiah (memberi nama yang baik) dan ini juga salah satu bentuk kasih sayang orang tua
kepada anaknya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Samurah, bahwa Rasulullah
Saw bersabda:
‫ اﻟﻐ َُﻼ ُم ﻣُﺮْ ﲥَ َﻦُ ِﺑ َﻌ ِﻘ ْ َﻘ ِ ِﻪ‬:َ ‫ ﻗَﺎ َل رَﺳُ ﻮْ ﷲِ ﺻَ ﲆ ﷲُ َﻠَ ْﯿ ِﻪ وَﺳَ ﲅ‬:َ‫ﻋَﻦْ َﲰُﺮَ َة ﻗَﺎل‬
(‫ وَﳛُ ْ ﻠ َُﻖ رَ ﺳُ ُﻪ )رواﻩ اﻟﱰﻣﺪى‬,‫ﯾُﺬْ ﺑ َﺢُ َﻋ ْﻨ ُﻪ ﯾ َﻮْ َم اﻟﺴ ﺎ ِﺑﻊ ِ وَ ُﺴَ ﻤﻰ‬
Artinya: Dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda: “Setiap bayi
tergadai/ titipan pada aqiqahnya, yang disembelih pada hari ketujuh, dan pada
hari itu diberi nama dan dicukurlah rambutnya. (HR Ahmad dan Tirmizi).5
3
Jamaal ‘ Abdul Rahman , Tahapan mendidik Anak Teladan Rasulullah Saw, Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 2005, hlm. 5.
4
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri (penjelasan kitab Shahih al-Bukhari). Terj. Amiruddin, Jilid 23,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm., 568
5
Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, hlm. 245.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
171
STAIN Palangka Raya
Maksud “tergadai atau titipan” didalam hadits adalah suatu jaminan yang
ditebus dengan menulasi hutang. Demikianlah halnya akikah untuk menebus anak
yang dilahirkan.6
Imam Ahmad bin Hambal berpendapat, “hal ini berkenaan dengan syafa’at.”
Maksudnya, jika tidak diadakan akikah, lalu bayi meninggal sebelum baliqh, maka dia
tidak bisa memberi syafa’at kepada kedua orang tuanya.7
Dalam rangka mensyukuri kelahiran anak bagi orang tua muslim disunnahkan
melaksanakan akikah dan tasmiah (memberi nama yang baik) kepada anaknya.
Akikah adalah menyembelih hewan (kambing) untuk menyatakan rasa syukur kepada
Allah SWT atas lahirnya seorang bayi, dan tasmiah adalah memberi nama kepada
anak. Dalam hal ini dianjurkan, agar orang tua memilihkan nama yang baik bagi
anaknya yang baru lahir karena Rasulullah Saw sangat menyukai nama-nama yang
baik.
Pelaksanaan akikah dan tasmiah tidak cukup hanya untuk diketahui dan
dipahami saja tetapi disunnahkan untuk dilaksanakan oleh setiap orang tua muslim.
Sungguh disayangkan jika orang tua muslim lebih suka merayakan kelahiran anaknya
dengan pesta pora, tetapi melupakan anjuran untuk melaksanakan akikah, Padahal
ibadah akikah merupakan moment penting yang syarat dengan makna mendidik
keshalehan anak. Setiap anak terlahir dalam keadaan tidak berdaya untuk mendidik
dirinya sendiri. Ia membutuhkan bantuan orang tua dalam upaya mendidik dirinya
sampai tumbuh dewasa dan berkembang secara wajar menjadi insan penghamba Allah
SWT. Hal ini dalam pandangan Islam merupakan hak yang harus didapatkan oleh
setiap anak dari orang tuanya.
Dalam pelaksanaan tasmiah atau memberi nama kepada seorang anak,
hendaknya orangtua memberikan nama-nama yang baik dan nama adalah doa dari
orangtua kepada anak-anaknya. Maka berikanlah nama yang baik sebagai doa yang
baik pula untuk seorang anak. Gunakanlah nama-nama Islami yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW, dan jauhi penggunaan nama-nama yang menyerupai penamaan
orang-orang kafir.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Kel-Baamang Hulu KeBaamang Kab-Kotim pelaksanaan akikah seringkali dilakukan bersamaan dengan
acara tasmiah oleh masyarakat. Kemudian dalam pelaksanaannya terdapat beberapa
6
Syamsul Rizal Hamid, BukuPintar agama Islam,hlm. 284.
Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), Jakarta Selatan, Pustaka Azzam,2008, h.28.
7
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
172
STAIN Palangka Raya
rangkaian acara seperti menyembelih hewan akikah, mencukur rambut, dan memberi
nama. Akikah
tidak semua masyarakat yang bisa melaksanakannya akan tetapi
berbeda dengan pelaksanaan tasmiah, kebanyakan masyarakat mampu untuk
melaksanakannya. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, karena mengingat acara
akikah adalah acara yang besar dengan menyembelih binatang seperti kambing 2 ekor
untuk anak laki-laki dan 1 ekor untuk anak perempuan, oleh karena hanya segelintir
masyarakat yang bisa melaksanakannya.
Adapun wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu tokoh agama
yang berada di daerah tersebut terkait dengan pelaksanaan akikah, beliau mengatakan,
pelaksanaan akikah di Kel-Baamang tidak mengharuskan melakukan akikah pada hari
ke 7 kelahiran bayi, bisa dilakukan pada hari 14, 21, dan seterusnya, hal ini
dikarenakan tingkat perekonomian masyarakat yang ada di daerah ini berbeda-beda.
Adapun setiap rangkaian pelaksanaanya seperti menyembelih hewan akikah,
pencukuran rambut, dan pemberian nama.
Dari segi pelaksanaannya,
salah satu rangkaian pelaksanaan akikah
terkandung nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat di dalamnya seperti pendidikan
keimanan,
hal ini dapat dilihat pada saat proses penyembelihan hewan akikah,
dengan menyembelih hewan akikah sebagai pengorbanan untuk mendekatkan anak
kepada Tuhan sejak dini mungkin sejak awal.
Pelaksanaan tasmiah dilaksanakan ketika anak berumur 1 sampai dengan 41
hari kelahirannya atau setelah tali pusar anak/bayi tersebut putus. Dalam pelaksanaan
tasmiah terdapat beberapa rangkaian yang sifatnya berdasarkan ajaran Islam. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan pelaksanaanya, baik yang terdapat dalam persiapanpersiapan yang dilakukan, dalam proses pelaksanaan, maupun dalam setiap rangkaian
acara tersebut. Tasmiah seperti membaca Al-Qur’an surah Ali imran ayat: 3337,memberi nama, mencukur rambut bayi, dan men-tahnik.Setiap rangkaian
pelaksanaanya memiliki nilai-nilai Pendidikan Islam, dari nilai-nilai Pendidikan Islam
inilah diharapkan seorang menjadi baik dan berguna bagi kedua orang tuanya,
begitupun bagi lingkungannya.
Adapun wawancara yang dilakukan dengan salah satu tokoh agama yang
berada di daerah tersebut terkait dengan pelaksanaan tasmiah, beliau mengatakan,
pelaksanaan tasmiah di Kel-Baamang seringkali dilakukan pada 41 hari kelahiran si
bayi. Dalam pelaksanaan tasmiah terdapat beberapa rangkaian, seperti memberi nama
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
173
STAIN Palangka Raya
bayi, mencukur rambut bayi, dan memberi gula merah atau kurma dicampur dengan
garam (tahnik), inilah yang berdasarkan ajaran Islam.
Dari satu persatu rangkaian pelaksanaan tasmiah tersebut terdapat nilai-nilai
Pendidikan Islam yang terdapat didalamnya seperti men-tahnik bayi terdapat nilai
pendidikan akhlak,
jadi dengan tujuannya men-tahnik agar anak ini besar nanti
mengucapkan kata-kata yang manis atau sopan.
Nilai Pendidikan Islam
Menurut Ali Sarwan, nilai pendidikan Islam adalah ciri-ciri atau sifat khas
Islami yang dimiliki sistem pendidikan Islam. Rajab Dauri mengatakan nilai-nilai
pendidikan Islam adalah corak atau sifat yang melekat pada pendidikan
Islam. Sedangkan Ruqaiyah M. berpendapat nilai-nilai pendidikan Islam adalah ada
pada determinasi yang terdiri dari cara pandang, aturan dan norma yang ada pada
pendidikan Islam yang selalu berkaitan dengan akidah, ibadah, syariah, dan akhlak.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah ciri
khas, sifat yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang dianut oleh
agam Islam.Nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan Islam
yang terdapat di dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel-Baamang hulu KecBaamang Kab-Kotim.
1. Ruang lingkup pendidikan Islam
Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Pendidikan keimanan
Pendidikan ini mencakup keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab
Allah, Nabi dan Rasul, Hari Akhirat dan Takdir. Termasuk di dalamnya adalah
materi tata cara ibadah, baik ibadah mahdlahseperti berbuat bik kepada
sesama. Tujuan dari materi ini adalah agar anak/peserta didik memiliki dasardasar keimanan dan ibadah yang kuat.
b.
Pendidikan moral/akhlak
Materi pendidikan ini merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu
rubbubiyah (ketuhanan) dan meredam atau menghilangkan nafsu-nafsu
syaithaniyah. Pada materi ini peserta didik dikenalkan atau dilatih mengenai:
(1) perilaku/akhlak yang mulia (akhlakul karimah/mahmudah) seperti jujur,
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
174
STAIN Palangka Raya
rendah hati, dabar, dan sebagainya. (2) perilaku/akhlak yang tercela (akhlakul
mazmumah) sepertu dusta, takabur, khianat, dan sebagainya.
Setelah materi-materi itu disampaikan kepada peserta didik diharapkan
memilki perilaku-perilaku akhlak yang mulia dan menjauhi/ meninggalkan
perilaku-perilaku akhlak yang tercela.
c.
