BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Industri Istilah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Industri
Istilah industri diartikan secra sempit dan luas. Dalam arti sempit
industri merupakan kumpulan perusahaan yang memiliki kesejenisan
dalam produksi yang dihasilkan atau bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi yang digunakan dan proses produksi yang
dilaksanakan. Pengertian industri dalam arti luas diartikan sebagai
kumpulan atau gabungan perusahaan yang memproduksi dengan
aktifitas permintaan silang yang positif tinggi.
Industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang
menghasilkan barang sejenis (Sudarman. 1990). Sedangkan hasil
symposium hukum perindustrian, mendefinisikan industri sebgai satu
rangkaian , kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan,
pengerjaan, pengubahan, dan perbaikan bahan baku atau barang jadi
sehingga lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
Industri rumah tangga adalah pekerjaan yang dilaksanakan di
sebuah rumah atau pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di
rumahnya sendiri dalam hal mana biasanya digunakan alat-alat
sederhana (Hasibuan,1993).
Menurut BPS, industri pengolahan merupakan suatu kegiatan
ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara
10
mekanis, kimia , atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi
atau setengah jadi, dan barang yang nilainya, sifatnya lebih dekat
kepada pemakaian akhir.
2. Pengertian Industri Kecil
Pengertian industri kecil secara mikro adalah kumpulan dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang homogen,
atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang
sangat erat (Hasibuan, 1993). Ada begitu banyak pengertian industri
kecil saat ini, karena masing-masing lembaga atau departemen
mendefinisikan pada kriteria
yang
saling
berbeda. Beberapa
pengertian industri kecil menurut berbagai pihak adalah sebagai
berikut :
a. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perindustrian
Peraturan
Menteri
Perindustrian
menjelaskan
beberapa pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan
menengah yaitu:
1) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan bangunan dan
perekayasaan industri.
2) Perusahaan Industri Kecil yang selanjutnya disebut Industri
Kecil (IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan
usaha di bidang industri dengan nilai investasi paling banyak
11
Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan usaha.
3) Perusahaan industri menengah yang selanjutnya disebut
industri menengah (IM) adalah perusahaan yang melakukan
kegiatan usaha di
bidang
industri
dengan
nilai
investasi lebih besar dari Rp.200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
4) Industri kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan
industri yang terdiri dari industri kecil (IK) dan industri
menengah (IM).
b. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perdagangan
Departemen perdagangan dalam mendefinisikan industri
kecil lebih menitik beratkan pada aspek permodalan, yaitu
industri dengan modal kurang dari Rp. 25.000.000 (Mudrajad
Kuncoro, 2000:310).
c. Pengertian Industri Kecil Menurut Kementrian Koprasi dan UKM
Kementrian Negara Koperasi dan UKM mendefinisikan
UKM adalah sebagai berikut (Mudrajad Kuncoro, 2000:310) :
1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki aset diluar
tanah dan bangunan kurang dari Rp. 200.000.000 (dua ratus
juta
rupiah)
dan
memiliki
omset
kurang
Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah) per tahun.
12
dari
2) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset
lebih dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan
memiliki omset antara 1 milyar rupiah sampai 10 milyar
rupiah per tahun.
3. Pengelompokan industri
a. Menurut BPS
Berdasarkan
jumlah tenaga
kerja
yang bekerja,
industri
dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:
1) Industri besar adalah industri yang memiliki 100 orang
atau lebih pekerja.
2) Industri sedang adalah industri yang memiliki 20 orang
sampai dengan 99 pekerja.
3) Industri kecil adalah industri yang memiliki 5 orang sampai
dengan 19 pekerja
4) Industri kerajinan atau rumah tangga adalah industri yang
memiliki pekerja dibawah 5 orang.
b. Menurut Departemen Perindustrian Indonesia (Arsyad,2001)
1) Industri besar
Industri besar terdiri dari industri mesin dan industri
logam dasar (IMLD) serta industri kimia dasar (IKD).
Kelompok IMLD terdiri dari
industri elektronika, mesin,
pertanian, kereta api, dan lain-lain. Sedangkan kelompok
IKD terdiri dari industri karet alam, industri pengolahan
kayu, industri petisida, dan lain-lain. Tujuan utama dari
13
industri
besar
ini
adalah
kecil
terdiri
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi.
