BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MANAJEMEN LAKTASI 1. Defenisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MANAJEMEN LAKTASI
1. Defenisi Manajemen Laktasi
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan
untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini
dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal),
sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa
menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009).
Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya
(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).
Manajemen Laktasi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui (Siregar, 2004).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari
siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus
sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat
menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800
ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Ruang Lingkup manajemen laktasi adalah periode postnatal, antara lain ASI
eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI
peras, pemenuhan gizi selama periode menyusui (Maryunani, 2012).
Semua tahapan pada manajemen laktasi adalah penting dan berperan untuk
keberhasilan ASI eksklusif, sehingga semua tahap harus dipersiapkan dengan baik
supaya ASI eksklusif berjalan dengan sukses adalah motivasi bidan, konseling dan
perawatan payudara.
2. MOTIVASI
a. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau “daya
penggerak” yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan
suatu tindakan atau aktifitas (Herijulianti, Indriani, Artini, 2001).
Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela
untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga
dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari
berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1998).
Motivasi berasal dari bahasa latin “mevore” berarti “menggerakkan” yaitu
kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis tindakan
dan sebagai suatu kesediaan untuk menerima pembelajaran dengan kesiapan sebagai
bukti dari motivasi, dengan hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil
manipulasi eksternal saja (Haggard, Redman, Kort, dalam Bastable, 2001).
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Djamarah (2002), motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang
dari hati sanubari umumnya karena kesadaran, misalnya ibu mau melakukan
mobilisasi dini karena ibu tersebut sadar bahwa dengan melakukan mobilisasi dini
maka akan membantu mempercepat proses penyembuhan ibu pasca operasi.
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu :
1) Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan
baik biologis maupun psikologis, misalnya ibu melakukan mobilisasi dini karena
ibu ingin cepat sehat pasca operasi.
2) Harapan (expentancy)
Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan
bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan
menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan.
3) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada
yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari orang lain).
Universitas Sumatera Utara
a.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau
pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Hamzah, 2009).
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik
adalah :
1)
Dorongan keluarga
Ibu melakukan mobilisasi dini bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan
dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya ibu melakukan
mobilisasi dini karena adanya dorongan (dukungan) dari suami, orang tua
ataupun anggota keluarga lainnya. Dukungan atau dorongan dari anggota
keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk memberikan yang terbaik bagi
kesehatan ibu.
2)
Lingkungan
Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal. Lingkungan dapat
mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu.
Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam
memotivasi seseorang dalam mengubah tingkah lakunya. Dalam sebuah
lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan
yang tinggi. Dalam konteks pelaksanaan mobilisasi dini di rumah sakit, maka
orang-orang di sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan ataupun
memberikan informasi pada ibu tentang tujuan dan manfaat mobilisasi dini.
Universitas Sumatera Utara
3)
Media
Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam memotivasi
ibu untuk melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, mungkin karena pada
era globalisasi ini hampir dari waktu yang dihabiskan adalah berhadapan dengan
media informasi, baik itu media cetak maupun elektronika (TV, radio,
komputer/internet) sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap
kesehatan.
c.
Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar
timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).
Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai.
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula
bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih
dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena
itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal
dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan serta kepribadian
orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007).
Universitas Sumatera Utara
d. Fungsi Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan
sebelumnya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan
perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan
kepercayaan
diri
yang
tinggi
karena
sudah
melakukan
proses
penyeleksian.
2. Konseling
Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor
yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorangseorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang
untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang
lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut
konsele) yang bermuara
pada teratasinya masalah
yang dihadapi
klien\
Konseling menurut Prayitno dan Erman Amti dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan
Universitas Sumatera Utara
Konseling (2004:105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel mendefinisikan konseling
sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung
jawab
sendiri
terhadap
berbagai
persoalan
atau
masalah
khusus.
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling
adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
3. Perawatan payudara
Perawata payudara adalah usaha untuk memperlancar aliran ASI, dan
mencegah masalah-masalah yang mungkin muncul pada saat menyusui seperti puting
nyeri atau lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat. Perawatan payudara
tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan.
Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan payudara dilakukan sehari dua kali
saat mandi dan bila ada masalah dengan menyusui juga dilakukan dua kali sehari.
Menurut Gulardi H. Wiknyosastro (1991) dijelaskan bahwa perawatan yang
dilakukan pada payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga setelah melahirkan ibu dapat sesegera mungkin
memberikan ASI kepada bayinya. Perawatan payudara yang dilakukan selama hamil
atau pada masa antenatal menurut Soetjiningsih (1997) mempunyai banyak manfaat,
antara lain menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan punting susu,
melenturkan dan menguatkan punting susu sehingga memudah-kan bayi untuk
Universitas Sumatera Utara
menyusui, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi banyak dan
lancar, dapat mendeteksi kelainan-kelaianan payudara secara dini dan melakukan
upaya untuk mengatasinya, mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.