Pendidikan fisik/jasmani
Rasulullah pernah memrintahkan umatnya agar mengajarkan memamah,
berenang, naik kuda dan bela diri kepada putra-putrinya. Ini merupakan
perintak kepada kita agar mengajarkan pendidikan jasmani kepada anak-anak
(peserta didik). Tentu hal itu dengan memperhatikan batas umur, kemampuan,
aurat dan memisahkan antara anak laki-laki dan perempuan ketika pelajaran
berenang. Tujuan dari materi ini adalah agar peserta didik memiliki jasmani
yang sehat dan kuat, serta memilki keterampilan dasar seperti berlari, lompat,
dan berenang.
d. Pendidikan kejiwaan/ hati nurani
Selain nafsu dan akal yang harus dilatih pada diri manusia adalah
kejiwaan atau hati nuraninya. Pada maetri ini peserta didik dilatih agar dapat
membina hati nuraninya sehingga menjadi “tuan” dalam diri sendiri dan dapat
menyuarakan kebenaran dalam keadaan apa pun. Selain itu diharapkan agar
peserta didik memiliki jiwa atau hati nurani yang kuat, sabar, dan tabah dalam
menjalani kehidupan ini.
e. Pendidikan sosial
Seperti dikaetahu manusia memilki dua tugas hubungan yang ahrus
dilakukan dalam hidupnya, yaitu hubungan dengan Allah (hablumnillah)
berupada ibadah mahdlah; dan hubungan sesama manusia (habluminannas)
berupada ibadah gairu mahdlahatau kemasyarakatan.8
Landasan Pendidikan Islam
Setiap usaha, kegiatan, dan tindakan yang disengaja atau mencapai satu tujuan
harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu
Pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan
kemana semua kegiaan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.
8
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 16-17
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
175
STAIN Palangka Raya
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber ajaran agama Islam yang pertama. Menurut keyakinan
umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, Al-Qur’an adalah kitab
suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar yang disampaikan oleh
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok
yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melaui Ijtihad.9
b. Hadits
Hadits sebagai dasar hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Secara umum,
hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad
Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya. Kepribadian Rasul sebagai
uswatun al- Hasanahcontoh tauladan yang baik.
Dalam Pendidikan Islam Sunnah mempunyai dua fungsi, yaitu (1) menjelaskan
sistem pendidikan Islam yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal
yang tidak terdapat didalamnya. (2) menyimpulkan metode dari kehidupan Rasullulah
bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak, dan pendidikan keimanan yang pernah
dilakukannya. Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, Al-Hadits mempunyai
peranan penting setelah Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup
umat islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan
dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan. Sebagai utusan Allah,
Nabi Muhammad mempunyai wewenang menjelaskan dan merinci wahyu Allah yang
bersifat umum.10
Menerangkan atau menjelaskan itulah yang di kenal dengan nama hadits atau
sunnah Rasulullah SAW. Ada tiga peranan hadits disamping Al-Qur’an sebagai
sumber agama dan ajaran Islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang
terdapat dalam Al-Qur’an. kedua, sebagai penjelas isi Al-Qur’an. Ketiga,
menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam Al-Qur’an. Walaupun hadits menjadi landasan hukum Islam
yang kedua setelah Al-Qur’an, akan tetapi kedudukannya tidak kalah penting dengan
Al-Qur’an.11
9
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998, cet II, hlm. 93.
H.Samsul Nizar, editor Abdul Halim, Filsafat Pendidikan Islam ( pendekatan Historis, Teoritis, dan
Praktis),hlm. 35.
11
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hlm. 110.
10
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
176
STAIN Palangka Raya
Akikah berasal dari bahasa Arab
ً‫ َﻋ ِﻘ ْﻴـ َﻘﺔ‬yaitu mashdar (kata benda) dari fiil
madhi‫ﻖ‬
‫ َﻋ ﱠ‬dengan fiil mudhore’‫ﻳَـﻌُ ﱡﻖ‬yang berarti
menyembelih kambing aqiqah”.
“mengaqiqahkan anak atau
12
Secara bahasa, ‘akikah berarti memutus. Misalnya, si anak dikatakan setelah
meng’akikah kedua orang tuanya, jika ia telah memutus mereka berdua.13
Adapun untuk mengetahui makna akikah secara istilah syara’, peneliti petikkan
beberapa pendapat ulama berikut:
a. Menurut Sayyid Sabiq,Pengarang kitab Mukhtar Ash Shihhah mengatakan: AlAqiqah atau Al-Iqqah adalah rambut makhluk yang baru dilahirkan, baik manusia
atau binatang. Dinamai pula daripadanya binatang yang disembelih untuk anak yang
baru lahir pada hari ke 7.14
b. Menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini,Akikah adalah nama binatang yang
disembelihkan pada hari ketujuh sesudah kelahiran bayi pada hari pencukuran
rambutnya,dan binatang tersebut dinamakan aqiqah karena sesuai dengan nama
rambut yang dicukur.15
c. Menurut Imam An-Nawawi, akikah adalah hewan yang disembelih untuk kelahiran
seorang bayi sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat-syarat
yang khusus.16
d. Menurut Jumhur ulama mengartikan bahwa akikah yaitu menyembelihhewan pada
hari ketujuh dari hari lahirnya seorang anak baik laki-lakimaupun perempuan.17
e. Menurut Abdul Aziz Salim Basyarahil, dalam bukunya Nama-nama Islam dan Indah,
akikah adalah domba yang disembelih untuk kelahiran bayi hukumnya sunnah
muakkadah meskipun orang tuanya kurang mampu.18
f. Menurut Abdullah Nashih Ulwan, akikah berarti menyembelih kambinguntuk anak
pada hari ketujuh kelahirannya.19
12
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989,hlm. 251.
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: CV Asy Syifa, 1981, hlm. 75.
14
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Bandung: Al-Ma’arif, 1987, hlm. 167.
15
Imam Taqiyyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar (Kelengkapan Orang Shaleh), jilid III,
Penerjemah Achmad Zainudin dan A. Ma’Ruf Asrori, Surabaya: Bina Ilmu, 1997, hlm. 257.
16
Imam Nawawi, Raudhatuth Thalibin, penerjemah A. Shalahuddin, ubaidillah Syaiful Ahyar, Anshar,
editor. Sulton akbar, Sri Yulyastuti, Jakarta:Pusta Azzam, 2007, hlm. 709-710.
17
Mujahid A.K, Materi Pokok Fiqih II, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam dan
Universitas Terbuka, 2000, hlm. 409.
18
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Nama-nama Islam dan Indah, Jakarta: Gema Insani Press,2006, cet I,
hlm. 18.
13
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
177
STAIN Palangka Raya
Selain definisi-definisi tersebut Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan
oleh Samurah:
‫ اﻟﻐ َُﻼ ُم ﻣ ُْﺮ ﺗَـ َﻬ ُﻦ ﺑِ َﻌ ِﻘ ْﻴـ َﻘﺘِ ِﻪ ﻳُ ْﺬ‬:َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ‬
َ ‫ﷲ‬
ِ ‫َﺎل َرﺳ ُْﻮ ا‬
َ ‫ ﻗ‬:‫َﺎل‬
َ ‫َﻋ ْﻦ َﺳ ُﻤ َﺮ ةَ ﻗ‬
ُ‫ َوﻳُ ْﺤﻠَ ُﻖ َرأْ ُﺳﻪ‬,‫ﺴﻤﱠﻰ‬
َ ُ‫ﺑَ ُﺢ َﻋ ْﻨﻪُ ﻳـ َْﻮَم اﻟﺴﱠﺎ ﺑِ ِﻊ َوﻳ‬
(‫)رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺪى‬
Artinya: Dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda: “Setiap
bayi tergadai/ titipan pada aqiqahnya, yang disembelih pada hari
ketujuh, dan pada hari itu diberi nama dan dicukurlah rambutnya. (HR
Ahmad dan Tirmizi).20
Hadits ini mengisyaratkan sebuah pengertian akikah secara jelas, yaitu binatang
yang disembelih sebagai tebusan bagi tergadainya kesejatianhubungan batin antara orang
tua dengan anak. Dan penyembelihannya dilakukan pada hari ketujuh dari kelahiran anak
bersamaan dengan mencukur rambut kepalanya serta memberikan nama baginya.
Berdasarkan keterangan beberapa ulama dan hadits yang di atas, sepintas telah
dapat pahami bahwa jenis binatang akikah adalah kambing atau domba dan jumlah
masing-masing dua ekor untuk bayi laki-laki dan seekor untuk bayi perempuan. Namun
demikian, agar pemahaman lebih jelas, perlulah kiranya diketahui lebih jauh tentang
jenis, jumlah, dan syarat binatang akikah dalam pembahasan berikut:
1) Jenis hewan akikah
Hewan yang akan disembelih sebagai akikah baik dari segi jenis, usia, dan sifatsifatnya
yang harus bebas dari cacat, tidak berbeda dengan hewan kurban.
Jenishewan yang akan di akikahkanituadalahkambing, unta, dansapi.21
Demikian itu, jenis-jenis, usia, dansifathewanakikah yang dapat dipergunakan
untuk keperluan akikah. Dengan begitu, orang tua dapat memilih jenis binatang mana
yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing.
2) Jumlah binatang akikah.
Tentang jumlah binatang yang ditetapkan untuk pelaksanaan akikah ini ada
beberapa pendapat. Untuk anak laki-laki disembelih dua ekor kambing dan untuk
19
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak menurut Islam: Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996, Cet. 3, hlm. 71.
20
Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi, Juz II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, h. 245.
