Paper Title (use style: paper title)

advertisement
ISBN : 978-602-73060-1-1
UJI EFEK KETAHANAN FISIK KOMBINASI EKSTRAK TEH HITAM DENGAN SERBUK
MADU MURNI KERING PADA MENCIT SWISS WEBSTER BETINA
Dytha Andri Deswati1, Dadan Rohdiana2, Fitri Setya Anggrayani1
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al Ghifari
Bandung
2
Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian efek ketahanan fisik kombinasi ekstrak teh hitam (Camellia
sinensis (L.) Kuntze var assamica (J.Mast ) Kitam ) dengan serbuk madu murni pada mencit
Swiss Websters betina yang berumur 2-3 bulan dengan bobot 20-30 g. Hewan uji 35 ekor mencit
betina dibagi secara acak menjadi 7 kelompok masing –masing kelompok terdiri dari 5 ekor
mencit. Kelompok pertama merupakan kelompok normal, kelompok kedua merupakan kelompok
pembanding dengan pemberian heptaminol (0,39 mg/20 BB mencit), kelompok ketiga dan
keempat merupakan kelompok dosis tunggal yaitu untuk kelompok ketiga dengan pemberian
ekstrak teh hitam ( 3,47 mg/20 BB mencit ), kelompok keempat dengan pemberian serbuk madu
murni (78 mg/20 BB mencit ), tiga kelompok terakhir merupakan kelompok kombinasi dari
ekstrak teh hitam dengan serbuk madu murni dimana kelompok lima perbandingan 1:1,
kelompok enam perbandingan 1:2 dan kelompok ketujuh dengan perbandingan 2:1. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah efek ketahanan fisik dengan metode berenang. Dari hasil
data grafik dan statistik analisis varian (ANOVA ) pemberian serbuk madu murni pada ekstrak
teh hitam memberikan peningkatan efek stimulan khususnya dengan metode renang cara
bermakna dengan taraf α=0,05. Hasil yang optimal ditunjukan pada kombinasi 3 yaitu 2 bagian
teh hitam dengan 1 bagian serbuk madu murni secara bermakna dengan taraf α=0,05
Kata kunci
: Ketahanan fisik, ekstrak teh hitam (Camellia sinensis (L.) Kuntze var assamica
(J.Mast ) Kitam ), madu, dosis kombinasi.
ABSTRACT
Has been done research on the activity of giving a combination of black tea extract (Camellia
sinensis (L.) Kuntze var assamica (J.Mast) Kitam) with pure honey powder on the physical
endurance of female Swiss Webster mice
( 2-3 months old and weighing 20-30 g). The 35 mice were taken randomly divided into 7 groups
of 5 mice. The first group is a normal group, the second group is a comparison group given
heptaminol orally administration (0.39 mg / 20 BB mice), the third and the fourth group is the
single-dose groups to the third group with black tea extract (3.47 mg / 20 BB mice), the fourth
group with pure honey powder (78 mg / 20 BB rats), three of the last groups are groups of
combination of extracts of black tea with pure honey powder where the fifth group with the
combination dose ratio of 1: 1 , the sixth group with dose combination of 1: 2 and the seventh
group with a combination of 2 : 1. The method used in this research is the activity of physical
endurance to swim method 30 minutes after administration of the test preparation to mice, mice
that had been given the load on the neck is inserted into a tub filled with water, the mice will
spontaneously swim. From the results of the data graphs and statistical analysis of variance
(ANOVA) giving pure honey powder on black tea extract provides enhanced effect of physical
endurance, especially with swimming method meaningful way with the level of α = 0.05. The
results indicated the optimal combination of 3 is 2 parts black tea powder with 1 part pure honey
with a significant level of α = 0.05
Keywords: Physical Security, extracts of black tea, honey, dose combinations.
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
397
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita telah
mengenal berbagai jenis minuman. Di antara
sekian banyak jenis minuman tersebut, teh
merupakan minuman yang paling banyak
dikonsumsi masyarakat (Horzic dkk., 2009).
