BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Industri Istilah industri diartikan secra sempit dan luas. Dalam arti sempit industri merupakan kumpulan perusahaan yang memiliki kesejenisan dalam produksi yang dihasilkan atau bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang digunakan dan proses produksi yang dilaksanakan. Pengertian industri dalam arti luas diartikan sebagai kumpulan atau gabungan perusahaan yang memproduksi dengan aktifitas permintaan silang yang positif tinggi. Industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang menghasilkan barang sejenis (Sudarman. 1990). Sedangkan hasil symposium hukum perindustrian, mendefinisikan industri sebgai satu rangkaian , kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pengubahan, dan perbaikan bahan baku atau barang jadi sehingga lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Industri rumah tangga adalah pekerjaan yang dilaksanakan di sebuah rumah atau pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di rumahnya sendiri dalam hal mana biasanya digunakan alat-alat sederhana (Hasibuan,1993). Menurut BPS, industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara 10 mekanis, kimia , atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, dan barang yang nilainya, sifatnya lebih dekat kepada pemakaian akhir. 2. Pengertian Industri Kecil Pengertian industri kecil secara mikro adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat (Hasibuan, 1993). Ada begitu banyak pengertian industri kecil saat ini, karena masing-masing lembaga atau departemen mendefinisikan pada kriteria yang saling berbeda. Beberapa pengertian industri kecil menurut berbagai pihak adalah sebagai berikut : a. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perindustrian Peraturan Menteri Perindustrian menjelaskan beberapa pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah yaitu: 1) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan bangunan dan perekayasaan industri. 2) Perusahaan Industri Kecil yang selanjutnya disebut Industri Kecil (IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi paling banyak 11 Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha. 3) Perusahaan industri menengah yang selanjutnya disebut industri menengah (IM) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 4) Industri kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan industri yang terdiri dari industri kecil (IK) dan industri menengah (IM). b. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perdagangan Departemen perdagangan dalam mendefinisikan industri kecil lebih menitik beratkan pada aspek permodalan, yaitu industri dengan modal kurang dari Rp. 25.000.000 (Mudrajad Kuncoro, 2000:310). c. Pengertian Industri Kecil Menurut Kementrian Koprasi dan UKM Kementrian Negara Koperasi dan UKM mendefinisikan UKM adalah sebagai berikut (Mudrajad Kuncoro, 2000:310) : 1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki aset diluar tanah dan bangunan kurang dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan memiliki omset kurang Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah) per tahun. 12 dari 2) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset lebih dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan memiliki omset antara 1 milyar rupiah sampai 10 milyar rupiah per tahun. 3. Pengelompokan industri a. Menurut BPS Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja, industri dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu: 1) Industri besar adalah industri yang memiliki 100 orang atau lebih pekerja. 2) Industri sedang adalah industri yang memiliki 20 orang sampai dengan 99 pekerja. 3) Industri kecil adalah industri yang memiliki 5 orang sampai dengan 19 pekerja 4) Industri kerajinan atau rumah tangga adalah industri yang memiliki pekerja dibawah 5 orang. b. Menurut Departemen Perindustrian Indonesia (Arsyad,2001) 1) Industri besar Industri besar terdiri dari industri mesin dan industri logam dasar (IMLD) serta industri kimia dasar (IKD). Kelompok IMLD terdiri dari industri elektronika, mesin, pertanian, kereta api, dan lain-lain. Sedangkan kelompok IKD terdiri dari industri karet alam, industri pengolahan kayu, industri petisida, dan lain-lain. Tujuan utama dari 13 industri besar ini adalah kecil terdiri meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2) Industri Kecil Industri pangan, dari kelompok industri industri sandang, industri kimia dan industri bangunan, industri galian logam dan bukan logam. Fungsi dari industri kecil ini adalah menyerap tenaga kerja dan meningkatkan nilai tambah suatu produk. 