Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia September 2014 Metodologi Pemeringkatan Industri Kimia Pendahuluan Secara garis besar, produk kimia dapat dibedakan atas organik dan non-organik, dimana masingmasing memiliki sub-segmen dengan karakteristik tersendiri dan fundamental bisnis yang berbeda. Namun, ICRA Indonesia menganalisis Industri Kimia ke dalam dua jenis yaitu kimia komoditi dan kimia khusus, yang masing-masing dibedakan atas faktor-faktor risikonya. Contoh dari kimia komoditi adalah produk-produk petrokimia seperti polyvinylchloride (PVC), high-density polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE), polypropylene (PP), methanol, dan kimia non-organik seperti caustic soda dan soda ash. Di sisi lain, kimia khusus dibedakan atas beberapa tipe seperti adhesives, catalyst, kimia water treatment, leather chemicals, pigments dan surfactants. Pada kenyataanya, sulit menggolongkan suatu perusahaan sebagai murni kimia komoditi atau kimia khusus karena kebanyakan menawarkan dua-duanya. Kimia komoditi biasanya diperdagangkan secara luas dan memperlihatkan adanya siklus permintaan dan harga, sehingga perusahaan-perusahaan yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap produk-produk tersebut biasanya terpapar risiko bisnis yang tinggi. ICRA Indonesia melihat adanya sensitivitas perusahaan kimia terhadap fluktuasi permintaan dan penawaran untuk masing-masing produk. Namun, peringkat biasanya juga melihat daya saing perusahaan tersebut dari segi biaya dan kemampuannya untuk menghasilkan dan mempertahankan arus kas yang memadai dalam hubungannya dengan kewajiban hutang perusahaan, khususnya pada saat harga jual produk relatif rendah. Di lain sisi, kimia khusus merupakan produk niche yang memiliki manfaat yang spesifik. Dalam bisnis produk kimia khusus, faktor-faktor seperti teknologi, hak paten dan biaya pengembangan yang tinggi bertindak sebagai entry barriers, pembatasan kompetisi, dan memungkinkan tingkat profitabilitas yang relatif lebih tinggi. Namun, produk tersebut dapat kehilangan status khususnya dan terkena risiko menjadi usang akibat alternatif teknologi dan produk yang akan datang. Metodologi Pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan kimia didasarkan pada penilaian yang objektif atas tingkat risiko industri dan diperlukan evaluasi terhadap perusahaan baik operasional, pemasaran dan posisi keuangannya disamping kemampuan untuk menghasilkan arus kas operasi dan kecukupannya yang berkaitan dengan kewajibannya membayar hutang. ICRA Indonesia juga menilai manajemen perusahaan antara lain dari sisi rencana bisnis perusahaan dan kebijakan keuangannya. ICRA Indonesia Penilaian Risiko Industri Kimia komoditi: Risiko industri berdampak pada kimia komoditi terutama sehubungan dengan permintaan dan pasokan dalam skala global dan perubahan regulasi yang menguntungkan produk impor. ICRA Indonesia menganalisis posisi permintaan-pasokan secara global dalam kelompok produk individu, dengan tujuan untuk mengidentifikasikan kecenderungan permintaan dan harga dalam jangka menengah. ICRA Indonesia juga melihat tingkat dan sifat peraturan dan perlindungan yang ada untuk kelompok individu produk dan kemungkinannya di masa yang akan datang. Misalnya, karena mayoritas produk kimia komoditi dihargai berdasarkan paritas impor, penurunan nilai mata uang rupiah Indonesia terhadap dollar Amerika memberikan perlindungan bagi pemain domestik, mengurangi dampak kompetisi dengan produk impor. Sumber risiko lain untuk perusahaan kimia komoditi adalah ancaman dari produsen yang memiliki biaya produksi yang rendah seperti China. Situasi ini ditegaskan oleh kelemahan struktural dalam kimia komoditi domestik seperti pasokan dasar yang terfragmentasi --yang menyebabkan skala ekonomi yang terbatas--, biaya modal dan bunga yang relatif tinggi, dan terbatasnya ketersediaan bahan baku yang murah; faktor-faktor negatif yang terus mempengaruhi daya saing segmen ini. Oleh karena itu, pemeringkatan ICRA Indonesia juga memperhitungkan daya saing dari biaya secara keseluruhan perusahaan kimia komoditi domestik