168 STAIN Palangka Raya NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PELAKSANAAN AKIKAH DAN TASMIAH DI KEL.BAAMANG HULU KEC.BAAMANG KAB.KOTIM Muhammad Fitrianor 1 ABSTRAK Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu sering dilakukan secara terpisah artinya ada kalangan masyarakat yang hanya mampu melaksakan tasmiah saja dan ada juga masyarakat yang melakukan acara tersebut secara bersamaan, hal ini dikarenakan tingkat perekonomian masyarakat yang berada di Kel. Baamang Hulu berbeda-beda. Adapun rangkaian didalam upacara akikah dan tasmiah yang dilaksanakan secara garis bersar dimulai dengan menyembelihan hewan akikah, kemudian dilakukan pemberian nama, tahnik , pemotongan sedikit rambut. Rumusan masalah dalam penelitin ini menyangkut bagaimana pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel.Baamang Hulu Kec. Baamang Kotim. Apa saja nilainilai pendidikan Islam dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel.Baamang Hulu Kec.Baamang Kotim. Untuk mengetahui pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu Kec.Baamang Kotim. Untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam pelaksanaan akikah dan tasmiahdi Kel. Baamang Hulu Kec. Baamang Kab.Kotim. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 4 (empat) orang. Sedangkan informan/responden dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Desa/ Kelurahan, 1 (satu) orang tokoh agama yang berada di daerah tersebut, 1 (satu) orang tokoh masyarakat yang di tuakan,dan mengetahui tentang pelaksanaan akikahdan tasmiah. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel.Baamang Hulu Kec.Baamang Kab.Kotim yang pertama kali disiapkan adalah hewan untuk akikah, kemudian mempersiapkan beberapa alat lainnya. Kemudian mempersiapkan peralatan untuk pelaksanaan tasmiah, tempat, hidangan, dan bayi, setelah itu dimulailah proses tasmiah. (2) nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah berdasarkan pendapat dari 4 orang subjek (SA, AM, L, AS) dan 3 orang informan (S, MI, AM) dapat diambil kesmpulan, berdasarkan ajaran Islam (a). Pendidikan Keimanan: Proses menyembelih hewan akikah. (b). Pendidikan akhlak : Akan mendapatkan syafa’at dari pihak anak yang diakikahkan dan dari daging akikah yang wajib diberikan kepada 1 Alumni STAIN Palangka Raya Jurusan Program Studi PAI didampingi H. Syaikhu, M.HI dan Hj. Yuliani Khalfiah, M.Pd Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 169 STAIN Palangka Raya masyarakat. pemberian nama mengandung pendidikan akhlak, selain sebagai identitasnya dan juga harapan, nama juga mengandung unsur doa yang akan mendukung orang yang mempunyai nama tersebut. (c). Pendidikan kesehatan: Dari syarat hewan akikah, kemudian daging akikah merupakan makanan yang halal. Kemudian dengan mencukur rambut, membuka selaput kulit kepala dan menjalankan sunah Rasul. Selain itu men-tahnik untuk menguatkan rahang si anak, karena itu sunnah Rasul. (d). Pendidikan sosial: kebersamaan dalam masyarakat guna mengsukseskan acara tersebut. Kemudian rambut cukuran ditimbang sama beratnya dengan emas/perak dan disedekahkan. Kata Kunci: Nilai-nilai pendidikan, akikah, tasmiah Pendahuluan Agama Islam adalah agama yang suci agama yang diturunkan oleh Allah yang berfungsi sebagai penyempurna bagi agama-agama lain maupun agama sebelumnya. Ajaranajaran yang terdapat dalam Islam ada yang bersifat wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Wajib adalah adalah suatu ajaran Islam yang datang dari Allah SWT yang harus dilaksnakan, apabila ditinggalkan mendapatkan dosa dan apabila dikerjakan mendapatkan pahala juga berasal dari Allah SWT, akan tetapi sunnah tersebut melalui perbuatan, perkataan, takrir, dan sebagainya yang berasal dari Rasulullah SAW, yang dijadikan sebagai dasar dan landasan dalam hukum Islam, apabila dikerjakan mendapatkan pahala (nilai tambah) dan apabila tidak dikerjakan mendapatkan dosa ( tidak mendapat siksa ).2 Ada berbagai macam sunnah Rasulullah SAW yang harus dilaksanakan oleh umat manusia, salah satu sunnah Rasulullah SAW yaitu memenuhi hajat kehidupan manusia dalam bentuk pernikahan. Adapun yang menjadi tujuan dalam pernikahan adalah mendapatkan dan meneruskan keturunan, memenuhu hajat manusia guna menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayang, memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan. Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya dan kalbu yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika dia dibiasakan melakukan kebaikan, niscaya 2 Syamsul Rijal Hamid, Buku pintar Agama Islam, Bogor: Penebar Salam, cet XIII, 2003, hlm. 10-11. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 170 STAIN Palangka Raya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika dia dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan, niscaya dia akan menjadi orang celaka dan binasa. Keadaan fitrahnya senantiasa siap untuk menerima yang baik atau yang buruk dari orang tuanya.3 Baik buruknya anak sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tua. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda : ﻣَﺎ:َ ﻗَﺎ َل رَﺳُ ﻮْ ﷲِ َﺻ َﲆ ﷲُ َﻠَ ْﯿ ِﻪ وَﺳَ ﲅ: ﷲ َﻋ ْﻨ ٌﻪ اَﻧ ُﻪ ﻗَﺎ َل ٌ ﴈ َ ِ َﻋَﻦْ ا ِ َْﰊ ﻫُﺮَ ْﺮَ ةَر ) رواﻩ.َﴫا ِﻧ ِﻪ اَوْﻟ ُﯿﻤَﺠِ ﺴَ ﺎ ِﻧ ِﻪ َ ّ ِ ﻣِﻦْ ﻣَﻮْ ﻟ ٌﻮْ ٍدا ﻻ ﯾُﻮْ َ ُ ََﲆ اﻟْ ِﻔﻄْ ﺮَ ِة ﻓَ ﺑ َﻮَا ُﻩ ﳞَ ﻮَ َد ِﻧ ِﻪ اَوْ ﯾُﻨ (ﻟﺒ ﺎرى Artinya: Dari Abu Hurairah R.A berkata: Bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang yang dilahirkan kecuali Dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (H.R al-Bukhari)4 Mencermati hadits tersebut berarti kedua orang tua memiliki peran yang cukup strategis bagi masa depan anak. Hal ini disebabkan karena perkembangan fitrahmanusia banyak bergantung pada usaha pendidikan dan bimbingan orang tua. Dengan demikian orang tua diharapkan menyadari akan kewajiban dan tanggung jawab yang besar dan mulia terhadap anaknya. Salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah melaksanakan akikah dan tasmiah (memberi nama yang baik) dan ini juga salah satu bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Samurah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: اﻟﻐ َُﻼ ُم ﻣُﺮْ ﲥَ َﻦُ ِﺑ َﻌ ِﻘ ْ َﻘ ِ ِﻪ:َ ﻗَﺎ َل رَﺳُ ﻮْ ﷲِ ﺻَ ﲆ ﷲُ َﻠَ ْﯿ ِﻪ وَﺳَ ﲅ:َﻋَﻦْ َﲰُﺮَ َة ﻗَﺎل ( وَﳛُ ْ ﻠ َُﻖ رَ ﺳُ ُﻪ )رواﻩ اﻟﱰﻣﺪى,ﯾُﺬْ ﺑ َﺢُ َﻋ ْﻨ ُﻪ ﯾ َﻮْ َم اﻟﺴ ﺎ ِﺑﻊ ِ وَ ُﺴَ ﻤﻰ Artinya: Dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda: “Setiap bayi tergadai/ titipan pada aqiqahnya, yang disembelih pada hari ketujuh, dan pada hari itu diberi nama dan dicukurlah rambutnya. (HR Ahmad dan Tirmizi).5 3 Jamaal ‘ Abdul Rahman , Tahapan mendidik Anak Teladan Rasulullah Saw, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005, hlm. 5. 4 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri (penjelasan kitab Shahih al-Bukhari). Terj. Amiruddin, Jilid 23, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm., 568 5 Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, hlm. 245. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 171 STAIN Palangka Raya Maksud “tergadai atau titipan” didalam hadits adalah suatu jaminan yang ditebus dengan menulasi hutang. Demikianlah halnya akikah untuk menebus anak yang dilahirkan.6 Imam Ahmad bin Hambal berpendapat, “hal ini berkenaan dengan syafa’at.” Maksudnya, jika tidak diadakan akikah, lalu bayi meninggal sebelum baliqh, maka dia tidak bisa memberi syafa’at kepada kedua orang tuanya.7 Dalam rangka mensyukuri kelahiran anak bagi orang tua muslim disunnahkan melaksanakan akikah dan tasmiah (memberi nama yang baik) kepada anaknya. Akikah adalah menyembelih hewan (kambing) untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT atas lahirnya seorang bayi, dan tasmiah adalah memberi nama kepada anak. Dalam hal ini dianjurkan, agar orang tua memilihkan nama yang baik bagi anaknya yang baru lahir karena Rasulullah Saw sangat menyukai nama-nama yang baik. Pelaksanaan akikah dan tasmiah tidak cukup hanya untuk diketahui dan dipahami saja tetapi disunnahkan untuk dilaksanakan oleh setiap orang tua muslim. Sungguh disayangkan jika orang tua muslim lebih suka merayakan kelahiran anaknya dengan pesta pora, tetapi melupakan anjuran untuk melaksanakan akikah, Padahal ibadah akikah merupakan moment penting yang syarat dengan makna mendidik keshalehan anak. Setiap anak terlahir dalam keadaan tidak berdaya untuk mendidik dirinya sendiri. Ia membutuhkan bantuan orang tua dalam upaya mendidik dirinya sampai tumbuh dewasa dan berkembang secara wajar menjadi insan penghamba Allah SWT. Hal ini dalam pandangan Islam merupakan hak yang harus didapatkan oleh setiap anak dari orang tuanya. Dalam pelaksanaan tasmiah atau memberi nama kepada seorang anak, hendaknya orangtua memberikan nama-nama yang baik dan nama adalah doa dari orangtua kepada anak-anaknya. Maka berikanlah nama yang baik sebagai doa yang baik pula untuk seorang anak. Gunakanlah nama-nama Islami yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, dan jauhi penggunaan nama-nama yang menyerupai penamaan orang-orang kafir. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Kel-Baamang Hulu KeBaamang Kab-Kotim pelaksanaan akikah seringkali dilakukan bersamaan dengan acara tasmiah oleh masyarakat. Kemudian dalam pelaksanaannya terdapat beberapa 6 Syamsul Rizal Hamid, BukuPintar agama Islam,hlm. 284. Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), Jakarta Selatan, Pustaka Azzam,2008, h.28. 7 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 172 STAIN Palangka Raya rangkaian acara seperti menyembelih hewan akikah, mencukur rambut, dan memberi nama. Akikah tidak semua masyarakat yang bisa melaksanakannya akan tetapi berbeda dengan pelaksanaan tasmiah, kebanyakan masyarakat mampu untuk melaksanakannya. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, karena mengingat acara akikah adalah acara yang besar dengan menyembelih binatang seperti kambing 2 ekor untuk anak laki-laki dan 1 ekor untuk anak perempuan, oleh karena hanya segelintir masyarakat yang bisa melaksanakannya. Adapun wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu tokoh agama yang berada di daerah tersebut terkait dengan pelaksanaan akikah, beliau mengatakan, pelaksanaan akikah di Kel-Baamang tidak mengharuskan melakukan akikah pada hari ke 7 kelahiran bayi, bisa dilakukan pada hari 14, 21, dan seterusnya, hal ini dikarenakan tingkat perekonomian masyarakat yang ada di daerah ini berbeda-beda. Adapun setiap rangkaian pelaksanaanya seperti menyembelih hewan akikah, pencukuran rambut, dan pemberian nama. Dari segi pelaksanaannya, salah satu rangkaian pelaksanaan akikah terkandung nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat di dalamnya seperti pendidikan keimanan, hal ini dapat dilihat pada saat proses penyembelihan hewan akikah, dengan menyembelih hewan akikah sebagai pengorbanan untuk mendekatkan anak kepada Tuhan sejak dini mungkin sejak awal. Pelaksanaan tasmiah dilaksanakan ketika anak berumur 1 sampai dengan 41 hari kelahirannya atau setelah tali pusar anak/bayi tersebut putus. Dalam pelaksanaan tasmiah terdapat beberapa rangkaian yang sifatnya berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pelaksanaanya, baik yang terdapat dalam persiapanpersiapan yang dilakukan, dalam proses pelaksanaan, maupun dalam setiap rangkaian acara tersebut. Tasmiah seperti membaca Al-Qur’an surah Ali imran ayat: 3337,memberi nama, mencukur rambut bayi, dan men-tahnik.Setiap rangkaian pelaksanaanya memiliki nilai-nilai Pendidikan Islam, dari nilai-nilai Pendidikan Islam inilah diharapkan seorang menjadi baik dan berguna bagi kedua orang tuanya, begitupun bagi lingkungannya. Adapun wawancara yang dilakukan dengan salah satu tokoh agama yang berada di daerah tersebut terkait dengan pelaksanaan tasmiah, beliau mengatakan, pelaksanaan tasmiah di Kel-Baamang seringkali dilakukan pada 41 hari kelahiran si bayi. Dalam pelaksanaan tasmiah terdapat beberapa rangkaian, seperti memberi nama Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 173 STAIN Palangka Raya bayi, mencukur rambut bayi, dan memberi gula merah atau kurma dicampur dengan garam (tahnik), inilah yang berdasarkan ajaran Islam. Dari satu persatu rangkaian pelaksanaan tasmiah tersebut terdapat nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat didalamnya seperti men-tahnik bayi terdapat nilai pendidikan akhlak, jadi dengan tujuannya men-tahnik agar anak ini besar nanti mengucapkan kata-kata yang manis atau sopan. Nilai Pendidikan Islam Menurut Ali Sarwan, nilai pendidikan Islam adalah ciri-ciri atau sifat khas Islami yang dimiliki sistem pendidikan Islam. Rajab Dauri mengatakan nilai-nilai pendidikan Islam adalah corak atau sifat yang melekat pada pendidikan Islam. Sedangkan Ruqaiyah M. berpendapat nilai-nilai pendidikan Islam adalah ada pada determinasi yang terdiri dari cara pandang, aturan dan norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu berkaitan dengan akidah, ibadah, syariah, dan akhlak. Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah ciri khas, sifat yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang dianut oleh agam Islam.Nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan Islam yang terdapat di dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel-Baamang hulu KecBaamang Kab-Kotim. 1. Ruang lingkup pendidikan Islam Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Pendidikan keimanan Pendidikan ini mencakup keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi dan Rasul, Hari Akhirat dan Takdir. Termasuk di dalamnya adalah materi tata cara ibadah, baik ibadah mahdlahseperti berbuat bik kepada sesama. Tujuan dari materi ini adalah agar anak/peserta didik memiliki dasardasar keimanan dan ibadah yang kuat. b. Pendidikan moral/akhlak Materi pendidikan ini merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu rubbubiyah (ketuhanan) dan meredam atau menghilangkan nafsu-nafsu syaithaniyah. Pada materi ini peserta didik dikenalkan atau dilatih mengenai: (1) perilaku/akhlak yang mulia (akhlakul karimah/mahmudah) seperti jujur, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 174 STAIN Palangka Raya rendah hati, dabar, dan sebagainya. (2) perilaku/akhlak yang tercela (akhlakul mazmumah) sepertu dusta, takabur, khianat, dan sebagainya. Setelah materi-materi itu disampaikan kepada peserta didik diharapkan memilki perilaku-perilaku akhlak yang mulia dan menjauhi/ meninggalkan perilaku-perilaku akhlak yang tercela. c. Pendidikan fisik/jasmani Rasulullah pernah memrintahkan umatnya agar mengajarkan memamah, berenang, naik kuda dan bela diri kepada putra-putrinya. Ini merupakan perintak kepada kita agar mengajarkan pendidikan jasmani kepada anak-anak (peserta didik). Tentu hal itu dengan memperhatikan batas umur, kemampuan, aurat dan memisahkan antara anak laki-laki dan perempuan ketika pelajaran berenang. Tujuan dari materi ini adalah agar peserta didik memiliki jasmani yang sehat dan kuat, serta memilki keterampilan dasar seperti berlari, lompat, dan berenang. d. Pendidikan kejiwaan/ hati nurani Selain nafsu dan akal yang harus dilatih pada diri manusia adalah kejiwaan atau hati nuraninya. Pada maetri ini peserta didik dilatih agar dapat membina hati nuraninya sehingga menjadi “tuan” dalam diri sendiri dan dapat menyuarakan kebenaran dalam keadaan apa pun. Selain itu diharapkan agar peserta didik memiliki jiwa atau hati nurani yang kuat, sabar, dan tabah dalam menjalani kehidupan ini. e. Pendidikan sosial Seperti dikaetahu manusia memilki dua tugas hubungan yang ahrus dilakukan dalam hidupnya, yaitu hubungan dengan Allah (hablumnillah) berupada ibadah mahdlah; dan hubungan sesama manusia (habluminannas) berupada ibadah gairu mahdlahatau kemasyarakatan.8 Landasan Pendidikan Islam Setiap usaha, kegiatan, dan tindakan yang disengaja atau mencapai satu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu Pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiaan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan. 8 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 16-17 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 175 STAIN Palangka Raya a. Al-Qur’an Al-Qur’an adalah sumber ajaran agama Islam yang pertama. Menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melaui Ijtihad.9 b. Hadits Hadits sebagai dasar hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Secara umum, hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya. Kepribadian Rasul sebagai uswatun al- Hasanahcontoh tauladan yang baik. Dalam Pendidikan Islam Sunnah mempunyai dua fungsi, yaitu (1) menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. (2) menyimpulkan metode dari kehidupan Rasullulah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya. Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, Al-Hadits mempunyai peranan penting setelah Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan. Sebagai utusan Allah, Nabi Muhammad mempunyai wewenang menjelaskan dan merinci wahyu Allah yang bersifat umum.10 Menerangkan atau menjelaskan itulah yang di kenal dengan nama hadits atau sunnah Rasulullah SAW. Ada tiga peranan hadits disamping Al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an. kedua, sebagai penjelas isi Al-Qur’an. Ketiga, menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Qur’an. Walaupun hadits menjadi landasan hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an, akan tetapi kedudukannya tidak kalah penting dengan Al-Qur’an.11 9 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998, cet II, hlm. 93. H.Samsul Nizar, editor Abdul Halim, Filsafat Pendidikan Islam ( pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis),hlm. 35. 11 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hlm. 110. 