3) Industri Hilir Industri hilir terdiri dari kelompok aneka industri seperti, industri pengolahan sumber daya hutan, industri pengolahan hasil pertambangan, dan lain-lain. c. Menurut Eksistensi dinamis Klasifikasi industri berdasarkan eksistensi dinamisnya digolongkan menjadi tiga (Shaleh,1986), antara lain : 1) Industri lokal Pada umumnya industri ini menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang jangkauannya sangat terbatas. Skala usaha pada kelompok industri ini sangat kecil sehingga lebih bersifat subsisten. Dalam pemasarannya kelompok industri ini sangat terbatas karena hanya menggunakan sarana transportasi masih sederhana. Peran pedagang perantara hampir tidak ada karena pemasarannya dapat ditangani sendiri. 14 2) Industri Sentra Industri sentra adalah industri yang skala usahanya kecil tetapi industri ini mengelompok pada satu kawasan tertentu. Pada umumnya industri sentra memproduksi barang yang sejenis. Dalam aspek pemasarannya industri ini lebih luas daripada industri lokal sehingga peran pedangang perantara cukup penting. 3) Industri Mandiri Industri mandiri masih tergolong dalam industri kecil namun yang menjadi pembedanya adalah kemampuan industri ini dalam mengadaptasi teknologi produksi yang lebih canggih. Dalam aspek pemasarannya tidak tergantung pada pedagang perantara. 4. Karakteristik Industri Kecil Industri kecil pada tahap awal berbentuk industri Rumah Tangga (Home Industry), tempat tinggal dan tempat kerja menjadi satu. Semua pekerjaan dari pimpinan, pelaksanaan produksi dan penjualan dilakukan oleh para anggota keluarga dari satu keluarga. Modal yang digunakan dalam kegiatan produksi tercampur dengan uang rumah tangga dalam membiayai kehidupan sehari-hari, untung-rugi sulit dibedakan karena modal dimana untuk barang yang dikonsumsi selalu sama. 15 Secara umum industri kecil memiliki karakteristik yang hampir sama (Kuncoro, 2000) yaitu: a. Tidak ada pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi, pemilik dan pengelola industri, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan teman dekatnya. b. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal, industri kecil sebagian besar menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau bahkan sumber lain–lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. c. Sebagian besar industri kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Menurut catatan BPS (1994), dan jumlah industri kecil sebanyak 124.990 ternyata 90,6 persen merupakan perusahaan perseorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen teergolong perusahaan perseorangan berakta notaris dan hanya 1,7 persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT, CV, Firma). d. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari sseluruh industri bergerak dibidang kelompok industri makanan, minuman, tembakau yang kemudian diikuti oleh kelompok industri bahan galian bukan logam. Adapun yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas dan kimia relatif masih sedikit sekali yaitu kurang dari satu persen. 16 5. Produksi Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini mencakup pengertian yang luas yaitu meliputi semua aktifitas baik penciptaan barang maupun jasa-jasa. Proses penciptaan ini pada umumnya membutuhkan berbagai jenis faktor produksi yang dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas tertentu. Istilah faktor produksi sering pula disebut “korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan barang-barang produksi (Soekartawi, 1990). a. Teori Produksi Teori produksi terdiri dari beberapa analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha teknologi tertentu, mampu mengkombinasikan macam faktor produksi untuk dalam tingkat berbagai menghasilkan sejumlah produk tertentu dengan seefisien mungkin. Jadi, penekanan proses produksi dalam teori produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang mengkombinasikan (input) untuk menghasilkan berbagai macam masukan suatu keluaran (output). Dalam proses produksi ini, barang atau jasa lebih memiliki nilai tambah atau guna. Hubungan seperti ini terdapat dalam suatu fungsi produksi dengan output, yang mana hubungan ini menunjukkan output sebagai fungsi dari input. Fungsi produksi dalam beberapa 17 pembahasan ekonomi produksi banyak diminati dan dianggap penting karena (Soekartawi, 1990) : 1) Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi dengan produksi itu sendiri secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. 2) Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (Q), dengan variabel yang menjelaskan (X) serta sekaligus mampu mengetahui hubungan antar variabel penjelasnya (antara X dengan X yang lain). Secara matematis sederhana, fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut : Output =ƒ Q = f (X1, X2, X3, ..., Xi), (input)…………...