2) Industri Kecil
Industri
pangan,
dari
kelompok
industri
industri sandang, industri kimia dan industri
bangunan, industri galian logam dan bukan
logam. Fungsi
dari industri kecil ini adalah menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan nilai tambah suatu produk.
3) Industri Hilir
Industri hilir terdiri dari kelompok aneka industri seperti,
industri pengolahan sumber daya hutan, industri pengolahan
hasil pertambangan, dan lain-lain.
c. Menurut Eksistensi dinamis
Klasifikasi
industri
berdasarkan
eksistensi
dinamisnya
digolongkan menjadi tiga (Shaleh,1986), antara lain :
1) Industri lokal
Pada umumnya industri ini menggantungkan hidupnya
pada pasar setempat yang jangkauannya sangat terbatas.
Skala usaha pada kelompok industri ini sangat kecil sehingga
lebih bersifat subsisten. Dalam pemasarannya kelompok
industri ini sangat terbatas karena hanya menggunakan
sarana transportasi masih sederhana. Peran pedagang
perantara hampir tidak ada karena pemasarannya dapat
ditangani sendiri.
14
2) Industri Sentra
Industri sentra adalah industri yang skala usahanya
kecil tetapi industri ini mengelompok pada satu kawasan
tertentu. Pada umumnya industri sentra memproduksi barang
yang sejenis. Dalam aspek pemasarannya industri ini lebih
luas daripada industri lokal sehingga peran pedangang
perantara cukup penting.
3) Industri Mandiri
Industri mandiri masih tergolong dalam industri kecil
namun yang menjadi pembedanya
adalah
kemampuan
industri ini dalam mengadaptasi teknologi produksi yang
lebih canggih. Dalam aspek pemasarannya tidak tergantung
pada pedagang perantara.
4. Karakteristik Industri Kecil
Industri kecil pada tahap awal berbentuk industri Rumah Tangga
(Home Industry), tempat tinggal dan tempat kerja menjadi satu.
Semua pekerjaan dari pimpinan, pelaksanaan produksi dan penjualan
dilakukan oleh para anggota keluarga dari satu keluarga. Modal
yang digunakan dalam kegiatan produksi tercampur dengan uang
rumah tangga dalam membiayai kehidupan sehari-hari, untung-rugi
sulit dibedakan karena modal dimana untuk barang yang dikonsumsi
selalu sama.
15
Secara umum industri kecil memiliki karakteristik yang hampir
sama (Kuncoro, 2000) yaitu:
a. Tidak
ada
pembagian
tugas
yang
jelas
antara
bidang
administrasi, pemilik dan pengelola industri, serta memanfaatkan
tenaga kerja dari keluarga dan teman dekatnya.
b. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga
kredit formal, industri kecil sebagian besar menggantungkan
pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau bahkan sumber
lain–lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan
rentenir.
c. Sebagian
besar
industri
kecil
ditandai
dengan
belum
dipunyainya status badan hukum. Menurut catatan BPS (1994),
dan jumlah industri kecil sebanyak 124.990 ternyata 90,6 persen
merupakan perusahaan perseorangan yang tidak berakta notaris;
4,7 persen teergolong perusahaan perseorangan berakta notaris
dan hanya 1,7 persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT,
CV, Firma).
d. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hampir
sepertiga bagian dari sseluruh industri bergerak dibidang
kelompok industri makanan, minuman, tembakau yang kemudian
diikuti oleh kelompok industri bahan galian bukan logam.
Adapun yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas dan
kimia relatif masih sedikit sekali yaitu kurang dari satu persen.
16
5. Produksi
Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu
kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Produksi dalam hal ini mencakup
pengertian
yang
luas yaitu
meliputi semua aktifitas baik penciptaan barang maupun jasa-jasa.