Daun teh mengandung polifenol,
metilxantin (kafein, teobromin, teofilin),
tannin, adenin, minyak atsiri, kuersetin,
mineral dan elemen seperti kalium,
magnesium, kalsium, nikel dan seng yang
penting untuk kesehatan manusia (Horzic dkk.,
2009).
Berdasarkan proses pengolahannya teh
dapat diklasifikasikan menjadi teh hijau (green
tea), teh hitam (black tea), teh oolong (oolong
tea), dan teh putih (white tea). Diantara
keempat jenis teh tersebut yang paling banyak
di konsumsi oleh masyarakat di dunia adalah
teh hitam (Jigisha dkk., 2012).
Teh hitam (Camellia sinensis) adalah
jenis teh yang dalam pengolahannya melalui
proses fermentasi penuh atau oksimatis
(oksidasi enzimatis) dibandingkan dengan
jenis teh lainnya yaitu teh hijau dan teh oolong.
Perbedaan proses tersebut, menyebabkan
lahirnya perbedaan produk teh baik secara fisik
maupun kimia. Secara kimia, perbedaan yang
paling menonjol adalah perbedaan kandungan
komposisi senyawa polifenol. Pada proses
pengolahan teh hitam, sebagian katekin yang
terdapat dalam teh berubah menjadi teaflavin,
tearubigin, dan teanapthoquinone melalui
proses oksimatis. Meski tidak sepopuler
katekin, teaflavin sudah banyak dipelajari oleh
sejumlah peneliti. Sejumlah penelitian
menyatakan bahwa aktivitas teaflavin setara
bahkan tidak sedikit yang menyatakan bahwa
theaflavin lebih potensial daripada katekin
(Rohdiana, 2007).
Dewasa
ini,
penelitian
dan
pengembangan tumbuhan obat, baik di dalam
maupun di luar negeri berkembang pesat.
Penelitian yang berkembang terutama pada
segi farmakologi maupun fitokimianya
berdasarkan
indikasi
tumbuhan
obat
(Dalimartha, 2007).
Teh hitam dapat digunakan untuk
penyakit stimulansia, kardiovaskular, kadar
kolesterol tinggi, diabetes, ostheoporosis dan
karies gigi (Horzic dkk., 2009). Minuman
alami ini terbukti pula mampu menstimulir
sistem sirkulasi, memperkuat pembuluh darah,
dan menurunkan kolesterol dalam darah. Teh
bermanfaat juga sebagai antioksidan yang
dapat menetralisasi radikal bebas karena
mengandung senyawa polifenol yaitu katekin
(Gramza dkk., 2005).
Teh
dimasyarakat
biasanya
dikonsumsi secara tunggal maupun campuran,
pada umumnya ditambahkan dengan madu.
Tujuannya untuk memberikan rasa yang lebih
enak dan juga efek stimulan yang lebih
maksimal.
Madu adalah cairan kental yang
dihasilkan oleh lebah dari berbagai nektar yang
masih mengandung enzim diastase aktif. Madu
merupakan pemanis alami yang dihasilkan
oleh lebah madu dari nektar bunga yang sedang
mekar atau dari sekresi bagian tanaman selain
bunga atau sekresi bagian tanaman selain
bunga yang diisap oleh serangga, yang
dikumpulkan lebah, diubah dan dicampur
dengan zat-zat tertentu dari tubuh lebah
sendiri, disimpan dan dibiarkan dalam sisiran
madu hingga matang. Berbagai kelebihan
madu sebagai makanan bernutrien tinggi sudah
diketahui sejak zaman dahulu (Inayah dkk.,
2002).
Di dalam madu murni terdapat
beberapa kandungan gizi seperti karbohidrat,
protein, asam amino, vitamin dan mineral.
Vitamin yang terkandung dalam madu antara
lain Vit B1, B2, B3, B6, C, A, E, flavonoid,
sedangkan untuk kandungan mineralnya ada
Na, Ca, K, Mg, Cl, Fe, Zn dan lain-lain
(Bogdanov dkk., 2008).