dan akibat yang ditimbulkan oleh produk impor terhadap struktur dan kelangsungan perusahaan yang bersangkutan, khususnya dalam iklim bea masuk impor yang rendah. Kimia khusus: Di sisi lain, kimia khusus dihadapkan pada risiko yang berbeda dalam industrinya, yang berasal dari perkembangan teknologi dan aplikasi alternatif yang mengakibatkan produk menjadi usang. Dalam hal ini, risiko industri terkait dengan dinamika industri pengguna akhir. Salah satu contoh, permintaan ladang minyak tertentu terhadap bahan kimia yang akan digunakan untuk kegiatan eksplorasi minyak; penurunan tiba-tiba dalam kegiatan eksplorasi karena harga minyak yang rendah akan sangat mempengaruhi permintaan. Penilaian ICRA Indonesia terhadap risiko industri melibatkan pemahaman tentang kecenderungan global dalam penggunaan bahan kimia tersebut, dan stabilitas dari teknologi dan aplikasi produk yang mendorong jumlah permintaan. Penilaian Operasional Profil risiko dari masing-masing kimia komoditi dan kimia khusus berbeda, dimana ICRA Indonesia mengevaluasi bauran produk perusahaan-perusahaan kimia dalam kemampuannya mencapai diversifikasi pendapatannya. Portofolio yang berasal dari produk yang beragam akan memiliki risiko bisnis yang lebih rendah, demikian juga risiko dari produk usang atau komoditisasi dari satu lini produk. Suatu perusahaan yang menawarkan berbagai produk dalam melayani kebutuhan pembeli yang berbeda cenderung memiliki posisi pasar yang lebih baik daripada perusahaan yang hanya memiliki produk tunggal. ICRA Indonesia percaya bahwa sebagian besar bahan kimia khusus dalam bauran produk memiliki keuntungan yang lebih baik dalam jangka panjang dibandingkan kimia komoditi, mengingat harga yang relatif stabil. Tetapi untuk mencapai kemungkinan seperti itu dibutuhkan investasi yang berkelanjutan dalam penelitian dan pelayanan terhadap klien. a) Kimia komoditi Mengingat tingginya kerentanan dari usaha produk kimia komoditi dengan harga yang cenderung fluktuatif di pasar internasional serta kecenderungan menurunnya tarif impor, keuntungan operasional bisnis ini bergantung pada kemampuannya untuk mempertahankan biaya yang kompetitif. Biaya perusahaan kimia komoditi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk biaya bahan baku, teknologi, skala ekonomi, dan tingkat integrasi vertikal. ICRA Indonesia menganalisis masing-masing faktor untuk menentukan daya saing biaya produksi perusahaan yang bersangkutan. ICRA Indonesia Halaman 2 dari 6 Risiko Bahan Baku Mengingat bahwa biaya bahan baku biasanya merupakan komponen terbesar dari biaya perusahaan kimia, isu-isu yang berkaitan dengan ketersediaan dan harga bahan baku memiliki pengaruh penting terhadap kinerja operasinya. Ketersediaan bahan baku sangat penting, mengingat bahwa proses produksi biasanya berkesinambungan dan penghentian operasi yang tidak terencana dapat memiliki implikasi biaya yang besar. Dalam hal ini, ICRA Indonesia mengevaluasi perusahaan yang menjadi sumber pemasok bahan baku, daya tawar relatif terhadap pemasok bahan baku, dan harga. ICRA Indonesia juga menilai risiko peraturan yang terkait dengan harga bahan baku utama, seperti gas alam, dan deregulasi yang dapat memiliki dampak signifikan terhadap biaya perusahaan jika menggunakannya sebagai bahan baku utama. Biaya transportasi yang tinggi juga akan memberikan dampak kepada biaya pengiriman bahan baku dan dapat memiliki dampak material terhadap daya saing biaya produksi dari sebuah perusahaan kimia. Risiko Operasional Dalam pemeringkatan perusahaan kimia, ICRA Indonesia juga menilai teknologi yang diadopsi oleh perusahaan, proses efisiensi, rasio produk yang dihasilkan (yields) dan riwayat berhentinya operasi baik yang direncanakan maupun tidak. Biasanya, akses ke proses teknologi belum menjadi masalah besar bagi perusahaan kimia dimana teknologi tersebut telah mencapai standardisasi tertentu. Namun ICRA Indonesia mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menyerap teknologi yang diadopsi dan menstabilkan parameter operasi. ICRA Indonesia juga menilai tingkat yields relatif terhadap perusahaan lain