Proses penciptaan ini pada umumnya membutuhkan berbagai jenis
faktor produksi yang dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas
tertentu. Istilah faktor produksi sering pula disebut “korbanan
produksi”, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk
menghasilkan barang-barang produksi (Soekartawi, 1990).
a. Teori Produksi
Teori produksi terdiri dari beberapa analisa mengenai
bagaimana
seharusnya
seorang
pengusaha
teknologi tertentu, mampu mengkombinasikan
macam
faktor
produksi
untuk
dalam
tingkat
berbagai
menghasilkan sejumlah
produk tertentu dengan seefisien mungkin. Jadi, penekanan
proses produksi dalam teori produksi adalah suatu aktivitas
ekonomi yang mengkombinasikan
(input) untuk menghasilkan
berbagai macam masukan
suatu keluaran (output). Dalam
proses produksi ini, barang atau jasa lebih memiliki nilai tambah
atau guna. Hubungan seperti ini terdapat dalam suatu fungsi
produksi dengan output, yang mana hubungan ini menunjukkan
output sebagai fungsi dari input. Fungsi produksi dalam beberapa
17
pembahasan ekonomi produksi banyak diminati dan dianggap
penting karena (Soekartawi, 1990) :
1) Fungsi
produksi
dapat menjelaskan
hubungan
antara
faktor produksi dengan produksi itu sendiri secara langsung
dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
2) Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara
variabel
yang dijelaskan (Q), dengan variabel yang
menjelaskan (X) serta sekaligus mampu
mengetahui
hubungan antar variabel penjelasnya (antara X dengan X
yang lain).
Secara matematis sederhana, fungsi produksi dapat ditulis
sebagai berikut :
Output
=ƒ
Q
= f (X1, X2, X3, ..., Xi),
(input)…………...………………………
Dimana:
Q
= output
Xi
= input yang digunakan dalam proses produksi
i
= 1,2,3,..., n.
Input yang digunakan dalam proses produksi antara lain
adalah modal, tenaga kerja, dummy, dan lain-lain. Dalam ilmu
ekonomi, output dinotasikan dengan Q sedangkan
(faktor
produksi)
yang
digunakan
biasanya
input
(untuk
penyederhanaan) terdiri dari input kapital (K) dan tenaga kerja
(L).
18
Fungsi produksi dibedakan menjadi dua, fungsi produksi
jangka pendek dan fungsi produksi jangka panjang. Pembagian
fungsi produksi ini tidak didasarkan pada lama waktu yang
dipakai dalam satu proses produksi, akan tetapi dilihat dari
macam input yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu yang
memungkinkan apakah suatu input dapat berubah jumlahnya
atau tidak, maka ada dua macam input, yaitu input tetap (fixed)
dan input variabel (variabel input).
Input tetap adalah input
yang jumlahnya dalam jangka pendek tidak dapat diubah,
sedangkan input variabel adalah input yang dapat diubah
jumlahnya (Sudarman,1990). Proses produksi dalam kurun
waktu jangka pendek berlaku bila salah satu faktor produksi atau
lebih bersifat tetap. Dalam kurun waktu ini output dapat diubah
jumlahnya dengan mengubah faktor produksi variabel yang
digunakan, sedang faktor produksi tetap tidak berubah. Jika
produsen ingin menambah produksinya dalam jangka pendek,
dapat dilakukan dengan tingkat skala perusahaan. Dalam kurun
waktu produksi jangka panjang, produsen bebas mengubah
semua faktor produksi. Dengan demikian dalam jangka panjang
tidak ada input tetap, semua faktor produksi bersifat variabhel.
Perubahan tingkat output dapat dilakukan dengan cara mengubah
faktor produksi dalam tingkat kombinasi yang seoptimal
mungkin (Adiningsih,1995).
19
b. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi
produksi
adalah
suatu
pernyataan
yang
menghubungkan kuantitas berbagai input dengan berbagai tingkat
output, dengan teknologi tertentu (Arsyad, 1987). Fungsi
produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel
atau grafik yang menyatakan jumlah (maksimum) komoditi yang
dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input
alternatif, bila menggunakan tehnik produksi terbaru yang tersedia
(Salvatore, 1989).
Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana
variabel yang satu disebut variabel dependen (Y) dan yang
lain variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y
dan X, biasanya dengan cara regresi. Dengan demikian, kaidahkaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian
fungsi Cobb-Douglas.
Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan contoh fungsi
produksi yang homogen yang mempunyai elastisitas substitusi
yang konstan. Fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai
berikut (Arsyad, 1987):
Dimana :
Q
= Output
L
= Tenaga kerja
20
K
= Capital / modal
a dan b = angka positif, dimana b<1
Pencapaian keuntungan maksimum kadang dihadapkan pada
kendala, diantaranya cara mengalokasikan sumberdaya yang ada
untuk menghasilkan output terbesar dengan tingkat keuntungan
yang tinggi. Jika melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan
sebuah fungsi produksi dan fungsi keuntungan. Dalam kondisi
ini, akan dititik beratkan pada fungsi keuntungan karena harga
faktor produksi di pasar tidak dapat dikendalikan oleh pedagang.
c. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas
Fungsi
keuntungan
yang
fungsi
keuntungan
Cobb-Douglas.