Dengan memperhatikan potensi di atas
perlu diteliti antara teh hitam dan madu yang
menggabungkan kedua potensi tersebut dalam
bentuk minuman siap saji. Oleh karena itu,
maka tepatlah apabila dilakukan penelitian
mengenai EFEK KETAHANAN FISIK
KOMBINASI EKSTRAK TEH HITAM
(Camellia sinensis O.K var assamica (mast.))
DAN MADU PADA MENCIT PUTIH
BETINA GALUR SWISS WEBSTER.
METODE
Alat Penelitian
Alat - alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah : Stop watch (Q & Q
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
398
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
HS43), timbangan mencit ( Heles), timbangan
analitik (Shimadzu), rotary evaporator (Ika),
oven, sonde oral, logam pembeban tubuh
mencit, tali pengikat logam, bak kolam renang
mencit ukuran?, dan alat – alat yang biasa
digunakan di Laboratorium Farmakologi dan
Fitokimia .
Bahan Penelitian
Bahan Uji
Bahan utama yang digunakan pada
penelitian ini adalah simplisia teh (Camellia
sinensis (L.) Kuntze var assamica (J.Mast )
Kitam ) yang diperoleh dari Perkebunan PPTK
Gambung dan serbuk madu murni yang
diperoleh dari Golden Kreasi Inova.
Bahan Kimia
Bahan – bahan kimia yang digunakan
pada penelitian ini adalah Heptaminol, PGA,
etanol 70 %, HCL 2 N, kloroform, NaOH dan
pereaksi pereaksi lainnya untuk pemeriksaan
skrinning fitokimia.
Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada
penelitian ini adalah mencit putih betina galur
Swiss Webster dengan berat badan antara 2030 g dan berumur 2-3 bulan yang diperoleh
dari Laboratorium hewan Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi
Bandung.
Metodologi Penelitian
Pengumpulan dan Pengolahan Bahan
Sebelum percobaan dimulai semua
bahan uji yaitu teh hitam dan madu murni
dikumpulkan dan hewan uji yaitu mencit putih
betina galur Swiss Webster diadaptasikan
selama satu minggu.
a. Pembuatan ekstrak teh hitam
Teh hitam ditimbang sebanyak 100 g
kemudian diekstraksi dengan metode refluks
dengan menggunakan pelarut etanol 70 %
sebanyak 500 ml pada suhu 40-50 ºC selama 90
menit, proses refluks dilakukan sebanyak tiga
kali, hasil ekstraksi dikumpulkan dan disaring
kemudian dipekatkan dengan menggunakan
rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak
kental, hitung rendemen ekstrak teh hitam
dengan rumus berikut :
Rendemen =
x 100%
Skrining fitokimia
Skrining fitokimia dalam penelitian
ini dilakukan terhadap teh hitam dan ekstrak
teh hitam dengan tujuan untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder baik sebelum
maupun sesudah proses ekstraksi, yang
meliputi golongan : alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.
1. Identifikasi alkaloid
200 mg sampel ditambahkan HCl 2 %
kemudian panaskan dan saring kemudian
dinginkan, pada filtrat tambahkan NaOH 5% ,
kemudian amati perubahan yang terjadi.
Adanya alkaloid ditandai dengan terjadinya
kekeruhan atau terbentuknya endapan bewarna
kuning (Tariq dan Reyaz, 2012).
2. Identifikai flavonoid
200 mg sampel dimasukkan dalam
tabung reaksi, tambahkan 10 ml aquadest,
dididihkan selama 5 menit dan saring dalam
keadaan panas. ke dalam 5 ml filtrat tambahkan
larutan timbal asetat. Adanya senyawa
flavonoid
ditandai
dengan
terjadinya
perubahan warna putih (Tariq dan Reyaz,
2012).
3. Identifikasi tanin
200 mg sampel dalam tabung reaksi
tambahkan 10 ml aquadest, kemudian
dididihkan pada penangas air selama 5 menit
kemudian dinginkan dan disaring. Pada filtrat
ditambahkan larutan pereaksi besi (III) klorida.