Apabila ibu tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal dengan
baik, maka dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain dapat menyebabkan
payudara menjadi bengkak, puting susu lecet/luka ketika menyusui bayi, puting susu
datar atau mendalam sehingga ibu akan kesulitan dalam memberikan ASI setelah
melahirkan, dapat menyebabkan radang payudara (mastitis), atau saluran susu
tersumbat sehingga air susu menjadi tersumbat dan tidak dapat keluar dengan lancar
terutama setelah melahirkan (Nichols, 2000).
B. LAKTASI
1. Fisiologi Laktasi
Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveoli dan duktus lactiferous di dalam payudara, serta merangsang
produksi ksolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah
kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini
memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro – endokrin. Rangsangan sentuhan
pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitoksin yang
menyebabakan kontraksi sel – sel myoepithel. Proses ini disebut juga sebagai “
refleks prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi bayi.
Dalam hari – hari dini, laktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu.
Universitas Sumatera Utara
Nantinya, refleks ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia merasa takut,
lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila mersakan nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus
kesinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi okstoksin oleh kelenjar hypofisis
posterior. Oksitsoksin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel – sel khusus
(sel – sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferus.
Kontraksi sel – sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus
lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam
sinus tertekan keluar, kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down
reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa rangsangan
hisapan. Pelepasaan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar
memikirkan tentang bayinya. Pelepasan penting sekali bagi pemberian ASI yang
baik. Tanpa pelepasan, bayi dapat menghisap terus – menerus, tetapi hanya
memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila
pelepasaan gagal terjadi berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan
pada waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan
berhenti. Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah
kolostrum yang mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral, dan
antibodi, daripada ASI yang telah “matur”. ASI mulai ada kira – kira pada hari yang
ke – 3 atau ke – 4 setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang
matur kira – kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah byi lahir dan
bayi diperolehkan sering menyusu maka proses produksi ASI akan meningkat
(Sulistyawati, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
Bidan yang bekerja pada pelayanan kesehatan diharapkan melakukan berbagai
upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan mendukung pemberian ASI serta
memberikan penyuluhan dan nasehat yang obyektif dan konsisten pada ibu hamil dan
ibu yang baru melahirkan tentang pemberian ASI.
Dalam hal ini bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang
program pemerintah dalam pemberian ASI. Oleh karena itu, seorang bidan perlu
mengetahui manfaat pemberian ASI bagi ibu dan keluarga. Bukti menunjukkan
bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya,
menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya (on demand) dan memperoleh
dukungan serta percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI, berbagai penyulit
yang umum dapat dihindari/dicegah. (Anggraini, 2010).
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI:
a. Yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara
ibunya
b.; Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri
(Sulistyawati, 2009).
3. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif
1. Mempersiapkan payudara bila diperlukan .
2. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.
3. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan lingkungan.
4. Memilih rumah sakit ‘sayang ibu’.
5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
6. Mendatangifasilitas Konsultasi Laktasi untuk persiapan apa bila menemui
kesulitan saat menyusui.
7. Menciptakan sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.
4. Tahapan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil (Petunjuk Bagi Petugas
Kesehatan)
Pada Masa Kehamilan
a.. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat menyusui baik bagi
ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
b. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah
ada kelainan/tidak. Disamping itu, perlu dipantau keneikan berat badan ibu
hamil.
c. Perawatan payudara dimulai pada kehamilan memasuki usia 6 bulan agar ibu
mampu memproduksi dan berikan ASI cukup.
d. Memperhatikan gizi/ makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester II
sebanyak 1 1/3 kali dari porsi makanan sebelum hamil.
e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
5. Tahapan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil (Petunjuk Bagi Ibu)
a. Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusi dan bahwa ASI adalah
amanah ilahi.
b. Makan dengan teratur, peuh gizi dan seimbang.
Universitas Sumatera Utara
c. Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat disetiap klinik
laktasi dirumah sakit.
d. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
e. Mengikuti senam hamil.
6. Persiapan Menyusui Pada Ibu Hamil
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan “persiapan menyusui pada Ibu Hamil” adalah persiapan
menyusui sejak kala hamil. Dalam hal ini berarti proses menyusui sebaiknya sudah
dipersiapkan jauh hari sebelum melahirkan. Hal ini penting supaya ibu benar – benar
siap, baik secara fisik maupun mental. Kesiapan ini akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas ASI.
2. Beberapa Hal Yang Harus Dipersiapkan Pada Masa Hamil
a. Niat
1. Niat adalah kunci sukses untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi.
2. Niat ini seharusnya sudah tertanam kuat jauh hari sebelumnya.
3. Ibu harus bertekad akan memberikan makanan yang terabik baginya.
4. Dengan niat bulat, ibu akan berfikir optimis.
5. Dengan fikiran optimis tersebut, akan terbentuk energi positif yang dapat
mempengaruhi kesiapan semua organ – organ menyusui sehingga ASI dapat
mengalir lancar.