21
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu (sumpah,nazar,hal-hal yang di perbolehkan & di larang
,qurban & aqiqah, teori-teori fiqih), hlm. 296.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
178
STAIN Palangka Raya
anak perempuan disembelih satu ekor kambing.Pendapat ini disandarkan pada hadits
Nabi Saw:
‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠّﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠّ َﻢ اََﻣ َﺮُﻫ ْﻢ َﻋ ِﻦ اْﻟﻐُﻼَِم ﺷَﺎﺗَﺎ ِن‬
َ ‫ﷲ‬
ِ ‫ْل ا‬
َ ‫ﺸﺔَ اَ ْﺧﺒَـ َﺮﺗْـﻬَﺎ اَ ﱠن َرﺳُﻮ‬
َ ِ‫اَ ﱠن ﻋَﺎﺋ‬
(‫ُﻣﻜَﺎﻓِﺌَﺘَﺎ ِن َو َﻋ ِﻦ اْﻟﺠَﺎ ِرﻳَِﺔ ﺷَﺎةٌ )رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬي‬
Artinya: Dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw telah memerintahkan para shahabat
(agar menyembelih 'aqiqah) bagi anak laki-laki 2 ekor kambing yang sebanding dan
untuk anak perempuan 1 ekor kambing( H.R Tirmidzi )22
Jumhur ulama berpendapat bahwa anak perempuan diakikahi setengah dari
anak laki-laki. Maksudnya apabila anak perempuan satu makauntuk anak laki-laki
dua. Ada yang boleh mengakikahi anak laki-laki dengan satu kambing iniberdasarkan
hadits Nabi SAW:
‫ﺴ ِﻦ‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠّﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠّ َﻢ َﻋ ﱠﻖ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﺤ‬
َ ‫ﱠﺎس َرﺿِﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨـ ُﻬﻤَﺎ اَ ﱠن اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻰ‬
ٍ ‫َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ َﻋﺒ‬
(‫ﺴ ْﻴ ِﻦ َﻛ ْﺒﺸٌﺎ َﻛ ْﺒﺸٌﺎ )رواﻩ اﺑﻮداود‬
َ ‫وَاﻟْ ُﺤ‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW menyembelih aqiqah
untuk Hasan dan Husain masing masing seekor kambing (kibas) . (HR Abu
Daud) 23
Pendapat Imam mazdhab yang empat, diantara mereka juga tidak ada
kesamaan jumlah binatang akikah. Tiga orang Imam yaitu Abu Hanifah, Asy Syafi’i
dan Ahmad bin Hambali menyatakan bahwa “akikah ialah menyembelih dua ekor
kambing untuk anak laki-laki dan seekor kambing untuk anak perempuan, dilakukan
pada hari yang ketujuh dari kelahirannya”. Sementara imam Malik bin Annas
menyatakan baik untuk lelaki maupun perempuan disembelih seekor saja.24
Berdasarkan keterangan hadits dan pendapat Imam Mazhab tersebut, maka
dapat diambil pemahaman bahwa khusus bagi orang tua yang kurang mampu, mereka
bisa mengakikahkan anak laki-lakinya hanya dengan seekor kambing. Hal ini tidak
akan mengurangi nilai akikah, asal kita jujur dan tidak berpura-pura tidak mampu.
3) Syarat binatang akikah
22
Muhammad Nashiruddin Al-Albani,Sahin Sunan At-Tirmidzi, penerjemah, Fachrurazi, editor, Edi Fr,
Abu rania, hlm. 239-240.
23
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sahih Sunan Abu Daud, penerjemah, Abd.Mufid Ihsan, M.Soban
Rahman, editor Mukhlis B Mukti, Fajar Inayati, Juz II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, hlm. 311.
24
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, hlm. 84.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
179
STAIN Palangka Raya
Kebanyakan para ulama berpendapat bahwa semua binatang yang disembelih
untuk akikah sama dengan binatang untuk qurban. Bila untuk qurban binatang itu sah
untuk disembelih, hal itu berlaku juga untuk binatang yang disembelih untuk akikah.
Mayoritas ulama berpendapat, bahwa usia binatang yang disembelih untuk
akikah sama dengan usia binatang untuk qurban. Dapat dikatakan bahwa persyaratan
binatang untuk akikah samadengan syarat binatanguntuk qurban yaitu binatang yang
baik, gemuk dan tidak cacat.
Yang dimaksud dengan kata “Thayyib” (baik) adalah yang baikmenurut
penelitian para ahli atau dengan kata lain yang bergizi. Kata“Thayyib” dari segi
bahasa berarti sesuatu yang telah mencapai puncakdalam bidangnya.25
Apabila dilihat dari kegiatan pelaksanaannya, akikah meliputi beberapa
kegiatan yaitu:
a) Waktu akikah yang utama dilaksanakan pada hari ketujuh dari kelahiran anak.
Namun boleh pula dilaksanakan pada saat anak itu belum dewasa.
b) Akikah dilakukan dengan cara melakukan penyembelihan hewan akikah (kambing,
domba, sapi, dan kerbau)
c) Pada saat menyembelih binatang akikah tersebut di sunnahkan menghadapa kiblat,
mengucap Basmallah dan doa Allahu Akbar, Allhuma minka, wa ilaikaAllhuma
hazihi aqiqatu fulan.
d) Daging, kulit, dan bagian binatang yang disembelih itu boleh dimasak, sebagiannya
dimakan orang yang berakikah dan sebagian lainnya disedekahkan kepada karibkerabat, khususnya fakir miskin.
e) Pada waktu akikah dilakukan pula pencukuran rambut anak dan pemberian nama
yang baik. 26
Dari beberapa definisi diatas makna akikah dapat disimpulkan bahwa akikah
adalahmerayakan kelahiran anak dengan menyembelih binatang yang dilakukan
pada hari ketujuh, lalu dagingnya disedekahkan pada fakir miskin bersamaan
dengan mencukur rambut kepala anak serta memberikan nama anak, dan juga
merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh orang tua si bayi,sebagai tebusan
bagi tergadainya kesejatianhubungan batin antara orang tua dengan anak.
25
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003, hlm. 287.
Ensiklopedia Hukum Islam, editor Abdul Aziz Dhlan, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet I,
1996, hlm 82.
26
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
180
STAIN Palangka Raya
Tasmiah
Tasmiah dari segi bahasa Arab, (fi’il mad’hi
‫)أ ْﺳﻤَﻰ‬,(fi’il modhore ‫ِﻲ‬
ْ ‫) ﻳُ ْﺴﻤ‬,
(mashdarً‫ ) ﺗَ ْﺴ ِﻤﻴَﺔ‬yang artinya: memberi nama.27
Tasmiah menurut arti tradisional yaitu upacara pemberian nama pada seorang
bayi dengan cara tertentu. pelaksanaan tasmiah sebagai yang biasa dilakukan
dikalangan penduduk Kalimantan Selatan ialah sebagai keterangan di bawah ini.
Beberapa hari setelah bayi lahir dari kandungan ibu, di undang jiran tetangga,
famili terdekat dan sahabat-sahabat agar datang ke rumah orang tua bayi untuk turut
serta menyaksikan upacara tasmiah. Upacara itu dipimpin oleh seorang ulama
terdekat atau sesepuh kampung, dan dimulai dengan membaca
Al-fatihah dan
pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an tertentu oleh seorang qari. Ayat-ayat yang dibaca
oleh qari itu ialah surah Ali- Imran ayat 33-37.
Selesai qari menbacakan ayat-ayat tersebut, maka ulama (pimpinan upacara)
mulai meresmikan nama anak dengan basmalah dan kalimat di bawah ini : 28
“Sammaituka bima sammaakallahu......(di sebutkan nama anak), yang artinya
sebagai berikut : “aku memberi nama kamu dengan nama yang diberikan oleh
Allah yaitu ....(nama bayi) . kemudian para hadirin mengucapkan perkataan
sebagai berikut: “Baarakallhu laka” yang artinya : mudah-mudahan Allah
memberkatimu”.
Lalu ulama tadi menggunting rambut anak sedikit dan memasukan sedikit gula
atau yang manis-manis ke dalam mulut anak dan memercikan sedikit air dari
mangkok yang di dalamnya ada bunga kenanga kepala dan badan anak. Dan juga
sebagian hadirin yang dipandang sebagai sesepuh turut pula memercikan air tersebut
kebadan anak. Setelah itu acara tasmiah ditutup dengan doa untuk mendoakan anak
supaya menjadi anak yang saleh.
Sebelum doa kadang-kadang diadakan acara ceramah agama oleh salah
seorang muballig yang ditunjuk oleh tuan rumah. Maka selesailah sudah acara
tasmiah yang diakhiri dengan suguhan makanan menurut kemampuan ekonomi tuan
rumah yang mengundang upacara tasmiah.29
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa tasmiah adalah suatu
upacara yang berasal dari Kalimantan Selatan mengenai pemberian nama pada
27
AdibBisri, Munawwir A. Fatah. Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia, Surabaya: PustakaProgresif, Cet
I, 1999, hlm. 344.
28
Anwar Masy’ari, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiah, Surabaya: PT Bina Ilmu,1993, cet I, h. 156.
29
Ibid.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
181
STAIN Palangka Raya
seorang bayi, setelah bayi tersebut di lahirkan pada hari pertama samapai anak itu
berumur 41 (empat puluh satu) hari.
Apabila dilihat dari kegiatan pelaksanaannya, tasmiah meliputi beberapa
kegiatan yaitu:
a. Memberi nama
Nama adalah sebuah identitas yang sangat dibutuhkan karena berguna untuk
dapat dikenali oleh orang lain. Selain itu juga berguna untuk membedakan satu
dengan yang lainnya. Islam juga memperhatikannya dengan serius dan menganjurkan
memberi nama seorang anak dengan nama yang baik karena bagaimanapun juga
sebuah nama berkaitan erat dengan si pemilik nama itu sendiri.
Di sunnahkan anak yang baru lahir diberi nama yang bagus dan dicukur
rambutnya serta bersedekah seberat timbangan rambutnya dengan perak jika hal itu
memungkinkan.30
b. Waktu pemberian nama.