10 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 176 STAIN Palangka Raya Akikah berasal dari bahasa Arab ً َﻋ ِﻘ ْﻴـ َﻘﺔyaitu mashdar (kata benda) dari fiil madhiﻖ َﻋ ﱠdengan fiil mudhore’ﻳَـﻌُ ﱡﻖyang berarti menyembelih kambing aqiqah”. “mengaqiqahkan anak atau 12 Secara bahasa, ‘akikah berarti memutus. Misalnya, si anak dikatakan setelah meng’akikah kedua orang tuanya, jika ia telah memutus mereka berdua.13 Adapun untuk mengetahui makna akikah secara istilah syara’, peneliti petikkan beberapa pendapat ulama berikut: a. Menurut Sayyid Sabiq,Pengarang kitab Mukhtar Ash Shihhah mengatakan: AlAqiqah atau Al-Iqqah adalah rambut makhluk yang baru dilahirkan, baik manusia atau binatang. Dinamai pula daripadanya binatang yang disembelih untuk anak yang baru lahir pada hari ke 7.14 b. Menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini,Akikah adalah nama binatang yang disembelihkan pada hari ketujuh sesudah kelahiran bayi pada hari pencukuran rambutnya,dan binatang tersebut dinamakan aqiqah karena sesuai dengan nama rambut yang dicukur.15 c. Menurut Imam An-Nawawi, akikah adalah hewan yang disembelih untuk kelahiran seorang bayi sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat-syarat yang khusus.16 d. Menurut Jumhur ulama mengartikan bahwa akikah yaitu menyembelihhewan pada hari ketujuh dari hari lahirnya seorang anak baik laki-lakimaupun perempuan.17 e. Menurut Abdul Aziz Salim Basyarahil, dalam bukunya Nama-nama Islam dan Indah, akikah adalah domba yang disembelih untuk kelahiran bayi hukumnya sunnah muakkadah meskipun orang tuanya kurang mampu.18 f. Menurut Abdullah Nashih Ulwan, akikah berarti menyembelih kambinguntuk anak pada hari ketujuh kelahirannya.19 12 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989,hlm. 251. Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: CV Asy Syifa, 1981, hlm. 75. 14 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Bandung: Al-Ma’arif, 1987, hlm. 167. 15 Imam Taqiyyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar (Kelengkapan Orang Shaleh), jilid III, Penerjemah Achmad Zainudin dan A. Ma’Ruf Asrori, Surabaya: Bina Ilmu, 1997, hlm. 257. 16 Imam Nawawi, Raudhatuth Thalibin, penerjemah A. Shalahuddin, ubaidillah Syaiful Ahyar, Anshar, editor. Sulton akbar, Sri Yulyastuti, Jakarta:Pusta Azzam, 2007, hlm. 709-710. 17 Mujahid A.K, Materi Pokok Fiqih II, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam dan Universitas Terbuka, 2000, hlm. 409. 18 Abdul Aziz Salim Basyarahil, Nama-nama Islam dan Indah, Jakarta: Gema Insani Press,2006, cet I, hlm. 18. 13 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 177 STAIN Palangka Raya Selain definisi-definisi tersebut Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Samurah: اﻟﻐ َُﻼ ُم ﻣ ُْﺮ ﺗَـ َﻬ ُﻦ ﺑِ َﻌ ِﻘ ْﻴـ َﻘﺘِ ِﻪ ﻳُ ْﺬ:َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ َ ﷲ ِ َﺎل َرﺳ ُْﻮ ا َ ﻗ:َﺎل َ َﻋ ْﻦ َﺳ ُﻤ َﺮ ةَ ﻗ ُ َوﻳُ ْﺤﻠَ ُﻖ َرأْ ُﺳﻪ,ﺴﻤﱠﻰ َ ُﺑَ ُﺢ َﻋ ْﻨﻪُ ﻳـ َْﻮَم اﻟﺴﱠﺎ ﺑِ ِﻊ َوﻳ ()رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺪى Artinya: Dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda: “Setiap bayi tergadai/ titipan pada aqiqahnya, yang disembelih pada hari ketujuh, dan pada hari itu diberi nama dan dicukurlah rambutnya. (HR Ahmad dan Tirmizi).20 Hadits ini mengisyaratkan sebuah pengertian akikah secara jelas, yaitu binatang yang disembelih sebagai tebusan bagi tergadainya kesejatianhubungan batin antara orang tua dengan anak. Dan penyembelihannya dilakukan pada hari ketujuh dari kelahiran anak bersamaan dengan mencukur rambut kepalanya serta memberikan nama baginya. Berdasarkan keterangan beberapa ulama dan hadits yang di atas, sepintas telah dapat pahami bahwa jenis binatang akikah adalah kambing atau domba dan jumlah masing-masing dua ekor untuk bayi laki-laki dan seekor untuk bayi perempuan. Namun demikian, agar pemahaman lebih jelas, perlulah kiranya diketahui lebih jauh tentang jenis, jumlah, dan syarat binatang akikah dalam pembahasan berikut: 1) Jenis hewan akikah Hewan yang akan disembelih sebagai akikah baik dari segi jenis, usia, dan sifatsifatnya yang harus bebas dari cacat, tidak berbeda dengan hewan kurban. Jenishewan yang akan di akikahkanituadalahkambing, unta, dansapi.21 Demikian itu, jenis-jenis, usia, dansifathewanakikah yang dapat dipergunakan untuk keperluan akikah. Dengan begitu, orang tua dapat memilih jenis binatang mana yang paling sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing. 2) Jumlah binatang akikah. Tentang jumlah binatang yang ditetapkan untuk pelaksanaan akikah ini ada beberapa pendapat. Untuk anak laki-laki disembelih dua ekor kambing dan untuk 19 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak menurut Islam: Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996, Cet. 3, hlm. 71. 20 Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi, Juz II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, h. 245. 21 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu (sumpah,nazar,hal-hal yang di perbolehkan & di larang ,qurban & aqiqah, teori-teori fiqih), hlm. 296. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 178 STAIN Palangka Raya anak perempuan disembelih satu ekor kambing.Pendapat ini disandarkan pada hadits Nabi Saw: ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠّﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠّ َﻢ اََﻣ َﺮُﻫ ْﻢ َﻋ ِﻦ اْﻟﻐُﻼَِم ﺷَﺎﺗَﺎ ِن َ ﷲ ِ ْل ا َ ﺸﺔَ اَ ْﺧﺒَـ َﺮﺗْـﻬَﺎ اَ ﱠن َرﺳُﻮ َ ِاَ ﱠن ﻋَﺎﺋ (ُﻣﻜَﺎﻓِﺌَﺘَﺎ ِن َو َﻋ ِﻦ اْﻟﺠَﺎ ِرﻳَِﺔ ﺷَﺎةٌ )رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬي Artinya: Dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw telah memerintahkan para shahabat (agar menyembelih 'aqiqah) bagi anak laki-laki 2 ekor kambing yang sebanding dan untuk anak perempuan 1 ekor kambing( H.R Tirmidzi )22 Jumhur ulama berpendapat bahwa anak perempuan diakikahi setengah dari anak laki-laki. Maksudnya apabila anak perempuan satu makauntuk anak laki-laki dua. Ada yang boleh mengakikahi anak laki-laki dengan satu kambing iniberdasarkan hadits Nabi SAW: ﺴ ِﻦ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠّﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠّ َﻢ َﻋ ﱠﻖ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﺤ َ ﱠﺎس َرﺿِﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨـ ُﻬﻤَﺎ اَ ﱠن اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻰ ٍ َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ َﻋﺒ (ﺴ ْﻴ ِﻦ َﻛ ْﺒﺸٌﺎ َﻛ ْﺒﺸٌﺎ )رواﻩ اﺑﻮداود َ وَاﻟْ ُﺤ Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW menyembelih aqiqah untuk Hasan dan Husain masing masing seekor kambing (kibas) . (HR Abu Daud) 23 Pendapat Imam mazdhab yang empat, diantara mereka juga tidak ada kesamaan jumlah binatang akikah. Tiga orang Imam yaitu Abu Hanifah, Asy Syafi’i dan Ahmad bin Hambali menyatakan bahwa “akikah ialah menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan seekor kambing untuk anak perempuan, dilakukan pada hari yang ketujuh dari kelahirannya”. Sementara imam Malik bin Annas menyatakan baik untuk lelaki maupun perempuan disembelih seekor saja.24 Berdasarkan keterangan hadits dan pendapat Imam Mazhab tersebut, maka dapat diambil pemahaman bahwa khusus bagi orang tua yang kurang mampu, mereka bisa mengakikahkan anak laki-lakinya hanya dengan seekor kambing. Hal ini tidak akan mengurangi nilai akikah, asal kita jujur dan tidak berpura-pura tidak mampu. 3) Syarat binatang akikah 22 Muhammad Nashiruddin Al-Albani,Sahin Sunan At-Tirmidzi, penerjemah, Fachrurazi, editor, Edi Fr, Abu rania, hlm. 239-240. 23 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sahih Sunan Abu Daud, penerjemah, Abd.Mufid Ihsan, M.Soban Rahman, editor Mukhlis B Mukti, Fajar Inayati, Juz II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, hlm. 311. 24 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, hlm. 84. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 179 STAIN Palangka Raya Kebanyakan para ulama berpendapat bahwa semua binatang yang disembelih untuk akikah sama dengan binatang untuk qurban. Bila untuk qurban binatang itu sah untuk disembelih, hal itu berlaku juga untuk binatang yang disembelih untuk akikah. Mayoritas ulama berpendapat, bahwa usia binatang yang disembelih untuk akikah sama dengan usia binatang untuk qurban. Dapat dikatakan bahwa persyaratan binatang untuk akikah samadengan syarat binatanguntuk qurban yaitu binatang yang baik, gemuk dan tidak cacat. Yang dimaksud dengan kata “Thayyib” (baik) adalah yang baikmenurut penelitian para ahli atau dengan kata lain yang bergizi. Kata“Thayyib” dari segi bahasa berarti sesuatu yang telah mencapai puncakdalam bidangnya.25 Apabila dilihat dari kegiatan pelaksanaannya, akikah meliputi beberapa kegiatan yaitu: a) Waktu akikah yang utama dilaksanakan pada hari ketujuh dari kelahiran anak. Namun boleh pula dilaksanakan pada saat anak itu belum dewasa. b) Akikah dilakukan dengan cara melakukan penyembelihan hewan akikah (kambing, domba, sapi, dan kerbau) c) Pada saat menyembelih binatang akikah tersebut di sunnahkan menghadapa kiblat, mengucap Basmallah dan doa Allahu Akbar, Allhuma minka, wa ilaikaAllhuma hazihi aqiqatu fulan. d) Daging, kulit, dan bagian binatang yang disembelih itu boleh dimasak, sebagiannya dimakan orang yang berakikah dan sebagian lainnya disedekahkan kepada karibkerabat, khususnya fakir miskin. e) Pada waktu akikah dilakukan pula pencukuran rambut anak dan pemberian nama yang baik. 26 Dari beberapa definisi diatas makna akikah dapat disimpulkan bahwa akikah adalahmerayakan kelahiran anak dengan menyembelih binatang yang dilakukan pada hari ketujuh, lalu dagingnya disedekahkan pada fakir miskin bersamaan dengan mencukur rambut kepala anak serta memberikan nama anak, dan juga merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh orang tua si bayi,sebagai tebusan bagi tergadainya kesejatianhubungan batin antara orang tua dengan anak. 25 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003, hlm. 287. Ensiklopedia Hukum Islam, editor Abdul Aziz Dhlan, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet I, 1996, hlm 82. 