6. Jika ibu yakin bisa menyusui, ASI yang keluar pasti banyak.
Universitas Sumatera Utara
7. Anjurkan ibu untuk membuang jauh – jauh pikiran negatif, seperti
bagaimana kalau ASI tidak keluar, atau bagaimana kalau payudara
bermasalah, dan sebagainya.
8. Untuk itu, dalam masa hamil, ibu dianjurkan untuk :
a. Mempelajari mengenai manajemen laktasi, rawat gabung dan bahaya susu
formula.
b. Berniat bersungguh – sungguh untuk memberikan ASI pada bayi
sekurang – kurangnya 6 bulan.
c. Belajar ketrampilan menyusui.
d. Meningkatkan gizi dan kesehatan ibu.
e. Memakai BH yang menyokong dan ukuran sesuai payudara.
f. Memeriksa payudara dan puting susu (Maryunani, 2012).
b. Menghilangkan Stress
1. Anjurkan pada ibu untuk berusaha selalu berpikiran positif tentang
kehamilan.
2. Berikan pengertian bahwa kehamilan jangan sampai membuat ibu merasa
terbatasi.
3. Apabila ada maasalah, anjurkan untuk berkonsultasi pada petugas
kesehatan.
4. Anjurkan pada ibu untuk melakukan semua hal yang menyenangkan
selama hamil, seperti jalan – jalan, berekreasi, berkumpul dengan teman,
mengerjakan hobi dan lain sebagainya.
5. Semua aktivitas tersebut sangat penting untuk menjaga ketenangan batin
karena perasaan tenang dan bahagia berpengaruh pada produksi ASI.
Universitas Sumatera Utara
c. Memenuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Dan Menyusui
Kebutuhan gizi ibu meningkat pada saat hamil dan menyusui. Karena, selain
untuk ibu, gizi tersebut juga diperlukan untuk janin. Oleh karena itu, asupan
makanan yang dikonsumsi ibu harus mencakup pola makan gizi yang cukup
dan seimbang.
Gizi tersebut harus bercakup :
1. Karbohidrat sebagai sumber tenaga.
2. Protein sebagai sumber pembangun.
3. Vitamin dan mineral yang dapat dari sayuran dan buah – buahan sebagai
sumber pengatur dan pelindung.
4. Perhatikan juga pola makan dan usahakan selalu untuk mengonsumsi
makanan sehat.
5. Jauhi cemilan yang tidak terjamin kebersihannya.
Perlu diingat bahwa pola makan yang sehat pada saat hamil juga akan
mempengaruhi kualitas ASI ibu.
d. Asupan Gizi Ibu Selama Hamil Untuk Memicu Produksi ASI, Antara Lain :
1. Triwulan I (Kehamilan 1-3 Bulan)
Makan makanan dalm porsi kecil tetapi sering.
Makan buah – buahan segar atau sari buah – buahan.
Menjaga agar kenaikan berat badan 0,7 – 1,4 kg selam 3 bulan.
2. Triwulan II (Kehamilan 4 – 7 Bulan)
Nafsu makan akan pulih sehingga semua boleh dimakan.
Makan makan dengan porsi lebih banyak dari biasanya.
Kenaikan berat badan bervariasi antara 0,3 – 04 kg/minggu.
Universitas Sumatera Utara
3. Triwulan III (Kehamilan 8 Bulan)
Ibu dianjurkan untuk tidak makan terlalu berlebihan.
Anjurkan ibu untuk mengurangi mkanan yang banyak mengandung
lemak, gula, garam dan karbohidrat.
Diupayakan agar kenaikan berat badan tidak terlalu berlebihan karena
ada kecenderungan terjadinya keracunan kehamilan (pre eklampsi).
e. Melakukan Pijat Payudara
1. Pijat payudara sangat baik sebagai persiapan sebelum menyusui.
2. Pelaksanaanya biasanya setelah masa kehamilan akhir.
3. Ibu dianjurkan untuk membuat rangsangan secara lembut dan pelan kedua
puting payudara dengan tangan.
4. Buatlah gerakan memutar dan lakukan beberapa kali dalam sehari.
5. Konsultasikan aktivitas ini pada petugas kesehatan, karena pada kasus
tertentu tinadakan ini tidak boleh dilakukan, terutama untuk ibu yang
pernah melahirkan bayi prematur (Maryunani, 2012).
f. Menciptakan Gaya Hidup Sehat
Menciptakan gaya hidup sehat bertujuan agar kehamilan dan persalinan
berlangsung lancar dan janin dapat berkembang optimal. Ibu dianjurkan untuk
menghindari makanan atau minuman yang mengandung kafein, alkohol dan
menjauhi asap rokok. Agar stamina tubuh terjaga, anjurkan ibu untuk
melakukan olahraga secara teratur.