Ada dua pendapat yang menjelaskan tentang kapan seseorang anak diberikan
namanya. Dari Samurah r.a Nabi SAW bersabda:
‫ اﻟﻐ َُﻼ ُم‬:َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ‬
َ ‫ﷲ‬
ِ ‫َﺎل َرﺳ ُْﻮ ا‬
َ ‫ ﻗ‬:‫َﺎل‬
َ ‫َﻋ ْﻦ ﲰََُﺮ َة ﻗ‬
‫َﳛﻠَ ُﻖ‬
ُْ‫ و‬,‫ﻣُْﺮ ﺗَـ َﻬ ُﻦ ﺑِ َﻌ ِﻘْﻴـ َﻘﺘِ ِﻪ ﻳُ ْﺬ ﺑَ ُﺢ َﻋْﻨﻪُ ﻳـ َْﻮَم اﻟﺴﱠﺎ ﺑِ ِﻊ َوﻳُ َﺴﻤﱠﻰ‬
(‫َرأْ ُﺳﻪُ )رواﻩ اﻟﱰﻣﺪى‬
Artinya: Dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “Setiap
bayi tergadai/ titipan pada aqiqahnya, yang disembelih pada hari ketujuh, dan pada
hari itu diberi nama dan dicukurlah rambutnya. (HR Ahmad dan Tirmizi).31
‫ ﻓَ َﺴﻤﱠﺎﻩُ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ‬,‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬, ‫ﱠﱮ‬
‫ْﺖ ﺑِِﻪ اﻟﻨِ ﱠ‬
ُ ‫ُوﻟِ َﺪ ِﱃ ﻏُﻼَ ٌم ﻓَﺄَﺗَـﻴ‬
.‫ َوَدﻓَـ َﻌﻪُ إِﱄَﱠ‬,ِ‫وَدﻋَﺎﻟَﻪُ ﺑِﺎ ﻟْﺒـََﺮَﻛﺔ‬,
َ ‫َو َﺣﻨﱠ َﻜﻪُ ﺑِﺘَ ْﻤَﺮٍة‬
Artinya : Pernah dikaruniakan kepadaku (Abu Musa) seorang anak laki-laki, lalu aku
membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau
memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma, dan mendoakan
dengan keberkahan, setelah itu beliau menyerahkan kembali kepadaku.(H.R Bukhari
Muslim)32
30
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, hlm. 169.
Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi,hlm. 245.
32
Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 3.
31
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
182
STAIN Palangka Raya
Dari hadits-hadits tersebut di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam
pemberian nama terdapat tenggang waktu , pemberian nama itu boleh dilakukan pada
hari pertama setelah kelahiran anak, dapat diakhirkan hingga hari ketiga dan juga
dapat juga diakhirkan hingga hari akikah, yaitu hari ketujuh dan dapat juga sebelum
hari hari-hari tersebut atau bahkan sesudahnya.33
c. Mencukur rambut.
Disunnahkan mencukur rambut bayi pada hari ketujuh kelahirannya, serta
bersedekah emas atau perak seberat rambut yang dicukur.34
Dalam penyelenggaraan upacara tasmiah, pencukuran rambut anak merupakan
salah satu syarat yang harus dilaksanakan, yaitu setelah pemberian nama pada seorang
anak.
Berbagai hadits yang dijadikan dalil oleh para ahli fiqih tentang mencukur
rambut bayi dan bersedekah dengan perak seberat timbangan rambut tersebut:
Didalam Al-Muwaththa’, Imam Malik meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari
bapaknya, bahwa ia berkata :
‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﺷ َﻌَﺮ َﺣ َﺴ ٍﻦ‬
َ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬
ِ ‫ْﺖ َرﺳ‬
ُ ‫َﻋ ْﻦ ﻓَﺎ ِﻃ َﻤﺔُ ﺑِﻨ‬
ً‫ﻀﺔ‬
‫ِﻚ ﻓِ ﱠ‬
َ ‫َﺖ ﺑِ ِﺰﻧَِﺔ َذﻟ‬
ْ ‫ﺼ ﱠﺪﻗ‬
َ َ‫ُﻮم ﻓَـﺘ‬
ٍ ‫َﺐ َوأُﱢم ُﻛْﻠﺜ‬
َ ‫َﲔ َوَزﻳْـﻨ‬
ٍ ْ ‫َو ُﺣﺴ‬
Artinya :Fatimah puteri Rasul Saw, pernah menimbang rambutHasan, Husain,
Zainab dan Ummu Kultsum, lalu mensedekahkan perak yang sama dengan berat
timbangan rambut tersebut".35
Dari hadits di atas bahwa pencukuran rambut anak tidak hanya terjadi dalam
acara akiah dan tasmiah, tetapi juga merupakan suatu keharusan yang harus
dilaksanakan pasca kelahiran anak dalam hal ini juga merupakan sunnah dari
Rasulullah Saw.
d. Memberikan manisan dimulut anak(tahnik)
Memberikan manisan di mulut (tahnik)juga merupakan rangkaian dalam
upacara tasmiah, dimana seorang bayi diberikan manisan dimulutnya baik itu manisan
yang berasal dari buah kurma maupun manisan yang berupa sari pati dari buah.
33
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Op.Cit, hlm. 64-65.
Wahbah Zuhaili, , Fiqih Imam Syafi’i, 2010, hlm. 577.
35
Adib Bisri Musthofa dkk, Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a, ed;Ashari Ath Thowily, semarang, CV
Asy-Syifa, 1992, cet I, hlm. 775.
34
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
183
STAIN Palangka Raya
Adapun yang menjadi tujuan dalam pemberian manisan di mulut bayi (tahnik)
dengan buah kurma maupun dengan manisan yang lainnya adalah: untuk
mempersiapkan mulut sang bayi agar dapat menyusu air susu ibunya, juga untuk
menguatkan saraf-saraf atau mulut dan tenggorokan dengan gerakan lidah dan tulang
rahang bawah dengan jilatan, sehingga anak siap untuk mengisap secara kuat dan
alami. Lebih utama dalam pemberian manisan kepada anak ini dilakukan oleh yang
memiliki sifat taqwa dan sholeh sebagai suatu penghorhamatan dengan harapan
semoga si anak juga menjadi orang yang sholeh dan taqwa pula.
Hadits yang menjadi sandaran hukum dalam pemberian manisan atau mentahnik mulut anak adalah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim
dariAisyahra, dia berkata,
‫ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬
َ ‫ﱠﱯ‬
‫أُِﰐَ اﻟﻨِ ﱡ‬:‫َﺖ‬
ْ ‫َﺎم َﻋ ْﻦ أَﺑِْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨـﻬَﺎ ﻗَﺎﻟ‬
ٍ ‫َﻋ ْﻦ ِﻫﺸ‬
,ُ‫َﱯ ﳛَُﻨﱠ ُﻜﻪ‬
‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﺼِ ﱠ‬
Artinya: Dari Hisyam, dari Bapaknya, dari Aisyah ra, dia berkata, “seorang anak
kecil dibawa kehadapan Nabi Saw dan beliau mentahniknya.(H.R Bukhari Muslim)36
Tata cara atau proses pelaksanaan upacara akikah dan tasmiah
Tahap pertama yang harus dilakukan oleh masyarakat di Kel. Baamang Hulu dalam
upacara akikah dan tasmiah adalah:
a. Mempersiapkan hewan untuk akikah
Adapun hewan yang di anjurkan, dan yang terpenting telah memenuhi syarat yang
telah ditentukan untuk pelaksanaan akikah adalah:
1)
Kambing
2)
Domba
3)
Sapi dan unta
b. Mempersiapkan beberapa alat untuk akikah
Adapun alat dalam upacara akikah yang harus di sediakan adalah seperti:
1) Golok
2) Pisau kecil
3) Kain putih atau kertas
4) Tali tambang
36
Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 3.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
184
STAIN Palangka Raya
5) Dll
c. Mempersiapkan beberapa alat untuk tasmiah
1) Gunting
2) Gula merah, kurma, dangaram
3) Buah kelapa muda
d. Mempersiapkan tempat
Tempat haruslah diperhatikan, yaitu tempat yang layak untuk pelaksanaan upacara
akikah dan tasmiah.
e. Mempersiapkan jamuan
Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu sering kali ada yang
bersamaan, sehingga jamuan yang akan disajikan adalah masakan dari sembelihan
hewan akikah tersebut. Adapun mengenai banyaknya tergantung dari jenis kelamin
bayi yang di akikahi apabila bayinya laki-laki maka 2 ekor kambing dan apabila
bayinya perempuan 1 ekor kambing.
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan atau observasi ketika RS
melaksanakan akikah dan tasmiah anaknya.
Adapun jika masyarakat hanya mampu melaksanakan tasmiah saja maka masyarakat
seringkaling membeli ayam sebagai bahan untuk jamuan yang akan dihidangkan
kepada undangan.
f. Mempersiapkan bayi
Setelah alat-alat maupun persiapan-persiapan telah selesai disiapkan,
berikutnya adalah menyiapkan bayi yang akan diakikah dan ditasmiah. Bayi terlebih
dahulu dibersihkan dan dimandikan kemudian diberikan pakaian yang baik dan
wangi-wangian. Kebiasaan yang terjadi di Kel.Baamang Hulu ketika melaksanakan
upacara akikah atau tasmiah sering dilakukan pada pagi hari sekitar jam 08.00 wib.
Setelah perlengkapan yang diperlukan untuk melaksanakan upacara akikah
dan tasmiah sudah siapkan, satu hari sebelum acara hewan akikah terlebih dulu
disembelih yaitu berupa kambing, adapun lafazd niat ketika ingin menyembelih:
.‫ ﻓَـﺘَـ َﻘﺒﱠـﻠَﻬَﺎ‬...‫ﺖ‬
ِ ‫ﺑِْﻨ‬,...ْ‫ﺑِﻦ‬....ً‫ اَﻟﻠﱠ ُﻬ َﻢ َﻫ ِﺬﻩِ َﻋ ِﻘ ْﻴـ َﻘﺔ‬.ْ‫ﱠﺧ ْﻴﻢ‬
ِ‫ﷲ اﻟ ﱢﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ اﻟﺮ‬
ِ ‫ْﻢ ا‬
ِ ‫ﺑِﺴ‬
Artinya: Bismillahirramaanirrahiim.Ya Allah , inilah akikah…bin…../ …binti… maka
terimalah.
