BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Pariwisata juga dikatakan mempunyai energi yang luar biasa yang mampu membuat masyarakat setempat bermetamorforse dalam berbagai aspeknya. Pariwisata memberi peluang kepada masyarakat setempat untuk memperoleh berbagai manfaat dengan cara menawarkan barang atau jasa yang lazim pula disebut produk wisata (Suwena dan Widyatmatja, 2010:134). Pembangunan pariwisata pada suatu daerah mampu memberikan dampak pada berbagai dimensi kehidupan masyarakat lokal. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari pembangunan pariwisata yakni pada dimensi kehidupan ekonomi masyarakat, seperti yang tercantum dalam Instruksi Presiden No.9 Tahun 1969 Bab II Pasal 2 yang berbunyi pembangunan pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya. Aspek ekonomis merupakan aspek yang dianggap penting dan mendapat perhatian paling besar dalam sektor pariwisata karena untuk mengadakan perjalanan orang mengeluarkan biaya. Bagi daerah yang dikunjungi wisatawan dapat menerima uang dari wisatawan tersebut melalui orang-orang yang menyediakan angkutan, menyediakan barmacam-macam jasa, atraksi dan sebagainya. Pariwisata dapat digunakan sebagai katalisator pembangunan. Kegiatan pembangunan kepariwisataan, merupakan mata rantai panjang yang dapat menggerakkan bermacam-macam kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu sektor yang digerakkan yaitu sektor ekonomi. Sejumlah besar tenaga kerja terserap ke dalam kegiatan pariwisata sebagai tenaga kerja yang langsung maupun yang bekerja disektor pendukung. Semua ini akan memperluas kesempatan kerja sekaligus menyebarkan pemerataan (Spillane, 1987:60). Demikian halnya dengan Kota Sawahlunto. Sawahlunto sejak zaman Belanda terkenal dengan tambang batubaranya, perlahan-lahan kota ini berkembang menjadi kota wisata di Sumatra Barat. Pariwisata Kota Sawahlunto adalah orientasi untuk menjadikan Kota Sawahlunto sebagai kota wisata karena untuk mengantisipasi secepatnya ketertinggalan Kota Sawahlunto. Ketertinggalan kota ini semenjak menipisnya produksi batubara PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin disebabkan semakin menipisnya deposit batubara yang ada di tambang terbuka (tambang luar). Untuk memproduksi batubara dari “tambang dalam” dibutuhkan teknologi tinggi dan biaya produksi yang mahal. Alasan untuk menjadikan pariwisata Sawahlunto sebagai orientasi masa depan bagi Kota Sawahlunto cukup rasional. Berhentinya kegiatan pertambangan di Kota Sawahlunto, bukanlah akhir dari eksistensi dari Kota Sawahlunto. Namun yang diperlukan adalah inovasi, kreativitas, dan kerja keras. Pariwisata merupakan suatu alternatif keberlanjutan ekonomi Kota Sawahlunto sebagai kota pasca tambang yang dapat dikembangkan. Kota Sawahlunto pasca tambang adalah pengembangan sektor pariwisata berbasis wisata tambang yang mempunyai keunggulan kompetitif. Kegiatan pasca tambang ini dapat menyongkong perekonomian masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, dan dapat memberikan alternatif objek wisata lain yang terdapat di Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto memiliki objek wisata yang beragam baik dari segi objek wisata sejarah dan rekreasi. Objek wisata budaya seperti desa wisata Rantih, objek wisata sejarah seperti Museum Goedang Ransum, Museum Kereta, Kereta Api Wisata, Kereta Api Mak Itam, Lobang Mbah Soero. Tidak hanya wisata sejarah, Kota Sawahlunto juga memilki objek wisata rekreasi antara lain Waterboom, Taman Satwa Kandi dan Bioskop 4 Dimensi. Jumlah kunjungan wisatawan di Kota Sawahlunto Selama tahun 2012 terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 737.012 orang berkunjung ke Kota Sawahlunto sedangkan pada tahun 2012 jumlahnya mencapai 746.141 orang. Tempat wisata di Sawahlunto yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah Taman Satwa Kandi, yang terletak di Kecamatan Talawi yang berada di kawasan pasca tambang batubara, selanjutnya Waterboom yang terletak di Kecamatan Silungkang. Dilihat dari kunjungan wistawan, objek wisata rekreasi lebih diminati wisatawan di Kota Sawahlunto jika dibandingkan dengan objek wisata budaya dan sejarah1. Taman Satwa Kandi merupakan objek wisata yang terletak 10 km dari pusat Kota