BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemudahan Pengunaan (Perceived Ease of Use) Menurut Wen et al (2011) menyebutkan bahwa kemudahan penggunaan (perceived ease of use) adalah dimana konsumen merasakan bahwa belanja di toko berbasis web akan meningkatkan belanjanya serta sejauh mana konsumen merasakan kemudahan interaksi dengan situs web dan dapat menerima informasi produk yang ia butuhkan. Ketika konsumen merasakan kemudahan interaksi dengan situs web e-commerce, untuk mencari informasi produk dan membayar online, mereka akan mempertimbangkan belanja online lebih berguna. Kemudahan penggunaan adalah variabel yang sangat penting untuk menerima sistem informasi karena dasar dari penggunaan sistem. Sebuah sistem yang sulit digunakan akan dianggap kurang bermanfaat oleh pengguna dan mungkin akan ditinggalkan oleh pengguna. 2.2 Konfirmasi (Confirmation) Konfirmasi (Confirmation) didefinisikan sebagai kepercayaan kognitif yang mewakili sejauh mana ekspektasi konsumen terhadap penggunaan jasa yang bertemu di realitas, dan mengacu pada proses evaluasi. Pelanggan memiliki harapan tertentu tentang produk dan menawarkan layanan pada 9 tahap pra-pembelian. Harapan ini biasanya didasarkan pada pengalaman orang lain atau informasi yang diperoleh melalui review produk atau dari mulut ke mulut (Wen et al, 2011). 2.3 Kepercayaan (Trust) Kepercayaan (Trust) terjadi ketika satu pihak percaya kepada tindakan pihak lain. Akibatnya, untuk percaya merek atau jasa, pelanggan atau pengguna harus melihat kualitas menjadi positif. Kepercayaan telah diakui sebagai peran penting dalam mempengaruhi hubungan komitmen dan loyalitas pelanggan terhadap layanan – layanan tertentu. Menurut Dutta et al (2011) menyebutkan bahwa orang yang paling sering dijaga tentang privasi mereka adalah ketika mereka tidak memiliki kepercayaan pada orang lain. Hampir semua definisi kepercayaan terlibat minimal dua agen yaitu orang yang harus percaya dan orang yang dipercaya. Penerapan teknologi baru tidak dapat terjadi tanpa minimum tingkat kepercayaan dalam perangkat dan para agen yang menjaga dan mengoperasikannya. Mereka menegaskan bahwa pengguna dengan kemampuan internet yang lebih besar dan tahun penggunaan biasanya memiliki kepercayaan lebih dalam terhadap internet. Kepercayaan merupakan hal yang paling utama saat kita membangun sebuah bisnis. Dalam suatu transaksi bisnis antara kedua belah pihak atau lebih akan terjadi apabila masing – masing dari mereka saling mempercayai. Menurut Yousafzai (2007), kepercayaan telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasaan 10 konsumen dapat terwujud sesuai dengan harap yang diharapkan. Sedangkan menurut Ba dan Pavlou (2002), kepercayaan adalah peniaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu menurut harapan orang kepercayaannya dalam suatu lingkungan yang penuh ketidakpastian. Sesuatu hal yang selalu terkait dengan kepuasan konsumen adalah membentuk dan mempertahankan kepercayaan konsumen pada perusahaan dan produk – produknya. Tantangan dalam menjaga kepercayaan konsumen tidak hanya tentang produk dan pelayanan perusahaan, tapi juga hal paling penting seperti pengecer online dan offline, begitu juga pembentukan penilaian (rating) untuk produk dan jasa secara online maupun offline. Kepercayaan juga adalah fondasi untuk menjada hubungan jarak jauh dengan pelanggan dan meningkatkan peluang konsumen yang loyal (Schiffman dan Kanuk, 2010). Dalam sistem berbelanja online, ketika seorang konsumen ingin memutuskan untuk membeli produk secara online atau berbelanjan secara online pastilah terbesit suatu keraguan akan terjadinya suatu resiko yang diterima oleh konsumen. Oleh karenanya kepercayaan sangat berperan penting dalam perdaganan melalui elektronik sejak bisnis internet diyakini oleh konsumen (Sonja & Ewald, 2003). 11 2.4 Manfaat Yang Dirasakan (Perceived Usefulness) Manfaat yang dirasakan (perceived usefulness), dalam penelitian ini adalah manfaat yang didapatkan oleh konsumen ketika melakukan pembelian, maksudnya para konsumen tinggal mengirim saja jumlah uang yang sudah disepakati dengna cara via transfer. Itu akan memudahkan konsumen dalam menghemat waktu. Menurut Lee et al (2011) menyebutkan bahwa manfaat yang dirasakan didefinisikan bahwa sejauh mana konsumen percaya bahwa belanja online akan meningkatkan kinerja transaksinya. Seorang individu lebih mungkin untuk melakukan penggunaan lanjutan ketika penggunaan tersebut dianggap berguna. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa manfaat yang dirasakan itu bisa didapatkan ketika seorang konsumen merasa mudah untuk berinteraksi dengan website, untuk mencari informasi produk dan membayar online. Mereka akan mempertimbangkan bahwa belanja online akan lebih berguna. 2.5 Kepuasan Konsumen (Satisfaction) Menurut Kovacs et al (2011) menyebutkan bahwa kepuasan konsumen (satisfaction) dianggap sebagai salah satu pilar dari konsep pemasaran. Perusahaan saat ini, bahkan lebih, didekasikan untuk klien dan perusahaan menekankan perlunya memuaskan konsumen, terutama untuk persaingan. Apa cara terbaik untuk mencapai kepuasan adalah pertanyaan yang banyak diselidiki oleh para peneliti. Kepuasan konsumen dianggap sebagai tujuan utama dari kegiatan pemasaran dan berfungsi sebagai 12 penghubung antara proses pembelian dan konsumsi, yang berpuncak pada fenomena setelah pembelian (pasca-pembelian), seperti perubahan sikap, pengulangan pembelian (repurchase intention) dan loyalitas merek. Kepuasan konsumen adalah persepsi konsumen terhadap produk atau jasa yang terkait dengan harapannya. Konsep dari kepuasan konsumen adalah memenuhi harapan konsumen. Konsumen yang memiliki pengalaman yang jauh dari harapan akan merasa tidak puas (Schiffman & Kanuk, 2010). Menurut Bilson Simamora (2003), kepuasan adalah perasaan konsumen setelah membandingkan harapan (pre-purchase expectation) dengan kinerja aktual (actual performance) produk. Menurut Olson dan dan Dover (dalam Kartajaya, 2002), kepuasan konsumen adalah sebuah kepercayaan setelah mencoba suatu produk, yang kemudian dijadikan sebagai standar untuk mengevaluasi performance (kinerja) suatu produk atau pengalaman – pengalaman yang akan datang. Menurut Kotler dan Ketler (2012:150), kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan – harapannya. Dengan demikian kepuasan pelanggan adalah sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek. Atau bisa juga diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara kenyataan dan harapan yang diterima dari sebuah produk atau jasa. 13 Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan suatu produk bagi konsumen dengan harapan konsumen merasa puas setelah menggunakan atau mengkonsumsi produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Di sisi lain, konsumen memiliki beranekan ragam kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi dan dinyatakan dalam bentuk produk (barang atau jasa). Konsumen menaruh harapan yang besar terhadap produk yang dikonsumsinya agar produk tersebut mampu melakukan peranannya dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut. Pertemuan antara dua kepentingan itu akan menentukan seberapa besar tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya. Jika konsumen merasa puas dengan produk yang dikonsumsi tersebut, maka nilai produk di mata konsumen tinggi. Demikian pula sebaliknya, jika konsumen merasa tidak puas dengan produk yang dikonsumsi tersebut, maka nilai produk di mata konsumen rendah. Terciptanya kepuasan konsumen akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan, di antaranya hubungan antara perusahaan dengan konsumennya menjadi harmonis, dan memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang. 2.5.1 Ketidakpuasan Konsumen dan Perilaku Mereka Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Hal ini ditunjukan pelanggan setelah terjadi proses pembelian (Kotler, 2012). Apabila pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk 15 2.6 Kenikmatan (Perceived Enjoyment) Kenikmatan (perceived enjoyment) yang dirasakan berpengaruh sangat penting untuk kepuasan para pelanggan. Karena dengan adanya kenikmatan yang dirasakan, para pelanggan akan menyukai bahwa berbelanja online itu mudah dan menyenangkan. Tetapi jika belanja online itu kurang mendapatkan kenikmatan dari pelanggan, mereka bisa saja berpikir bahwa belanja online tidaklah berguna. Menurut Monsuwe et al (2004) menyebutkan bahwa kenikmatan menjadi prediktor yang konsisten dan kuat dari sikap terhadap belanja online. Mereka memiliki sikap positif terhadap belanja online, dan mungkin bisa mengadopsi internet sebagai belanja menengah. Konteks kenikmatan sendiri adalah hasil dari kesenangan dan main – main secara online, bukan dari tugas selesai berbelanja online. 