Setelah selesai dan keesokan harinya maka dimulailah acara tasmiahan.
Kemudian pemimpin upacara memulai membuka acaranya dengan membaca alFatihah, setelah itu dilakukan pembacaan ayat suci Al-Qur’an surah Ali Imran ayat
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
185
STAIN Palangka Raya
33-37 pada saat pembacaan ayat suci Al-Qur’an bayi dipangku oleh ayahnya atau
kakeknya dan di hadapkan kepada orang yang membacakan ayat suci Al-Qur’an
tersebut. Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an selesai maka ulama tersebut terlebih
dahulu menyampaikan kepada para undangan lafadz-lafazd yang akan dibacakan
tetika pemberian nama dan lafazd ketika para undangan menjawab, lafazd diantanya
adalah:
“Ya ghulamah Sammaituki bima sammaakillahu......(di sebutkan nama
anak), yang artinya sebagai berikut : “aku memberi nama kamu dengan nama yang
diberikan oleh Allah yaitu ....(nama bayi) . kemudian para hadirin mengucapkan
perkataan sebagai berikut: “Baarakallhu lahu” yang artinya : mudah-mudahan Allah
memberkatimu”.
Setelah selesai menyampaikan hal tersebut, kemudian bayi dipangku oleh
ayah atau kekeknya menghadap ulama, barulah ulama tersebut memulai pemberian
nama kepada bayi dengan beristighfar kemudian memegang kepala bayi dengan
maksud ulama yang akan memberikan nama kontak langsung dengan bayi yang akan
diberi nama, kemudian dengan mengucapkan kalimat dengan lafazd bahasa Arab,
adapun lafazd tersebut adalah:
Bismillahirramaanirrahiim. Ya ghulamah Sammaituki bima sammaakillahu
Aqila Salsabila binti Rino Setiawan.“Baarakallhu lahu”Artinya:Dengan nama Allah
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Wahai anak aku memberi nama kamu
dengan nama yang diberikan oleh Allah Aqila Salsabila binti Rino Setiawan. mudahmudahan Allah memberkatimu”.
Bacaan tasmiyah tersebut dibacakan sebanyak tiga kali secara berturut-turut
dan setiap kali para hadirin mendoakan dengan bersama-sama membaca,
“Barakallahu lahu (laha jika laki-laki)” artinya: semoga Allah memberi berkat
kepadamu.
Setelah pemberian nama selesai kemudian ulama memberikan manisan
berupa gula merah dan garam kemulut bayi, setelah itu dilakukan juga pemotongan
rambut.
Setelah rangkaian-rangkaian tasmiah terlaksana dan dapat berjalan dengan
baik, kemudian ulama tersebut memimpin doa, setelah selesai berdoa pihak yang
melaksanakan akikah dan tasmiahan pun memberikan jamuan atau hidangan sebagai
bentuk ucapan terima kasih kepada para undangan yang hadir, karena mereka sudah
bersedia untuk memenuhi undangan.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
186
STAIN Palangka Raya
Nilai-nilai pendidikan Islam dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah yang berdasarkan
ajaran Islam adalah:
a. Penyembelihan hewan akikah
Pendidikan Keimanan, dengan menyembelih binatang akikah sebagai bentuk
pengorbanan untuk mendekatkan orang tua dan anak kepada Allah Swt, kemudian
juga menjalankan sunnah Rasul.
Pendidikan sosial , akikah merupakan proses awal mendasari pendidikan sosial
kepada anak, ini dapat dilihat dengan jelas dari daging akikah yang wajib dibagibagikan kepada fakir miskin, kemudian dengan menyelenggarakan akikah dapat
menguatkan ikatan keakraban dan kecintaan sesama anggota masyarakat, karena
berkumpulnya mereka dihadapan hidangan yang disediakan.
Pendidikan Kesehatan, binatang akikah merupakan contoh makanan yang halal
dan baik. Hal ini bisa dilihat dari syarat-syarat binatang akikah.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang
terdapat dalam penyembelihan hewan akikah yang tidak melanggar ajaran Islam,
sehingga apa-apa yang diharapkan dari pemaknaan tersebut akan menjadi suatu
kenyataan.
a. Pemberian nama
Dari pemberian nama kepada seorang anak terdapat nilai pendidikan Islam di
dalamnya, hal ini sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw, artinya “sebaik-baik
nama itu dengan sebutan Abdullah”, karena nama-nama yang baik mengandung
kebaikan dan unsur-unsur doa untuk anak itu sendiri.
Ketika melakukan pemberian nama berilah nama yang baik dan maknanya
bersifat doa kata Rasulullah, seandainya anak itu laki-laki masukanlah nama
Muhammad, Ahmad Abdullah, dan Abdurrahman. Dengan itu meminta berkah dari
Rasulullah semoga anak tersebut bisa mewarisi sifat-sifat Rasulullah.
Dengan pemberian nama yang baik maknanya adalah supaya memudahkan
untuk memanggilnya, dan menghindari panggilan-panggilan yang tidak jelas,
kemudian nama adalah doa untuk anak itu dan sebagai identitas dirinya.
Berdasarkan hasil wawancara, mengenai nilai-nilai pendidikan Islam dalam
pemberian nama pada anak yang tidak melanggar ajaran Islam, sehinggap apa yang di
harapkan dari pemaknaan ini akan menjadi suatu kenyataan.
b. Pemotongan rambut
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
187
STAIN Palangka Raya
Mencukur rambut bayi
pada dasarnya sunnah Rasulullah Saw, disaat
melakukan pencukuran dilakukan juga dengan berselawat dan berputar kepara
undangan sembari mencukur dan mengucapkan selawat. Rambut bayi yang sudah
dicukur
nantinya ditimabang seberat emas atau perak kemudian uangnya di
sedekakan kepada fakir miskin, dengan harapan si anak nanti menjadi orang yang
dermawan yang suka bersedekah dan berinfak. Hal ini terkait dengan hadits Nabi
yang bunyinya:
‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﺷ َﻌَﺮ َﺣ َﺴ ٍﻦ‬
َ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬
ِ ‫ْﺖ َرﺳ‬
ُ ‫َﻋ ْﻦ ﻓَﺎ ِﻃ َﻤﺔُ ﺑِﻨ‬
ً‫ﻀﺔ‬
‫ِﻚ ﻓِ ﱠ‬
َ ‫َﺖ ﺑِ ِﺰﻧَِﺔ ذَﻟ‬
ْ ‫ﺼ ﱠﺪﻗ‬
َ َ‫ُﻮم ﻓَـﺘ‬
ٍ ‫َﺐ َوأُﱢم ُﻛ ْﻠﺜ‬
َ ‫َﲔ َوَزﻳْـﻨ‬
ٍ ْ ‫َو ُﺣﺴ‬
Artinya:Fatimah puteri Rasul Saw, pernah menimbang rambutHasan, Husain, Zainab
dan Ummu Kultsum, lalu mensedekahkan perak yang sama dengan berat timbangan
rambut tersebut".37
Mencukur rambut bayi berdasarkan hadits Nabi, bahwa dikatakan membuang
penyakit , sehingga dari pemotongan maupun pencukuran tersebut dengan harapan si
anak nanti tidak mengalami sakit-sakitan.
Dari pemotongan rambut menurut riwayat kelahiran Nabi, pada bulan mulud
banyak orang-orang mencukur rambut dengan tujuan mengambil berkah, sehingga
dengan mencukur rambut semoga si anak nantinya bisa mewarisi apa yang ada pada
diri Nabi.
Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam pencukuran rambut bayi
adalah:
1) Pendidikan keimanan, yaitu dengan melaksanakan sunah Rasulullah Saw.
2) Pendidikan kesehatan, dengan dilakukannya pencukran rambut agar anak tidak
mengalami sakit-sakitan.
3) Pendidikan akhlak, dengan harapan anak tersebut nantinya suka bersedekah dan
berinfak.
c. Men-tahnik atau memberikan manisan di mulut bayi
Men-tahnik atau memberi yang manis-manis di mulut bayi merupakan sunnah
Rasulullah Saw, dengan memberi sesuatu yang manis-manis di mulut bayi itu makna
atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah diharapkan anak ini jika besar
37
Adib Bisri Musthofa dkk, Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a, hlm. 775.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
188
STAIN Palangka Raya
nanti bertutur kata yang manis-manis, berkata-kata yang sopan kepada yang lebih tua,
tidak membuat orang tersinggung dan sakit hati jika mendengarnya.
Pada saat
men-tahnik atau memberi sesuatu yang manis kemulut bayi
seringkali diberi yang manis dan yang asin, itu maknanya adalah, yang manis itu
pada saat dia berkata keluar dari mulutnya selalu mengandung sesuatu disenangi oleh
orang lain kemudian jika yang asin setiap perkataannya menjadi berbekas pada setiap
orang yang mendengarnya dan perkataanya itu juga berpengaruh.
Memberikan sesuatu yang manis berupa madu, kurma dan yang lainya, hal
tersebut tujuannya untuk menguatkan rahang anak, Rasulullah mengunyah kurma
menyuapkan ke anak cucunya, setelah selesai men-tahnik kemudian mencukurnya.