……………………… Dimana: Q = output Xi = input yang digunakan dalam proses produksi i = 1,2,3,..., n. Input yang digunakan dalam proses produksi antara lain adalah modal, tenaga kerja, dummy, dan lain-lain. Dalam ilmu ekonomi, output dinotasikan dengan Q sedangkan (faktor produksi) yang digunakan biasanya input (untuk penyederhanaan) terdiri dari input kapital (K) dan tenaga kerja (L). 18 Fungsi produksi dibedakan menjadi dua, fungsi produksi jangka pendek dan fungsi produksi jangka panjang. Pembagian fungsi produksi ini tidak didasarkan pada lama waktu yang dipakai dalam satu proses produksi, akan tetapi dilihat dari macam input yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu yang memungkinkan apakah suatu input dapat berubah jumlahnya atau tidak, maka ada dua macam input, yaitu input tetap (fixed) dan input variabel (variabel input). Input tetap adalah input yang jumlahnya dalam jangka pendek tidak dapat diubah, sedangkan input variabel adalah input yang dapat diubah jumlahnya (Sudarman,1990). Proses produksi dalam kurun waktu jangka pendek berlaku bila salah satu faktor produksi atau lebih bersifat tetap. Dalam kurun waktu ini output dapat diubah jumlahnya dengan mengubah faktor produksi variabel yang digunakan, sedang faktor produksi tetap tidak berubah. Jika produsen ingin menambah produksinya dalam jangka pendek, dapat dilakukan dengan tingkat skala perusahaan. Dalam kurun waktu produksi jangka panjang, produsen bebas mengubah semua faktor produksi. Dengan demikian dalam jangka panjang tidak ada input tetap, semua faktor produksi bersifat variabhel. Perubahan tingkat output dapat dilakukan dengan cara mengubah faktor produksi dalam tingkat kombinasi yang seoptimal mungkin (Adiningsih,1995). 19 b. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Fungsi produksi adalah suatu pernyataan yang menghubungkan kuantitas berbagai input dengan berbagai tingkat output, dengan teknologi tertentu (Arsyad, 1987). Fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menyatakan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan tehnik produksi terbaru yang tersedia (Salvatore, 1989). Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel yang satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lain variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X, biasanya dengan cara regresi. Dengan demikian, kaidahkaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan contoh fungsi produksi yang homogen yang mempunyai elastisitas substitusi yang konstan. Fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1987): Dimana : Q = Output L = Tenaga kerja 20 K = Capital / modal a dan b = angka positif, dimana b<1 Pencapaian keuntungan maksimum kadang dihadapkan pada kendala, diantaranya cara mengalokasikan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan output terbesar dengan tingkat keuntungan yang tinggi. Jika melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan sebuah fungsi produksi dan fungsi keuntungan. Dalam kondisi ini, akan dititik beratkan pada fungsi keuntungan karena harga faktor produksi di pasar tidak dapat dikendalikan oleh pedagang. c. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas Fungsi keuntungan yang fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Fungsi digunakan oleh pengusaha dalam menggunakan keuntungan ini dapat mudah dipakai dapat memaksimalkan keuntungan, pendugaannya relatif mudah, mudah melakukan manipulasi terhadap analisis dan dapat mengukur efisiensi pada tingkatan atau pada ciri yang berbeda (Soekartawi, 1990). Penggunaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dapat dibantu dengan analisis regresi. Koefisien regresi ini sekaligus merupakan besaran elastisitas, sedangkan menunjukkan tingkat besaran besaran Return elastisitas To Scale tersebut (RTS). Soekartawi (1990) menyatakan bahwa terdapat 3 alternatif yang bisa terjadi dalam Return To Scale , yaitu 21 1. Constant return to scale, apabila a + b = 1 2. Increasing return to scale, apabila a + b > 1 3. Decreasing return to scale, apabila a + b < 1 Model fungsi keuntungan menurut Lau and Yotopoulus (1972) adalah karena model ini dinilai memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan fungsi produksi dan program linier, diantaranya adalah : 1) Fungsi penawaran output dan fungsi permintaan input dapat diduga bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit. 2) Fungsi keuntungan dapat digunakan untuk menelaah efisiensi teknis, harga, dan ekonomi. 3) Di dalam model fungsi keuntungan, peubah-peubah yang diamati adalah peubah harga output dan input. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model fungsi keuntungan adalah: 1) Pengusaha sebagai unit analisis ekonomi berusaha memaksimumkan keuntungan. 2) Pengusaha sebagai penerima harga (price taker). 