BAB III LANDASAN TEORI 1.1. Definisi Visi, Misi dan Strategi 1.1.1. Visi (Vision) Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), “Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan”. Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti : 1. Imagible (dapat di bayangkan). 2. Desirable (menarik). 3. Feasible (realities dan dapat dicapai). 4. Focused (jelas). 5. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan). 6. Communicable (mudah dipahami). 1.1.2. Misi (Mission) Misi (mission) adalah apa sebabnya kita ada (why we exist / what we believe we can do). Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004:8), “ Di dalam misi produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus mampu menentukan kebutuhan apa yang dipuasi oleh perusahaan, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut, dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan tersebut dilakukan”. Menurut Drucker (2000:87), “Pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar eksistensi suatu organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama ditingkat unit bisnis menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis perusahaan.” Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggannya (Prasetyo dan Benedicta, 2004:8). 1.1.3. Strategi (Strategy) Dalam menghadapi persaingan di dunia bisnis, setiap perusahaan wajib mempunyai sumber daya manusia yang strategis dan menetapkan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan serta memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki guna mencapai tujuan perusahaan yang diharapkan. Sebelum membentuk sumber daya manusia yang strategis, terlebih dahulu kita harus memahami konsep perencanaan strategis dalam bisnis. Strategi tersebut merupakan serangkaian sasaran organisasi yang kemudian akan mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif. Strategi-strategi yang digunakan berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber daya yang efisien, seperti menjamin bahwa mobilisasi sumber daya akan dapat mencapai hasil yang maksimum. Contohnya : mengembangkan saluran-saluran distribusi, mencari pasar yang memiliki pertumbuhan potensial yang tinggi dan mengurangi struktur biaya organisasi melalui penerapan teknologi modern. Menurut Morrisey (1995:45), “strategi adalah proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh perusahaan agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong yang akan membantu perusahaan dalam menentukan produk, jasa, dan pasarnya dimasa depan”. Dalam menjalankan aktifitas operasional setiap hari di perusahaan, para pemimpin dan manajer puncak selalu merasa bingung dalam memilih dan menentukan strategi yang tepat karena keadaan yang terus menerus berubah. Akibatnya, para pemimpin dan manajer puncak sering melakukan kesalahan yang pastinya berdampak negatif bagi perusahaan. Strategi perusahaan merupakan suatu wilayah kajian yang selalu menarik untuk dicermati. Terdapat dua aliran besar yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan strategi perusahaan yaitu : 1. Strategi-strategi utama (grand strategies) merupakan seperangkat alternatif strategi perusahaan yang secara umum dijadikan patokan dalam menentukan strategi yang akan diambil oleh suatu perusahaan. 2. Strategi-strategi generik (generic strategies) misalnya Porter’s generic strategies Dalam analisanya tentang strategi bersaing (competitive strategy atau sering juga disebut sebagai Porter’s Five Forces) suatu perusahaan, Porter (1985:275) mengintrodusir tiga jenis strategi generik yaitu : keunggulan biaya (cost leadership), pembedaan produk (differentiation) dan focus. (Gambar 2.1) Gambar 1 : The Three Generic Strategies Strategic Advantage 1. Strategi biaya rendah (cost leadership) Strategi biaya rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat murah. Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan. Dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam menentukan harga serta memastikan tingkat keuntungan pasar yang tinggi dan stabil melalui cara-cara yang agresif dalam efisiensi dan keefektifan biaya. Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu : sumber daya (resources) dan organisasi. Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya perusahaan, yaitu : kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses (process engineering), pengawasan yang ketat, mudah diproduksi serta biaya distribusi dan promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi, perusahaan harus memiliki kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik dan insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil) (Umar,1999:55). 2. Strategi pembedaan produk (differentiation) Strategi pembedaan produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk (barang atau jasa) ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut seperti : berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai hal lain yang sulit ditiru lawan. