Daya Penglihatan Turun? REPUBLIKA, Minggu, 19 Desember 2010 pukul 10:05:00 Nina Chairani Penurunan kemampuan penglihatan menjadi ancaman terselubung di Indonesia. Penurunan daya penglihatan tampaknya sudah mulai menjadi kepedulian sebagian masyarakat di Indonesia. Yang menarik, posisinya berada di bawah kekhawatiran mereka terhadap kolesterol tinggi. Kedua hal itu merupakan penyakit yang paling dikhawatirkan terjadi dalam lima tahun mendatang berdasarkan survei Philips and Wellbeing Index.Survei tentang persepsi dan perilaku masyarakat terkait dengan kesehatannya ini dilakukan serentak di 30 negara. "Keduanya berada di atas stroke, influenza, arthritis, kanker, dan jantung," kata Teguh Purwanto, general manager Philips Healthcare, PT Philips Indonesia, pada jumpa pers tentang survei tersebut. Dokter mata Rini Mahendrastari Singgih sudah mengantisipasi hal ini jauh-jauh hari. Ia berpendapat perubahan gaya hidup dapat menjadi salah satu faktor menurunnya daya penglihatan mata pada manusia. "Ironisnya, banyak orang Indonesia yang tidak menyadari hal ini sehingga penurunan kemampuan penglihatan menjadi ancaman terselubung bagi masyarakat Indonesia," kata dokter dari Mahendra Indonesia Eye Clinic pada acara yang sama di Jakarta belum lama ini. Perubahan gaya hidup Rini melihat tiga faktor utama yang memengaruhi penurunan ketajaman daya penglihatan. Yakni, alam, gaya hidup, dan individual.Pada pengaruh alam, Rini menunjuk pada paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari di Indonesia yang berlimpah berpengaruh pada kondisi pada organ mata. (Lihat boks "Ada Apa dengan Mata Orang Indonesia?") Namun, Rini melihat perubahan yang paling banyak pada daya penglihatan itu berpangkal pada perubahan gaya hidup. Ia tak heran bila muncul kekhawatiran sebagian masyarakat terhadap penurunan kemampuan itu. "Baru tahu, ya," komentar awalnya. Kegiatan masyarakat modern di Indonesia di depan layar komputer, televisi, dan penggunaan gadget salah satu penyumbang masalah. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun kini banyak berhadapan dengan komputer, baik untuk tugas sekolah maupun sekadar bermain. Radiasi cahaya komputer membahayakan mata. Belum lagi saat bekerja di depan komputer, kita cenderung menatap dan jarang berkedip. Produktivitas kelenjar air mata pun menurun. "Lupa minum," tambahnya. Akibatnya, mata menjadi kering. Terlalu banyak berkonsentrasi di depan komputer, membuat orang kurang gerak. Tak terasa banyak alokasi waktu tanpa melakukan gerak pada bagian tubuh yang lain. Duduk pada posisi yang sama selama berjam-jam berpengaruh pada penglihatan. Apalagi bila posisi duduk agak miring. Dan, yang sering tak diperhitungkan, stres juga berpengaruh pada penglihatan. Di kota besar, lalu lintas yang padat sudah menjadi sumber stres tersendiri sebelum memulai kerja. Pada kondisi stres, otot-otot pada mata pun menegang dan terjadi masalah pada 'pemrosesan gambar'. Maka penglihatan pun menjadi tak jelas. Rini mencontohkan pada anak usia muda. Anak usia SD bisa mengeluh penglihatan yang tidak jelas pada pelajaran yang tak disukainya. "Bila diperiksa bisa minus," katanya. Tapi, pada lain kesempatan ia tak punya masalah apa pun pada matanya. Pola makan pun termasuk pada bagian gaya hidup yang bisa berpengaruh pada penurunan daya penglihatan. Kurangnya cairan yang masuk ke dalam tubuh, makanan bervitamin, adalah beberapa di antaranya. Masalah mata ini bisa jadi tidak terasa secara langsung. Ia baru menjadi masalah biasanya saat si penderita mulai menjalankan hobi. "Saat membaca koran, kok tidak jelas," katanya. Selain itu, Rini juga mengingatkan, risiko dari faktor genetis. Seorang ayah berkacamata dan ibu berkacamata, sang anak pun besar peluangnya berkacamata. Begitu pula penyakit mata lainnya. Bila ingin mewaspadai dan mengantisipasi masalah di depan, Rini menyarankan agar menoleh ke generasi sebelumnya. Apa saja masalah kesehatan, utamanya