Fungsi
digunakan
oleh pengusaha
dalam
menggunakan
keuntungan
ini
dapat
mudah
dipakai
dapat
memaksimalkan keuntungan, pendugaannya relatif mudah, mudah
melakukan manipulasi terhadap analisis dan dapat mengukur
efisiensi pada tingkatan atau pada ciri yang berbeda (Soekartawi,
1990).
Penggunaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dapat dibantu
dengan analisis regresi. Koefisien regresi ini sekaligus merupakan
besaran elastisitas, sedangkan
menunjukkan
tingkat
besaran
besaran
Return
elastisitas
To
Scale
tersebut
(RTS).
Soekartawi (1990) menyatakan bahwa terdapat 3 alternatif
yang bisa terjadi dalam Return To Scale , yaitu
21
1. Constant return to scale, apabila a + b = 1
2. Increasing return to scale, apabila a + b > 1
3. Decreasing return to scale, apabila a + b < 1
Model fungsi keuntungan menurut Lau and Yotopoulus
(1972) adalah karena model ini dinilai memiliki beberapa
kelebihan bila dibandingkan dengan fungsi produksi dan program
linier, diantaranya adalah :
1) Fungsi penawaran output dan fungsi permintaan input dapat
diduga bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi
yang eksplisit.
2) Fungsi keuntungan dapat
digunakan untuk
menelaah
efisiensi teknis, harga, dan ekonomi.
3) Di dalam model fungsi keuntungan, peubah-peubah yang
diamati adalah peubah harga output dan input.
Asumsi-asumsi
yang
digunakan dalam
model
fungsi
keuntungan adalah:
1) Pengusaha
sebagai
unit
analisis
ekonomi
berusaha memaksimumkan keuntungan.
2) Pengusaha sebagai penerima harga (price taker).
3) Fungsi produksi adalah berbentuk concave (cekung) dalam
input- input tidak tetap.
Fungsi
patokan
keuntungan
ini
dapat
digunakan
sebagai
bagi pengusaha tahu dalam upaya untuk memperoleh
keuntungan maksimum dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Jika
22
jumlah input dikurangi atau ditambah, maka keuntungan yang
diperoleh dapat diprediksi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi
pengusaha industri tahu dalam mengambil keputusan-keputusan
dalam usahanya.
Secara bentuk sistematis yang sederhana fungsi keuntungan
dapat ditulis sebagai berikut :
π = TR – TC
Dimana :
a. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari
hasil penjualan hasil outputnya, TR = output x harga jual.
b. TC (Total Cost) Merupakan total biaya yang dihasilkan untuk
produksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel biaya
tetap (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output
yang diproduksi).
c. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR = TC
harus ada selisih yang positif, bila terjadi TR = TC maka
terjadi keuntungan maupun kerugian.
Untuk melihat hubungan antara keuntungan dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya dipergunakan model fungsi keuntungan
Cobb-Douglas. Cara fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini
pertama kali diperkenalkan oleh Lau dan Yotopoulos pada tahun
1971. Fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini banyak digunakan
untuk penelitian berbagai jenis usaha karena :
23
1) Anggapan
bahwa
pengusaha
mempunyai
sifat
memaksimumkan keuntungan baik jangka pendek maupun
panjang.
2) Cara pendugaannya relatif mudah.
3) Memanipulasi terhadap cara analisis mudah dilakukan.
4) Peneliti dapat mengukur tingkatan efisiensi pada tingkatan
atau ciri yang berbeda.
