BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan
melibatkan
masyarakat,
sehingga
membawa
berbagai
dampak
terhadap
masyarakat setempat. Pariwisata juga dikatakan mempunyai energi yang luar
biasa yang mampu membuat masyarakat setempat bermetamorforse dalam
berbagai aspeknya. Pariwisata memberi peluang kepada masyarakat setempat
untuk memperoleh berbagai manfaat dengan cara menawarkan barang atau jasa
yang lazim pula disebut produk wisata (Suwena dan Widyatmatja, 2010:134).
Pembangunan pariwisata pada suatu daerah mampu memberikan dampak
pada berbagai dimensi kehidupan masyarakat lokal. Salah satu dampak yang
ditimbulkan dari pembangunan pariwisata yakni pada dimensi kehidupan ekonomi
masyarakat, seperti yang tercantum dalam Instruksi Presiden No.9 Tahun 1969
Bab II Pasal 2 yang berbunyi pembangunan pariwisata bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan
masyarakat pada umumnya. Aspek ekonomis merupakan aspek yang dianggap
penting dan mendapat perhatian paling besar dalam sektor pariwisata karena
untuk mengadakan perjalanan orang mengeluarkan biaya. Bagi daerah yang
dikunjungi wisatawan dapat menerima uang dari wisatawan tersebut melalui
orang-orang yang menyediakan angkutan, menyediakan barmacam-macam jasa,
atraksi dan sebagainya.
Pariwisata dapat digunakan sebagai katalisator pembangunan. Kegiatan
pembangunan kepariwisataan, merupakan mata rantai panjang yang dapat
menggerakkan bermacam-macam kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Salah
satu sektor yang digerakkan yaitu sektor ekonomi. Sejumlah besar tenaga kerja
terserap ke dalam kegiatan pariwisata sebagai tenaga kerja yang langsung maupun
yang bekerja disektor pendukung. Semua ini akan memperluas kesempatan kerja
sekaligus menyebarkan pemerataan (Spillane, 1987:60).
Demikian halnya dengan Kota Sawahlunto. Sawahlunto sejak zaman
Belanda terkenal dengan tambang batubaranya, perlahan-lahan kota ini
berkembang menjadi kota wisata di Sumatra Barat. Pariwisata Kota Sawahlunto
adalah orientasi untuk menjadikan Kota Sawahlunto sebagai kota wisata karena
untuk mengantisipasi secepatnya ketertinggalan Kota Sawahlunto. Ketertinggalan
kota ini semenjak menipisnya produksi batubara PT Bukit Asam Unit
Penambangan Ombilin disebabkan semakin menipisnya deposit batubara yang ada
di tambang terbuka (tambang luar). Untuk memproduksi batubara dari “tambang
dalam” dibutuhkan teknologi tinggi dan biaya produksi yang mahal. Alasan untuk
menjadikan pariwisata Sawahlunto sebagai orientasi masa depan bagi Kota
Sawahlunto cukup rasional.
Berhentinya kegiatan pertambangan di Kota Sawahlunto, bukanlah akhir
dari eksistensi dari Kota Sawahlunto. Namun yang diperlukan adalah inovasi,
kreativitas, dan kerja keras. Pariwisata merupakan suatu alternatif keberlanjutan
ekonomi Kota Sawahlunto sebagai kota pasca tambang yang dapat dikembangkan.
Kota Sawahlunto pasca tambang adalah pengembangan sektor pariwisata berbasis
wisata tambang yang mempunyai keunggulan kompetitif. Kegiatan pasca tambang
ini dapat menyongkong perekonomian masyarakat, membuka lapangan pekerjaan,
dan dapat memberikan alternatif objek wisata lain yang terdapat di Kota
Sawahlunto.
