askeb bbl - WordPress.com

advertisement
BAYI BARU LAHIR
1. Pengertian BBL
Bayi baru lahir normal adlah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 – 42
mingu dan berat badan lahir 2500 – 4000 gr (Sondakh,2013)
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah
bayi berusia 7-28 hari (Wafi, 2010).
1. Tujuan asuhan BBL
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah
a. membersihkan jalan nafas
b. memotong dan merawat tali pusat
c. mempertahankan suhu tubuh bayi
d. mengidentifikasi bayi
e. melakukan pencegahan infeksi
pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata, dan identifikasi
adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan krisis, dan dokter
memberi instruksi khusus (Prawirohardjo, 2009)
2. Penilaian asuhan BBL
Untuk semua Bayi Baru Lahir (BBL), lakukan penilaian awal dengan menjawab 4
pertanyaan :
Sebelum Bayi Lahir
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera Setelah Bayi Lahir
Sambil meletakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang telah disiapkan pada
perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut :
1. apakah bayi menangis kuat atau tidak ?
2. apakah bayi bernapas spontan/ megap- megap ?
3. apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif atau tidak ?
untuk Bayi Baru Lahir (BBL) cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung
menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen
BBL normal. Jika bayi kurang bulan (<37 minggu/ 259 hari) atau bayi lebih bulan
(≥ 42 minggu/ 283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak
bernapas atau megap- megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen
BBL dengan asfiksia. (Kementrian Kesehatan RI, 2014)
4. Pencegahan kehilangan panas
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas tubuhnya.
a. konduksi
panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak
langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin
untuk pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah
panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh,
konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela,
atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.
c. Radiasi
panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(perpindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh,
membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer ),
membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan
dengan ruangan yang dingin (dekat tembok)
d. Evaporasi
panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap).
Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan
udara, dan aliran udara yang melewati.
Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal
berikut.
1. keringkan bayi secara seksama
2. selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat
3. tutup bagian kepala bayi
4. anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5. jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6. tempatkan bayi di lingkungan yang hangat (Dewi Vivian, 2010)
5. Pemotongan dan perawatan tali pusat
a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan
oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
b. Lakukan penjepitan ke- 1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat bayi). Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat
dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke -2 dengan jarak 2 cm dari
tempat jepitan ke- 1 kearah ibu.
c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril
d. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin
0,5%.
f. Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Nasihat untuk Merawat Tali Pusat :
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan
apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan
keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yyodium masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena akan menyebabkan tali
pusat basah atau lembab
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
a) Lipat popok dibawah puntung tali pusat
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat
mengering dan terlepas sendiri
c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati- hati) dengan air DTT dan sabun
dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih
d) Perhatikan tanda- tanda infeksi tali pusat : kemerahan pada kulit sekitar tali
pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda- tanda infeksi nasihatkan
ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan (Kementrian kesehatan RI,
2014).
6. IMD
Prinsip pemberian Air Susu Ibu (ASI) adalah dimulai sedini mungkin,
eksklusif selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping
ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang,
memberikan nutrisi terbaik dan melatih refleks dan motorik bayi.
Langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir
Langkah 1 : Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan :
1. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
2. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi perlu
resusitasi atau tidak
3. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainnyya dengan lembut tanpa meghilangkan
verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi.
Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit
sebelum tali pusat di klem.
4. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan
bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama
5. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 IU intra muskular pada ibu.
Langkah 2 : Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu
jam :
1. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap didada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada ibu. Kepala bayi harus
berada diantara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi
3. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu didada ibu paling sedikit satu jam.
Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal
dibawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual atara ibu dan bayi.
Hindari membersihkan payudara ibu
4. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif Kala
3 persalinan.
Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu:
1. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu
2. Anjurkan ibu dan orang lain untuk tidak menginterupsi menyusu misalnya
memindah bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil menemukan puting ibu dalam
waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam
walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam.
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai
menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru lahir menemukan puting
setelah 1 jam
4. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi
menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindahkan bersama dengan mempertahankan
kontak kulit ibu dan bayi
5. Jika bayi belum menemukan puting ibu- IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 3060 menit berikutnya.
6. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu
keruang pemulihan dengan bayi tetap didada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan
kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
7. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya.
Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu
saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian
telungkupkan kembali didada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat
kembali.