Perkembangan lebih lanjut dari teori yang diperkenalkan
oleh Lau- Yotopoulos tersebut adalah menurunkan fungsi
keuntungan Cobb-Douglas dengan teknik yang dinamakan Unit
Output Price (UOP) Cobb-Douglas Profit Function. Cara ini
mendasarkan diri pada asumsi bahwa pengusaha adalah
memaksimumkan
keuntungan
daripada
memaksimumkan
kepuasan (utilitas) usahanya. UOP-CDFP adalah suatu fungsi
(persamaan) yang melibatkan
harga
produksi
tertentu.
yang
Dinormalkan
harga
faktor
telah dinormalkan
artinya
produksi
dengan
dan
harga
besarnya keuntungan dan
variabel lain dibagi dengan besarnya harga produksi. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut (Soekartawi,1990):
Y= AF (X,Z)
Dimana :
Y = produksi
A = besaran yang menunjukan efisiensi teknik
X = variabel faktor produksi tidak tetap
24
Z = variabel faktor produksi tetap
Persamaan keuntungan yang diuntungkan dari persamaan
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990):
π = ApF (X1,….,Xm ; Z1,….,Zn) -
-
Dimana :
π = besarnya keuntungan
A = besarnya efisiensi teknik
p = harga dari produksi per satuan
cj = harga masukan produksi per satuan
Xj = variabel masukan produksi tidak tetap digunakan
f j = harga masukan produksi tetap per satuan
z j = variabel masukan produksi tetap digunakan,
dimana i = 1, …, n
Untuk memudahkan dalam menganalisa keuntungan CobbDouglas maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut
(Soekartawi, 1990) :
Dimana :
Π*
= keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output
A*
= besaran efisiensi teknik yang telah dinormalkan dengan
harga output
25
βj
= koefisien
variabel
faktor
produksi
yang
telah
dinormalkan dengan harga output
aj
= koefisien faktor produksi tetap yang telah dinormalkan
dengan harga output
cj*
= variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan
harga output
Zj
= variabel faktor produksi tetap yang telah dinormalkan
dengan harga output
Asumsi dalam
Unit-Output-Price Cobb Douglas Profit
Function disamping bahwa pengusaha adalah melakukan tindakan
berorientasi memaksimumkan keuntungan juga berlaku asumsi
laiinya yaitu (Soekartawi, 1990):
1) Fungsi keuntungan adalah menurun bersamaan dengan
bertambahnya jumlah faktor produksi tetap,
2) Masing
–
masing
individu
sampel
memperlakukan
harga input yang bervariasi sedemikian rupa dalam usaha
memaksimumkan keuntungan,
3) Walaupun masing – masing individu pengusaha mempunyai
produksi yang sama
berbeda
kalau
tetapi
ada
fungsi
tersebut
menjadi
perbedaan penggunaan input tetap
yang berbeda jumlahnya.
6. Pengertian Faktor- faktor yang mempengaruhi keuntungan pengusaha
Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo
26
a. Modal
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan
secara langsung atau tidak langsung, dalam kaitannya untuk
menambah output, lebih khusus dikatakan bahwa kapital terdiri
dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produk pada
masa yang akan datang (Irawan dan Suparmoko, 1992).
Salah satu faktor produksi yang tidak kalah pentingnya
adalah modal, sebab didalam suatu usaha masalah modal
mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya
suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat dibagi sebagai
berikut (Suryana, 2001):
1) Modal Tetap : Adalah modal yang memberikan jasa untuk
proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan
tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi.
2) Modal Lancar : Adalah modal memberikan jasa hanya
sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahanbahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha
tersebut.
Berdasarkam
fungsi
kerjanya,
modal
dapat
dibagi
menjadi dua yaitu (Riyanto, 1983) :
1) Modal investasi tetap. Meliputi peralatan yang digunakan
dalam melakukan kegiatan usaha.
27
2) Modal kerja. Digunakan untuk membiayai operasional
sehari- hari, misalnya untuk memberikan porsekot, pembelian
bahan mentah, dan membayar upah tenaga kerja.
b. Upah Tenaga Kerja
Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para
pekerjanya
akan
mempengaruhi
tinggi
rendahnya
tingkat
produktivitas kerja karyawan (Setiadi, 2009). Segala sesuatu yang
dikeluarkan oleh pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan
seseorang dipandang sebagai komponen upah (Payaman, 1985).
Upah adalah penghargaan dari energi karyawan yang
dimanifestasikan sebagai hasil produksi, atau suatu jasa yang
dianggap sama dengan itu, yang berwujud uang, tanpa suatu
jaminan yang pasti dalam tiap-tiap minggu atau bulan (As’ad,
2004). Maka hakekat upah adalah suatu penghargaan dari energi
karyawan yang dimanifestasikan dalam bentuk uang.