Pelaksanaan men-tahnik atau pemberian sesuatu yang manis kemulut bayi yang
pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw, pada waktu pemberian nama pada seorang
anak, adapun hadist Rasulullah Saw yang berbunyi:
‫ﺴﻤﱠﺎﻩُ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ‬
َ َ‫ ﻓ‬,‫ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ , ‫ْﺖ ﺑِ ِﻪ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻰ‬
ُ ‫ُوﻟِ َﺪ ﻟِﻰ ﻏُﻼَ ٌم ﻓَﺄَﺗَـﻴ‬
.‫ َو َدﻓَـ َﻌﻪُ إِﻟَﻲﱠ‬,ِ‫و َدﻋَﺎﻟَﻪُ ﺑِﺎ ﻟْﺒَـ َﺮَﻛﺔ‬,
َ ٍ‫َو َﺣﻨﱠ َﻜﻪُ ﺑِﺘَ ْﻤ َﺮة‬
Artinya:Pernah dikaruniakan kepadaku (Abu Musa) seorang anak laki-laki, lalu aku
membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau
memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma, dan mendoakan
dengan keberkahan, setelah itu beliau menyerahkan kembali kepadaku.(H.R Bukhari
Muslim)38
Nilai-nilai pendidikan Islam dari men-tahnik atau pemberian sesuatu yang manis
dan asin adalah: Pendidikan akhlak, yaitu dengan bertutur kata yang sopan, baik, dan
indah, katanya mudah dimengerti dan dipahami kemudian Setiap katanya
mengandung manfaat dan menjadi panutan. Pendidikan kesehatan yaitu dengan
memberi sesuatu yang manis dan asin akan menguatkan rahang bayi.
Berdasarkan wawancara di atas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang
terdapat dalam men-tahnik atau pemberian manisan berupa gula dan garam sama
halnya dengan pemberian manisan berupa kurma yang pernah dilakukan oleh
Rasulullah Saw pada saat beliau memberikan nama kepada seorang anak kemudian
pada saat upacara tasmiah diganti dengan gula dan garam oleh masyarakat Kel.
Baamang Hulu hal ini dikarenakan pada zaman dulu sulit untuk menemukan buah
kurma.
38
Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 3.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
189
STAIN Palangka Raya
Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang
Kabupaten Kotawaringin Timur.
Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu sering dilakukan secara
terpisah artinya ada kalangan masyarakat yang hanya mampu melaksakan tasmiah saja dan
ada juga masyarakat yang melakukan acara tersebut secara bersamaan, hal ini dikarenakan
tingkat perekonomian masyarakat yang berada di Kel. Baamang Hulu berbedabeda.Pelaksanaan tersebut merupakan perayaan yang cukup meriah, karena dengan
diadakannya upacara tersebut dalam rangka menyambut kelahiran bayi dan hadirnya
anggota baru di dalam keluarga.
Langkah yang dilakukan pertama kali adalah mempersiapkan hewan yang akan
disembelih untuk akikah, yaitu seperti kambing, atau sapi kemudian mempersiapkan
beberapa alat lainnya untuk proses penyembelihan. Kemudian langkah selanjutnya adalah
mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk proses pelaksanaan tasmiah,
diantaranya adalah: Gunting, Gula merah, kurma, dan garam, dan buah kelapa muda.
Kemudian mempersiapkan tempat, hidanganataujamuan, danmempersiapkanbayi yang
akanditasmiah.
Hal inisesuaidenganhasil pengamatan di lapangan terhadap pelaksanaan akikah dan
tasmiah yang dilaksanakan oleh RS, pelaksanaan tersebut langsung digabungkan menjadi
satu acara.39
Dari pelaksanaan tasmiah ada beberapa rangkai diantaranya men-tahnik, terkait
dengan waktu men-tahnik
masyaraka Kel.Baamang Hulu menjadikannya satu acara
dengan tasmiah, jadi pada saat melaksanakan tasmiah dilakukan juga men-tahnik atau
memberi sesuatu yang manis dimulut bayi. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan
Rasulullah Saw, beliau men-tahik bayi pada hari pertama bayi lahir, sebagaimana sabda
Nabi Muhammad Saw.
‫و َدﻋَﺎﻟَﻪُ ﺑِﺎ‬,
َ ٍ‫ﺴﻤﱠﺎﻩُ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ َو َﺣﻨﱠ َﻜﻪُ ﺑِﺘَ ْﻤ َﺮة‬
َ َ‫ ﻓ‬,‫ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ , ‫ْﺖ ﺑِ ِﻪ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻰ‬
ُ ‫ُوﻟِ َﺪ ﻟِﻰ ﻏُﻼَ ٌم ﻓَﺄَﺗَـﻴ‬
.‫ َو َدﻓَـ َﻌﻪُ إِﻟَﻲﱠ‬,ِ‫ﻟْﺒَـ َﺮَﻛﺔ‬
Artinya:Pernah dikaruniakan kepadaku (Abu Musa) seorang anak laki-laki, lalu aku
membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau
39
Hasil observasi pada tanggal 08 Oktober 2014 bertempat di rumah Bapak RS yang mengadakan
upacara akikah dan tasmiah.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
190
STAIN Palangka Raya
memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma, dan
mendoakan dengan keberkahan, setelah itu beliau menyerahkan kembali
kepadaku.(H.R Bukhari Muslim)40
Dari hadits di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam men-tahnik atau
memberi sesuatu yang manis dimulut bayi dilakukan hari pertama kelahiran seorang bayi.
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan terkait dengan waktu mentahnik, dalam acara tasmiah yang diselenggarakan oleh RS.
1. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel.Baamang
Hulu Kec.Baamang Kab.Kotawaringin timur.
Menurut Ali Sarwan, nilai pendidikan Islam adalah ciri-ciri atau sifat khas Islami
yang dimiliki sistem pendidikan Islam. Rajab Dauri mengatakan nilai-nilai pendidikan
Islam adalah corak atau sifat yang melekat pada pendidikan Islam. Sedangkan Ruqaiyah
M. berpendapat nilai-nilai pendidikan Islam adalah ada pada determinasi yang terdiri dari
cara pandang, aturan dan norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu berkaitan
dengan akidah, ibadah, syariah, dan akhlak.
Adapun nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam pelaksanaan akikah dan
tasmiahadalahsebagaiberikut:
a. Pendidikan keimanan
Peranan orang tua sangatlah penting sebagai pendidik pertama dan utama
dalam menanamkan pendidikan keimanan kepada anak. Di dalam pendidikan
keimanan ini anak dibimbing agar beriman kepada Tuhan-Nya.Seperti diketahui
pendidikan keimanan yang diberikan kepada anak sejak dini karena akan hadir secara
sempurna dalam jiwa anak “perasaan ketauhidannya” yang berperan sebagai
fundamental dalam berbagai aspek kehidupan, jadi dengan dilaksanakannya upacara
akikah, ditanamkannya dalam diri anak pendidikan keimanan yaitu dengan
menyembelih binatang sebagai bentuk pengorbanan untuk mendekatkan orang tua dan
anak kepada Allah SWT.
Potensi keimanan sebenarnya sudah dibawa anak sejak dalam kandungan yang
disebut fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw
40
Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 3.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
191
STAIN Palangka Raya
‫ ﻣَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻣ َْﻮﻟ ٌْﻮ‬:َ‫ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ‬
َ ‫ﷲ‬
ِ ‫َﺎل َرﺳ ُْﻮ ا‬
َ ‫ ﻗ‬: ‫َﺎل‬
َ ‫ﺿ َﻲ اﷲٌ َﻋ ْﻨﻪٌ اَﻧﱠﻪُ ﻗ‬
ِ ‫ِﻲ ُﻫ َﺮ ﻳْـ َﺮةَ َر‬
ْ ‫َﻋ ْﻦ اَﺑ‬
‫َﺠﺴَﺎ ﻧِِﻪ‬
ِ ‫ﺼﺮَاﻧِِﻪ اَوْﻟﻴُﻤ‬
‫ﱠﻮ َدﻧِِﻪ ا َْو ﻳُـﻨَ ﱢ‬
َ ‫ٍدإِﻻﱠ ﻳـ ُْﻮﻟَ ُﺪ ﻋَﻠَﻰ اﻟْ ِﻔﻄْ َﺮةِ ﻓَﺄَﺑـَﻮَاﻩُ ﻳَـﻬ‬
(‫)رواﻩ ﻟﺒﺨﺎرى‬
Artinya:Dari Abu Hurairah R.A berkata: Bahwasannya Rasulullah Saw bersabda:
“Tidaklahseseorang yang dilahirkan kecuali Dalam keadaan fitrah maka
orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (H.R.
al-Bukhari)41
Mencermati hadits tersebut berarti kedua orang tua memiliki peran yang cukup
strategis bagi masa depan anak. Hal ini disebabkan karena perkembangan
fitrahmanusia banyak bergantung pada usaha pendidikan dan bimbingan orang tua.
Dengan demikian orang tua diharapkan menyadari akan kewajiban dan tanggung
jawab yang besar dan mulia terhadap anaknya.
Syaikh Musthafa Al-Adawy mengatakan dalam bukunya Fikih Pendidikan
Anak bahwa:
Sampaikanlah sesering mungkin pokok iman dan islam pada anak. Karena hal
tersebut dapat membawakan manfaat bagi anak, serta berguna bagi dunia dan
akhiratnya kelak.42
Oleh sebab itu orang tua dianjurkan untuk mengakikahkan anaknya, karena
ibadah akikah merupakan didikan awal bagi anak dalam mendekatkan diri kepada
Allah SWT, Sedangkan bagi orang tua adalah sebagai ucapan syukur kepada Allah
SWT atas amanah yang diberikan kepadanya.
b. Pendidikan Akhlak
Dari pemberian nama yang baik maknanya adalah supaya memudahkan untuk
memanggilnya, dan menghindari panggilan-panggilan yang tidak jelas, kemudian
nama adalah doa untuk anak itu dan sebagai identitas dirinya. Besarnya harapan orang
tua melalui nama yang diberikan kepada anaknya itu dipengaruhi oleh besarnya
kecintaan kepada sang anak. Diharapkan sang anak kelak bisa tumbuh dewasa sesuai
41
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri (penjelasan kitab Shahih al-Bukhari),hlm.568.