8. Tempatkan ibu dan bayi diruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya. (Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Tabel 2.5
Lima Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali
Langkah
1
2
Perilaku yang teramati
Perkiraan waktu
Bayi beristirahat dan melihat
30- 40 menit
Bayi mulai mendecakkan bibir dan
membawa jarinya ke mulut
Bayi mengeluarkan air liur
40- 60 menit setelah
lahir dengan kontak
kulit dengan kulit terus
menerus tanpa terputus
3
4
5
Bayi menendang, menggerakkan
kaki, bahu, lengan, dan badannya
kearah dada ibu dengan
mengandalkan indra penciumannya
Bayi meletakkan mulutnya ke puting
ibu
Sumber : Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
7. Pencegahan Pendarahan
Karena system pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka
semua bayi akan beresiko untuk mengalami perdarahan, tidak tergantung apakah
bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan pada
saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan
pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan intracranial.
Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi
Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vit K1 (phytomenadine) sebanyak 1mg
dosis tunggal, intra muscular pada antero lateral paha kiri. Suntikan vit K1
dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. perlu
diperhatikan dalam penggunaan sediaan vitamin K1 yaitu ampul yang sudah dibuka
tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali (Kementrian Kesehatan RI,
2014).
Dinegara berkembang kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 -0,5 %. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K 1
mg dosis tunggal per I.M , peroral 2 mg/ hari selama 3 kali pada waktu bayi berumur
3-7 hari dan pada saat bayi berumur 1-2 bulan (Prawirohardjo, 2009).
8. Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya satu jam setelah lahir. Pencegahan
infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1% (Buku
Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial).
Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi dengan
ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidiasis.
Sebagian besar konjungtivitis muncul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran.
Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya
konjungtivitis. Provilaksis mata yang sering digunakan yaitu tetes mata silver nitrat
1%, salep mata eritromisin, dan salep mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif
untuk mencegah konjungtivitis gonore. Saat ini silver nitrat tetes mata tidak
dianjurkan lagi karena sering terjadi efek samping berupa iritasi dan kerusakan mata
(Prawirohardjo, 2008)
9. Kebutuhan dasar pada BBL
Kebutuhan dasar bayi baru lahir, diantaranya :
a. Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan :
Sebelum bayi lahir :
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakan bayi di atas kain bersih dan kering yang
telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut :
a) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
b) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL
mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternative tindakan apa yang
sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air
ketuban jernih yang langsung menagis atau bernapas spontan dan bergerak aktif
cukup dilakukan manajemen BBL normal.
Jika bayi kurang bulan (<37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥42
minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak
bernapas/mengap-mengap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen.
(Kementerian Kesehatan RI, 2014)
b. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut.
1) Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2) Gulung sepotong bayi dan letakan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus
dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala di atur lurus sedikit kebelakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kasa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
5) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak.
Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bayi bernafas tidak
akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru paru)
6) Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan
ventilasi yang adekuat
c. Memotong tali pusat
1) Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan
dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila
bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan
melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu
dinilai sudah stabil, maka lakukan pengikatan tali pusat atau jepit dengan klem
plastik tali pusat.
2) Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan klorin
0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.
3) Bilas tangan dengan air disinfeksi tingkat tinggi, lalu keringkan dengan handuk
atau kain bersih dan kering.
4) Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi. Gunakan
benang atau klem plastik penjepit tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali
pusat.
5) Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di
sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk yang kedua kalinya dengan simpul
mati dibagian yang berlawanan.
6) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakan di dalam larutan klorin
0,5%.
7) Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
d. Menjaga kehangatan
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara – cara berikut:
1) Evaporasi, adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat
terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri. Ini dikarenakan setelah lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan.
2) Konduksi, adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi, adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingi. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam
ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
4) Radiasi, adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda- benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tibuh bayi.
Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi.
e. Kontak dini dengan ibu
1) Berikan bayi kepada ibu secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi
penting untuk :
a) Kehangatan dan mempertahankan panas yang sesuai pada bayi baru lahir
b) Ikatan batin dan pemberian ASI.
2) Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap” dengan
menunjukkan refleks rooting.
f. Memberi Vitamin K
Semua BBL harus diberi vitamin K (Phytomenadione) injeksi 1 mg
intramuscular setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL suntikan secara IM di paha kiri anterolateral
sebanyak 0,1 mL, sedangkan jika sediaan 2 mg/mL maka suntikan vit.K sebanyak
0,5 mL.
g. Memberi obat tetes mata atau salep mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah proses
IMD dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi mata tersebut mengandung
tentrasiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang efektif
jika diberikan >1 jam setelah kelahiran. (Prawirohardjo, 2009)
h. Memberi nutrisi pada bayi
a. Kebutuhan energy (kalori)
1) 110/120 kkal/kg BB selama beberapa bulan pertama kehamilan
2) 100 kkal /kg BB pada waktu ia mencapai usia 1 tahun
i. Kebutuhan cairan
1) Hari I : 60 cc/kg BB /hari
2) Hari II : 90 cc/kg BB /hari
3) Hari III : 120 cc/kg BB /hari
4) Hari IV : 150 cc/kg BB /hari
j. Frekuensi pemberian cairan tergantung pada badan bayi :
1) BB < 1250 gr : 24x/hari atau tiap 1 jam
2) BB 1250 gr - < 2000 gr : 12x/ hari atau tiap 2 jam
3) BB > 2000 gr : 80 x/hari atau tiap 3 jam
10. Kebutuhan Kesehatan Pada BBL Dengan Masalah
a. Muntah
Adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi tabung yang terjadi setelah
agak lama makanan masuk lambung, disertai kontraksi lambung dan abdomen.
Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah
lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap
setelah pemberina ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan
karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses
persalinan.
Penyebab :
1) Kelainan congenital
2) Infeksi pada saluran pencernaan
3) Cara memberi makan yang salah
4) Keracunan
Penatalaksanaan
a) Pengkajian faktor penyebab dan sifat muntah
1. Keluarnya cairan terus-menerus kemungkinan onstruksi esophagus
2. Proyektil kemungkinan terjadi stenosis pyiorus
3. Segera setelah lahir kemudian menetap kemungkinan terjadi peningkatan
tekanan intra cranial
b) Pengobatan tergantung faktor penyebab
c) Ciptakan suasana tenang
d) Perlakuan bayi dengan baik dan hati-hati
e) Diet yang sesuai dan tidak meransang muntah
f) Rujukan
b. Gumoh
Adalah keluarnya kembali sebagaian kecil isi lambung setelah beberapa saat
setelah makanan masuk ke lambung. Penyebab :
1) Bayi sudah kenyang
2) Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol
3) Tergesa-gesa saat pemberian susu
4) Kegagalan dalam mengelurakan udara yang tertelan
Penatalaksaan :
a) Perbaiki teknik menyusui
Setalah menyusui usahakan bayi disendawakan
b) Perhatikan posisi botol saat pemberian susu
Bayi yang sedag menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup rapat
seluruh putting susu ibu
c. Oral Trush
Adalah kandiasis mukosa mulut bayi yang ditandai dengan munculnya
bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-plak berkeping di mulut, ulkus
dangkal, demam dan adanya iritasi gastro interstinal.
Tanda dan Gejala :
Terdapatnya lesi pada mulut yang berwarna putih dan membentuk plak-plak yang
berkeping menutupi seluruh atau sebagian lidah, kedua bibir, gusi, dan mukosa pipi
Penatalaksanaan :
Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya tetapi lebih baik jika
diberikan pengobatan dengan cara :
1) Bedakan dengan endapan susu pada mulut bayi
2) Apabila sumber infeksi berasal dari ibu harus segera diobati dengan pemberian
antibiotika berspektrum luas
3) Menjaga kebersihan dengan baik
4) Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air
matang dan bersih
5) Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, harus menggunakan
teknik steril dalam membersihkan susu sebelum digunakan.
6) Pemberian terapi pada bayi yaitu :
a) 1 ml larutan nystatin ( 100.000) uni 4x per hari dengan interval setiap 6 jam
Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar tidak menyebar luas ke
rongga mulut
b) Gentian violet 3x per hari
d. Diaper Rush
Adalah suatu keadaan akibat dari kontak terus menerus dengan lingkungan
yang tidak baik. Tanda dan gejala :
1) Iritasi pada kulit yang kontak langsung, muncul erithema
2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan perut
bawah, paha atas
3) Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla erythematosa vesikula
uleerasi
Penatalaksanaan
a) Daerah yang terkena ruam popok tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan
terbuka dan tetap kering
b) Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas halus yang
mengandung minyak
c) Segera dibersihkan dan dikeringkan bila anak kencing atau berak
d) Posisi tidur anak yang diatur supaya tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi
e) Usahakan meberikan makanan TKTP dengan porsi cukup
f) Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara keseluruhan
g) Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi
h) Pakaian atau celana yang terkena air kencing harus direndam dalam air yang
dicampur acidum borium
i) Kemudian bersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci, langsung dibilas
dengan bersih dan dikeringkan
e. Sebhorrea
Adalah radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang
terdapat banyak kelenjar sebaseanya, biasanya di daerah kepala.