26 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 180 STAIN Palangka Raya Tasmiah Tasmiah dari segi bahasa Arab, (fi’il mad’hi )أ ْﺳﻤَﻰ,(fi’il modhore ِﻲ ْ ) ﻳُ ْﺴﻤ, (mashdarً ) ﺗَ ْﺴ ِﻤﻴَﺔyang artinya: memberi nama.27 Tasmiah menurut arti tradisional yaitu upacara pemberian nama pada seorang bayi dengan cara tertentu. pelaksanaan tasmiah sebagai yang biasa dilakukan dikalangan penduduk Kalimantan Selatan ialah sebagai keterangan di bawah ini. Beberapa hari setelah bayi lahir dari kandungan ibu, di undang jiran tetangga, famili terdekat dan sahabat-sahabat agar datang ke rumah orang tua bayi untuk turut serta menyaksikan upacara tasmiah. Upacara itu dipimpin oleh seorang ulama terdekat atau sesepuh kampung, dan dimulai dengan membaca Al-fatihah dan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an tertentu oleh seorang qari. Ayat-ayat yang dibaca oleh qari itu ialah surah Ali- Imran ayat 33-37. Selesai qari menbacakan ayat-ayat tersebut, maka ulama (pimpinan upacara) mulai meresmikan nama anak dengan basmalah dan kalimat di bawah ini : 28 “Sammaituka bima sammaakallahu......(di sebutkan nama anak), yang artinya sebagai berikut : “aku memberi nama kamu dengan nama yang diberikan oleh Allah yaitu ....(nama bayi) . kemudian para hadirin mengucapkan perkataan sebagai berikut: “Baarakallhu laka” yang artinya : mudah-mudahan Allah memberkatimu”. Lalu ulama tadi menggunting rambut anak sedikit dan memasukan sedikit gula atau yang manis-manis ke dalam mulut anak dan memercikan sedikit air dari mangkok yang di dalamnya ada bunga kenanga kepala dan badan anak. Dan juga sebagian hadirin yang dipandang sebagai sesepuh turut pula memercikan air tersebut kebadan anak. Setelah itu acara tasmiah ditutup dengan doa untuk mendoakan anak supaya menjadi anak yang saleh. Sebelum doa kadang-kadang diadakan acara ceramah agama oleh salah seorang muballig yang ditunjuk oleh tuan rumah. Maka selesailah sudah acara tasmiah yang diakhiri dengan suguhan makanan menurut kemampuan ekonomi tuan rumah yang mengundang upacara tasmiah.29 Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa tasmiah adalah suatu upacara yang berasal dari Kalimantan Selatan mengenai pemberian nama pada 27 AdibBisri, Munawwir A. Fatah. Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia, Surabaya: PustakaProgresif, Cet I, 1999, hlm. 344. 28 Anwar Masy’ari, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiah, Surabaya: PT Bina Ilmu,1993, cet I, h. 156. 29 Ibid. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 181 STAIN Palangka Raya seorang bayi, setelah bayi tersebut di lahirkan pada hari pertama samapai anak itu berumur 41 (empat puluh satu) hari. Apabila dilihat dari kegiatan pelaksanaannya, tasmiah meliputi beberapa kegiatan yaitu: a. Memberi nama Nama adalah sebuah identitas yang sangat dibutuhkan karena berguna untuk dapat dikenali oleh orang lain. Selain itu juga berguna untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Islam juga memperhatikannya dengan serius dan menganjurkan memberi nama seorang anak dengan nama yang baik karena bagaimanapun juga sebuah nama berkaitan erat dengan si pemilik nama itu sendiri. Di sunnahkan anak yang baru lahir diberi nama yang bagus dan dicukur rambutnya serta bersedekah seberat timbangan rambutnya dengan perak jika hal itu memungkinkan.30 b. Waktu pemberian nama. Ada dua pendapat yang menjelaskan tentang kapan seseorang anak diberikan namanya. Dari Samurah r.a Nabi SAW bersabda: اﻟﻐ َُﻼ ُم:َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ َ ﷲ ِ َﺎل َرﺳ ُْﻮ ا َ ﻗ:َﺎل َ َﻋ ْﻦ ﲰََُﺮ َة ﻗ َﳛﻠَ ُﻖ ُْ و,ﻣُْﺮ ﺗَـ َﻬ ُﻦ ﺑِ َﻌ ِﻘْﻴـ َﻘﺘِ ِﻪ ﻳُ ْﺬ ﺑَ ُﺢ َﻋْﻨﻪُ ﻳـ َْﻮَم اﻟﺴﱠﺎ ﺑِ ِﻊ َوﻳُ َﺴﻤﱠﻰ (َرأْ ُﺳﻪُ )رواﻩ اﻟﱰﻣﺪى Artinya: Dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “Setiap bayi tergadai/ titipan pada aqiqahnya, yang disembelih pada hari ketujuh, dan pada hari itu diberi nama dan dicukurlah rambutnya. (HR Ahmad dan Tirmizi).31 ﻓَ َﺴﻤﱠﺎﻩُ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ,ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ, ﱠﱮ ْﺖ ﺑِِﻪ اﻟﻨِ ﱠ ُ ُوﻟِ َﺪ ِﱃ ﻏُﻼَ ٌم ﻓَﺄَﺗَـﻴ . َوَدﻓَـ َﻌﻪُ إِﱄَﱠ,ِوَدﻋَﺎﻟَﻪُ ﺑِﺎ ﻟْﺒـََﺮَﻛﺔ, َ َو َﺣﻨﱠ َﻜﻪُ ﺑِﺘَ ْﻤَﺮٍة Artinya : Pernah dikaruniakan kepadaku (Abu Musa) seorang anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma, dan mendoakan dengan keberkahan, setelah itu beliau menyerahkan kembali kepadaku.(H.R Bukhari Muslim)32 30 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, hlm. 169. Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi,hlm. 245. 32 Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 3. 31 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 182 STAIN Palangka Raya Dari hadits-hadits tersebut di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam pemberian nama terdapat tenggang waktu , pemberian nama itu boleh dilakukan pada hari pertama setelah kelahiran anak, dapat diakhirkan hingga hari ketiga dan juga dapat juga diakhirkan hingga hari akikah, yaitu hari ketujuh dan dapat juga sebelum hari hari-hari tersebut atau bahkan sesudahnya.33 c. Mencukur rambut. Disunnahkan mencukur rambut bayi pada hari ketujuh kelahirannya, serta bersedekah emas atau perak seberat rambut yang dicukur.34 Dalam penyelenggaraan upacara tasmiah, pencukuran rambut anak merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan, yaitu setelah pemberian nama pada seorang anak. Berbagai hadits yang dijadikan dalil oleh para ahli fiqih tentang mencukur rambut bayi dan bersedekah dengan perak seberat timbangan rambut tersebut: Didalam Al-Muwaththa’, Imam Malik meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya, bahwa ia berkata : ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﺷ َﻌَﺮ َﺣ َﺴ ٍﻦ َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ْﺖ َرﺳ ُ َﻋ ْﻦ ﻓَﺎ ِﻃ َﻤﺔُ ﺑِﻨ ًﻀﺔ ِﻚ ﻓِ ﱠ َ َﺖ ﺑِ ِﺰﻧَِﺔ َذﻟ ْ ﺼ ﱠﺪﻗ َ َُﻮم ﻓَـﺘ ٍ َﺐ َوأُﱢم ُﻛْﻠﺜ َ َﲔ َوَزﻳْـﻨ ٍ ْ َو ُﺣﺴ Artinya :Fatimah puteri Rasul Saw, pernah menimbang rambutHasan, Husain, Zainab dan Ummu Kultsum, lalu mensedekahkan perak yang sama dengan berat timbangan rambut tersebut".35 Dari hadits di atas bahwa pencukuran rambut anak tidak hanya terjadi dalam acara akiah dan tasmiah, tetapi juga merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan pasca kelahiran anak dalam hal ini juga merupakan sunnah dari Rasulullah Saw. d. Memberikan manisan dimulut anak(tahnik) Memberikan manisan di mulut (tahnik)juga merupakan rangkaian dalam upacara tasmiah, dimana seorang bayi diberikan manisan dimulutnya baik itu manisan yang berasal dari buah kurma maupun manisan yang berupa sari pati dari buah. 33 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Op.Cit, hlm. 64-65. Wahbah Zuhaili, , Fiqih Imam Syafi’i, 2010, hlm. 577. 35 Adib Bisri Musthofa dkk, Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a, ed;Ashari Ath Thowily, semarang, CV Asy-Syifa, 1992, cet I, hlm. 775. 34 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 183 STAIN Palangka Raya Adapun yang menjadi tujuan dalam pemberian manisan di mulut bayi (tahnik) dengan buah kurma maupun dengan manisan yang lainnya adalah: untuk mempersiapkan mulut sang bayi agar dapat menyusu air susu ibunya, juga untuk menguatkan saraf-saraf atau mulut dan tenggorokan dengan gerakan lidah dan tulang rahang bawah dengan jilatan, sehingga anak siap untuk mengisap secara kuat dan alami. Lebih utama dalam pemberian manisan kepada anak ini dilakukan oleh yang memiliki sifat taqwa dan sholeh sebagai suatu penghorhamatan dengan harapan semoga si anak juga menjadi orang yang sholeh dan taqwa pula. Hadits yang menjadi sandaran hukum dalam pemberian manisan atau mentahnik mulut anak adalah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dariAisyahra, dia berkata, ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ ﱠﱯ أُِﰐَ اﻟﻨِ ﱡ:َﺖ ْ َﺎم َﻋ ْﻦ أَﺑِْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨـﻬَﺎ ﻗَﺎﻟ ٍ َﻋ ْﻦ ِﻫﺸ ,َُﱯ ﳛَُﻨﱠ ُﻜﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﺼِ ﱠ Artinya: Dari Hisyam, dari Bapaknya, dari Aisyah ra, dia berkata, “seorang anak kecil dibawa kehadapan Nabi Saw dan beliau mentahniknya.