Perbaiki Sistem Pasokan Energi Umar Juoro, Ketua Dewan Direktur Cides Jumat, 11 Juli 2008 JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah diminta segera merespons pelaksanaan Hak Angket DPR atas kebijakan menaikkan bahan bakar minyak (BBM), dengan melakukan perbaikan sistem dan pasokan energi nasional. Jika tidak dicarikan solusi, krisis energi nasional akan berkelanjutan. Akibatnya akan sangat buruk, karena pemerintah akan menghadapi krisis kepercayaan. Hal ini diingatkan Ketua Dewan Direktur Cides Umar Juoro dan Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR, Harry Azhar Azis pada acara Media Briefing Cides di Jakarta, Kamis (10/7). "Pemerintah jangan hanya konsentrasi pada pemilihan umum. Saat ini harus lebih konsentrasi memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi bangsa," ujar Umar Juoro. Menurut dia, cepat atau lambat, harga minyak dunia pasti melonjak lagi, dan diperkirakan memasuki kisaran 150-200 dolar AS per barel. "Kenaikan pasti akan terjadi dan hanya menunggu waktu. Pemerintah harus segera cari solusi lain untuk mengatasi kenaikan harga minyak, mengingat ekonomi rakyat saat ini makin tak menentu," katanya. Menurut Umar, konsumsi BBM di negara berkembang, khususnya di Indonesia dan China, sangat tinggi. Berbeda dengan negara maju, seperti di Amerika Serikat dan Eropa, yang sudah banyak menggunakan kendaraan teknologi hybrid atau pemekaian bahan bakar nabati. Jika pemerintah merasa sudah sangat berat menanggung subsidi BBM sedangkan konsumsi BBM masih tinggi, Indonesia perlu mencontoh negara maju yang tidak terlalu bergantung pada BBM. "Banyak sekali pengembangan bahan bakar dari nabati yang sudah diujicoba sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan berhasil. Seharusnya pemerintah serius melakukan hal itu jika ingin mengurangi ketergantungan pada BBM," ujarnya. Sementara itu, Harry Azhar Azis yakin, mafia perminyakan menjadi salah satu penyebab mahalnya harga BBM. "Dalam jual-beli minyak, mafia mengambil keuntungan satu sampai dua dolar AS per barelnya. Jika penjualan mencapai 10.000 barel per harinya, berapa keuntungan mafia minyak itu?" katanya. Dia menambahkan, jika keuntungan yang direguk para mafia minyak itu adalah uang negara, berarti ratusan juta dolar uang negara yang seharusnya bisa untuk kepentingan lain malah diambil oleh mafia. (Bayu)