yang beroperasi pada segmen produk yang sama. Namun, evaluasi tersebut kadang-kadang dibatasi oleh kurangnya ketersediaan data komparatif. Proses produksi kimia juga rawan terhadap kecelakaan, dan pemeringkatan akan memperhitungkan pemahaman perusahaan akan risiko keselamatan kerja, rekam jejak perusahaan dalam keselamatan tenaga kerja dan keberadaan asuransi untuk menutup risiko yang relevan. Skala Ekonomis Untuk industri kimia yang padat modal, mencapai skala ekonomis dan memiliki struktur biaya yang kompetitif merupakan hal yang sangat penting. Kemampuan untuk mempertahankan tingkat penggunaan kapasitas yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat permintaan yang cukup tinggi dan ketersediaan bahan baku. Ketika ada kelebihan kapasitas dalam industri dalam negeri, ekspor bisa membantu dalam mempertahankan kapasitas tinggi. Namun, ekspor akan dihadapkan pada tingkat keuntungan yang relatif rendah jika dihubungkan bea masuk. Produsen yang lebih efisien akan memperhatikan risiko ini dengan mencukupi seluruh biaya tetap dari pernjualan lokal dan beroperasi dengan biaya marjinal untuk ekspor. Dalam konteks ini, tingkat intregrasi vertikal yang tinggi dapat membantu dalam mempertahankan struktur biaya yang sehat. Tingkat Intregrasi Vertikal Tingkat integrasi vertikal yang tinggi dapat menurunkan fluktuasi pendapatan dan mengurangi biaya bahan baku. Secara global, hanya ada sedikit pedagang di petrokimia seperti ethylene dan propylene, sehingga jika ketergantungan perusahaan pada pasokan bahan kimia dari luar tinggi akan mengakitbatkan risiko bisnis menjadi tinggi karena fluktuasi harga. Harga dan kecenderungan marjin Disebabkan fluktuasi harga dari barang jadi dan bahan baku, maka sangat penting untuk melihat kecenderungan dalam marjin operasi untuk memahami dampak dari volatilitas ini pada tingkat keuntungan perusahaan kimia. ICRA Indonesia Halaman 3 dari 6 Faktor Lokasi Untuk kimia komoditi bernilai rendah (low-value) seperti produk klor alkali (caustic soda, khlorin, soda ash) faktor lokasi dapat memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan keunggulan kompetitif dari sebuah perusahaan kimia. Karena biaya pengangkutan sebagai persentase dari total biaya pengiriman produk ke konsumen akhir akan tinggi jika produk ini diangkut dari jarak yang jauh, kedekatan jarak dengan konsumen akhir merupakan keuntungan perusahaan. Untuk perusahaan yang memproduksi komoditas bernilai tinggi (high-value), kedekatan dengan sumber bahan baku (contoh: unit petrokimia yang berlokasi dekat sebuah kilang; unit kimia berbasis alkohol yang terletak di dekat pabrik gula; dan unit tergantung pada bahan baku impor berlokasi dekat dengan pelabuhan) dapat memberikan keunggulan kompetitif melalui biaya bahan baku yang kompetitif. Masalah Lingkungan ICRA Indonesia sepakat bahwa sangat penting memiliki sistem pengendalian pencemaran lingkungan oleh perusahaan kimia, terutama dalam meningkatkan kesadaran tentang bahaya terkait polusi. Di masa lalu, beberapa pabrik kimia telah ditutup secara global, setelah gagal mematuhi norma-norma kontrol polusi yang relevan. Secara umum memang hukum dan peraturan tentang lingkungan semakin ketat, sementara hal ini masih lemah di Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara maju. Beberapa produk yang telah dihapus di negaranegara maju masih diproduksi atau dijual di dalam negeri. Selain itu, nilai ambang batas untuk polutan juga lebih liberal untuk sebagian besar produk di Indonesia. Namun, penambahan peraturan terkait isu-isu polusi akan berdampak pada keputusan investasi dari sebuah perusahaan kimia untuk memastikan standar lingkungannya dipatuhi. b) Kimia Khusus Dalam bisnis kimia khusus, posisi perusahaan ditentukan oleh kemampuannya untuk secara konsisten memberikan nilai tambah bagi produk ke pasar. Walaupun sensitivitas harga lebih rendah di segmen ini dibandingkan dengan yang di kimia komoditi, ekonomi biaya tidak dapat sama sekali diabaikan. Dalam hal ini, kimia khusus akan menjadi komoditi dalam beberapa tahun setalah di pasarkan disebabkan oleh duplikasi dari lainnya. Isu-isu