3) Fungsi produksi adalah berbentuk concave (cekung) dalam input- input tidak tetap. Fungsi patokan keuntungan ini dapat digunakan sebagai bagi pengusaha tahu dalam upaya untuk memperoleh keuntungan maksimum dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Jika 22 jumlah input dikurangi atau ditambah, maka keuntungan yang diperoleh dapat diprediksi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi pengusaha industri tahu dalam mengambil keputusan-keputusan dalam usahanya. Secara bentuk sistematis yang sederhana fungsi keuntungan dapat ditulis sebagai berikut : π = TR – TC Dimana : a. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan hasil outputnya, TR = output x harga jual. b. TC (Total Cost) Merupakan total biaya yang dihasilkan untuk produksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel biaya tetap (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output yang diproduksi). c. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR = TC harus ada selisih yang positif, bila terjadi TR = TC maka terjadi keuntungan maupun kerugian. Untuk melihat hubungan antara keuntungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dipergunakan model fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Cara fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini pertama kali diperkenalkan oleh Lau dan Yotopoulos pada tahun 1971. Fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini banyak digunakan untuk penelitian berbagai jenis usaha karena : 23 1) Anggapan bahwa pengusaha mempunyai sifat memaksimumkan keuntungan baik jangka pendek maupun panjang. 2) Cara pendugaannya relatif mudah. 3) Memanipulasi terhadap cara analisis mudah dilakukan. 4) Peneliti dapat mengukur tingkatan efisiensi pada tingkatan atau ciri yang berbeda. Perkembangan lebih lanjut dari teori yang diperkenalkan oleh Lau- Yotopoulos tersebut adalah menurunkan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dengan teknik yang dinamakan Unit Output Price (UOP) Cobb-Douglas Profit Function. Cara ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa pengusaha adalah memaksimumkan keuntungan daripada memaksimumkan kepuasan (utilitas) usahanya. UOP-CDFP adalah suatu fungsi (persamaan) yang melibatkan harga produksi tertentu. yang Dinormalkan harga faktor telah dinormalkan artinya produksi dengan dan harga besarnya keuntungan dan variabel lain dibagi dengan besarnya harga produksi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut (Soekartawi,1990): Y= AF (X,Z) Dimana : Y = produksi A = besaran yang menunjukan efisiensi teknik X = variabel faktor produksi tidak tetap 24 Z = variabel faktor produksi tetap Persamaan keuntungan yang diuntungkan dari persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990): π = ApF (X1,….,Xm ; Z1,….,Zn) - - Dimana : π = besarnya keuntungan A = besarnya efisiensi teknik p = harga dari produksi per satuan cj = harga masukan produksi per satuan Xj = variabel masukan produksi tidak tetap digunakan f j = harga masukan produksi tetap per satuan z j = variabel masukan produksi tetap digunakan, dimana i = 1, …, n Untuk memudahkan dalam menganalisa keuntungan CobbDouglas maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990) : Dimana : Π* = keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output A* = besaran efisiensi teknik yang telah dinormalkan dengan harga output 25 βj = koefisien variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output aj = koefisien faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga output cj* = variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output Zj = variabel faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga output Asumsi dalam Unit-Output-Price Cobb Douglas Profit Function disamping bahwa pengusaha adalah melakukan tindakan berorientasi memaksimumkan keuntungan juga berlaku asumsi laiinya yaitu (Soekartawi, 1990): 1) Fungsi keuntungan adalah menurun bersamaan dengan bertambahnya jumlah faktor produksi tetap, 2) Masing – masing individu sampel memperlakukan harga input yang bervariasi sedemikian rupa dalam usaha memaksimumkan keuntungan, 3) Walaupun masing – masing individu pengusaha mempunyai produksi yang sama berbeda kalau tetapi ada fungsi tersebut menjadi perbedaan penggunaan input tetap yang berbeda jumlahnya. 6. Pengertian Faktor- faktor yang mempengaruhi keuntungan pengusaha Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo 26 a. Modal Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan secara langsung atau tidak langsung, dalam kaitannya untuk menambah output, lebih khusus dikatakan bahwa kapital terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produk pada masa yang akan datang (Irawan dan Suparmoko, 1992). Salah satu faktor produksi yang tidak kalah pentingnya adalah modal, sebab didalam suatu usaha masalah modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut (Suryana, 2001): 1) Modal Tetap : Adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. 