(H.R Bukhari Muslim)36 Tata cara atau proses pelaksanaan upacara akikah dan tasmiah Tahap pertama yang harus dilakukan oleh masyarakat di Kel. Baamang Hulu dalam upacara akikah dan tasmiah adalah: a. Mempersiapkan hewan untuk akikah Adapun hewan yang di anjurkan, dan yang terpenting telah memenuhi syarat yang telah ditentukan untuk pelaksanaan akikah adalah: 1) Kambing 2) Domba 3) Sapi dan unta b. Mempersiapkan beberapa alat untuk akikah Adapun alat dalam upacara akikah yang harus di sediakan adalah seperti: 1) Golok 2) Pisau kecil 3) Kain putih atau kertas 4) Tali tambang 36 Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 3. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 184 STAIN Palangka Raya 5) Dll c. Mempersiapkan beberapa alat untuk tasmiah 1) Gunting 2) Gula merah, kurma, dangaram 3) Buah kelapa muda d. Mempersiapkan tempat Tempat haruslah diperhatikan, yaitu tempat yang layak untuk pelaksanaan upacara akikah dan tasmiah. e. Mempersiapkan jamuan Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu sering kali ada yang bersamaan, sehingga jamuan yang akan disajikan adalah masakan dari sembelihan hewan akikah tersebut. Adapun mengenai banyaknya tergantung dari jenis kelamin bayi yang di akikahi apabila bayinya laki-laki maka 2 ekor kambing dan apabila bayinya perempuan 1 ekor kambing. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan atau observasi ketika RS melaksanakan akikah dan tasmiah anaknya. Adapun jika masyarakat hanya mampu melaksanakan tasmiah saja maka masyarakat seringkaling membeli ayam sebagai bahan untuk jamuan yang akan dihidangkan kepada undangan. f. Mempersiapkan bayi Setelah alat-alat maupun persiapan-persiapan telah selesai disiapkan, berikutnya adalah menyiapkan bayi yang akan diakikah dan ditasmiah. Bayi terlebih dahulu dibersihkan dan dimandikan kemudian diberikan pakaian yang baik dan wangi-wangian. Kebiasaan yang terjadi di Kel.Baamang Hulu ketika melaksanakan upacara akikah atau tasmiah sering dilakukan pada pagi hari sekitar jam 08.00 wib. Setelah perlengkapan yang diperlukan untuk melaksanakan upacara akikah dan tasmiah sudah siapkan, satu hari sebelum acara hewan akikah terlebih dulu disembelih yaitu berupa kambing, adapun lafazd niat ketika ingin menyembelih: . ﻓَـﺘَـ َﻘﺒﱠـﻠَﻬَﺎ...ﺖ ِ ﺑِْﻨ,...ْﺑِﻦ....ً اَﻟﻠﱠ ُﻬ َﻢ َﻫ ِﺬﻩِ َﻋ ِﻘ ْﻴـ َﻘﺔ.ْﱠﺧ ْﻴﻢ ِﷲ اﻟ ﱢﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ اﻟﺮ ِ ْﻢ ا ِ ﺑِﺴ Artinya: Bismillahirramaanirrahiim.Ya Allah , inilah akikah…bin…../ …binti… maka terimalah. Setelah selesai dan keesokan harinya maka dimulailah acara tasmiahan. Kemudian pemimpin upacara memulai membuka acaranya dengan membaca alFatihah, setelah itu dilakukan pembacaan ayat suci Al-Qur’an surah Ali Imran ayat Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 185 STAIN Palangka Raya 33-37 pada saat pembacaan ayat suci Al-Qur’an bayi dipangku oleh ayahnya atau kakeknya dan di hadapkan kepada orang yang membacakan ayat suci Al-Qur’an tersebut. Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an selesai maka ulama tersebut terlebih dahulu menyampaikan kepada para undangan lafadz-lafazd yang akan dibacakan tetika pemberian nama dan lafazd ketika para undangan menjawab, lafazd diantanya adalah: “Ya ghulamah Sammaituki bima sammaakillahu......(di sebutkan nama anak), yang artinya sebagai berikut : “aku memberi nama kamu dengan nama yang diberikan oleh Allah yaitu ....(nama bayi) . kemudian para hadirin mengucapkan perkataan sebagai berikut: “Baarakallhu lahu” yang artinya : mudah-mudahan Allah memberkatimu”. Setelah selesai menyampaikan hal tersebut, kemudian bayi dipangku oleh ayah atau kekeknya menghadap ulama, barulah ulama tersebut memulai pemberian nama kepada bayi dengan beristighfar kemudian memegang kepala bayi dengan maksud ulama yang akan memberikan nama kontak langsung dengan bayi yang akan diberi nama, kemudian dengan mengucapkan kalimat dengan lafazd bahasa Arab, adapun lafazd tersebut adalah: Bismillahirramaanirrahiim. Ya ghulamah Sammaituki bima sammaakillahu Aqila Salsabila binti Rino Setiawan.“Baarakallhu lahu”Artinya:Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Wahai anak aku memberi nama kamu dengan nama yang diberikan oleh Allah Aqila Salsabila binti Rino Setiawan. mudahmudahan Allah memberkatimu”. Bacaan tasmiyah tersebut dibacakan sebanyak tiga kali secara berturut-turut dan setiap kali para hadirin mendoakan dengan bersama-sama membaca, “Barakallahu lahu (laha jika laki-laki)” artinya: semoga Allah memberi berkat kepadamu. Setelah pemberian nama selesai kemudian ulama memberikan manisan berupa gula merah dan garam kemulut bayi, setelah itu dilakukan juga pemotongan rambut. Setelah rangkaian-rangkaian tasmiah terlaksana dan dapat berjalan dengan baik, kemudian ulama tersebut memimpin doa, setelah selesai berdoa pihak yang melaksanakan akikah dan tasmiahan pun memberikan jamuan atau hidangan sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada para undangan yang hadir, karena mereka sudah bersedia untuk memenuhi undangan. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 186 STAIN Palangka Raya Nilai-nilai pendidikan Islam dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah yang berdasarkan ajaran Islam adalah: a. Penyembelihan hewan akikah Pendidikan Keimanan, dengan menyembelih binatang akikah sebagai bentuk pengorbanan untuk mendekatkan orang tua dan anak kepada Allah Swt, kemudian juga menjalankan sunnah Rasul. Pendidikan sosial , akikah merupakan proses awal mendasari pendidikan sosial kepada anak, ini dapat dilihat dengan jelas dari daging akikah yang wajib dibagibagikan kepada fakir miskin, kemudian dengan menyelenggarakan akikah dapat menguatkan ikatan keakraban dan kecintaan sesama anggota masyarakat, karena berkumpulnya mereka dihadapan hidangan yang disediakan. Pendidikan Kesehatan, binatang akikah merupakan contoh makanan yang halal dan baik. Hal ini bisa dilihat dari syarat-syarat binatang akikah. Berdasarkan hasil wawancara mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam penyembelihan hewan akikah yang tidak melanggar ajaran Islam, sehingga apa-apa yang diharapkan dari pemaknaan tersebut akan menjadi suatu kenyataan. a. Pemberian nama Dari pemberian nama kepada seorang anak terdapat nilai pendidikan Islam di dalamnya, hal ini sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw, artinya “sebaik-baik nama itu dengan sebutan Abdullah”, karena nama-nama yang baik mengandung kebaikan dan unsur-unsur doa untuk anak itu sendiri. Ketika melakukan pemberian nama berilah nama yang baik dan maknanya bersifat doa kata Rasulullah, seandainya anak itu laki-laki masukanlah nama Muhammad, Ahmad Abdullah, dan Abdurrahman. Dengan itu meminta berkah dari Rasulullah semoga anak tersebut bisa mewarisi sifat-sifat Rasulullah. Dengan pemberian nama yang baik maknanya adalah supaya memudahkan untuk memanggilnya, dan menghindari panggilan-panggilan yang tidak jelas, kemudian nama adalah doa untuk anak itu dan sebagai identitas dirinya. Berdasarkan hasil wawancara, mengenai nilai-nilai pendidikan Islam dalam pemberian nama pada anak yang tidak melanggar ajaran Islam, sehinggap apa yang di harapkan dari pemaknaan ini akan menjadi suatu kenyataan. b. Pemotongan rambut Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 187 STAIN Palangka Raya Mencukur rambut bayi pada dasarnya sunnah Rasulullah Saw, disaat melakukan pencukuran dilakukan juga dengan berselawat dan berputar kepara undangan sembari mencukur dan mengucapkan selawat. Rambut bayi yang sudah dicukur nantinya ditimabang seberat emas atau perak kemudian uangnya di sedekakan kepada fakir miskin, dengan harapan si anak nanti menjadi orang yang dermawan yang suka bersedekah dan berinfak. Hal ini terkait dengan hadits Nabi yang bunyinya: ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﺷ َﻌَﺮ َﺣ َﺴ ٍﻦ َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ْﺖ َرﺳ ُ َﻋ ْﻦ ﻓَﺎ ِﻃ َﻤﺔُ ﺑِﻨ ًﻀﺔ ِﻚ ﻓِ ﱠ َ َﺖ ﺑِ ِﺰﻧَِﺔ ذَﻟ ْ ﺼ ﱠﺪﻗ َ َُﻮم ﻓَـﺘ ٍ َﺐ َوأُﱢم ُﻛ ْﻠﺜ َ َﲔ َوَزﻳْـﻨ ٍ ْ َو ُﺣﺴ Artinya:Fatimah puteri Rasul Saw, pernah menimbang rambutHasan, Husain, Zainab dan Ummu Kultsum, lalu mensedekahkan perak yang sama dengan berat timbangan rambut tersebut".37 Mencukur rambut bayi berdasarkan hadits Nabi, bahwa dikatakan membuang penyakit , sehingga dari pemotongan maupun pencukuran tersebut dengan harapan si anak nanti tidak mengalami sakit-sakitan. Dari pemotongan rambut menurut riwayat kelahiran Nabi, pada bulan mulud banyak orang-orang mencukur rambut dengan tujuan mengambil berkah, sehingga dengan mencukur rambut semoga si anak nantinya bisa mewarisi apa yang ada pada diri Nabi. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam pencukuran rambut bayi adalah: 1) Pendidikan keimanan, yaitu dengan melaksanakan sunah Rasulullah Saw. 2) Pendidikan kesehatan, dengan dilakukannya pencukran rambut agar anak tidak mengalami sakit-sakitan. 