Syaikh Musthafa al-Adawy, Fikih Pendidikan Anak, Jakarta: Qisthi Press, 2011, hlm. 173.
42
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
192
STAIN Palangka Raya
dengan kandungan makna dalam nama yang diberikan. Karenanya, apabila orang tua
benar-benar mencintai anaknya dan mengetahui cara mencintai anaknya secara benar,
maka ia tidak akan memberikan nama tanpa makna atau asal-asalan saja.
Hal ini senada dengan Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam
mengatakan bahwa:
Berikanlah nama yang disegani, jangan nama yang dibenci. Nama yang baik
dapat juga menjadi penyebab orang yang memiliki nama itu berusaha
mencapai kualitas seperti nama yang terkandung dalam nama tersebut. Abu
Daud meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: sesungguhnya
pada akhir kelak dipanggil dengan menyebut namamu dan nama bapakmu,
karena itu berilah nama yang baik.43
Dengan demikian dari proses pemberian nama kepada anak mengandung
pendidikan akhlak yang harus diberikan kepada anak sejak anak itu lahir. Sebab nama
selain mengandung harapan, nama juga mengandung unsur doa yang akan
mendukung orang yang mempunyai nama tersebut untuk berperilaku sebagaimana
kandungan makna dari nama itu. Di sini terdapat unsur agar si anak kelak menjadi
anak yang baik dalam artian berakhlak mulia, selamat, sehat dan beruntung.
Terkait dengan anjuran melaksanakan akikah sebagaiman sabda Rasulullah
Saw:
ُ‫ اﻟﻐ َُﻼ ُم ﻣ ُْﺮ ﺗَـ َﻬ ُﻦ ﺑِ َﻌ ِﻘ ْﻴـ َﻘﺘِ ِﻪ ﻳُ ْﺬ ﺑَ ُﺢ َﻋ ْﻨﻪ‬:َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ‬
َ ‫ﷲ‬
ِ ‫َﺎل َرﺳ ُْﻮ ا‬
َ ‫ ﻗ‬:‫َﺎل‬
َ ‫َﻋ ْﻦ َﺳ ُﻤ َﺮ ةَ ﻗ‬
(‫ َوﻳُ ْﺤﻠَ ُﻖ َرأْ ُﺳﻪُ )رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺪى‬,‫ﺴﻤﱠﻰ‬
َ ُ‫ﻳـ َْﻮَم اﻟﺴﱠﺎ ﺑِ ِﻊ َوﻳ‬
Artinya:Dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda: “Setiap bayi
tergadai/ titipan pada aqiqahnya, yang disembelih pada hari ketujuh, dan
pada hari itu diberi nama dan dicukurlah rambutnya. (HR Ahmad dan
Tirmizi)44
Syamsul Rizal Hamid dalambukunyaPintarAgama Islam,mengatakanbahwa:
43
Ahmad Tafsir, Ilm Pendidikan Islam, Bandung:, hlm. 260.
Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi, hlm. 245.
44
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
193
STAIN Palangka Raya
Maksud
“tergadaiatautitipan”
ditebusdenganmenulasihutang.
didalamhaditsadalahsuatujaminan
yang
Demikianlahhalnyaakikahuntukmenebusanak
yang dilahirkan.45
Jadi maksud “tergadai” disini dapat diartikan terhalangnya hubungan sejati
antara anak dan orang tuanya. Sebab kesejatian hubungan batin antara orang tua
dengan anak akan terjalin dengan baik jika orang tua mengikhlaskan hartanya yang
diwujudkan dengan binatang akikah untuk disembelih.
Imam Ahmad bin Hambal berpendapat dalam Fathul Baari karangan Ibnu
Hajar. “hal ini berkenaan dengan syafa’at.”
Maksudnya, jika tidak diadakan akikah, lalu bayi meninggal sebelum baliq,
maka dia tidak bisa memberi syafa’at kepada kedua orang tuanya.46
Dengan demikian, maka sangatlah besar manfaat ibadah akikah bagi pihak
orang tua, selain orang tua akan mendapatkan pahala dari perbuatan akikahnya itu,
mereka akan mendapatkan bantuan atau syafa’at dari pihak anak yang diakikahkan
jika orang tua mendapatkan kesengsaraan di hari kiamat kelak. Sehingga anak tidak
terhalang untuk memberikan pertolongan kepada orang tuanya pada hari kiamat
kelak.
c. Pendidikan kesehatan
Pada dasarnya semua orang pasti menginkan dirinya sehat, sehat jasmani
maupun rohaninya, betapa penting sebuah kesehatan bagi manusia, kadang kala juga
orang yang baru sadar akan pentingnya sebuah kesehatan tatkala dirinya atau anggota
keluarganya terkena sakit.
Bila dipahami secara mendalam, maka sebenarnya banyak ajaran Islam yang
ada kaitannya dengan pendidikan kesehatan, salah satu contohnya adalah pelaksanaan
akikah, yang mana di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan kesehatan. Hal ini dapat
dilihat dari syarat-syarat hewan yang ditentukan untuk melaksanakan akikah.
Ketentuan hewan untuk akikah sama seperti untuk kurban, yakni tidak cacat
dan cukup umurnya yang mana dalam memilih binatang akikah ini memang benarbenar harus selektif karena tidak sah mengorbankan binatang yang cacat atau
mempunyai penyakit. Selain itu dalam mencarinya itu juga harus dengan cara yang
45
Syamsul Rizal Hamid, BukuPintar agama Islam, hlm 284.
Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 28.
46
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
194
STAIN Palangka Raya
halal, tidak boleh dengan cara yang batil, kemudian terkait dengan daging akikah,
daging akikah merupakan makanan yang halal dan baik.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT Q.S Al-Baqarah ayat 172:


Arinya :Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benarbenar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S Al-Baqarah ayat 172 )47
Kata “Thayyib” (baik)
adalah yang baikmenurut penelitian para ahli atau
dengan kata lain yang bergizi. Sementara itu, kata“Thayyib”, dari segi bahasa, berarti
sesuatu yang telah mencapai puncakdalam bidangnya.48
Dengan demikian bahwa binatang untuk akikah itu memang harus sehat, tidak
boleh cacat sedikitpun dan harus dicari dengan jalan yang halal dan selalu berpijak
pada kaidah-kaidah di dalam Islam dan daging merupakan makanan yang halal dan
baik.
Kemudian di dalam mencukur rambut bayi juga terdapat pendidikan
kesehatan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Samurah terdapat kata (
ُ‫) ُﺳﻪ‬
yang artinya mencukurlah
ْ‫ﻳُ ْﺤﻠَ ُﻖ َرأ‬
rambunyat. Hal ini merupakan bagian dariupaya
memberikan pendidikan kesehatan sejak dini kepada anak. Dari sini dapat dilihat
bahwa agama Islam telah memberikan pendidikan kesehatan pada anak sejak dini
dengan mencukur rambut kepalanya pada hari ketujuh dari kelahirannya. Hal tersebut
merupakan pondasi awal dalam membiasakan hidup bersih dan sehat pada anak
kemudian juga membuka pori-pori kulit kepala anak, ini semua yang diperintahkan
oleh agama.
47
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 42.
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003, hlm. 287.
48
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
195
STAIN Palangka Raya
Hal ini senadadengan Nasih Ulwan dalam bukunyaPendidikan Anak menurut
Islamyang mengatakan bahwa:
Mencukur rambut anak mempunyai nilai atau makna salah satu diantanya
adalah: mengandung nilai higenis atau kesehatan; karena, mencukur rambut
anak ini akan memperkuat anak itu, membuka selaput kulit kepala dan
mempertajam indra penglihatan, penciuman, dan pendengaran.49
Pendapat di atas sangatlah jelas terkait nilai pendidikan kesehatan
yang terdapat di dalam mencukur rambut, ini merupakan titik awal dalam
memeberikan pendidikan kesehatan kepada anak sejak dini, dan juga pencukuran
rambut bayi ini merupakan sunah Rasulullah Saw.
Men-tahnik atau memberi yang manis-manis di mulut bayi merupakan sunah
Rasulullah Saw, dengan memberi sesuatu yang manis-manis di mulut bayi itu makna
atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah menguatkan rahang si bayi,
kemudian terdapat juga sebuah harapan jika anak ini besar nanti bertutur kata yang
manis-manis, berkata-kata yang sopan kepada yang lebih tua, tidak membuat orang
tersinggung dan sakit hati jika mendengarnya.
Hal inisenadadenganIbnu Hajar Al Asqalani dalam bukunya Fathul Baari
(Penjelas Kitab Shahh Al Bukhari) mengatakan bahwa:
Tahnik adalah mengunyah sesuatu dan meletakannya dimulut bayi seraya
mengosok-gosokannya. Hal ini dilakukan pada bayi agar dia terlatih dan kuat
untuk makan. Ketika men-tahnik dianjurkan untuk membuka mulut bayi agar
dapat turun kerongga perutnya. Adapun yang paling baik untuk tahnik adalah
kurma, jika tidak ada, maka dengan sesuatu yang manis.50
Dari pendapat di atas sangatlah jelas tentang proses men-tahnik bayi atau
memberi sesuatu yang manis-manis kemulut bayi yang baru lahir mengandung nilai
kesehatan bagi bayi tersebut, dengan demikian dari prosesmen-tahnik ini merupakan
didikan awal bagi anak
dan selaku orang tua untuk selalu menjaga kesehatan
anaknya. Kemudian dari proses men-tahnikini mengandung beberapa harapan bagi
49
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak menurut Islam: Pemeliharaan
Kesehatan Jiwa Anak, hlm. 56.