2) Modal Lancar : Adalah modal memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahanbahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut. Berdasarkam fungsi kerjanya, modal dapat dibagi menjadi dua yaitu (Riyanto, 1983) : 1) Modal investasi tetap. Meliputi peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan usaha. 27 2) Modal kerja. Digunakan untuk membiayai operasional sehari- hari, misalnya untuk memberikan porsekot, pembelian bahan mentah, dan membayar upah tenaga kerja. b. Upah Tenaga Kerja Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan (Setiadi, 2009). Segala sesuatu yang dikeluarkan oleh pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan seseorang dipandang sebagai komponen upah (Payaman, 1985). Upah adalah penghargaan dari energi karyawan yang dimanifestasikan sebagai hasil produksi, atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, yang berwujud uang, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam tiap-tiap minggu atau bulan (As’ad, 2004). Maka hakekat upah adalah suatu penghargaan dari energi karyawan yang dimanifestasikan dalam bentuk uang. Menurut Maier (1965) dalam As’ad (2004) ada empat sistem upah yang secara umum dapat diklasifikasikan, yakni: 1) Sistem upah menurut banyaknya produksi. Upah menurut produksi yang diberikan bisa mendorong kepada karyawan untuk bekerja lebih keras dan meng-upgrade diri untuk berproduksi lebih banyak. 2) Sistem upah menurut lamanya kerja. Sistem upah ini sebenarnya telah gagal dalam mengatur adanya perbedaaan 28 individual kemampuan manusia. Contohnya adalah upah jam-jaman, upah mingguan, dan upah bulanan. 3) Sistem upah menurut senioritas. Sistem upah semacam ini akan mendorong orang untuk lebih setia dan loyalitas terhadap perusahaan dan lembaga kerja. Sistem ini sangat menguntungkan bagi orang-orang yang lanjut usia dan juga bagi orang-orang muda yang didorong untuk tetap masih bekerja disuatu perusahaan, hal ini disebabkan adanya harapan bila sudah lanjut usia akan lebih mendapat perhatian. Jadi upah tersebut akan memberikan perasaan aman (security feeling) kepada karyawan yang cukup usia. 4) Sistem upah menurut kebutuhan. Sistem ini memberikan upah yang lebih besar kepada mereka yang sudah berkeluarga. Seandainya semua kebutuhan itu dipenuhi maka upah itu akan mempersamakan standar hidup semua orang. Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah tidak mendorong inisiatif kerja, sehingga sama halnya dengan sistem upah menurut lamanya kerja dan senioritas. Segi positifnya adalah akan memberikan perasan aman disebabkan karena nasib seseorang menjadi tanggung jawab perusahaan atau masyarakat. c. Biaya bahan baku Bahan atau bahan mentah merupakan faktor produksi yang dibutuhkan dalam setiap proses produksi. Menurut Gunawan Adi 29 Saputro dan Marwan Asri (1998), bahan baku atau bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1) Bahan mentah langsung (DirectMaterial) Bahan mentah langsung yaitu semua bahan mentah yang merupakan bagian barang jadi yang dihasilkan dan mempunyai hubungan erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan sehingga biaya bahan langsung merupakan biaya variabel bagi perusahaan. 2) Bahan mentah tidak langsung Bahan mentah tidak langsung yaitu bahan mentah yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. (Adi Gunawan Saputra dan Marwan Asri, 1998). Bahan baku merupakan unsur terpenting dalam kegiatan operasional. Penggunaan bahan baku yang dengan biaya terendah akan meningkatkan kontribusi keuntungan yang lebih besar. d. Lokasi Pemilihan lokasi yang baik merupakan merupakan keputusan penting. Pertama, karena tempat merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan usaha, apakah lokasi tersebut telah dibeli atau hanya disewa. Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area yang dipilih haruslah mampu utnuk tumbuh dari segi 30 ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan kelangsungan hidup usaha. Dan yang terakhir, lingkungan setempat dapat saja berubah setiap waktu, jika nilai lokasi memburuk, maka lokasi usaha harus dipindahkan atau ditutup (Lamb,2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha menurut Manullang, 2001 antara lain : 1. Lingkungan masyarakat 2. Kedekatan dengan pasar atau konsumen 3. Tenaga kerja 4. Kedekatan dengan supplier 5. Kedekatan dengan fasilitas transportasi umum. Pemilihan lokasi yang tepat akan menentukan keberhasilan usaha tersebut di masa yang akan dating (Akhmad,1996). Lokasi yang strategis membuat konsumen lebih mudah dalam menjangkau dan juga keamanan yang terjamin. Dengan demikian, maka ada hubungan antara lokasi yang strategis dengan daya tarik konsumen untuk melakukan (Akhmad,1996). 