Kota Sawahlunto memiliki objek wisata yang beragam baik dari segi objek
wisata sejarah dan rekreasi. Objek wisata budaya seperti desa wisata Rantih, objek
wisata sejarah seperti Museum Goedang Ransum, Museum Kereta, Kereta Api
Wisata, Kereta Api Mak Itam, Lobang Mbah Soero. Tidak hanya wisata sejarah,
Kota Sawahlunto juga memilki objek wisata rekreasi antara lain Waterboom,
Taman Satwa Kandi dan Bioskop 4 Dimensi.
Jumlah kunjungan wisatawan di Kota Sawahlunto Selama tahun 2012
terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011. Pada tahun 2011
tercatat sebanyak 737.012 orang berkunjung ke Kota Sawahlunto sedangkan pada
tahun 2012 jumlahnya mencapai 746.141 orang. Tempat wisata di Sawahlunto
yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah Taman Satwa Kandi, yang
terletak di Kecamatan Talawi yang berada di kawasan pasca tambang batubara,
selanjutnya Waterboom yang terletak di Kecamatan Silungkang. Dilihat dari
kunjungan wistawan, objek wisata rekreasi lebih diminati wisatawan di Kota
Sawahlunto jika dibandingkan dengan objek wisata budaya dan sejarah1.
Taman Satwa Kandi merupakan objek wisata yang terletak 10 km dari
pusat Kota Sawahlunto di kawasan pasca tambang. Taman Satwa Kandi memiliki
jumlah kunjungan wisatawan yang meningkat dibandingkan objek wisata lain di
1
http://sawahluntotourism.com/index.php/About-Us-Tentang-Sawahlunto/kunjunganwisatawan-Kota-Sawahlunto diakses pada tanggal 28 Desember 2015
Sawahlunto, dan dapat memberikan peluang lapangan pekerjaan kepada
masyarakat sekitar. Objek wisata ini telah ramai dikunjungi oleh wisatawan dan
objek wisata yang banyak mempekerjakan masyarakat lokal sebagai karyawan.
Hal tersebut menjadi latar belalakang alasan penulis mengambil objek
wisata Taman Satwa Kandi sebagai studi kasus dalam penelitian ini. Taman Satwa
Kandi merupakan objek wisata yang berada di kawasan pasca tambang batubara
dan tingkat kunjungan wisatawan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
objek wisata lainnya di Sawahlunto yang telah lama berdiri dan berada tidak jauh
dari pusat Kota Sawahlunto serta objek wisata yang menampung paling banyak
jumlah karyawan.
Keberadaan objek wisata Taman Satwa Kandi Sawahlunto dapat memberi
peluang lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar objek wisata Taman Satwa
Kandi Sawahlunto. Adanya pariwisata diharapkan dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat pasca tambang batubara di Kota Sawahlunto.
1.2 Rumusan Masalah
Penulis akan fokus membahas dampak destinasi wisata Taman Satwa
Kandi terhadap perekonomian masyarakat lokal. Rumusan permasalahan sebagai
berikut:
Rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa jumlah perolehan pendapatan Taman Satwa Kandi Sawahlunto?
2. Apa saja dampak ekonomi yang diberikan oleh Taman Satwa Kandi
kepada masyarakat lokal?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan dengan dampak objek wisata Taman Satwa
Kandi Sawahlunto terhadap perekonomian masyarakat lokal kawasan pasca
tambang batubara, untuk mengetahui anatara lain:
1. Mengetahui jumlah pendapatan Taman Satwa Kandi Sawahlunto
2. Mengetahui dampak ekonomi yang diberikan oleh Taman Satwa Kandi
kepada masyarakat lokal
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat praktis dan
manfaat teoretis.
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi dan gambaran pendapatan masyarakat lokal
kepada pengelola objek Taman Satwa Kandi terhadap dampak
perekonomian terhadap masyarakat lokal.
b. Bagi penulis agar dapat menerapkan ilmu yang didapat selama
masa perkuliahan.
c. Bagi penulis agar menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai dampak yang diberikan suatu objek wisata terhadap
perekonomian masyarakat lokal.
d. Begi penulis meningkatkan profesionalisme dibidang penelitian
terkait dengan ilmu pariwisata.
2. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
pengembangan ilmu kepariwisataan. Sumbangan terhadap peningkatan ekonomi
masyarakat, khususnya yang bergerak dalam bidang pariwisata.
1.5 Tinjauan Pustaka
Skripsi yang ditulis oleh Yasmen Chaniogo (2011) dengan judul “Promosi
Wisata Taman Satwa Kandi untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan” , isinya
berupa bahasan mengenai promosi yang dilakukan oleh Taman Satwa Kandi
melalui media sosial, Taman Satwa Kandi memiliki website sebagai media
infromasi memuat tulisan dari manager Taman Satwa Kandi, promosi juga
dilakukan dengan dilakansakannya event-event di Taman Satwa Kandi, melalui
brosur. Promosi yang dilaksanakan oleh Taman Satwa Kandi sudah berhasil
berapa tahun belakangan ini, kunjungan wisatawan yang tinggi dibandingkan
dengan objek wisata lainnya di Kota Sawahlunto. Penelitian tersebut tidak
membahasa mengenai dampak objek wisata Taman Satwa Kandi terhadap
perekonomian masyarakat lokal.
Karya Ilmiah yang ditulis oleh Husni Mubarok Pulungan (2011) dengan
judul “Kupu-kupu (Rhopalocera) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota
Sawahlunto Sumatra Barat”, membahas mengenai spesies kupu-kupu yang
terdapat di kawasan Taman Satwa Kandi. Menggunakan tiga metode penangkapan
langsung dengan jala serangga, penangkap Cylindrical gauze, dan umpan, dengan
hasil mendapatkan sebanyak 26 genre, 45 spesies, dan 44 subspesies kupu-kupu
yang didapatkan tergolong kedalam delapan famili yaitu Acraeididae, Danaidae,
Hesperiidae, Lycaenidae, Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae, dan Satyridae.
Siti Salmah dan Dahelmi (2013) menulis jurnal mengenai “Jenis-Jenis
Capung (Odonata) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto, Sumatra
Barat”, yang isinya membahas mengenai Kawasan Taman Satwa Kandi Kota
Sawalunto, Sumatra Barat, didapatkan 91 individu capung yang tergolong pada
dua subordo, empat famili, 14 genera dan 15 spesies. Pengkoleksian capung yang
ditangkap pada penelitian ini banyak didapatkan pada daerah sekitar danau dan
daerah sekitar lapangan pacu kuda.
Skripsi yang ditulis oleh Sapto Wulandari (2014) dengan judul “Dampak
Kegiatan Pariwisata Di Pantai Indrayanti Terhadap Perekonomian Masyarakat
Sekitar”, isinya membahas mengenai dampak yang diberikan oleh Pantai
Indrayanti terhadap perekonomian masyarakat sekitar, lebih memfokuskan pada
dampak positif dari segi perekonomian. Masyarakat sekitar yang umumnya
pendapatan dari bertani, setelah ramainya wisatawan di pantai Indrayanti memiliki
kontribusi lain bagi perekonomiannya yang berasal dari pantai Indrayanti, dimana
terdapat 319 pelaku usaha yang sebagian besar berasal dari masyarakat desa
Tepus, dan pada akhirnya telah menyentuh langsung usaha-usaha masyarakat
yang memperkuat pemberdayaan ekonomi rakyat kecil karena telah mampu
menumbuhkan ekonomi skala kecil yang dikelola oleh masyarakat.