Adanya senyawa tanin ditandai dengan
terjadinya perubahan warna hijau-biru-hitam
(Tariq dan Reyaz, 2012).
4. Identifikasi saponin
500 mg sampel ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan
kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik.
(Jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair,
encerkan 1 ml sediaan yang diperiksa dengan
10 ml air dan kocok kuat-kuat selama 10
menit); terbentuk buih yang mantap selama
tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam
klorida 2 N, buih tidak hilang (Materia Medika
VI, 1995).
5. Identifikasi kuinon
500 mg sampel lalu tambahkan 10 ml
aquadest dididihkan selama 5 menit, kemudian
saring. Ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
399
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
Natrium hidroksida 1 N. Terbentuknya warna
merah
menunjukkan
adanya
kuinon
(Farnsworth, 1996).
6. Identifikasi steroid/triterpenoid
500 mg sampel dilarutkan dalam
kloroform. Kemudian tambahkan asetat
anhidrad kemudian teteskan H
pekat
₂SO₄
secara perlahan lahan Terjadinya warna ungu
menunjukkan adanya senyawa triterpenoid
sedangkan adanya warna hijau biru
menunjukkan adanya senyawa steroid (Tariq
dan Reyaz, 2012).
Pembuatan sediaan
a. Pembuatan sediaan suspensi heptaminol
97,5 mg heptaminol didispersikan
dalam suspensi PGA 2% ad 100 ml,
kemudian dibuat pengenceran dengan dosis
0,39 mg /20 g BB mencit.
b. Pembuatan suspensi ekstrak teh hitam
Timbang ekstrak teh hitam kemudian
dilarutkan dalam suspensi PGA 2 %, sediaan
dibuat dengan tiga dosis yaitu dosis 1 0,0024
g/20 BB mencit, dosis II 0,0048 g/20 BB
mencit dan dosis III 0,0096 g/20 BB mencit
(perhitungan terlampir ).
c. Pembuatan suspensi madu \
Timbang madu, kemudian dispersikan
dalam suspensi PGA 2% aduk sampai
homogen. Sediaan dibuat dengan tiga dosis
yaitu : dosis I 0,020 g/20 g bb mencit , dosis
II 0,039 g/20 g bb mencit dan dosis III 0,078
g/20 g bb mencit ( perhitungan terlampir ).
d. Pembuatan sediaan kombinasi
Sediaan kombinasi dibuat setelah
orientasi dilakukan dan diperoleh dosis
efektif dari ekstrak teh hitam dan madu yang
dapat memberikan efek stimulan.
Penyiapan Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan
adalah mencit betina galur Swiss Webster,
mencit dikarantina selama satu minggu
sebelum percobaan dimulai dengan pemberian
makanan dan minuman.
Pengujian Efek Ketahanan Fisik pada
Mencit Betina Putih
Pada penelitian ini digunakan 35 ekor
mencit putih betina galur Swiss Webster, yang
diambil secara acak dan dibagi menjadi 7
kelompok masing –masing kelompok terdiri
dari 5 ekor mencit, sebelum penelitian ini
hewan uji
diadaptasikan terlebih dahulu
selama 7 hari. Adapun perlakuan dosis dari
pembagian kelompok diatas adalah sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kelompok Normal diberikan suspensi
PGA 2%
Kelompok pembanding diberikan
sediaan heptaminol
Kelompok tunggal 1 diberikan ekstrak
teh hitam
Kelompok tunggal 2 diberikan madu
Kelompok kombinasi 1 diberikan 1
bagian teh hitam dan 1 bagian madu.
Kelompok kombinasi 2 diberikan 1
bagian ekstrak teh hitam dan 2 bagian
madu.
Kelompok kombinasi 3 diberikan 2
bagian ekstrak teh hitam dan 1 bagian
madu.
Uji ketahanan renang pada mencit
dilakukan setelah 30 menit pemberian bahan
uji secara oral. Percobaan ini dilakukan untuk
menguji adanya efek stimulasi otot dalam hal
ini sebagai anti kelelahan, dengan hewan
percobaan mencit. Seekor mencit yang
diberikan beban sebesar 3 g pada lehernya
dimasukkan ke dalam bak berisi air. Mencit
secara spontan akan berusaha berenang
(renang
paksa).