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insentive). Penggunaan strategi differentiation ini secara tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan lama (durable) dan sulit ditiru oleh pesaing. Resiko lainnya adalah jika perbedaan atau keunikan yang ditawarkan produk tersebut ternyata tidak dihargai (dianggap biasa) oleh konsumen. Jika hal ini terjadi, maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi biaya rendah akan sangat mudah merebut pasar. Oleh karenanya, dalam strategi ini kekuatan departemen Penelitian dan Pengembangan sangat berperan. Secara umum, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi ketika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan strategi ini yaitu : dari sisi sumber daya (resources) perusahaan, untuk menerapkan strategi ini dibutuhkan kekuatankekuatan yang tinggi dalam hal pemasaran produk, kreativitas dan bakat, perekayasaan produk (product engineering), riset pasar, reputasi perusahaan, distribusi dan ketrampilan kerja. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu untuk melakukan koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut tenaga yang berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang objektif. (Umar, 1999:55) 3. Strategi fokus (focus) Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup (market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak tertarik untuk bergerak pada bagian tersebut). Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu (niche market), wilayah geografis tertentu atau produk – barang atau jasa – tertentu dengan kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik, excellent delivery. (David, 1998:65) Menurut Anthony, Dearden and Bedford (1990:112), dalam merumuskan strategi harus meliputi : 1. Strategy formulation adalah pemilihan metode jangka panjang untuk bersaingdalam mencapai tujuan perusahaan. 2. Strategy implementation adalah tindakan-tindakan yang perlu diambil untuk menerapkan strategi yang sudah diformulasikan. Tahap awal dalam mendirikan perusahaan, proses perencanaan strategis digunakan untuk memilih tujuan dan strategi kemudian perencanaan strategik ini digunakan juga untuk memilih kebijaksanaan dan program guna merumuskan kembali tujuan serta menyesuaikan strategi yang telah diterapkan oleh perusahaan. 1.2. Analisa SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi SWOT adalah singkatan dari Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) intern perusahaan serta Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dalam lingkungan yang dihadapi perusahaan. Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor ini dan strategi yang menggambarkan kecocokan paling baik di antara mereka. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang sangat besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil. Analisis lingkungan industri; menyajikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan perusahaan, fokus mendasar dalam analisis SWOT. Ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Peluang Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan. b. Ancaman Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan. Memahami peluang-peluang dan ancaman-ancaman utama yang dihadapi perusahaan membantu para manajernya untuk mengidentifikasi pilihan-pilihan strategi yang realistic dan cocok serta menentukan ceruk (niche) yang paling efektif bagi perusahaan. Fokus mendasar kedua dalam analisi SWOT adalah identifikasi kekuatan dan kelemahan intern. c. Kekuatan Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive competence) yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli-pemasok, dan faktor-faktor lain. d. Kelemahan Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan. Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk membantu analisis strategi. Cara paling lazim adalah memanfaatkannya sebagai kerangka acuan logis yang memedomani pembahasan sistematik tentang situasi perusahaan. Sesuatu yang oleh manajer lain sebagai ancaman. Penilaian yang berbeda mungkin mencerminkan pertimbangan kekuasaan dalam perusahaan atau sudut pandang factual yang berbeda. Yang penting adalah bahwa analisis SWOT yang sistematik dapat dilakukan untuk semua aspek situasi perusahaan. Sebagai hasil, analisis ini memberikan kerangka yang dinamik dan bermanfaat untuk analisis strategik. 