Sawahlunto di kawasan pasca tambang. Taman Satwa Kandi memiliki jumlah kunjungan wisatawan yang meningkat dibandingkan objek wisata lain di 1 http://sawahluntotourism.com/index.php/About-Us-Tentang-Sawahlunto/kunjunganwisatawan-Kota-Sawahlunto diakses pada tanggal 28 Desember 2015 Sawahlunto, dan dapat memberikan peluang lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar. Objek wisata ini telah ramai dikunjungi oleh wisatawan dan objek wisata yang banyak mempekerjakan masyarakat lokal sebagai karyawan. Hal tersebut menjadi latar belalakang alasan penulis mengambil objek wisata Taman Satwa Kandi sebagai studi kasus dalam penelitian ini. Taman Satwa Kandi merupakan objek wisata yang berada di kawasan pasca tambang batubara dan tingkat kunjungan wisatawan mengalami peningkatan dibandingkan dengan objek wisata lainnya di Sawahlunto yang telah lama berdiri dan berada tidak jauh dari pusat Kota Sawahlunto serta objek wisata yang menampung paling banyak jumlah karyawan. Keberadaan objek wisata Taman Satwa Kandi Sawahlunto dapat memberi peluang lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar objek wisata Taman Satwa Kandi Sawahlunto. Adanya pariwisata diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pasca tambang batubara di Kota Sawahlunto. 1.2 Rumusan Masalah Penulis akan fokus membahas dampak destinasi wisata Taman Satwa Kandi terhadap perekonomian masyarakat lokal. Rumusan permasalahan sebagai berikut: Rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa jumlah perolehan pendapatan Taman Satwa Kandi Sawahlunto? 2. Apa saja dampak ekonomi yang diberikan oleh Taman Satwa Kandi kepada masyarakat lokal? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berkaitan dengan dampak objek wisata Taman Satwa Kandi Sawahlunto terhadap perekonomian masyarakat lokal kawasan pasca tambang batubara, untuk mengetahui anatara lain: 1. Mengetahui jumlah pendapatan Taman Satwa Kandi Sawahlunto 2. Mengetahui dampak ekonomi yang diberikan oleh Taman Satwa Kandi kepada masyarakat lokal 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. 1. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi dan gambaran pendapatan masyarakat lokal kepada pengelola objek Taman Satwa Kandi terhadap dampak perekonomian terhadap masyarakat lokal. b. Bagi penulis agar dapat menerapkan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan. c. Bagi penulis agar menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai dampak yang diberikan suatu objek wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal. d. Begi penulis meningkatkan profesionalisme dibidang penelitian terkait dengan ilmu pariwisata. 2. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengembangan ilmu kepariwisataan. Sumbangan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya yang bergerak dalam bidang pariwisata. 1.5 Tinjauan Pustaka Skripsi yang ditulis oleh Yasmen Chaniogo (2011) dengan judul “Promosi Wisata Taman Satwa Kandi untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan” , isinya berupa bahasan mengenai promosi yang dilakukan oleh Taman Satwa Kandi melalui media sosial, Taman Satwa Kandi memiliki website sebagai media infromasi memuat tulisan dari manager Taman Satwa Kandi, promosi juga dilakukan dengan dilakansakannya event-event di Taman Satwa Kandi, melalui brosur. Promosi yang dilaksanakan oleh Taman Satwa Kandi sudah berhasil berapa tahun belakangan ini, kunjungan wisatawan yang tinggi dibandingkan dengan objek wisata lainnya di Kota Sawahlunto. Penelitian tersebut tidak membahasa mengenai dampak objek wisata Taman Satwa Kandi terhadap perekonomian masyarakat lokal. Karya Ilmiah yang ditulis oleh Husni Mubarok Pulungan (2011) dengan judul “Kupu-kupu (Rhopalocera) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto Sumatra Barat”, membahas mengenai spesies kupu-kupu yang terdapat di kawasan Taman Satwa Kandi. Menggunakan tiga metode penangkapan langsung dengan jala serangga, penangkap Cylindrical gauze, dan umpan, dengan hasil mendapatkan sebanyak 26 genre, 45 spesies, dan 44 subspesies kupu-kupu yang didapatkan tergolong kedalam delapan famili yaitu Acraeididae, Danaidae, Hesperiidae, Lycaenidae, Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae, dan