Ketahanan
berenang
merupakan ukuran nilai ambang kelelahan,
ketahanan berenang diukur dari waktu mencit
mulai berenang sampai mencit tenggelam,
yang ditandai mencit berada di bawah
permukaan air selama 4-5 detik dengan hidung
tepat terendam. Pemberian stimulan akan
memperpanjang ketahanan berenang atau
menaikkan nilai ambang kelelahan (Widowati
dan Pudjiastuti, 2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ekstraksi teh hitam (Camellia sinensis
O.K var assamica (mast.))
Cara ekstraksi dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode direfluks karena
diharapkan
metabolit
sekunder
yang
terkandung dalam simplisia teh hitam dapat
diperoleh dengan maksimal dan tidak rusak.
Dari simplisia teh hitam yang digunakan
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
400
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
sebanyak 100 gram, diperoleh ekstrak
sebanyak 36,12 gram, dengan rendemen
ekstrak 36,12 %.
Hasil Penapisan Fitokimia
Dari hasil skrinning fitokimia simplisia teh
hitam dan ekstrak teh hitam menunjukan hasil
positif mengandung
alkaloid, flavanoid,
kuinon, saponin, tannin dan triterpenoid.
Hasil Efek Stimulan Dengan Metode
Ketahanan Renang
Dari data diatas menunjukan bahwa
dosis efektif dari ekstrak teh hitam dan serbuk
madu murni yang dapat memberikan efek
stimulan adalah pada dosis ketiga ( 3,47 mg/20
g BB mencit )
Untuk ekstrak teh hitam dengan durasi
ketahanan renang 3,25 menit dimana pada
dosis ketiga tersebut lebih lama dibandingkan
pada dosis kesatu maupun dosis kedua dan
dosis efektif untuk madu juga diperoleh pada
dosis ketiga ( 78 mg/20 g BB mencit) dengan
durasi ketahanan renang 2,52 menit .
Selanjutnya dosis efektif yang telah
diperoleh yaitu dosis 3,47 mg/20 BB mencit
untuk ekstrak teh hitam dan 78 mg/20 g BB
mencit untuk serbuk madu murni digunakan
untuk dosis kombinasi dari ekstrak teh hitam
dengan serbuk madu murni dan diperoleh
dengan hasil sebagai berikut:
Tabel I : Hasil uji ketahanan renang
Kelompok
Perlakuan
Durasi
Ketahanan
Renang Paksa
(Menit )
PGA 2%
(kelompok Normal )
Heptaminol (kelompok
Pembanding )
1,79 menit
Ekstrak teh hitam
3,25 menit
Serbuk madu murni
2,52 menit
Kombinasi 1
2,01 menit
kombinasi 2
3,88 menit
kombinasi 3
4,61 menit
1,09 menit
Dari tabel diatas, dapat kita gambarkan
dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Gambar I : Grafik Balok HubDurasi
Renang Paksa pada Berbagai Kelompok
Perlakuan ->sumbu Y lengkapi dengan menit
Keterangan :
Kombinasi 1 : kombinasi ektrak teh hitam dengan serbuk
madu murni 1:1
Kombinasi 2 : kombinasi ekstrak teh hitam dengan serbuk
madu murni 1:2
Kombinasi 3 : kombinasi ektrak teh hitam dengan serbuk
madu murni 2:1
Dari hasil percobaan uji ketahanan
renang diperoleh hasil sesuai yang ditunjukan
pada tabel diatas bahwa pada kelompok normal
dimana mencit hanya diberikan suspensi PGA
2 % diperoleh hasil dengan durasi ketahanan
renang selama 1,09 menit, sedangkan pada
kelompok kontrol positif mencit diberikan
supensi heptaminol 0,39 mg/20 BB mencit
diperoleh hasil lebih lama dibandingkan
dengan kelompok PGA yaitu 1,79 menit,
kelompok dosis tunggal yaitu ekstrak teh hitam
dan serbuk madu murni juga menunjukan
peningkatan ketahanan renang dengan lama
durasi ketahanan renang untuk masing-masing
kelompok adalah 3,25 menit untuk kelompok
ekstrak teh hitam dan 2,52 menit untuk
kelompok serbuk madu murni.