mata, yang mereka hadapi. Lebih muda Dengan gaya hidup buruk, didukung kondisi alam dan peluang dari faktor keturunan, Rini menyebutkan peluang masalah-masalah penglihatan bisa muncul lebih dini. Artinya, tidak lagi pada usia di atas 65 tahun. Sebut saja age-related macular degeneration (ARMD). Gangguan kemunduran jaringan pada bagian mata yang bertanggung jawab pada pusat penglihatan di retina ini mengakibatkan penurunan daya penglihatan. Meski tak menyebabkan buta total, penglihatan menjadi kabur. Ini karena arteri yang memelihara retina mengeras. Ini menyebabkan jaringan retina yang sensitif itu kekurangan oksigen dan nutrien yang diperlukannya untuk berfungsi. Dan, hasilnya daya penglihatan pun menurun. Pigmen macula dibuat dalam mata dari makanan yang kita makan. Dari ruang praktiknya, Rini menemukan banyak kasus mata yang biasanya muncul pada orang tua, ternyata diderita orang dewasa muda dan bahkan anak-anak. Mulai dari katarak pada usia 42 tahun, glaukoma, hingga stres pada anak usia lima tahun. Menghadapi berbagai risiko yang mendekat ke usia muda itu, Rini menyodorkan sejumlah langkah pencegahan. "Apalagi, kalau tahu ada yang mengalaminya di keluarga," katanya. Untuk menghadapi sinar matahari dan cahaya radiasi komputer, ia menyarankan penggunaan kacamata anti-UV walaupun tak mengalami. "Kacamata UV bisa melindungi mata dari paparan radiasi sinar matahari atau komputer," katanya. Mata juga tak mudah panas dan lelah. Dan, mereka yang akrab dengan komputer pun harus bergerak, tidak terus-menerus berada dalam satu posisi. Dan, tak lupa minum dan memperbaiki pola makanan. Bagi mereka yang banyak bepergian dengan motor akan terpapar sinar matahari, debu, dan udara panas. Rini menyarankan sesampainya di tujuan agar segera mencari air dingin. "Cuci muka, mata dibasahi," ujarnya. Sebagai nasihat pamungkasnya, Rini menyarankan tidur yang cukup dan tidak memaksa mata untuk bekerja. "Jangan terlalu lama bekerja jarak dekat dan lepaskan kacamata saat beristirahat." Langkah Sehat Lindungi Mata * Makan makanan yang kaya lutein dan zeaxinthin (buah-buahan berwarna kuning dan sayuran berwarna hijau tua) dan tak lupa memakan ikan. * Hindari konsumsi minuman beralkohol. * Berhenti dan jangan mulai merokok. Merokok tak hanya berpengaruh pada kesehatan, tetapi juga penglihatan di kemudian hari. * Kurangi faktor risiko kardiovaskuler, hipertensi, obesitas, lemak, dan kolesterol. * Berolahraga ringan, tanpa berlebihan. * Kurangi paparan sinar matahari langsung. * Kenakan kacamata anti-UV. * Pakai topi dengan pet pelindung. Ada Apa dengan Mata Orang Indonesia? Orang Asia, khususnya Indonesia, umumnya memiliki iris, bagian mata, berwarna hitam atau cokelat tua (dark brown). Pada manusia dengan mata berwarna cokelat terdapat melanin dalam jumlah besar dalam iris stromanya. Ini memungkinkan penyerapan cahaya gelombang pendek dan panjang. Warna hitam dan cokelat tua ini lebih cepat menyerap panas saat terpapar cahaya matahari dan lampu. "Sama seperti kalau kita pakai baju hitam pada siang hari, pasti jadi lebih panas," jelas Rini Mahendrastari Singgih, dokter spesialis mata tamatan sebuah universitas Belgia ini. Di Indonesia, sinar matahari begitu berlimpah. Risiko sinar matahari yang berlebihan bisa menyebabkan berbagai gangguan pada organ mata. * Sinar biru matahari (400-700 nm) berpeluang menyebabkan penurunan daya penglihatan berhubungan dengan usia (age related macular degeneration, ARMD). * Sinar merah (700 nm) bisa membakar retina. * Sinar UV (400 nm) bisa mengakibatkan iritasi hingga katarak. Ini karena UV-A masuk jauh ke dalam lensa mata, sementara UV-B merusak kornea dan lensa mata. Hasil penelitian tahun 2000 menemukan bahwa orang dengan warna mata cokelat tua menghadapi peningkatan risiko menderita katarak. Karena itu, harus melindungi mata mereka dari paparan sinar matahari langsung dengan kacamata UV atau bertopi di siang hari.