1.3.Analisa Porter Analisa lima kekuatan porter adalah alat untuk menganalisa perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Analisa ini dilakukan untuk melihat peluang dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga dari analisa ini dapat diketahui strategi apa yang harus dilakukan perusahaan pada saat ini dalam menghadapi pesaingpesaingnya. Menurut porter (Kotler, Th 2004, p248) mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik dari suatu pasar atau segmen pasar. Lima kekuatan tersebut adalah : a. Ancaman persaingan segmen yang ketat Suatu segmen menjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat, dan agresif. Bahkan menjadi semakin tidak menarik bila segmen pasar stabil atau menurun. Kondisi tersebut akan menyebabkan perang harga, perang iklan, dan pengenalan produk baru. b. Ancaman pendatang baru Daya tarik suatu segmen berbeda-beda menurut tingginya penghalang untuk masuk dan keluarnya. Segmen yang paling menarik adalah segmen yang memiliki penghalang untuk masuk yang tinggi, dan penghalang untuk keluar yang rendah. c. Ancaman produk subtitusi Barang subtitusi membatasi harga dan laba yang dapat dihasilkan suatu produk. Perusahaan harus mengamati secara dekat kecenderungan harga produk subtitusi. d. Kekuatan posisi tawar pembeli Segmen pasar menjadi tidak menarik juka pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang tinggi. Pembeli akan memaksa harga diturunkan, meminta lebih banyak mutu dan pelayanan, serta membuat para pesaing saling beradu, yang semuanya menjadi beban profitabilitas penjualan. e. Kekuatan posisi tawar pemasok Pasar menjadi tidak menarik bila disebabkan oleh pemasok yang dapat menaikkan harganya dan menurunkan kuantitas barang yang dipesan semaunya. Pemasok ini cenderung menjadi kuat bila mereka terorganisasi, barang mereka hanya memiliki sedikit barang subtitusi, barang yang dipasok merupakan barang masukan yang penting, biaya untuk pindah pemasok tinggi. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan cara membangun sebuah kerja sama menang-menang dengan pemasok atau memakai berbagai macam sumber pasokan. 1.4. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan. Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user. Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku. Perilaku Konsumen sebagai Sebuah Studi yaitu lebih spesifik lagi bidang pemasaran. Studi tentang perilaku konsumen merupakan integrasi antara berbagai bidang ilmu, yaitu ekonomi, sosiologi, antropologi, dan psikologi. Seiring dengan perkembangan zaman, studi perilaku konsumen ini juga makin berkembang. Studi perilaku konsumen muncul seiring dengan berkembangnya konsep pemasaran, yang merupakan cara pandang pemasar dalam menghadapi konsumen dan pesaingnya, di mana pemasar berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara lebih efektif dari para pesaingnya. Tujuannya adalah memperoleh kepuasan pelanggan. Sehingga ilmu perilaku konsumen dibutuhkan untuk mengidentifikasi apa kebutuhan dan keinginan konsumen dan pelanggan tersebut sehingga pemasar mampu menyusun dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang tepat untuk karakteristik konsumen yang menjadi target pasar. Pemahaman tentang konsumen ini diperoleh pemasar melalui penelitian-penelitian perilaku konsumen sehingga dapat dipertanggung-jawabkan kebenaran informasi yang terima dan digunakan dalam penyusunan strategi pemasaran. Perilaku Konsumen dan Strategi Perilaku konsumen terkait dengan strategi pemasaran, di mana pemasaran harus mampu menyusun kriteria pembentukan segmen konsumen, kemudian melakukan pengelompokan dan menyusun profil dari konsumen tersebut. Kemudian, pemasar memilih salah satu segmen untuk dijadikan pasar sasaran. Dan setelah itu, pemasar menyusun dan mengimplementasikan strategi bauran pemasaran yang tepat untuk segmen tersebut. Studi tentang perilaku konsumen juga tidak terlepas pada masalah riset pemasaran. Riset pemasaran adalah salah satu perangkat dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM), yang melakukan pengumpulan informasi tentang sikap, motivasi, keinginan, dan hal-hal lainnya tentang konsumen. Informasi ini digunakan sebagai dasar bagi pembentukan karakteristik dari segmen konsumen sehingga konsumen dapat dikelompokkan dan diidentifikasikan, dan dapat dibedakan dari segmen lainnya. 1.5.RATER Model RATER model adalah suatu model yang dikembangkan oleh Zeitham et al (1992) yang mendefinisikan lima dimensi utama terhadap sebuah bisnis berbasis jasa. Kelima elemen tersebut adalah • Reliability : Kemampuan untuk menjalankan jasa yang dapat diandalkan dan akurat. • Assurance : Dasar pengetahuan yang dimiliki para staff dan karyawan yang dapat memberikan kepercayaan kepada para pelanggannya. • Tangibles : Kelengkapan prasarana fisik yang menunjang berjalannya jasa di perusahaan tersebut. • Empathy : Rasa emosional dan simpati yang diberikan kepada para pelanggan jasa. • Responsiveness : Kesigapan para staff untuk menangani keluhan dan pertanyaan para konsumen. 1.6. Prahalad Core Competence Core Competence adalah kekuatan inti yang ada pada suatu perusahaan yang sangat penting untuk bisnis mencapai keunggulan kompetitif. Titik awal untuk menganalisis kompetensi inti adalah mengakui bahwa persaingan antara perusahaan adalah sebesar sebuah perlombaan untuk penguasaan kompetensi seperti bagi posisi pasar dan kekuatan pasar. Manajemen senior tidak bisa berfokus pada semua kegiatan bisnis dan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukannya. Jadi, tujuannya adalah untuk manajemen untuk memusatkan perhatian pada kompetensi-kompetensi yang benar-benar mempengaruhi keunggulan kompetitif.