Skripsi yang ditulis oleh Sulis Rahmawati (2014) dalam skripsi “Dampak
Erupsi Terhadap Industri Pariwisata di Kawasan Wisata Gunung Kelud
Kabupaten Kediri”, membahas mengenai dampak yang diakibatkan dari adanya
erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada 13 Februari 2014 lalu terhadap kondisi
objek wisata yaitu terjadinya kerusakan fisik pada aksesbilitas, fasilitas, serta pada
daya tarik wisatanya. Jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Kelud sebelum
erupsi mengalami kenaikan rata-rata 30 persen. Setelah terjadinya erupsi pada
tahun 2014, kunjungan wisatawan mengalami penurunan. Dampak erupsi
terhadap perekonomian masyarakat setempat yang bekerja di sektor pariwisata,
rata-rata mengalami penurunan 50 persen. Meskipun Gunung Kelud telah
meletus, dan mengakibatkan banyak fasilitas pariwisata yang hilang, tetapi hal
tersebut tidak menghilangkan daya tarik Gunung Kelud.
Made Sudiarta (2005) menulis jurnal dengan judul
“Dampak Fisik,
Ekonomi, Sosial Budaya Terhadap Pembangunan Pariwisata di Desa Serangan
Denpasar Bali”, membahas mengenai perkembangan dan pembangunan
pariwisata merupakan industri yang dalam kegiatannya menimbulkan dampak
postitif maupun negatif. Secara fisik adanya perubahan bentuk pulau Serangan,
adanya dampak terhadap biota disekitar dan pesisir laut di Desa Serangan.
Terjadinya perubahan ekonomi sejak adanya proyek pengembangan Pulau
Serangan kehidupan masyarakat Desa Serangan semakin maju karena akses
menuju wilayah perkotaan semakin lancar, dampak postif yang dirasakan yaitu
bermunculan cafe-cafe yang saat ini berjumlah 25 cafe, adanya kegiatan
pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan
penyu, dana karcis masuk yang dimasukan ke kas desa, dan kegiatan masyarakat
yang membudayakan rumput laut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
Desa Serangan. Terjadinya beberapa perubahan sosial budaya yang dipengaruhi
adanya pengembangan desa atau Pulau Seranga.
Dari tinjaun pustaka diatas, dinyatakan bahwa penelitian sesuai dengan judul,
yaitu “Dampak Destinasi Wisata Taman Satwa Kandi Terhadap Perekonomian
Masyarakat Lokal Kawasan Pasca Tambang Batubara, Sawahlunto Sumatra
Barat” belum pernah dikerjakan oleh siapapun.
1.6 Landasan Teori
Menurut Yeoti (2008) kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya
membangun dan atau mengelola kawasan dengan luas tertentu memenuhi
kebutuhan pariwisata. Sedangkan kawasan wisata adalah sebagai area yang
dikembangkan dengan penyediaan fasilitas dan pelayanan lengkap untuk
rekreasi/relaksasi, pendalaman suatu pengalaman /kesehatan (Inskeep,1991:77).
Menurut Warpani (2007:79) ekonomi pariwisata yaitu kegiatan pariwisata
yang berkaitan dengan sektor ekonomi yang dapat menjadi penengara (indikator)
perkembangan suatu daerah yang menjadi destinasi wisata dan atau memiliki daya
tarik wisata. Peningkatan pendapatan bruto daerah, pendapatan perkapital
penduduk, perkembangan sektor perniagaan, perkembangan sektor jasa,
merupakam tolak ukur yang dapat dikaji penyebabnya, dan dapat diukur pula
proporsi perenan sektor kepariwisataan didalamnya.
Menurut Lundberg, Stavenga, dan Krishnamoorthy dalam Yoeti (1999:58)
konsep penggandaan yaitu pengeluaran wisatawan tidak hanya mendatangkan
pendapatan baru dalam suatu perekonomian lokal, akan tetapi pendapatan ini terus
beredar pada sektor-sektor yang terlibat secara berlipat ganda. Sehingga uang
yang dibelanjakan wisatawan itu, setelah dibelanjakan tidak berhenti beredar,
akan tetapi, berpindah dari satu tangan ke tangan orang lain atau dari satu
perusahaan
ke
perusahaan
lain
yang
berkaitan
dengan
pariwisata
(Yoeti,2008:249).