2.7 Privasi (Privacy) Privasi (privacy) mengacu pada sejauh mana situs web aman dan melindungi informasi pelanggan. Di Malaysia, banyak pembeli tampaknya takut untuk membeli produk dan layanan online atau untuk memberikan informasi pribadi mereka karena kekhawatiran kurangnya privasi dan kemungkinan bahwa pengecer online akan menyalahgunakan informasi pribadi mereka. Dengan adanya teknologi baru ditambah kerumitannya, telah membuat privasi menjadi masalah penting. Akibatnya, ketidakpercayaan konsumen meningkat tentang bagaimana data pribadi mereka dikumpulkan 17 dan diproses. Menurut Dutta et al (2011) menyebutkan bahwa salah satu perhatian penting bagi setiap pengguna situs jejaring sosial online adalah privasi mereka. Hubungan antara privasi dan persepsi terhadap jaringan sosial online adalah kompleks. Bahkan situs jejaring sosial banyak mengumpulkan banyak informasi pribadi tentang pengguna mereka. Dalam saat – saat tertentu, pengguna ingin informasi tentang diri mereka sendiri dikenal hanya oleh lingkaran kecil teman – teman dekat, dan bukan oleh orang asing. 2.8 Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intention) Minat pembelian ulang (repurchase intention) adalah perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Minat pembelian ulang menunjukkan keinginan pelanggan untuk waktu yang akan datang. Perilaku pembelian ulang seringkali dihubungkan dengan loyalitas merek. Akan tetapi, ada perbedaan di antara keduanya. Bila loyalitas untuk mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, maka perilaku pembelian ulang semata – mata menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulang kali (Tjiptono, 2004). Minat pembelian ulang termasuk bagian dari sikap, dimana sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang terhadap suatu obejek atau gagasan. Dalam kegiatan pemasaran, objek yang dimaksud didefinisikan secara luas, seperti produk, kategori produk, merek, kegiatan promosi dsb. Sikap menempatkan seseorang ke dalam kerangka pikiran menyukai (bersikap positif) atau tidak menyukai (bersikap negatif) sesuatu 18 dapat melihat respon dari target audiens. Oleh sebab itu pembelajaran tentang sikap konsumen seringkali dihubungkan dengan proses pembentukan minat dan keputusan pembelian konsumen. Pemasar selalu memiliki keinginan untuk mempengaruhi pikiran konsumen, merubah sikap konsumen, dan akhirnya menarik minat konsumen untuk bertindak, dalam hal ini melakukan tindakan pembelian ulang. 2.9 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumya berkaitan dengan penelitian ini. penelitian tersebut antara lain: a) Peneliti Judul : Ella Trisnawati, Agus Suroso, Untung Kumorohadi (2012) : Analisis Faktor – faktor Kunci Dari Niat Pembelian Kembali Secara Online (Studi Kasus Pada Konsumen Fesh Shop) Variabel : Kemudahan Penggunaan, Konfirmasi, Kepercayaan, Manfaat Yang Dirasakan, Kepuasan, Privasi, dan Minat Pembelian Ulang Hasil : 1. Perceived ease of use berpengaruh positif terhadap perceived usefulness 2. Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap online repurchase intention 20 3. Confirmation berpengaruh positif terhadap perceived usefulness 4. Confimation berpengaruh positif terhadap satisfaction 5. Perceived usefulness berpengaruh positf terhadap satisfaction 6. Satisfaction berpengaruh online repurchase intention 7. Perceived ease of use berpengaruh positif terhadap trust 8. Trust berpengaruh positif terhadap perceived usefulness 9. Trust berpengaruh positif terhadap online repurchase intention 10. Perceived enjoyment berpengaruh positif terhadap online repurchase intention 11. Privacy berpengaruh positif terhadap online repurchase intention b) Peneliti Judul : Wahyu Wijaya Murti, Nurhayati (2012) : Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi minat beli ulang masyarakat terhadap produk handphone Variabel : Kepuasan Pelanggan, Kompetisi Harga, brand image, pengalaman pelanggan, minat beli ulang Hasil : Kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap minat beli ulang 21 H2 : Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap online repurchase intention H3 : Confirmation berpengaruh positif terhadap perceived usefulness H4 : Confirmation berpengaruh positif terhadap satisfaction H5 : Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap satisfaction H6 : Satisfaction berpengaruh positif terhadap online repurchase intention H7 : Perceived ease of use berpengaruh posiftif terhadap trust H8 : Trust berpengaruh positif terhadap perceived usefulness H9 : Trust berpengaruh terhadap online repurchase intention H10 : Perceived enjoyment berpengaruh positif terhadap online repurchase intention H11 : Privacy berpengaruh positif terhadap online repurchase intention 23