50
Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm.7.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
196
STAIN Palangka Raya
orang tua kepada anaknya, yakni jika anak ini besar nanti selalu berkata-kata yang
manis dan menjadi panutan di masyarakat.
d. Pendidikan sosial
Pada dasarnya manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial
sebagaimana Allah SWT
menciptakan manusia berpasang-pasangan agar saling
mengenal. Kemudian manusia tidak bisa hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhannya
pasti manusia memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan interaksiinteraksi sosial. Sama halnya dengan pelaksanaan akikah dan tasmiah yang mana
didalamnya terdapat nilai pendidikan sosial dan akhlak seperti mendidik anak agar
berakhlak mulia kepada Allah SWT,
dan bersosial kepada sesama manusia serta
kepada segenap makhluk lainnya, hal ini dapat dilihat dengan jelas dari daging akikah
yang wajib diberikan kepada tetangga sekitar atau kerabat, kemudian adanya
kebersamaan dalam anggota masyarakat guna mengsukseskan acara tersebut dan di
dalam upacara tasmiah ada juga rangkain seperti mencukur rambut, kemudian rambut
ini ditimbang beratnya disamakan dengan emas atau perak lalu disedekahkan kepada
fakir miskin.
Hal inisebagaimana firman Allah Q.S Ali Imran ayat 112:

Artinya: Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia.(Q.S Ali Imran ayat 112)51
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa berhubungan baik dengan Allah berarti
penghambaan diri sepenuhnya kepada-Nya. Sedangkan berhubungan baik sesama
makhluk, berarrti mengargai keberadaan orang lain atau makhluk lain sebagai sesama
makhluk-Nya. 52
51
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 94.
Ahmad Mustafa Al maragi, terjemah Tafsir Al maragi, juz 4,5,dan 6, semarang: PT Toha Putra,
1993, hlm. 54.
52
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
197
STAIN Palangka Raya
Hal ini juga senada dengan hadits Nabi Muhammad Saw, Didalam AlMuwaththa’, Imam Malik meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya,
bahwa ia berkata:
‫َﲔ‬
ٍ ْ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﺷ َﻌَﺮ َﺣ َﺴ ٍﻦ َو ُﺣﺴ‬
َ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬
ِ ‫ْﺖ َرﺳ‬
ُ ‫َﻋ ْﻦ ﻓَﺎ ِﻃ َﻤﺔُ ﺑِﻨ‬
ً‫ﻀﺔ‬
‫ِﻚ ﻓِ ﱠ‬
َ ‫َﺖ ﺑِ ِﺰﻧَِﺔ َذﻟ‬
ْ ‫ﺼ ﱠﺪﻗ‬
َ َ‫ُﻮم ﻓَـﺘ‬
ٍ ‫َﺐ َوأُﱢم ُﻛ ْﻠﺜ‬
َ ‫َوَزﻳْـﻨ‬
Artinya:Fatimah puteri Rasul Saw, pernah menimbang rambutHasan, Husain, Zainab
dan Ummu Kultsum, lalu mensedekahkan perak yang sama dengan berat
timbangan rambut tersebut".53
Dari hadits di atas telah jelas bahwa didalam mencukur rambut terdapat
pendidikan sosial yang mana rambut yang dicukur ditimbang sama beratnya dengan
emas atau perak kemudian disedekahkan kepada fakir miskin.
Kemudian Nasih Ulwan dalam bukunya Pendidikan Anak menurut Islam
mengatakan bahwa:
Pendidikan sosial, adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa
menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikhis yang mulai dan
bersumber pada kaidah islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang
mendalam, agar didalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan
adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tidakan bijaksana. 54
Dengan demikian, anjuran untuk melaksanakan akikah dan tasmiah secara
implisit mengandung nilai pendidikan sosial yang bisa ditanamkan pada proses
mendidik anak. Hal ini mengingatkan pada orang tua sebagai pendidik bahwa anak
sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.
Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu
maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
53
Adib Bisri Musthofa dkk, Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a, ed;Ashari Ath Thowily, semarang, CV
Asy-Syifa, 1992, cet I, hlm. 775.
54
Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, hlm. 391.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
198
STAIN Palangka Raya
1. Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu sering dilakukan secara
terpisah artinya ada kalangan masyarakat yang hanya mampu melaksakan tasmiah
saja dan ada juga masyarakat yang melakukan acara tersebut secara bersamaan,
hal ini dikarenakan tingkat perekonomian masyarakat yang berada di Kel.
Baamang Hulu berbeda-beda. Adapun rangkaian didalam upacara akikah dan
tasmiah yang dilaksanakan secara garis bersar dimulai dengan menyembelihan
hewan akikah, kemudian dilakukan pemberian nama, tahnik , pemotongan sedikit
rambut.
2. Adapun nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam pelaksanaan akikah dan
tasmiah di Kel.Baamang Hulu Kec. Baamang Kab.Kotim
a. Pendidikan keimanan
Dengan
menyembelih
binatang
sebagai
bentuk
pengorbanan
untuk
mendekatkan orang tua dan anak kepada Tuhan-Nya
b. Pendidikan akhlak
Dari pemberian nama mengandung pendidikan akhlak, selain sebagai
identitasnya dan juga harapan, nama juga mengandung unsur doa yang akan
mendukung orang yang mempunyai nama tersebut.
c. Pendidikan kesehatan
Dari syarat hewan akikah yang sudah ditentukan, kemudian daging akikah
merupakan makanan yang halaldan baik. Kemudian dengan mencukur rambut,
membuka selaput kulit kepala dan menjalankan sunah Rasul. Selain itu mentahik untuk menguatkan rahang si anak, dan mengandung harapan agar anak
ini bertutur kata yang sopan dan baik karena itu sunnah Rasul.
d. Pendidikan Sosial
Hal ini dapat dilihat dari daging akikah yang wajib diberikan kepada
masyarakat. Kemudian adanya kebersamaan dalam masyarakat guna
mengsukseskan acara tersebut dan dari rambut yang dicukur akan ditimbang
sama beratnya dengan emas/perak dan disedekahkan kepada fakir miskin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani Muhammad Nashruddin, Sahin Sunan At-Tirmidzi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006
al-Adawy Syaikh Musthafa , Fikih Pendidikan Anak, Jakarta: Qisthi Press, 2011.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
199
STAIN Palangka Raya
Abu Bakar Al-Husaini Imam Taqiyyuddin, Kifayatul Akhyar (Kelengkapan Orang Shaleh),
jilid III, Penerjemah Achmad Zainudin dan A. Ma’Ruf Asrori, Surabaya: Bina Ilmu,
1997.
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: CV Asy Syifa,
1981
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak menurut Islam: Pemeliharaan Kesehatan Jiwa
Anak, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996
Az-Zuhaili Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu (sumpah,nazar,hal-hal yang di perbolehkan
& di larang ,qurban & aqiqah, teori-teori fiqih, Damaskus: Darul Fikir, 2007, cet 10
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Nama-nama Islam Indah dan mudah, Jakarta: Gema Insani
Press,2006.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Pelita II,Jakarta :PT Bumi
Restu, 1974
Ensklopedia, sastra Indonesia, Bandung: titian ilmu, 2009
Ensiklopedia Hukum Islam, editor Abdul Aziz Dhlan, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
Cet I, 1996
Hajar Ibnu, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), Jakarta Selatan, Pustaka
Azzam,2008.
H. NizarSamsul, editor Abdul Halim, Filsafat Pendidikan Islam ( pendekatan Historis,
Teoritis, dan Praktis), Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet I
Hamid Syamsul Rijal, Buku pintar Agama Islam, Bogor: Penebar Salam, cet XIII, 2003,
http://www.rumahbunda.com/fiqh-for-women/sunnah-nabi-saat-menyambut-kelahiran-bayi/
Ibnu Hajar
al-Asqalani, Fathul
Barri (penjelasan
kitab
Shahih
al-Bukhari).
Terj.
Amiruddin, Jilid 23, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008
Jamaal ‘ Abdul Rahman , Tahapan mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW, Bandung:
Irsyad Baitus Salam, 2005.
Jauhari Heri Muchtar, Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
200
STAIN Palangka Raya
Mustafa Ahmad Al maragi, terjemah Tafsir Al maragi, juz 4,5,dan 6, semarang: PT Toha
Putra, 1993.
Mujahid A.K, Materi Pokok Fiqih II, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Islam dan Universitas Terbuka, 2000.
Munawwir A.
Fatah
AdibBisri,.Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia, Surabaya:
PustakaProgresif, Cet I, 1999.
Masy’ari Anwar, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiah, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1993.
Musthofa Adib Bisri dkk, Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a, ed;Ashari Ath Thowily, semarang,
CV Asy-Syifa, 1992, cet I
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998, cet II
MoleongLexy j,metode penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004.
Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi, Juz II, Jakarta: Pustaka Azzam,
2006.
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sahih Sunan Abu Daud, penerjemah, Abd.Mufid Ihsan,
M.Soban Rahman, ed; Mukhlis B Mukti, Fajar Inayati, Juz II, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2006
Nizar DaqirMuhammad, Hidup sehat & bersih ala Nabi, Jakarta Selatan: Himmah Pusatak,
2002.
NawawiImam, Raudhatuth Thalibin, penerjemah A. Shalahuddin, ubaidillah Syaiful Ahyar,
Anshar, editor. Sulton akbar, Sri Yulyastuti, Jakarta: Pusta Azzam, 2007.
Poerwodarmonto. W.J.S, kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: balai pustaka, 1984
QadirAbdul, Metode Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan Penelitian Kancah,
RahayuNirma “ Nilai Filosofis Pendidikan Islam dalam Upacara Tasmiyah di Kec.
Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan”, mahasiswa Jurusan Tarbiyah Prodi PAI
STAIN Palangka Raya angkatan 2000
Riduwan, Metode Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2010,
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
201
STAIN Palangka Raya
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Bandung: Al-Ma’arif, 1987
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm.
145.
ShihabQuraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa
Indonesia,Jakarta : Balai Pustaka, 2004, ed ke 2, Cet. III,
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa
Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 2004, ed ke 2, Cet. III
Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
Download