Olahraga yang dilakukan adalah olahraga ringan, seperti jalan – jalan
pagi atau berenang. Dengan demikian diharapkan kondisi ibu yang sehat
ikut meningkatkan produksi ASI.
Universitas Sumatera Utara
Cara hidup sehat wanita hamil, antara lain :
1. Menjaga kebersihan diri.
2. Mengasumsi makanan yang bergizi sesuai anjuran ibu hamil.
3. Cukup istirahat.
Ibu hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam per hari. Kegiatan dan
gerakanya sehari – hari harus memperhatikan perubahab fisik dan mental
yang terjadi pada dirinya. Diantara waktu kegiatannya tersebut,
diperlukan waktu untuk istirahat (santai) guna melemaskan otot – ototnya
(Maryunani, 2009).
4. Melakukan perawatan payudara pada usia kehamilan 7,5 bulan.
5.
Pemakaian obat selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter
6. Cukup dalam berolahraga (senam hamil).
7. Memperhatikan kebersihan diri dan menggunakan pakaian, yaitu yang
longgar, ringan, mudah dipakai dan mudah menyerap keringat dan sopan
serta sepatu yang nyaman.
8. Memperhatikan dan memeriksakan diri bila ada keluhan pada daerah gigi
mulut karena dapat menjalar keorgan tubuh lain dan mengganggu
kehamilan.
9. Sebaiknya sejak kehamilan 3 bulan terakhir telah mengenal dan memilih
dokter yang akan mengawasi kesehatan anaknya kelak.
10. Membatasi frekuensi persetubuhan pada kehamilan muda dan berhenti
pada saat 4 minggu sebelum perkiraan kelahiran.
11. Mendapatkan imunisasi tetanus toxoid.
12. Mengurangi perjalanan dan berpegian jauh.
13. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur (Maryunani, 2012).
Universitas Sumatera Utara
1. Manajemen Laktasi (Penggunaan ASI)
1.
Pendidikan kesehatan/penyuluhan kesehatan kepadaa pasien dan keluarga
tentang manfaat menyusui dan manfaat rawat gabung.
2.
Adanya dukungan keluarga.
3.
Adanya dukungan dan kemampuan petugas kesehatan.
4.
Pemeriksaan payudara.
5.
Persiapan payudara dan puting susu.
6.
Pergunakan air untuk membersihkan puting susu, jangan sabun.
7.
Pemakaian BH yang memadai (jangan memakai lapisan plastik).
8.
Gizi yang bermutu : Ekstra 3000 kalori per hari terutama protein.
9.
Pemberian preparat besi dan asam folik (sesuai protokol institusi masing
– masing).
10.
Tidak melakukan diet untuk mengurangi berat badan (kecuali intruksi
dokter karena alasan penyakit lainnya yang membahayakan ibu dan bayinya).
11.
Penambahan berat badan yang memadai adalah 11 – 13 kg.
12.
Cara hidup sehat (hindarkan merokok, alkohol, dan lain – lain)
(Maryunani, 2012).
2. Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi Pada Masa Kehamilan
1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan
keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara
pelaksanaan manajemen laktasi.
2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu,
perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk
mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah
mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari
jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan
dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah
dan tugas yang mulia (Depkes, 2005).
3. Perawatan Payudara
Sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi perubahan pada payudara berupa
pembesaran payudara, terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas
gambaran pembuluh darah di permukaan kulit yang bertambah serta melebar.
Kelenjar Montgomery daerah aerola tampak lebih nyata dan menonjol.
Perawatan payudara yang diperlukan :
1. Mengganti BH sejak hamil 2 bulan dengan ukuran yang lebih sesuai dan
dapat menopang perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH dengan
ukuran 2 nomor lebih besar.
2. Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk
menunjang produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah
selesai masa laktasi.Bentuk latihan : duduk sila di lantai. Tangan kanan
memegang bagian lengan bawah kiri (dekat siku), tangan kiri memegang
lengan bawah kanan. Angkat kedua siku sejajar pundak. Tekan pegangan
Universitas Sumatera Utara
tangan kuat-kuat kearah siku sehingga terasa adanya tarikan pada otot dasar
payudara.
3. Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusus daerah puting dan
aerola.
4. Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk menghindari
keadaan kering dan kaku akibat hilangnya 'pelumas' yang dihasilkkan
kelenjar Motgomery.
5. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada sumbatan
sejak usia kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.
6. Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyebul keluar dengan
bantuan pompa puting pada minggu terakhir kehamilan sehingga siap untuk
disusukan kepada bayi.
Universitas Sumatera Utara
Download