Satyridae. Siti Salmah dan Dahelmi (2013) menulis jurnal mengenai “Jenis-Jenis Capung (Odonata) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto, Sumatra Barat”, yang isinya membahas mengenai Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawalunto, Sumatra Barat, didapatkan 91 individu capung yang tergolong pada dua subordo, empat famili, 14 genera dan 15 spesies. Pengkoleksian capung yang ditangkap pada penelitian ini banyak didapatkan pada daerah sekitar danau dan daerah sekitar lapangan pacu kuda. Skripsi yang ditulis oleh Sapto Wulandari (2014) dengan judul “Dampak Kegiatan Pariwisata Di Pantai Indrayanti Terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar”, isinya membahas mengenai dampak yang diberikan oleh Pantai Indrayanti terhadap perekonomian masyarakat sekitar, lebih memfokuskan pada dampak positif dari segi perekonomian. Masyarakat sekitar yang umumnya pendapatan dari bertani, setelah ramainya wisatawan di pantai Indrayanti memiliki kontribusi lain bagi perekonomiannya yang berasal dari pantai Indrayanti, dimana terdapat 319 pelaku usaha yang sebagian besar berasal dari masyarakat desa Tepus, dan pada akhirnya telah menyentuh langsung usaha-usaha masyarakat yang memperkuat pemberdayaan ekonomi rakyat kecil karena telah mampu menumbuhkan ekonomi skala kecil yang dikelola oleh masyarakat. Skripsi yang ditulis oleh Sulis Rahmawati (2014) dalam skripsi “Dampak Erupsi Terhadap Industri Pariwisata di Kawasan Wisata Gunung Kelud Kabupaten Kediri”, membahas mengenai dampak yang diakibatkan dari adanya erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada 13 Februari 2014 lalu terhadap kondisi objek wisata yaitu terjadinya kerusakan fisik pada aksesbilitas, fasilitas, serta pada daya tarik wisatanya. Jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Kelud sebelum erupsi mengalami kenaikan rata-rata 30 persen. Setelah terjadinya erupsi pada tahun 2014, kunjungan wisatawan mengalami penurunan. Dampak erupsi terhadap perekonomian masyarakat setempat yang bekerja di sektor pariwisata, rata-rata mengalami penurunan 50 persen. Meskipun Gunung Kelud telah meletus, dan mengakibatkan banyak fasilitas pariwisata yang hilang, tetapi hal tersebut tidak menghilangkan daya tarik Gunung Kelud. Made Sudiarta (2005) menulis jurnal dengan judul “Dampak Fisik, Ekonomi, Sosial Budaya Terhadap Pembangunan Pariwisata di Desa Serangan Denpasar Bali”, membahas mengenai perkembangan dan pembangunan pariwisata merupakan industri yang dalam kegiatannya menimbulkan dampak postitif maupun negatif. Secara fisik adanya perubahan bentuk pulau Serangan, adanya dampak terhadap biota disekitar dan pesisir laut di Desa Serangan. Terjadinya perubahan ekonomi sejak adanya proyek pengembangan Pulau Serangan kehidupan masyarakat Desa Serangan semakin maju karena akses menuju wilayah perkotaan semakin lancar, dampak postif yang dirasakan yaitu bermunculan cafe-cafe yang saat ini berjumlah 25 cafe, adanya kegiatan pelestarian penyu yang secara ekonomis menghasilkan penangkaran ratusan penyu, dana karcis masuk yang dimasukan ke kas desa, dan kegiatan masyarakat yang membudayakan rumput laut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Serangan. Terjadinya beberapa perubahan sosial budaya yang dipengaruhi adanya pengembangan desa atau Pulau Seranga. Dari tinjaun pustaka diatas, dinyatakan bahwa penelitian sesuai dengan judul, yaitu “Dampak Destinasi Wisata Taman Satwa Kandi Terhadap Perekonomian Masyarakat Lokal Kawasan Pasca Tambang Batubara, Sawahlunto Sumatra Barat” belum pernah dikerjakan oleh siapapun. 1.6 Landasan Teori Menurut Yeoti (2008) kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun dan atau mengelola kawasan dengan luas tertentu memenuhi kebutuhan pariwisata. Sedangkan kawasan wisata adalah sebagai area yang dikembangkan dengan penyediaan fasilitas dan pelayanan lengkap untuk rekreasi/relaksasi, pendalaman suatu pengalaman /kesehatan (Inskeep,1991:77). Menurut Warpani (2007:79) ekonomi pariwisata yaitu kegiatan pariwisata yang berkaitan dengan sektor ekonomi yang dapat menjadi penengara (indikator) perkembangan suatu daerah yang menjadi destinasi wisata dan atau memiliki daya tarik wisata. Peningkatan pendapatan bruto daerah, pendapatan