I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kakao merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di daerah beriklim tropis dan berasal dari Amerika Selatan.Tanaman kakao dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu Criollo, Forastero dan Trinitario (Siregar, 2007).Criollo menghasilkan biji kakao bermutu sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia.Forastero menghasilkan biji kakao bermutu sedang dan dikenal dengan ordinary cocoa atau bulk cocoa. Trinitario merupakan hibrida alami dari Criollo dan Forastero sehingga dapat menghasilkan biji kakao yang dapat termasuk fine flavor cocoa atau bulk cocoa (Susanto, 1992). Biji kakao merupakan bahan utama yang di perlukan dalam proses pembuatan cokelat, namun biji tersebut memerlukan proses fermentasi dalam pengolahannya. Selama proses fermentasi, aktivitas mikroba dapat melarutkan pulp yang melingkupi biji dan memproduksi berbagai macam produk akhir metabolisme (alkohol, senyawa organik) yang bercampur dengan biji dan menyebabkan kematian pada biji.Perubahan ini menyebabkan serangkaian reaksi biokimia dalam biji dan menghasilkan prekursorprekursor kimia dari rasa, aroma dan warna cokelat (Thompson et al., 2001). Biji yang kurang terfermentasi akan menghasilkan cokelat dengan rasa pahit, sepat dan berwarna pucat, sedangkan biji yang fermentasinya berlebihan menghasilkan cokelat dengan aroma khas cokelat yang lemah dan berbau tidak enak atau apek (Wood dan Lass, 1985) Pada umumnya fermentasi dimulai oleh mikroba yang secara alami terdapat pada lokasi fermentasi, termasuk khamir, bakteri asam laktat, bakteri asam asetat, Bacillus dan fungi berfilamen (Schwan, 1998).Mikroba ini dapat berasal dari udara, kulit buah, peralatan, tangan petani dan wadah yang digunakan dalam fermentasi (Grimadldi, 1978). Khamir merupakan mikroba yang pertama tumbuh pada proses fermentasi biji kakao, diikuti dengan pertumbuhan bakteri asam laktat dan bakteri asam asetat (Schwan, 1995). Pentingnya proses fermentasi pada biji kakao yang dapat mempengaruhi kualitas rasa, aroma dan warna cokelat telah diketahui selama lebih dari 100 tahun. Penelitian mengenai fermentasi kakao pun telah banyak di lakukan oleh negara-negara yang 1 berbeda untuk menentukan spesies mikroba yang terkait dengan proses fermentasi pada biji kakao (Schwan et al., 1998). Perbedaan komposisi mikroba pada proses fermentasi dapat menyebabkan perbedaan karakteristik pada biji kakao kering dan perbedaan karakteristik rasa cokelat (Camu et al., 2008). Hal ini disebabkan karena perbedaan metabolit yang dikeluarkan oleh mikroba yang berperan dalam proses fermentasi seperti: ester dan pyrazin, yang masuk pada kotiledon biji yang bertindak sebagai prekursor rasa ataupun sebagai senyawa rasa cokelat (Hansen et al., 1998). Polifenol dan alkaloid yang terbentuk berkontribusi terhadap rasa asam dan pahit yang ada pada kakao dan cokelat. Komposisi mikroba yang terlibat dalam proses fermentasi bji kakao dapat diatur sehingga proses fementasi dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan kualitas biji kakao sesuai dengan yang diinginkan. Pengaturan komposisi mikroba dapat dilakukan dengan cara menambahkan mikroba tertentu (inokulum) yang mampu menghasilkan enzim dan senyawa organik yang berperan dalam fermentasi, sehingga biji kakao dapat terfermentasi dengan baik.Inokulum yang diinokulasikan pada proses fermentasi biji kakao berguna untuk menjamin proses fermentasi berjalan dengan baik dan menghasilkan kualitas fermentasi biji kakao yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat khamir dari proses fermentasi biji kakao. Diharapkan isolat khamir dapat dimanfaatkan untuk pengembangan inokulum pada fermentasi biji kakao. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat murni khamir dari proses fermentasi biji kakao. 1.3 Manfaat Penelitian ini berguna untuk mendapatkan isolat murni khamir yang terdapat pada proses fermentasi biji kakao. Isolat khamir ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan inokulum pemfermentasi biji kakao. 2