Pada kelompok dosis kombinasi teh
hitam dengan serbuk madu murni juga
menunjukan peningkatan ketahanan renang
terhadap mencit dibandingkan dengan dosis
tunggal pada masing – masing kelompok
dimana durasi ketahanan renang yang
diperoleh 3,88 menit untuk kelompok
kombinasi 2 dan 4,61 menit untuk kelompok
kombinasi 3, sedangkan untuk kelombok
kombinasi 1 mengalami penurunan ketahanan
renang terhadap mencit dibandingkan dengan
dosis tunggalnya.
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
401
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
Untuk selanjutnya data tersebut
dianalisis secara statistik ANOVA satu arah
diperoleh hasil bahwa dosis kombinasi ekstrak
teh hitam dengan serbuk madu murni dapat
meningkatkan efek stimulan dimana durasi
ketahanan renang dari kelompok kombinasi
lebih lama dibandingkan dengan kelompok
tunggal untuk masing-masing kelompok
dengan taraf signifikan α= 0,05
Tabel II : data Olah Statistik
sumber
variasi
Antar
kelompok
(jka)
Dalam
kelompok
(jkd)
Total
Jumlah
kuadran
(jk)
Derajat
bebas
(Db)
Kuadran
tengah
(KT)
46.27918857
6
7.713198095
11.44268
28
0.408667143
Uji
statistic
(Fh)
18.87403534
57.72186857
Ft
2.445259
34
Dimana,
1.
2.
3.
Bila Fh > Ft =signifikan
Ho : ditolak, adanya peningkatan stimulan
pada kombinasi ekstrak teh hitam dengan
serbuk madu murni.
Bila Fh < Ft tidak signifikan Ho : diterima
tidak ada pengaruh terhadap peningkatan
stimulan pada kombinasi ekstrak teh hitam
dengan serbuk madu murni.
Dari hasil tabel diatas, hasil yang diperoleh
adalah Fh > Ft sehingga Ho ditolak yang artinya
pada pemberian kombinasi ekstrak teh hitam
dengan serbuk madu murni menunjukan
peningkatan efek stimulant dibandingkan dengan
dosis tunggalnya secara bermakna dengan taraf
kesalahan α= 0,05
Perbedaan yang paling besar ditunjukan
oleh dosis kombinasi 3 yaitu bagian ekstrak teh
hitam dengan 1 bagian serbuk madu murni.
Untuk melihat apakah ada pengaruh antar
perlakuan terhadap peningkatan stimulan dengan
metode ketahanan renang maka dilakukan uji
Duncan, dengan hasil bahwa antara kelompok
kombinasi,
kelompok
tunggal,
kelompok
heptaminol dan kelompok normal menunjukan
perbedaan durasi ketahanan renang secara
bermakna.
Pembahasaan
Daun teh mengandung polifenol,
metilxantin (kafein, teobromin, teofilin),
tannin, adenin, minyak atsiri, kuersetin,
mineral dan elemen seperti kalium,
magnesium, kalsium, nikel dan seng yang
penting untuk kesehatan manusia (Horzic dkk.,
2009).
Kandungan kafein pada daun teh
paling banyak dibandingkan senyawa lainnya,
dan senyawa ini lah yang diduga dapat
memberikan efek stimulan pada pemberian
ekstrak teh hitam terhadap mencit betina putih,
dimana kafein merupakan salah satu golongan
alkaloid yang dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat. Kafein menyebabkan adanya
rangsangan pada sistem saraf pusat dan
meningkatkan kewaspadaan serta mengurangi
rasa lelah dalam tubuh.