31 pembelian suatu produk B. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dikembangkan dari penelitian-penelitian terdahulu yang terdiri dari skripsi dan jurnal seperti berikut : Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. 1. Peneliti Devia Setiawati (2013) Alat Analisis Disrkiptif persentase dan regresi linier berganda 2. Dewi Sahara, Dahya , dan Amiruddin Syam (2004) Regresi Linier Berganda 3. Syarifuddin Mandaka dan M. Parulian Hotagaol (2005) Regresi linier berganda 32 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di sentra tempe terbesar di Kabupaten Kendal. Hasil dari penelitian ini adalah variabel modal tidak berpengaruh signifikan dan negative terhadap hasil produksi, variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap hasil produksi, sedangkan variabel bahan baku berpengaruh signifikan dan positif terhadap hasil produksi. Penelitian ini dilakukan dengan meneliti para petani Kakao di Sulawesi Tenggara. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda fungsi keuntungan CobbDouglas dengan teknik unit output price Cobb-Douglas profit function(UOP-CDPF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal, luas areal, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda fungsi keuntungan Cobb-Douglas dengan teknik unit output price Cobb- Douglas profit function (UOP-CDPF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variable bebas yaitu harga konsentrat, harga hijauan, upah tenaga kerja, harga atau nilai perlengkapan kandang untuk pemeliharaan, harga obat-obatan, jumlah induk produkstif, pengalaman beternak dan dummy skala usaha secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keuntungan usaha ternak pada tingkat kepercayaan 99 persen. No. 4. Peneliti Cheni (2015) Alat Analisis Regresi linier berganda Hasil Penelitian Pada penelitian ini menggunakan teori keuntungan Fungsi Produksi Cobb Douglas dengan teknik output price cobb- douglas profit function (UOPCDPF). Hasil dari penelitian ini adalah usia tenaga kerja berpengaruh negative terhadap produktivitas tenaga kerja industri tahu, upah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produkstivitas industri tahu, pendidikan tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri tahu, dan pengalaman usaha tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri tahudi Kecamatan Jeberes Kota Surakarata. C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. Kerangka pemikiran ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah. Kerangka pemikiran ini merupakan dari suatu penelitian yang menuju pada suatu tujuan, yaitu memecah suatu masalah yang akan diteliti. Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang membahas tentang faktor yang mempengaruhi hasil produksi Tempe di Kabupaten Kendal dengan variabel modal, tenaga kerja, dan bahan baku. Kemudian pada penelitian lain terdapat penelitian yang membahas tentang tingkat produktivitas tenaga kerja di Industri Tahu di Surakarta dengan variabel usia, upah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat digunakan pengukuran 33 tingkat keuntungan Industri Tahu dengan variabel modal, upah tenaga kerja, biaya bahan baku dan lokasi usaha untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap keuntungan Industri Tahu. Dibawah ini digambarkan secara ringkas bentuk kerangka pemikiran yang melandasi penelitian yang akan dilakukan. MODAL UPAH TENAGA KERJA KEUNTUNGAN BIAYA BAHAN BAKU LOKASI USAHA Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran diatas diasumsikan bahwa variable modal, upah tenaga kerja, biaya bahan baku dan lokasi usaha secara parsial maupun bersama-sama akan berpengaruh secara signifikan terhadap meningkatnya keuntungan dari Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. 34 D. Hipotesis Hipotesa merupakan suatu jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diuji kebenarannya. Berdasarkan uraian di atas dan studi yang pernah dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa hipotesa seperti berikut : 1. Diduga bahwa faktor modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. 2. Diduga bahwa faktor upah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. 3. Diduga bahwa faktor biaya bahan baku berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. 4. Diduga bahwa faktor lokasi usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. 5. Diduga variabel modal, upah tenaga kerja, biaya bahan baku dan lokasi usaha secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keuntungan industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. 35