Menurut Maier (1965) dalam As’ad (2004) ada empat
sistem upah yang secara umum dapat diklasifikasikan, yakni:
1) Sistem upah menurut banyaknya produksi. Upah menurut
produksi yang diberikan bisa mendorong kepada karyawan
untuk bekerja lebih keras dan meng-upgrade diri untuk
berproduksi lebih banyak.
2) Sistem upah menurut lamanya kerja. Sistem upah ini
sebenarnya telah gagal dalam mengatur adanya perbedaaan
28
individual kemampuan manusia. Contohnya adalah upah
jam-jaman, upah mingguan, dan upah bulanan.
3) Sistem upah menurut senioritas. Sistem upah semacam ini
akan mendorong orang untuk lebih setia dan loyalitas
terhadap perusahaan dan lembaga kerja. Sistem ini sangat
menguntungkan bagi orang-orang yang lanjut usia dan juga
bagi orang-orang muda yang didorong untuk tetap masih
bekerja disuatu perusahaan, hal ini disebabkan adanya
harapan bila sudah lanjut usia akan lebih mendapat
perhatian. Jadi upah tersebut akan memberikan perasaan
aman (security feeling) kepada karyawan yang cukup usia.
4) Sistem upah menurut kebutuhan. Sistem ini memberikan
upah
yang lebih besar kepada mereka yang sudah
berkeluarga. Seandainya semua kebutuhan itu dipenuhi maka
upah itu akan mempersamakan standar hidup semua orang.
Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah tidak mendorong
inisiatif kerja, sehingga sama halnya dengan sistem upah
menurut lamanya kerja dan senioritas. Segi positifnya adalah
akan memberikan perasan aman disebabkan karena nasib
seseorang
menjadi
tanggung
jawab
perusahaan
atau
masyarakat.
c. Biaya bahan baku
Bahan atau bahan mentah merupakan faktor produksi yang
dibutuhkan dalam setiap proses produksi. Menurut Gunawan Adi
29
Saputro dan Marwan Asri (1998), bahan baku atau bahan mentah
yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
1) Bahan mentah langsung (DirectMaterial)
Bahan mentah langsung yaitu semua bahan mentah yang
merupakan
bagian
barang
jadi
yang dihasilkan dan
mempunyai hubungan erat dan sebanding dengan jumlah
barang jadi yang dihasilkan sehingga biaya bahan langsung
merupakan biaya variabel bagi perusahaan.
2) Bahan mentah tidak langsung
Bahan mentah tidak langsung yaitu bahan mentah yang
ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara
langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. (Adi
Gunawan Saputra dan Marwan Asri, 1998).
Bahan baku merupakan unsur terpenting dalam kegiatan
operasional. Penggunaan bahan baku yang dengan biaya terendah
akan meningkatkan kontribusi keuntungan yang lebih besar.
d. Lokasi
Pemilihan
lokasi
yang
baik
merupakan
merupakan
keputusan penting. Pertama, karena tempat merupakan komitmen
sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas
masa depan usaha, apakah lokasi tersebut telah dibeli atau hanya
disewa. Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa
depan. Area yang dipilih haruslah mampu utnuk tumbuh dari segi
30
ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan kelangsungan hidup
usaha. Dan yang terakhir, lingkungan setempat dapat saja berubah
setiap waktu, jika nilai lokasi memburuk, maka lokasi usaha harus
dipindahkan atau ditutup (Lamb,2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha
menurut Manullang, 2001 antara lain :
1. Lingkungan masyarakat
2. Kedekatan dengan pasar atau konsumen
3. Tenaga kerja
4. Kedekatan dengan supplier
5. Kedekatan dengan fasilitas transportasi umum.
Pemilihan lokasi yang tepat akan menentukan keberhasilan
usaha tersebut di masa yang akan dating (Akhmad,1996). Lokasi
yang
strategis
membuat
konsumen
lebih
mudah
dalam
menjangkau dan juga keamanan yang terjamin. Dengan demikian,
maka ada hubungan antara lokasi yang strategis dengan daya tarik
konsumen
untuk
melakukan
(Akhmad,1996).
31
pembelian
suatu
produk
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dikembangkan dari penelitian-penelitian terdahulu yang
terdiri dari skripsi dan jurnal seperti berikut :
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
1.
Peneliti
Devia Setiawati
(2013)
Alat Analisis
Disrkiptif
persentase dan
regresi linier
berganda
2.