Menurut Warpani (2007:95-96) pendapatan langsung adalah pendapatan
dari retribusi masuk objek pariwisata dan pajak tontonan dengan anggapan bahwa
tontonan adalah atraksi pariwisata, maka pendapatan pajak tontonan dianggap
sebagai pendapatan langsung sektor pariwisata. Sedangkan pendapatan tidak
langsung adalah pendapatan yang bersumber dari elemen pendukung kegiatan
pariwisata, seperti yang berasal dari pajak hotel dan restoran.
Menurut Suwena dan Widjatmaja (2010:138) dampak positif pariwisata
terhadap ekonomi yaitu:
a. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata
b. Dibangunnya fasilitas infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan
para wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa
dipergunakan oleh penduduk lokal pula.
c. Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata
uang asing (foreign exchange).
d. Mendorong seseorang untuk berwirausaha atau wirausaha,
Menurut Leiper dalam Pitana (2009:184) dampak positif
perekonomian adalah:
a. Pendapatan dari penukaran valuta asing
b. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri
pariwisata bagi
c. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata
d. Pendapatan pemerintah
e. Penyerapan tenaga kerja, sektor pariwisata tidak dapat berdiri sendiri,
sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja
f. Multiplier Effects, efek ekonomi yang ditimbulkan kegiatan ekonomi
pariwisata terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan suatu wilayah
(daerah, negara) tertentu.
g. Pemanfaatan fasilitas wisata oleh masyarakat lokal
Menurut Mathieson dan Wall Leiper dalam Pitana (2009:184) dampak negatif
pariwisata adalah:
a.
Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
b.
Meningkatkan angka inflansi dan meroketnya harga tanah
c.
Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang
diperlukan dalam pariwisata sehingga diperlukan produk lokal tidak
terserap
d.
Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat,
menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya
e.
Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat.
Ekonomi masyarakat adalah ekonomi yang berdasarkan produksi hasil
aktivitas masyarakat (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa dalam Jurnal Pariwisata, 2011:7). Hasil aktivitas masyarakat disini
terbatas pada produksi hasil aktivitas sehubungan dengan kegiatan pariwisata. Jika
intensitas kegiatan masyarakat dalam suatu masyarakat meningkat, maka
produksinya juga meningkat. Hal ini akan berdampak kepada meningkatnya
keadaan sosial ekonomi masyarakatnya (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Kebumen dan PT Gama Multi Usaha Mandiri, 2011:7).
Menurut Warpani (2007:81) peran masyarakat setempat yaitu harus
menjadi bagian dari kegiatan pariwisata dalam arti luas bukan sekedar menjadi
objek melainkan juga menjadi subjek. Keterlibatan masyarakat setempat tidak
harus berarti terlibat langsung atau masuk ke dalam lingkaran dalam kegaiatan
pariwisata, tetapi bisa berada di lingkungan luar yang tersentuh dampak positif
kepariwisataan. Dengan kata lain, pengaruh ganda pariwisata harus mampu
menyentuh hajat hidup masyarakat setempat, meningkatkan kesahjeteraan pada
umumnya.
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian deskriptif. Metode
penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau
menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar-fenomena yang
diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Kusmadi dan Sugiarto, 2000:29)
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain:
a. Studi Pustaka
Pada teknik ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan sumber dari perpustakaan, jurnal, skripsi, tugas akhir, tesis,
dan browsing mengenai objek wisata yang diteliti, kontribusi dari objek
wisata dan dampak pariwisata bagi perekonomian masyarakat lokal.
b. Observasi Langsung
Pada teknik ini, peneliti melakukan observasi langsung terkait
dengan dampak ekonomi yang ditimbulkan objek wisata Taman Satwa
Kandi terhadap masyarakat lokal kawasan pasca tambang batubara.
Peneliti secara langsung mengamati masyarakat yang terlibat di Taman
Satwa Kandi, serta pengaruh Taman Satwa Kandi terhadap perekonomian
masyarakat
lokal.