3) Pendidikan akhlak, dengan harapan anak tersebut nantinya suka bersedekah dan berinfak. c. Men-tahnik atau memberikan manisan di mulut bayi Men-tahnik atau memberi yang manis-manis di mulut bayi merupakan sunnah Rasulullah Saw, dengan memberi sesuatu yang manis-manis di mulut bayi itu makna atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah diharapkan anak ini jika besar 37 Adib Bisri Musthofa dkk, Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a, hlm. 775. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 188 STAIN Palangka Raya nanti bertutur kata yang manis-manis, berkata-kata yang sopan kepada yang lebih tua, tidak membuat orang tersinggung dan sakit hati jika mendengarnya. Pada saat men-tahnik atau memberi sesuatu yang manis kemulut bayi seringkali diberi yang manis dan yang asin, itu maknanya adalah, yang manis itu pada saat dia berkata keluar dari mulutnya selalu mengandung sesuatu disenangi oleh orang lain kemudian jika yang asin setiap perkataannya menjadi berbekas pada setiap orang yang mendengarnya dan perkataanya itu juga berpengaruh. Memberikan sesuatu yang manis berupa madu, kurma dan yang lainya, hal tersebut tujuannya untuk menguatkan rahang anak, Rasulullah mengunyah kurma menyuapkan ke anak cucunya, setelah selesai men-tahnik kemudian mencukurnya. Pelaksanaan men-tahnik atau pemberian sesuatu yang manis kemulut bayi yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw, pada waktu pemberian nama pada seorang anak, adapun hadist Rasulullah Saw yang berbunyi: ﺴﻤﱠﺎﻩُ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ َ َ ﻓ,ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ , ْﺖ ﺑِ ِﻪ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻰ ُ ُوﻟِ َﺪ ﻟِﻰ ﻏُﻼَ ٌم ﻓَﺄَﺗَـﻴ . َو َدﻓَـ َﻌﻪُ إِﻟَﻲﱠ,ِو َدﻋَﺎﻟَﻪُ ﺑِﺎ ﻟْﺒَـ َﺮَﻛﺔ, َ ٍَو َﺣﻨﱠ َﻜﻪُ ﺑِﺘَ ْﻤ َﺮة Artinya:Pernah dikaruniakan kepadaku (Abu Musa) seorang anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma, dan mendoakan dengan keberkahan, setelah itu beliau menyerahkan kembali kepadaku.(H.R Bukhari Muslim)38 Nilai-nilai pendidikan Islam dari men-tahnik atau pemberian sesuatu yang manis dan asin adalah: Pendidikan akhlak, yaitu dengan bertutur kata yang sopan, baik, dan indah, katanya mudah dimengerti dan dipahami kemudian Setiap katanya mengandung manfaat dan menjadi panutan. Pendidikan kesehatan yaitu dengan memberi sesuatu yang manis dan asin akan menguatkan rahang bayi. Berdasarkan wawancara di atas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam men-tahnik atau pemberian manisan berupa gula dan garam sama halnya dengan pemberian manisan berupa kurma yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw pada saat beliau memberikan nama kepada seorang anak kemudian pada saat upacara tasmiah diganti dengan gula dan garam oleh masyarakat Kel. Baamang Hulu hal ini dikarenakan pada zaman dulu sulit untuk menemukan buah kurma. 38 Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 3. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 189 STAIN Palangka Raya Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang Kabupaten Kotawaringin Timur. Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu sering dilakukan secara terpisah artinya ada kalangan masyarakat yang hanya mampu melaksakan tasmiah saja dan ada juga masyarakat yang melakukan acara tersebut secara bersamaan, hal ini dikarenakan tingkat perekonomian masyarakat yang berada di Kel. Baamang Hulu berbedabeda.Pelaksanaan tersebut merupakan perayaan yang cukup meriah, karena dengan diadakannya upacara tersebut dalam rangka menyambut kelahiran bayi dan hadirnya anggota baru di dalam keluarga. Langkah yang dilakukan pertama kali adalah mempersiapkan hewan yang akan disembelih untuk akikah, yaitu seperti kambing, atau sapi kemudian mempersiapkan beberapa alat lainnya untuk proses penyembelihan. Kemudian langkah selanjutnya adalah mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk proses pelaksanaan tasmiah, diantaranya adalah: Gunting, Gula merah, kurma, dan garam, dan buah kelapa muda. Kemudian mempersiapkan tempat, hidanganataujamuan, danmempersiapkanbayi yang akanditasmiah. Hal inisesuaidenganhasil pengamatan di lapangan terhadap pelaksanaan akikah dan tasmiah yang dilaksanakan oleh RS, pelaksanaan tersebut langsung digabungkan menjadi satu acara.39 Dari pelaksanaan tasmiah ada beberapa rangkai diantaranya men-tahnik, terkait dengan waktu men-tahnik masyaraka Kel.Baamang Hulu menjadikannya satu acara dengan tasmiah, jadi pada saat melaksanakan tasmiah dilakukan juga men-tahnik atau memberi sesuatu yang manis dimulut bayi. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan Rasulullah Saw, beliau men-tahik bayi pada hari pertama bayi lahir, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. و َدﻋَﺎﻟَﻪُ ﺑِﺎ, َ ٍﺴﻤﱠﺎﻩُ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ َو َﺣﻨﱠ َﻜﻪُ ﺑِﺘَ ْﻤ َﺮة َ َ ﻓ,ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ , ْﺖ ﺑِ ِﻪ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻰ ُ ُوﻟِ َﺪ ﻟِﻰ ﻏُﻼَ ٌم ﻓَﺄَﺗَـﻴ . َو َدﻓَـ َﻌﻪُ إِﻟَﻲﱠ,ِﻟْﺒَـ َﺮَﻛﺔ Artinya:Pernah dikaruniakan kepadaku (Abu Musa) seorang anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau 39 Hasil observasi pada tanggal 08 Oktober 2014 bertempat di rumah Bapak RS yang mengadakan upacara akikah dan tasmiah. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 190 STAIN Palangka Raya memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma, dan mendoakan dengan keberkahan, setelah itu beliau menyerahkan kembali kepadaku.(H.R Bukhari Muslim)40 Dari hadits di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam men-tahnik atau memberi sesuatu yang manis dimulut bayi dilakukan hari pertama kelahiran seorang bayi. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan terkait dengan waktu mentahnik, dalam acara tasmiah yang diselenggarakan oleh RS. 1. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel.Baamang Hulu Kec.Baamang Kab.Kotawaringin timur. Menurut Ali Sarwan, nilai pendidikan Islam adalah ciri-ciri atau sifat khas Islami yang dimiliki sistem pendidikan Islam. Rajab Dauri mengatakan nilai-nilai pendidikan Islam adalah corak atau sifat yang melekat pada pendidikan Islam. Sedangkan Ruqaiyah M. berpendapat nilai-nilai pendidikan Islam adalah ada pada determinasi yang terdiri dari cara pandang, aturan dan norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu berkaitan dengan akidah, ibadah, syariah, dan akhlak. Adapun nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam pelaksanaan akikah dan tasmiahadalahsebagaiberikut: a. Pendidikan keimanan Peranan orang tua sangatlah penting sebagai pendidik pertama dan utama dalam menanamkan pendidikan keimanan kepada anak. Di dalam pendidikan keimanan ini anak dibimbing agar beriman kepada Tuhan-Nya.Seperti diketahui pendidikan keimanan yang diberikan kepada anak sejak dini karena akan hadir secara sempurna dalam jiwa anak “perasaan ketauhidannya” yang berperan sebagai fundamental dalam berbagai aspek kehidupan, jadi dengan dilaksanakannya upacara akikah, ditanamkannya dalam diri anak pendidikan keimanan yaitu dengan menyembelih binatang sebagai bentuk pengorbanan untuk mendekatkan orang tua dan anak kepada Allah SWT. Potensi keimanan sebenarnya sudah dibawa anak sejak dalam kandungan yang disebut fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw 40 Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 3. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 191 STAIN Palangka Raya ﻣَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻣ َْﻮﻟ ٌْﻮ:َﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ َ ﷲ ِ َﺎل َرﺳ ُْﻮ ا َ ﻗ: َﺎل َ ﺿ َﻲ اﷲٌ َﻋ ْﻨﻪٌ اَﻧﱠﻪُ ﻗ ِ ِﻲ ُﻫ َﺮ ﻳْـ َﺮةَ َر ْ َﻋ ْﻦ اَﺑ َﺠﺴَﺎ ﻧِِﻪ ِ ﺼﺮَاﻧِِﻪ اَوْﻟﻴُﻤ ﱠﻮ َدﻧِِﻪ ا َْو ﻳُـﻨَ ﱢ َ ٍدإِﻻﱠ ﻳـ ُْﻮﻟَ ُﺪ ﻋَﻠَﻰ اﻟْ ِﻔﻄْ َﺮةِ ﻓَﺄَﺑـَﻮَاﻩُ ﻳَـﻬ ()رواﻩ ﻟﺒﺨﺎرى Artinya:Dari Abu Hurairah R.A berkata: Bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklahseseorang yang dilahirkan kecuali Dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (H.R. al-Bukhari)41 Mencermati hadits tersebut berarti kedua orang tua memiliki peran yang cukup strategis bagi masa depan anak. Hal ini disebabkan karena perkembangan fitrahmanusia banyak bergantung pada usaha pendidikan dan bimbingan orang tua. Dengan demikian orang tua diharapkan menyadari akan kewajiban dan tanggung jawab yang besar dan mulia terhadap anaknya. Syaikh Musthafa Al-Adawy mengatakan dalam bukunya Fikih Pendidikan Anak bahwa: Sampaikanlah sesering mungkin pokok iman dan islam pada anak. Karena hal tersebut dapat membawakan manfaat bagi anak, serta berguna bagi dunia dan akhiratnya kelak.42 Oleh sebab itu orang tua dianjurkan untuk mengakikahkan anaknya, karena ibadah akikah merupakan didikan awal bagi anak dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, Sedangkan bagi orang tua adalah sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT atas amanah yang diberikan kepadanya. b. Pendidikan Akhlak Dari pemberian nama yang baik maknanya adalah supaya memudahkan untuk memanggilnya, dan menghindari panggilan-panggilan yang tidak jelas, kemudian nama adalah doa untuk anak itu dan sebagai identitas dirinya. Besarnya harapan orang tua melalui nama yang diberikan kepada anaknya itu dipengaruhi oleh besarnya kecintaan kepada sang anak. Diharapkan sang anak kelak bisa tumbuh dewasa sesuai 41 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri (penjelasan kitab Shahih al-Bukhari),hlm.568. Syaikh Musthafa al-Adawy, Fikih Pendidikan Anak, Jakarta: Qisthi Press, 2011, hlm. 173. 