Dewi Sahara, Dahya
, dan Amiruddin
Syam
(2004)
Regresi Linier
Berganda
3.
Syarifuddin
Mandaka dan M.
Parulian Hotagaol
(2005)
Regresi linier
berganda
32
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sentra tempe
terbesar di Kabupaten Kendal. Hasil
dari penelitian ini adalah variabel
modal tidak berpengaruh signifikan dan
negative terhadap hasil produksi,
variabel tenaga kerja tidak berpengaruh
signifikan dan positif terhadap hasil
produksi, sedangkan variabel bahan
baku berpengaruh signifikan dan positif
terhadap hasil produksi.
Penelitian ini dilakukan dengan
meneliti para petani Kakao di Sulawesi
Tenggara. Dalam menganalisis
digunakan teknik analisis regresi
berganda fungsi keuntungan CobbDouglas dengan teknik unit output
price Cobb-Douglas profit
function(UOP-CDPF). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
variabel modal, luas areal, harga
pupuk, harga pestisida dan upah tenaga
kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keuntungan.
Penelitian ini menggunakan teknik
analisis regresi berganda fungsi
keuntungan Cobb-Douglas dengan
teknik unit output price Cobb- Douglas
profit function (UOP-CDPF). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua
variable bebas yaitu harga konsentrat,
harga hijauan, upah tenaga kerja, harga
atau nilai perlengkapan kandang untuk
pemeliharaan, harga obat-obatan,
jumlah induk produkstif, pengalaman
beternak dan dummy skala usaha
secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap keuntungan usaha
ternak pada tingkat kepercayaan 99
persen.
No.
4.
Peneliti
Cheni
(2015)
Alat Analisis
Regresi linier
berganda
Hasil Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan teori
keuntungan Fungsi Produksi Cobb
Douglas dengan teknik output price
cobb- douglas profit function (UOPCDPF). Hasil dari penelitian ini adalah
usia tenaga kerja berpengaruh negative
terhadap produktivitas tenaga kerja
industri tahu, upah tenaga kerja
berpengaruh positif terhadap
produkstivitas industri tahu,
pendidikan tidak berpengaruh terhadap
produktivitas tenaga kerja industri
tahu, dan pengalaman usaha tidak
berpengaruh terhadap produktivitas
tenaga kerja industri tahudi
Kecamatan Jeberes Kota Surakarata.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. Kerangka pemikiran
ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam perumusan
masalah. Kerangka pemikiran ini merupakan dari suatu penelitian yang
menuju pada suatu tujuan, yaitu memecah suatu masalah yang akan
diteliti.
Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang membahas
tentang faktor yang mempengaruhi hasil produksi Tempe di Kabupaten
Kendal dengan variabel modal, tenaga kerja, dan bahan baku. Kemudian
pada penelitian lain terdapat penelitian yang membahas tentang tingkat
produktivitas tenaga kerja di Industri Tahu di Surakarta dengan variabel
usia, upah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat digunakan pengukuran
33
tingkat keuntungan Industri Tahu dengan variabel modal, upah tenaga
kerja, biaya bahan baku dan lokasi usaha untuk mengetahui seberapa besar
faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap keuntungan Industri Tahu.
Dibawah ini digambarkan secara ringkas bentuk kerangka pemikiran
yang melandasi penelitian yang akan dilakukan.
MODAL
UPAH
TENAGA
KERJA
KEUNTUNGAN
BIAYA
BAHAN
BAKU
LOKASI
USAHA
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas diasumsikan bahwa variable
modal, upah tenaga kerja, biaya bahan baku dan lokasi usaha secara parsial
maupun bersama-sama akan berpengaruh secara signifikan terhadap
meningkatnya keuntungan dari Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo.
34
D. Hipotesis
Hipotesa merupakan suatu jawaban sementara terhadap pertanyaan
yang diuji kebenarannya. Berdasarkan uraian di atas dan studi yang pernah
dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa hipotesa seperti berikut :
1. Diduga bahwa faktor modal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo.
2. Diduga bahwa faktor upah tenaga kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten
Sukoharjo.
3. Diduga bahwa faktor biaya bahan baku berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten
Sukoharjo.
4. Diduga bahwa faktor lokasi usaha berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo.
5. Diduga variabel modal, upah tenaga kerja, biaya bahan baku dan
lokasi usaha secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
keuntungan industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo.
35
Download