Kafein bekerja di dalam tubuh dengan
mengambil alih reseptor adenosin dalam sel
saraf yang akan memacu produksi hormon
adrenalin dan menyebabkan peningkatan
tekanan darah dan aktifitas otot, serta
perangsangan hati untuk melepaskan senyawa
gula pada aliran darah untuk menghasilkan
energi ekstra.
Disamping
itu
juga
adanya
penambahan gula atau karbohidrat dari serbuk
madu murni yang dapat cepat dicerna dan
diserap sebagai sumber energi, sehingga pada
penambahan serbuk madu murni pada ekstrak
teh hitam dapat meningkatakan efek stamina
khusus nya secara motorik (Sihombing, 1997).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ada beberapa simpulan dari data hasil uji
penelitian ini, yaitu :
A. Dari hasil uji fitokimia ekstrak teh
hitam di laboratorium, diketahui
bahwa teh hitam mengandung
senyawa alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin,
kuinon,
dan
steroid/triterpenoid.
B. Kombinasi ekstrak teh hitam dan madu
dapat memberikan efek stimulan.
C. Untuk kelompok kombinasi 1
menurunkan efek stimulan secara
motorik
D. Untuk kelompok kombinasi 2 dan 3
dapat meningkatkan efek stimulan
secara motorik dan kombinasi yang
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
402
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
memberikan hasil lebih baik yaitu
pada kelompok kombinasi 2 bagian
ekstrak teh hitam dengan 1 bagian
serbuk madu murni
DAFTAR PUSTAKA
Bognadov, S. Jurendic , T., Sieber, R.,
Gallmann, P. 2008. Honey For
Nutrition and Health: a Review.
After: American Journal of the College
of Nutrition, , 27., Hal 677-689.
Dalimartha, S., 1999., Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid 1., Trubus Agriwidya
Jakarta., Hal 150 – 152.
Dirjen
POM., 1995., Materia Medika
Indonesia Jilid VI., Jakarta., Depkes
RI., Hal 336.
Farnsworth, R. J., 1996., Biological and
Phytochemical Screening of Plants.,
J, Pharm, Sci., Hal 55-59.
Risiko Penyakit Jantung Koroner"
24 November 2007. Auditorium
RSJPDH. Tersedia pada URL
http://www.pjnhk.go.id/content/view/
647/31/ ( diakses Januari 2014 )
Rohayati S. Prospek Teh Indonesia Sebagai
Minuman Fungsional. Tersedia pada
URL
:http://www.ritc.or.id/berita/prospek.t
eh indonesia sebagai minuman
fungsional.html. ( diakses Januari
2014 ).
Sirait, M., 2007., Penuntun Fitokimia Dalam
Farmasi., ITB Bandung., Hal 119.
Widowati.L dan Pudjiastuti., 2002., Uji efek
stimulan susunan saraf pusat jus
daun encok (Plumbago zeylania L.,)
pada mencit., Jurnal Bahan Alam
Indonesia ., 1 (2)., Hal 73-76.
Gramza, A., K. Pawlak-Lemañska, J. Korczak,
E. Wsowicz, and M. Rudzinska. 2005.
Tea Extracts as Free Radical
Scavengers. Polish Journal of
Environmental Studies 14 (6),. Hal
861-867.
Harborne,J.B., 2006., Metode Fitokimia jilid
2., Bandung., ITB., Hal 47.
Horzic D, dkk.,2009., The composition of
polyphenols and methylxanthines in
teas and herbal infusions. Food
Chemistry 115., Hal 441-448
Inayah, Marianti, A.,dan Lisdiana., 2012.,
Efek Madu Randu dan Kelengkeng
dalam
Menurunkan
Putih
Hiperkolesterolemik
Kolesterol
pada Tikus., Online Journal System.
Universitas Negeri Semarang 1 (1).,
Hal 8-12.
Jigisha. A, Nishant. R, Navin.K dan Pankaj. G,
2012., Green Tea:A Magical Herb
With
Miracous
Outcomes.,
Internation
Reseach Journal Of
Pharmacy., 139-148.
Rohdiana.D."Talk Show - Efek Teh Hitam
dalam Mencegah dan Mengatasi
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
403
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
Download