42 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 192 STAIN Palangka Raya dengan kandungan makna dalam nama yang diberikan. Karenanya, apabila orang tua benar-benar mencintai anaknya dan mengetahui cara mencintai anaknya secara benar, maka ia tidak akan memberikan nama tanpa makna atau asal-asalan saja. Hal ini senada dengan Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengatakan bahwa: Berikanlah nama yang disegani, jangan nama yang dibenci. Nama yang baik dapat juga menjadi penyebab orang yang memiliki nama itu berusaha mencapai kualitas seperti nama yang terkandung dalam nama tersebut. Abu Daud meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: sesungguhnya pada akhir kelak dipanggil dengan menyebut namamu dan nama bapakmu, karena itu berilah nama yang baik.43 Dengan demikian dari proses pemberian nama kepada anak mengandung pendidikan akhlak yang harus diberikan kepada anak sejak anak itu lahir. Sebab nama selain mengandung harapan, nama juga mengandung unsur doa yang akan mendukung orang yang mempunyai nama tersebut untuk berperilaku sebagaimana kandungan makna dari nama itu. Di sini terdapat unsur agar si anak kelak menjadi anak yang baik dalam artian berakhlak mulia, selamat, sehat dan beruntung. Terkait dengan anjuran melaksanakan akikah sebagaiman sabda Rasulullah Saw: ُ اﻟﻐ َُﻼ ُم ﻣ ُْﺮ ﺗَـ َﻬ ُﻦ ﺑِ َﻌ ِﻘ ْﻴـ َﻘﺘِ ِﻪ ﻳُ ْﺬ ﺑَ ُﺢ َﻋ ْﻨﻪ:َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢ َ ﷲ ِ َﺎل َرﺳ ُْﻮ ا َ ﻗ:َﺎل َ َﻋ ْﻦ َﺳ ُﻤ َﺮ ةَ ﻗ ( َوﻳُ ْﺤﻠَ ُﻖ َرأْ ُﺳﻪُ )رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺪى,ﺴﻤﱠﻰ َ ُﻳـ َْﻮَم اﻟﺴﱠﺎ ﺑِ ِﻊ َوﻳ Artinya:Dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda: “Setiap bayi tergadai/ titipan pada aqiqahnya, yang disembelih pada hari ketujuh, dan pada hari itu diberi nama dan dicukurlah rambutnya. (HR Ahmad dan Tirmizi)44 Syamsul Rizal Hamid dalambukunyaPintarAgama Islam,mengatakanbahwa: 43 Ahmad Tafsir, Ilm Pendidikan Islam, Bandung:, hlm. 260. Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi, hlm. 245. 44 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 193 STAIN Palangka Raya Maksud “tergadaiatautitipan” ditebusdenganmenulasihutang. didalamhaditsadalahsuatujaminan yang Demikianlahhalnyaakikahuntukmenebusanak yang dilahirkan.45 Jadi maksud “tergadai” disini dapat diartikan terhalangnya hubungan sejati antara anak dan orang tuanya. Sebab kesejatian hubungan batin antara orang tua dengan anak akan terjalin dengan baik jika orang tua mengikhlaskan hartanya yang diwujudkan dengan binatang akikah untuk disembelih. Imam Ahmad bin Hambal berpendapat dalam Fathul Baari karangan Ibnu Hajar. “hal ini berkenaan dengan syafa’at.” Maksudnya, jika tidak diadakan akikah, lalu bayi meninggal sebelum baliq, maka dia tidak bisa memberi syafa’at kepada kedua orang tuanya.46 Dengan demikian, maka sangatlah besar manfaat ibadah akikah bagi pihak orang tua, selain orang tua akan mendapatkan pahala dari perbuatan akikahnya itu, mereka akan mendapatkan bantuan atau syafa’at dari pihak anak yang diakikahkan jika orang tua mendapatkan kesengsaraan di hari kiamat kelak. Sehingga anak tidak terhalang untuk memberikan pertolongan kepada orang tuanya pada hari kiamat kelak. c. Pendidikan kesehatan Pada dasarnya semua orang pasti menginkan dirinya sehat, sehat jasmani maupun rohaninya, betapa penting sebuah kesehatan bagi manusia, kadang kala juga orang yang baru sadar akan pentingnya sebuah kesehatan tatkala dirinya atau anggota keluarganya terkena sakit. Bila dipahami secara mendalam, maka sebenarnya banyak ajaran Islam yang ada kaitannya dengan pendidikan kesehatan, salah satu contohnya adalah pelaksanaan akikah, yang mana di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari syarat-syarat hewan yang ditentukan untuk melaksanakan akikah. Ketentuan hewan untuk akikah sama seperti untuk kurban, yakni tidak cacat dan cukup umurnya yang mana dalam memilih binatang akikah ini memang benarbenar harus selektif karena tidak sah mengorbankan binatang yang cacat atau mempunyai penyakit. Selain itu dalam mencarinya itu juga harus dengan cara yang 45 Syamsul Rizal Hamid, BukuPintar agama Islam, hlm 284. Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm. 28. 46 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 194 STAIN Palangka Raya halal, tidak boleh dengan cara yang batil, kemudian terkait dengan daging akikah, daging akikah merupakan makanan yang halal dan baik. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT Q.S Al-Baqarah ayat 172: Arinya :Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benarbenar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S Al-Baqarah ayat 172 )47 Kata “Thayyib” (baik) adalah yang baikmenurut penelitian para ahli atau dengan kata lain yang bergizi. Sementara itu, kata“Thayyib”, dari segi bahasa, berarti sesuatu yang telah mencapai puncakdalam bidangnya.48 Dengan demikian bahwa binatang untuk akikah itu memang harus sehat, tidak boleh cacat sedikitpun dan harus dicari dengan jalan yang halal dan selalu berpijak pada kaidah-kaidah di dalam Islam dan daging merupakan makanan yang halal dan baik. Kemudian di dalam mencukur rambut bayi juga terdapat pendidikan kesehatan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Samurah terdapat kata ( ُ) ُﺳﻪ yang artinya mencukurlah ْﻳُ ْﺤﻠَ ُﻖ َرأ rambunyat. Hal ini merupakan bagian dariupaya memberikan pendidikan kesehatan sejak dini kepada anak. Dari sini dapat dilihat bahwa agama Islam telah memberikan pendidikan kesehatan pada anak sejak dini dengan mencukur rambut kepalanya pada hari ketujuh dari kelahirannya. Hal tersebut merupakan pondasi awal dalam membiasakan hidup bersih dan sehat pada anak kemudian juga membuka pori-pori kulit kepala anak, ini semua yang diperintahkan oleh agama. 47 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 42. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003, hlm. 287. 48 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 195 STAIN Palangka Raya Hal ini senadadengan Nasih Ulwan dalam bukunyaPendidikan Anak menurut Islamyang mengatakan bahwa: Mencukur rambut anak mempunyai nilai atau makna salah satu diantanya adalah: mengandung nilai higenis atau kesehatan; karena, mencukur rambut anak ini akan memperkuat anak itu, membuka selaput kulit kepala dan mempertajam indra penglihatan, penciuman, dan pendengaran.49 Pendapat di atas sangatlah jelas terkait nilai pendidikan kesehatan yang terdapat di dalam mencukur rambut, ini merupakan titik awal dalam memeberikan pendidikan kesehatan kepada anak sejak dini, dan juga pencukuran rambut bayi ini merupakan sunah Rasulullah Saw. Men-tahnik atau memberi yang manis-manis di mulut bayi merupakan sunah Rasulullah Saw, dengan memberi sesuatu yang manis-manis di mulut bayi itu makna atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah menguatkan rahang si bayi, kemudian terdapat juga sebuah harapan jika anak ini besar nanti bertutur kata yang manis-manis, berkata-kata yang sopan kepada yang lebih tua, tidak membuat orang tersinggung dan sakit hati jika mendengarnya. Hal inisenadadenganIbnu Hajar Al Asqalani dalam bukunya Fathul Baari (Penjelas Kitab Shahh Al Bukhari) mengatakan bahwa: Tahnik adalah mengunyah sesuatu dan meletakannya dimulut bayi seraya mengosok-gosokannya. Hal ini dilakukan pada bayi agar dia terlatih dan kuat untuk makan. Ketika men-tahnik dianjurkan untuk membuka mulut bayi agar dapat turun kerongga perutnya. Adapun yang paling baik untuk tahnik adalah kurma, jika tidak ada, maka dengan sesuatu yang manis.50 Dari pendapat di atas sangatlah jelas tentang proses men-tahnik bayi atau memberi sesuatu yang manis-manis kemulut bayi yang baru lahir mengandung nilai kesehatan bagi bayi tersebut, dengan demikian dari prosesmen-tahnik ini merupakan didikan awal bagi anak dan selaku orang tua untuk selalu menjaga kesehatan anaknya. Kemudian dari proses men-tahnikini mengandung beberapa harapan bagi 49 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak menurut Islam: Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, hlm. 56. 50 Ibnu Hajar, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), hlm.7. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 196 STAIN Palangka Raya orang tua kepada anaknya, yakni jika anak ini besar nanti selalu berkata-kata yang manis dan menjadi panutan di masyarakat. d. Pendidikan sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial sebagaimana Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan agar saling mengenal. Kemudian manusia tidak bisa hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhannya pasti manusia memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan interaksiinteraksi sosial. Sama halnya dengan pelaksanaan akikah dan tasmiah yang mana didalamnya terdapat nilai pendidikan sosial dan akhlak seperti mendidik anak agar berakhlak mulia kepada Allah SWT, dan bersosial kepada sesama manusia serta kepada segenap makhluk lainnya, hal ini dapat dilihat dengan jelas dari daging akikah yang wajib diberikan kepada tetangga sekitar atau kerabat, kemudian adanya kebersamaan dalam anggota masyarakat guna mengsukseskan acara tersebut dan di dalam upacara tasmiah ada juga rangkain seperti mencukur rambut, kemudian rambut ini ditimbang beratnya disamakan dengan emas atau perak lalu disedekahkan kepada fakir miskin. Hal inisebagaimana firman Allah Q.S Ali Imran ayat 112: Artinya: Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.(Q.S Ali Imran ayat 112)51 Dalam ayat ini dijelaskan bahwa berhubungan baik dengan Allah berarti penghambaan diri sepenuhnya kepada-Nya. Sedangkan berhubungan baik sesama makhluk, berarrti mengargai keberadaan orang lain atau makhluk lain sebagai sesama makhluk-Nya. 52 51 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 94. Ahmad Mustafa Al maragi, terjemah Tafsir Al maragi, juz 4,5,dan 6, semarang: PT Toha Putra, 1993, hlm. 54. 52 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 197 STAIN Palangka Raya Hal ini juga senada dengan hadits Nabi Muhammad Saw, Didalam AlMuwaththa’, Imam Malik meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya, bahwa ia berkata: َﲔ ٍ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﺷ َﻌَﺮ َﺣ َﺴ ٍﻦ َو ُﺣﺴ َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ْﺖ َرﺳ ُ َﻋ ْﻦ ﻓَﺎ ِﻃ َﻤﺔُ ﺑِﻨ ًﻀﺔ ِﻚ ﻓِ ﱠ َ َﺖ ﺑِ ِﺰﻧَِﺔ َذﻟ ْ ﺼ ﱠﺪﻗ َ َُﻮم ﻓَـﺘ ٍ َﺐ َوأُﱢم ُﻛ ْﻠﺜ َ َوَزﻳْـﻨ Artinya:Fatimah puteri Rasul Saw, pernah menimbang rambutHasan, Husain, Zainab dan Ummu Kultsum, lalu mensedekahkan perak yang sama dengan berat timbangan rambut tersebut".53 Dari hadits di atas telah jelas bahwa didalam mencukur rambut terdapat pendidikan sosial yang mana rambut yang dicukur ditimbang sama beratnya dengan emas atau perak kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Kemudian Nasih Ulwan dalam bukunya Pendidikan Anak menurut Islam mengatakan bahwa: Pendidikan sosial, adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikhis yang mulai dan bersumber pada kaidah islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar didalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tidakan bijaksana. 54 Dengan demikian, anjuran untuk melaksanakan akikah dan tasmiah secara implisit mengandung nilai pendidikan sosial yang bisa ditanamkan pada proses mendidik anak. Hal ini mengingatkan pada orang tua sebagai pendidik bahwa anak sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 53 Adib Bisri Musthofa dkk, Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a, ed;Ashari Ath Thowily, semarang, CV Asy-Syifa, 1992, cet I, hlm. 775. 54 Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, hlm. 391. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 198 STAIN Palangka Raya 1. Pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel. Baamang Hulu sering dilakukan secara terpisah artinya ada kalangan masyarakat yang hanya mampu melaksakan tasmiah saja dan ada juga masyarakat yang melakukan acara tersebut secara bersamaan, hal ini dikarenakan tingkat perekonomian masyarakat yang berada di Kel. Baamang Hulu berbeda-beda. Adapun rangkaian didalam upacara akikah dan tasmiah yang dilaksanakan secara garis bersar dimulai dengan menyembelihan hewan akikah, kemudian dilakukan pemberian nama, tahnik , pemotongan sedikit rambut. 2. Adapun nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam pelaksanaan akikah dan tasmiah di Kel.Baamang Hulu Kec. Baamang Kab.Kotim a. Pendidikan keimanan Dengan menyembelih binatang sebagai bentuk pengorbanan untuk mendekatkan orang tua dan anak kepada Tuhan-Nya b. Pendidikan akhlak Dari pemberian nama mengandung pendidikan akhlak, selain sebagai identitasnya dan juga harapan, nama juga mengandung unsur doa yang akan mendukung orang yang mempunyai nama tersebut. c. Pendidikan kesehatan Dari syarat hewan akikah yang sudah ditentukan, kemudian daging akikah merupakan makanan yang halaldan baik. Kemudian dengan mencukur rambut, membuka selaput kulit kepala dan menjalankan sunah Rasul. Selain itu mentahik untuk menguatkan rahang si anak, dan mengandung harapan agar anak ini bertutur kata yang sopan dan baik karena itu sunnah Rasul. d. Pendidikan Sosial Hal ini dapat dilihat dari daging akikah yang wajib diberikan kepada masyarakat. Kemudian adanya kebersamaan dalam masyarakat guna mengsukseskan acara tersebut dan dari rambut yang dicukur akan ditimbang sama beratnya dengan emas/perak dan disedekahkan kepada fakir miskin. DAFTAR PUSTAKA Al-Albani Muhammad Nashruddin, Sahin Sunan At-Tirmidzi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006 al-Adawy Syaikh Musthafa , Fikih Pendidikan Anak, Jakarta: Qisthi Press, 2011. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 199 STAIN Palangka Raya Abu Bakar Al-Husaini Imam Taqiyyuddin, Kifayatul Akhyar (Kelengkapan Orang Shaleh), jilid III, Penerjemah Achmad Zainudin dan A. Ma’Ruf Asrori, Surabaya: Bina Ilmu, 1997. Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: CV Asy Syifa, 1981 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak menurut Islam: Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996 Az-Zuhaili Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu (sumpah,nazar,hal-hal yang di perbolehkan & di larang ,qurban & aqiqah, teori-teori fiqih, Damaskus: Darul Fikir, 2007, cet 10 Abdul Aziz Salim Basyarahil, Nama-nama Islam Indah dan mudah, Jakarta: Gema Insani Press,2006. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Pelita II,Jakarta :PT Bumi Restu, 1974 Ensklopedia, sastra Indonesia, Bandung: titian ilmu, 2009 Ensiklopedia Hukum Islam, editor Abdul Aziz Dhlan, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet I, 1996 Hajar Ibnu, Fathul Baari (penjelasan kitab Sahih Al Bukhari), Jakarta Selatan, Pustaka Azzam,2008. H. NizarSamsul, editor Abdul Halim, Filsafat Pendidikan Islam ( pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis), Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet I Hamid Syamsul Rijal, Buku pintar Agama Islam, Bogor: Penebar Salam, cet XIII, 2003, http://www.rumahbunda.com/fiqh-for-women/sunnah-nabi-saat-menyambut-kelahiran-bayi/ Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri (penjelasan kitab Shahih al-Bukhari). Terj. Amiruddin, Jilid 23, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008 Jamaal ‘ Abdul Rahman , Tahapan mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005. Jauhari Heri Muchtar, Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 200 STAIN Palangka Raya Mustafa Ahmad Al maragi, terjemah Tafsir Al maragi, juz 4,5,dan 6, semarang: PT Toha Putra, 1993. Mujahid A.K, Materi Pokok Fiqih II, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam dan Universitas Terbuka, 2000. Munawwir A. Fatah AdibBisri,.Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia, Surabaya: PustakaProgresif, Cet I, 1999. Masy’ari Anwar, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiah, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993. Musthofa Adib Bisri dkk, Muwaththa’ Al-Imam Malik r.a, ed;Ashari Ath Thowily, semarang, CV Asy-Syifa, 1992, cet I Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998, cet II MoleongLexy j,metode penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004. Muhammad Nashruddin Al-Albani, Sahin Sunan At-Tirmidzi, Juz II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006. Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sahih Sunan Abu Daud, penerjemah, Abd.Mufid Ihsan, M.Soban Rahman, ed; Mukhlis B Mukti, Fajar Inayati, Juz II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006 Nizar DaqirMuhammad, Hidup sehat & bersih ala Nabi, Jakarta Selatan: Himmah Pusatak, 2002. NawawiImam, Raudhatuth Thalibin, penerjemah A. Shalahuddin, ubaidillah Syaiful Ahyar, Anshar, editor. Sulton akbar, Sri Yulyastuti, Jakarta: Pusta Azzam, 2007. Poerwodarmonto. W.J.S, kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: balai pustaka, 1984 QadirAbdul, Metode Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan Penelitian Kancah, RahayuNirma “ Nilai Filosofis Pendidikan Islam dalam Upacara Tasmiyah di Kec. Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan”, mahasiswa Jurusan Tarbiyah Prodi PAI STAIN Palangka Raya angkatan 2000 Riduwan, Metode Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2010, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 201 STAIN Palangka Raya Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Bandung: Al-Ma’arif, 1987 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 145. ShihabQuraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia,Jakarta : Balai Pustaka, 2004, ed ke 2, Cet. III, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 2004, ed ke 2, Cet. III Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 6, Nomor 1, Juni 2012