Observasi
ini
meliputi
pengamatan
langsung,
pengambilan data serta dokumentasi.
c. Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui tanya jawab lisan dan tatap
muka secara langsung dengan intensif kepada narasumber yang meliputi
karyawan yang bekerja di Taman Satwa Kandi, masyarakat lokal seperti
pengelola jasa penginapan, pedagang disekitar objek Taman Satwa Kandi
yang terdiri dari usaha makanan, parkir, toko souvenir, dan pakan satwa.
Wawancara mengenai Taman Satwa Kandi ditujukan juga kepada dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sawahlunto, serta karyawan di PT
Wahana Wisata Sawahlunto. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai
perorangan narasumber dan wawancara dilakukan dengan metode
wawancara terpimpin yaitu wawancara yang menggunakan panduan
pokok-pokok masalah yang diteliti (Utama dan Mahadewi, 2012:65).
Wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti mencakup mengenai
bagaimana latar belakang berdirinya objek wisata Taman Satwa Kandi,
berapa perolehan pendapatan Taman Satwa Kandi dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2014, berapa penghasilan yang diperoleh karyawan, warung
makan, souvenir, pakan satwa, parkir, homestay, pengrajin, serta seberapa
besar mereka bergantung dengan Taman Satwa Kandi.
Metode Analisis Data
Setelah semua data kegiatan kepariwisataan yang berkaitan dengan
dampak ekonomi masyarakat lokal terkumpul kemudian dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, mengategorikan, mengartikan,
dan menginterprestasikan atau menafsirkan (Utama dan Mahadewi, 2012:145)
Selanjutnya dibuat bagan statisktiknya guna melihat perkembangan
pendapatan dan kontribusi ekonomi masyarakat dari tahun ke tahun. Metode
analisis yang akan digunakan adalah dengan “Statistika Pariwisata Deskriptif”
(Kusmayadi, 2004:18). Melalui statistik ini dapat dilihat perbandingan persentase
antara pendapatan retribusi dan kontribusi terhadap ekonomi masyarakat atas
kegaiatan pariwisata di Taman Satwa Kandi dan dari hasil perhitungan secara
deskriptif dapat memberikan alternatif-alternatif tindakan yang harus diambil oleh
pengambil keputusan.
1.8 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun menjadi empat bab, dengan fokus pembahasan
setiap bab yang berbeda, sehingga setiap bab diharapkan menjadi satu kesatuan
yang utuh. Setiap bab diharapkan dapat menjelaskan secara keseluruhan dari
penelitian yang dilakukan.
Bab I adalah pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang perlunya
dilakukan penelitian di Taman Satwa Kandi, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan teori yang mendasari pembahasan
pada penelitian ini dan metode penelitian.
Bab II adalah gambaran umum kawasan penelitian Taman Satwa Kandi
Sawahlunto. Berisikan sejarah Kota Sawahlunto, profil Kota Sawahlunto,
pariwisata Kota Sawahlunto, gambaran umum Taman Satwa Kandi, dan
manajemen Taman Satwa Kandi.
Bab III adalah untuk mengetahui latar belakang berdirinya objek wisata
Taman Satwa Kandi. Pendapatan objek wisata Taman Satwa Kandi dan pengaruh
terhadap karyawan. Menganalisis dampak objek wisata Taman Satwa Kandi
terhadap perekonomian masyarakat lokal, berapa jumlah karyawan yang bekerja
di Taman Satwa Kandi dan berapa besar pengaruh objek wisata Taman Satwa
Kandi terhadap perekonomiannya. Selanjutnya mengenai pelaku usaha yang ada
di objek wisata Taman Satwa Kandi, berapa pendapatannya dan pengaruhnya
terhadap perekonomiannya. Terakhir menganalisi apakah ada dampak negatif
dari prespektif ekonomi dengan adanya objek wisata Taman Satwa Kandi.
Bab IV yang berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran dari
keseluruhan hasil penelitian. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjelaskan
mengenai dampak pariwisata di Taman Satwa Kandi bagi perekonomi masyarakat
lokal.
Download