analisis model input output

advertisement
RINGKASAN
AHSANUL HAK Analisis Perubahan Struktur dan Sumber Pertumbuhan
Ekonomi DKI Jakarta: Analisis Model Input Output. Dibimbing oleh ARIEF
DARYANTO dan SRI MULATSIH.
Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang
perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan
pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. DKI Jakarta memiliki unggulan
potensi ekonomi berupa letaknya yang strategis dan menjadi potret mini Indonesia.
Disamping itu DKI Jakarta juga memiliki sarana penunjang ekonomi yang memadai
sehingga memungkinkan perekonomian Jakarta dapat bergerak optimal. Potensi
ekonomi unggulan tersebut telah membuahkan hasil selama lima tahun terakhir (20022007) dengan memberi kontribusi terhadap PDB sebesar 16-17 persen. Angka ini
merupakan paling besar dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.
Selain pertumbuhan, proses pembangunan ekonomi dengan sendirinya juga
akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi regional. Hal ini sesuai
dengan hipotesis yang diajukan oleh Mangiri (2000) bahwa semakin maju dan
semakin tinggi teknologi perekonomian, semakin panjang dan semakin tinggi pula
keterkaitan antar sektor. Selama ini, struktur perekonomian DKI Jakarta didominasi
oleh tiga sektor utama, yakni sektor keuangan, sektor perdagangan, dan sektor
industri. Ketiga sektor tersebut telah mengalami perkembangan yang relatif baik dan
mempunyai keterkaitan kuat dengan perkembangan sektor perekonomian lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sektor unggulan dan pola keterkaitan antar sektor dalam perekonomian
DKI Jakarta, serta sebagai bahan acuan pemilihan sektor yang tepat dalam
peningkatan investasi untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Perubahan struktur ekonomi DKI Jakarta tahun 1993 – 2006 juga penting untuk
diketahui, baik dari aspek perubahan permintaaan dan penawaran. Penelitian juga
bertujuan untuk melihat perubahan total output, perubahan komponen ekspor dan
impor, perubahan komposisi permintaan akhir, dan perubahan keterkaitan antar sektor
(industrial linkages). Dekomposisi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan output dari sisi permintaan juga perlu diketahui agar dapat dianalisis
pengaruh permintaan akhir domestik.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka digunakan model input-output,
analisis keterkaitan antar sektor ekonomi, dan analisis dekomposisi sumber
pertumbuhan output. Metode input-output yang dapat dipergunakan untuk melihat
perkembangan struktur perekonomian wilayah dalam suatu sistem ekonomi yang utuh
dan menyeluruh (multi-sektor). Analisis keterkaitan antar sektor digunakan untuk
melihat keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan
(forward linkages). Metode dekomposisi digunakan untuk mengetahui sumbersumber pertumbuhan output di DKI Jakarta.
Analisis dilakukan terhadap 23 sektor perekonomian yang ada di DKI Jakarta
selama tahun 1993 hingga 2006. Hasil penelitian menunjukan, sektor unggulan (key
sector) yang dimiliki Provinsi DKI Jakarta adalah sektor Industri Makanan, Minuman
& Rokok (MKMN), Industri Kimia, Obat, Kosmetik (KIMOB), Industri Logam,
Mesin, dan Elektronik (LME), Listrik,Gas, dan Air Bersih (LGAB), Real Estate, dan
Jasa Perusahaan (REJP), dan Jasa-Jasa Lainnya (JSLN). Sumber pertumbuhan output
yang berasal dari ekspansi ekspor (EE) dan permintaan domestik (DD) memiliki
kontribusi yang dominan di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini terbukti dengan adanya
temuan bahwa faktor ekspansi permintaan ekspor memiliki kontribusi 61,34% dan
permintaan domestik mencapai 36,37%. Selain itu, berdasarkan hasil analisis
dekomposisi juga memperlihatkan bahwa pertumbuhan sektor perekonomian di
Provinsi DKI Jakarta banyak ditunjang oleh permintaan masyarakat DKI Jakarta
sendiri (domestic final demand driven sector) dan sektornya banyak yang berorientasi
pada ekspor (export-oriented sector). Komponen permintaan akhir selama tahun 1993,
2000, dan 2006 didominasi oleh komponen konsumsi RT (konsRT) dan pembentukan
modal tetap (pmtb). Hal ini nampak dari hasil investigasi yang memperlihatkan bahwa
selama tiga tahun tersebut komponen konsumsi rumah tangga memiliki proporsi
40,82%; 55,23%; dan 46,95%, kemudian komponen pembentukan modal tetap
mencapai tingkat 48,87%; 37,87%; dan 35,31%.
Berdasarkan pada temuan penelitian ini, pemerintah perlu mempertahankan
kinerja sektor kunci. Selain mempertahankan peran sektor kunci, pemerintah provinsi
DKI Jakarta juga harus memberikan perhatian lebih terhadap sektor yang lain, seperti
sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN), Industri Makanan, Minuman dan
Rokok (MKMN), Bank, Lembaga Keuangan dan Asuransi (BLKAS), Angkutan,
Pergudangan, dan Pengiriman (ANKRIM), dan sebagainya. Hal ini disebabkan sektorsektor ini juga berpotensi menjadi sektor yang bisa diunggulkan dimasa mendatang.
Provinsi DKI Jakarta sebaiknya tidak berharap terlalu tinggi terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui pengeluaran pembangunan pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan
pembangunan, pemerintah seyogyanya memperbanyak peran masyarakat dan dunia
usaha. Hal ini berarti peran pemerintah lebih sebagai fasilitator dan dinamisator
pembangunan. Pemerintah perlu secara terus menerus memberdayakan perekonomian
untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan kegiatan usaha guna mendorong
kegiatan konsumsi dan investasi. Hal ini diperlukan guna senantiasa mempertahankan
komponen permintaan akhir, khususnya pertumbuhan dari komponen konsumsi RT
(konsRT) dan pembentukan modal tetap (pmtb).
Download