perkapital penduduk, perkembangan sektor perniagaan, perkembangan sektor jasa, merupakam tolak ukur yang dapat dikaji penyebabnya, dan dapat diukur pula proporsi perenan sektor kepariwisataan didalamnya. Menurut Lundberg, Stavenga, dan Krishnamoorthy dalam Yoeti (1999:58) konsep penggandaan yaitu pengeluaran wisatawan tidak hanya mendatangkan pendapatan baru dalam suatu perekonomian lokal, akan tetapi pendapatan ini terus beredar pada sektor-sektor yang terlibat secara berlipat ganda. Sehingga uang yang dibelanjakan wisatawan itu, setelah dibelanjakan tidak berhenti beredar, akan tetapi, berpindah dari satu tangan ke tangan orang lain atau dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang berkaitan dengan pariwisata (Yoeti,2008:249). Menurut Warpani (2007:95-96) pendapatan langsung adalah pendapatan dari retribusi masuk objek pariwisata dan pajak tontonan dengan anggapan bahwa tontonan adalah atraksi pariwisata, maka pendapatan pajak tontonan dianggap sebagai pendapatan langsung sektor pariwisata. Sedangkan pendapatan tidak langsung adalah pendapatan yang bersumber dari elemen pendukung kegiatan pariwisata, seperti yang berasal dari pajak hotel dan restoran. Menurut Suwena dan Widjatmaja (2010:138) dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yaitu: a. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata b. Dibangunnya fasilitas infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula. c. Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing (foreign exchange). d. Mendorong seseorang untuk berwirausaha atau wirausaha, Menurut Leiper dalam Pitana (2009:184) dampak positif perekonomian adalah: a. Pendapatan dari penukaran valuta asing b. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri pariwisata bagi c. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata d. Pendapatan pemerintah e. Penyerapan tenaga kerja, sektor pariwisata tidak dapat berdiri sendiri, sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja f. Multiplier Effects, efek ekonomi yang ditimbulkan kegiatan ekonomi pariwisata terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan suatu wilayah (daerah, negara) tertentu. g. Pemanfaatan fasilitas wisata oleh masyarakat lokal Menurut Mathieson dan Wall Leiper dalam Pitana (2009:184) dampak negatif pariwisata adalah: a. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata b. Meningkatkan angka inflansi dan meroketnya harga tanah c. Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang diperlukan dalam pariwisata sehingga diperlukan produk lokal tidak terserap d. Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat, menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya e. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat. Ekonomi masyarakat adalah ekonomi yang berdasarkan produksi hasil aktivitas masyarakat (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam Jurnal Pariwisata, 2011:7). Hasil aktivitas masyarakat disini terbatas pada produksi hasil aktivitas sehubungan dengan kegiatan pariwisata. Jika intensitas kegiatan masyarakat dalam suatu masyarakat meningkat, maka produksinya juga meningkat. Hal ini akan berdampak kepada meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakatnya (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen dan PT Gama Multi Usaha Mandiri, 2011:7). Menurut Warpani (2007:81) peran masyarakat setempat yaitu harus menjadi bagian dari kegiatan pariwisata dalam arti luas bukan sekedar menjadi objek melainkan juga menjadi subjek. Keterlibatan masyarakat setempat tidak harus berarti terlibat langsung atau masuk ke dalam lingkaran dalam kegaiatan pariwisata, tetapi bisa berada di lingkungan luar yang tersentuh dampak positif kepariwisataan. Dengan kata lain, pengaruh ganda pariwisata harus mampu menyentuh hajat hidup masyarakat setempat, meningkatkan kesahjeteraan pada umumnya. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar-fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Kusmadi dan Sugiarto, 2000:29) Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain: a. Studi Pustaka Pada teknik ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan sumber dari perpustakaan, jurnal, skripsi, tugas akhir, tesis, dan browsing mengenai objek wisata yang diteliti, kontribusi dari objek wisata dan dampak pariwisata bagi perekonomian masyarakat lokal. b. Observasi Langsung Pada teknik ini, peneliti melakukan observasi langsung terkait dengan dampak ekonomi yang ditimbulkan objek wisata Taman Satwa Kandi terhadap masyarakat lokal kawasan pasca tambang batubara. Peneliti secara langsung mengamati masyarakat yang terlibat di Taman Satwa Kandi, serta pengaruh Taman Satwa Kandi terhadap perekonomian masyarakat lokal. Observasi ini meliputi pengamatan langsung, pengambilan data serta dokumentasi. c. Wawancara Teknik pengumpulan data melalui tanya jawab lisan dan tatap muka secara langsung dengan intensif kepada narasumber yang meliputi karyawan yang bekerja di Taman Satwa Kandi, masyarakat lokal seperti pengelola jasa penginapan, pedagang disekitar objek Taman Satwa Kandi yang terdiri dari usaha makanan, parkir, toko souvenir, dan pakan satwa. Wawancara mengenai Taman Satwa Kandi ditujukan juga kepada dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sawahlunto, serta karyawan di PT Wahana Wisata Sawahlunto. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai perorangan narasumber dan wawancara dilakukan dengan metode wawancara terpimpin yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti (Utama dan Mahadewi, 2012:65). Wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti mencakup mengenai bagaimana latar belakang berdirinya objek wisata Taman Satwa Kandi, berapa perolehan pendapatan Taman Satwa Kandi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014, berapa penghasilan yang diperoleh karyawan, warung makan, souvenir, pakan satwa, parkir, homestay, pengrajin, serta seberapa besar mereka bergantung dengan Taman Satwa Kandi. Metode Analisis Data Setelah semua data kegiatan kepariwisataan yang berkaitan dengan dampak ekonomi masyarakat lokal terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, mengategorikan, mengartikan, dan menginterprestasikan atau menafsirkan (Utama dan Mahadewi, 2012:145) Selanjutnya dibuat bagan statisktiknya guna melihat perkembangan pendapatan dan kontribusi ekonomi masyarakat dari tahun ke tahun. Metode analisis yang akan digunakan adalah dengan “Statistika Pariwisata Deskriptif” (Kusmayadi, 2004:18). Melalui statistik ini dapat dilihat perbandingan persentase antara pendapatan retribusi dan kontribusi terhadap ekonomi masyarakat atas kegaiatan pariwisata di Taman Satwa Kandi dan dari hasil perhitungan secara deskriptif dapat memberikan alternatif-alternatif tindakan yang harus diambil oleh pengambil keputusan. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun menjadi empat bab, dengan fokus pembahasan setiap bab yang berbeda, sehingga setiap bab diharapkan menjadi satu kesatuan yang utuh. Setiap bab diharapkan dapat menjelaskan secara keseluruhan dari penelitian yang dilakukan. Bab I adalah pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang perlunya dilakukan penelitian di Taman Satwa Kandi, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan teori yang mendasari pembahasan pada penelitian ini dan metode penelitian. Bab II adalah gambaran umum kawasan penelitian Taman Satwa Kandi Sawahlunto. Berisikan sejarah Kota Sawahlunto, profil Kota Sawahlunto, pariwisata Kota Sawahlunto, gambaran umum Taman Satwa Kandi, dan manajemen Taman Satwa Kandi. Bab III adalah untuk mengetahui latar belakang berdirinya objek wisata Taman Satwa Kandi. Pendapatan objek wisata Taman Satwa Kandi dan pengaruh terhadap karyawan. Menganalisis dampak objek wisata Taman Satwa Kandi terhadap perekonomian masyarakat lokal, berapa jumlah karyawan yang bekerja di Taman Satwa Kandi dan berapa besar pengaruh objek wisata Taman Satwa Kandi terhadap perekonomiannya. Selanjutnya mengenai pelaku usaha yang ada di objek wisata Taman Satwa Kandi, berapa pendapatannya dan pengaruhnya terhadap perekonomiannya. Terakhir menganalisi apakah ada dampak negatif dari prespektif ekonomi dengan adanya objek wisata Taman Satwa Kandi. Bab IV yang berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran dari keseluruhan hasil penelitian. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjelaskan mengenai dampak pariwisata di Taman Satwa Kandi bagi perekonomi masyarakat lokal.