Penatalaksanaan :
1) Secara kasual belum diketahui
2) Topical, shampoo yang tidak berbusa 2-3x per minggu dank rim selemun sulfide
f. Furunkel
Adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya
yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila, badan dan tangkai furunkel
dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut sebagai furunkulosis.
Gejala klinis:
Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi tergantung dari beratnya
penyakit. Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah :
1) Nyeri pada daerah ruam
2) Ruam pada daerah kulit berupa nodus
3) Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendirinya dan sebagian dapat
menghilang dengan sendirinya
Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel tergantung dari keadaan
penyakit yang dialaminya. Asuhan yang lazim diberikan adalah :
1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh
sendirinya
2. Pemeliharaann kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah
sekitarnya
3. Pengobatan topical, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan
melunakkan nodul.
4. Jangan memijat furunkel terutama di daerah hidung dan bibir atas karena dapat
menyebabkan penyebaran kuman
5. Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hidung atau telinga
maka dapat berkolaborasi dengan dokter
6. Terapi antibiotika dan antiseptik dberikan tergantung kepada luas dan beratnya
penyakit
7. Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang dalam jumlah yang banyak
maka kenali faktor presdiposisi adanya diabetes militus
g. Milliariasis
Miliariasis disebut juga dengan keringat buntet yaitu dermatosis yang
disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.
Gejala klinis
1) Milliaria Kristalina
Timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien demam ranjang.
Umumnya tidak ada keluhan dan dapat sembuh sendiri
2) Milliaria Rubra
Ditandai dengan adanya papula vesikel. Biasanya disertai rasa nyeri gatal dan pedih
pada daerah ruam dan aderah disekiratnya. Sering diikuti infeksi sekunder lainnya.
Penatalaksanaan :
Asuhan yang diberikan pada neoantus, bayi, dan balita dengan milliaria tergantung
pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang diberikan adalah :
a) Prinsip asuhan adalah dengan mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang timbul
b) Memelihara kbersihan tubuh bayi
c) Upaya kelembaban suhu yang cukup dan suhu lingkungan yang sejuk dan kering.
Misalnya pasien tinggal diruang ber-AC atau di daerah yang sejuk dan kering
d) Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit, gunakan pakaian yang menyerap
keringat
e) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor
h. Diare
Adalah pengelauarn tinja yang tidak normal dan cair. Bayi dikatakan diare
bial sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila
sudah dari 4x buang air besar.
Tanda klinis :
1) Cengeng
2) Gelisah
3) Suhu meningkat
4) Nafsu makan menurun
5) Tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama tinja berwarna hijau
dan asam
6) Anus lecet
7) Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi akan terjadi volume darah akan berkurang
nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran
menurun diakhiri dengan syok
8) Berat badan turun
9) Turgor kulit menurun
10) mata dan ubun-ubun cekung
11) Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
i. Obstipasi
Adalah oenimbangan feces yang keras akibat adanya penyakit atau ada
obstruksi pada saluran cerna. Atau bisa didefinisikan sebagai tidak adanya
pengeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.
Tanda dan gejala :
1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada
bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih
2. Sakit dan kejang pada perut
3. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang
menyemprot
4. Feces besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum
5. Bising usus yang janggal
6. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
7. Terdapat luka pada anus
Penatalaksanaan :
1. mencari penyebab
2. menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatilan
gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
3. pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan
disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksativa.
j. Infeksi
Adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal dan
postnatal.
Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi prenatal
adalah :
1) Bayi malas minum
2) Gelisah mungkin juga terjadi latergi
3) Frekuensi pernafasan
4) Berat badan menurun
5) Pergerakan kurang
6) Muntah
7) Diare
8) Sklerema, edema
9) Perdarahan, ikterus, kejang
Penatalaksanaan
a) Mengatur posisi tidur atau semi fowler agar sesak berkurang
b) Mpabila suhu tinggi lakukan kompres dingin
c) Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
4. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri
atau ke kanan
5. Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
6. Rujuk segera ke rumah sakit.
Download