berikut ini adalah yang utama ketika menilai secara fundamental jangka panjang dari suatu perusahaan kimia khusus. Teknologi yang berkelanjutan ICRA Indonesia berfokus pada kompleksitas teknologi yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai sejauh mana hambatan masuk dalam segmen ini. Semakin kompleks teknologi, semakin sedikit kemungkinan untuk mengganti teknologi dan, karena itu, lebih rendah kemungkinan menjadi produk komoditas dalam waktu singkat. Dalam konteks ini, ICRA Indonesia juga menganalisis kemampuan teknologi perusahaan yang bersangkutan, mengevaluasi kualitas tenaga kerja di departmen penelitian dan pengembangan, riwayat perusahaan dalam pengajuan hak paten, dan dukungan dari perusahaan induknya dalam teknologi yang lebih maju, jika ada. ICRA Indonesia juga menganalisis rekam jejak perusahaan dalam memperkenalkan produk baru dan mempertahankan volume dan marjin. Kemampuan untuk memasarkan produk baru Suatu perusahaan kimia khusus mungkin perencanaan ke depan. Dalam hal ini, ICRA untuk meluncurkan produk-produk tersebut Pangsa pasar cenderung menjadi indikator pengenalan produk baru. ICRA Indonesia memiliki sejumlah besar produk dalam tahap Indonesia menganalisis kemampuan perusahaan dan diterima pasar dengan aman dan sukses. penting dalam melihat riwayat kesuksesan dari Halaman 4 dari 6 Risiko Konsentrasi Kimia khusus karena menjadi niche produk yang khusus dikembangkan untuk beberapa pelanggan, memaparkan perusahaan kimia yang bersangkutan dalam risiko konsentrasi terhadap pelanggan. Risiko ini dapat diasumsikan penting ketika pelanggan mengalami kelesuan bisnis atau menghentikan produk yang memerlukan kimia khusus tersebut. Kualitas Promotor/Manajemen Semua peringkat hutang harus menggabungkan penilaian tentang kualitas dari manajemen emiten yang bersangkutan dan kekuatan/kelemahan yang timbul karena emiten tersebut merupakan bagian dari “grup”-nya. Biasanya dialog yang rinci dilakukan dengan manajemen emiten untuk memahami tujuan-tujuan, rencana dan strategi bisnisnya serta pandangan-pandangannya tentang hasil yang telah dicapai, dan perkiraan tentang industri yang bersangkutan di masa mendatang. Hal-hal lain yang dinilai antara lain: pengalaman para sponsor/manajemen dalam bidang yang bersangkutan; komitmen para sponsor/manajemen terhadap bidang yang digeluti; sikap para sponsor/manajemen terhadap pengambilan dan pengendalian resiko; kebijakan‐kebijakan emiten tentang rasio hutang, risiko bunga dan risiko mata uang; rencana‐rencana emiten tentang proyek baru, akuisisi, ekspansi dsb; kekuatan bisnis‐bisnis lain dalam grup bisnis yang sama dengan emiten; kemampuan dan kemauan grup untuk mendukung emiten melalui langkah‐langkah seperti penambahan modal, jika diperlukan. Penilaian Risiko Keuangan Evaluasi keuangan suatu perusahaan kimia melibatkan penilaian struktur biaya relatif terhadap para pesaingnya dan juga sensitivitas arus kas atau kemampuan membayar hutang saat harga produk yang rendah, meningkatnya biaya produksi, dan tingkat biaya tarif impor yang lebih rendah. Untuk produk kimia khusus, ICRA Indonesia akan mengevaluasi stabilitas marjin operasi selama periode waktu tertentu untuk memastikan sejauh mana kekuatannya dalam menentukan harga. Untuk produk kimia komoditi, secara umum, suatu perusahaan dengan skala ekonomi besar dan pemanfaatan kapasitas yang efisien dengan produk sampingan (by products) akan memiliki biaya produksi yang lebih rendah daripada perusahaan yang lebih kecil. Karena ICRA Indonesia memeringkat dengan memperhitungkan siklus, marjin operasi rata-rata untuk dua sampai tiga siklus terakhir juga dianalisis, selain kecenderungan rata-rata jangka panjang dari ukuran kredit lain seperti Laba Usaha Sebelum Penyusutan, Bunga, Pajak dan Amortisasi (OPBDITA ) dan Imbal Hasil Modal Kerja (ROCE) dan cakupan hutang. Selanjutnya, ICRA Indonesia mengevaluasi rasio perputaran aset perusahaan untuk menilai penggunaan kapasitasnya. Untuk perusahaan multi-produk, ICRA Indonesia mengevaluasi kecenderungan profitabilitas produk untuk menentukan kecukupan dan keberlanjutan arus kas serta kemampuan membayar hutangnya. ICRA Indonesia juga mengukur proyeksi keuntungan dari modal dengan tingkat pengembalian modal yang digunakan [Laba sebelum bunga dan pajak / (Total Hutang + Modal Bersih yang Berwujud)] relatif terhadap biaya modal, yang akan menjadi indikator yang baik dalam jangka panjang. Bisnis kimia komoditi adalah padat modal, yang menggarisbawahi pentingnya struktur modal dalam menentukan profil risiko kredit dalam bisnis ini. Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan tingkat rasio hutang yang konservatif akan mengurangi akibat dari risiko usaha yang tinggi terkait dengan kimia komoditi. Namun, suatu perusahaan multi-produk juga diharapkan dapat terus meningkatkan/menambah kapasitas baru (untuk bahan kimia komoditi) atau berinvestasi secara substansial dalam penelitian dan pengembangan produk (untuk bahan kimia khusus) sehingga dapat memenuhi aspirasi pertumbuhannya. ICRA Indonesia menilai kecukupan dana internal dibandingkan total kebutuhan dana untuk biaya modal dan pengembangan produk, kebutuhan perusahaan untuk mencari dana dari luar dan implikasinya terhadap struktur modal perusahaan ke depannya. Beberapa aspek lain yang juga dianalisis untuk kedua jenis perusahaan, baik perusahaan kimia komoditi maupun kimia khusus adalah sebagai berikut: ICRA Indonesia Halaman 5 dari 6 Risiko yang Berkaitan dengan Valuta Asing: Risiko tersebut timbul jika biaya utama perusahaan dan pendapatannya dalam mata uang yang berbeda. Contoh dalam hal ini mencakup perusahaan yang menjual di pasar domestik tetapi produknya sebagian besar diimpor, dan produk untuk tujuan ekspor dalam jumlah yang besar dari produksi yang struktur biayanya domestik. Risiko mata uang asing juga dapat timbul dari kewajiban yang tidak dilindungnilai, terutama bagi perusahaan yang mayoritas penjualannya dari mata uang rupiah. Dalam hal ini, penilaian difokuskan pada kebijakan lindung nilai perusahaan dalam konteks masa dan sifat kontrak dengan klien (jangka pendek/jangka panjang, harga tetap/harga berubah). Kesenjangan Jatuh Tempo Dana dan Risiko Terkait Suku Bunga dan Pembiayaan Kembali: Ketergantungan yang besar terhadap pinjaman jangka pendek untuk investasi dana jangka panjang dapat mengekspos perusahaan dalam risiko pembiayaan kembali yang signifikan, terutama selama periode likuiditas ketat. Keberadaan penyangga yang memadai dari aset yang likuid/fasilitas bank dan sejenisnya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipandang positif. Demikian pula, sejauh mana perusahaan dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga juga dievaluasi. Kualitas Akuntansi: Di sini, kebijakan akuntansi, catatan, dan pendapat auditor perlu ditelaah. Setiap penyimpangan dari praktik akuntansi yang berlaku umum dicatat dan laporan keuangan perusahaan disesuaikan untuk mencerminkan dampak dari deviasi tersebut. Kewajiban Kontinjensi/Kewajiban di Luar Neraca: Dalam hal ini, kemungkinan adanya kewajiban kontinjensi/kewajiban di luar neraca perusahaan dan akibat‐akibatnya akan dinilai. Flexibilitas Keuangan: Fleksibilitas keuangan perusahaan sebagaimana tercermin dari fasilitas bank yang belum digunakan, investasi yang liquid, akses ke pasar modal, dan hubungan dengan bank, lembaga keuangan dan perantara lainnya juga dinilai oleh ICRA Indonesia. Kesimpulan ICRA Indonesia menggunakan pendekatan kasus per kasus untuk mengevaluasi profil risiko kredit perusahaan kimia, mengingat keragaman produk dan dinamika pasar. Sementara struktur biaya, tingkat integrasi vertikal dan keragaman bauran produk pada akhirnya akan menentukan profil risiko bisnis suatu perusahaan kimia komoditi, penggunaan teknologi yang berkelanjutan dan kemampuan untuk memperkenalkan produk baru secara konsisten akan menentukan profil risiko bisnis dari suatu perusahaan kimia khusus. Dari risiko keuangan, ICRA Indonesia menganalisis perusahaan kimia komoditi dengan berfokus pada tingkat keuntungan melalui siklus, tingkat hutang, kemampuan untuk membayar hutang pada saat kondisi penjualan yang turun, dan fleksibilitas keuangan. Sedangkan untuk perusahaan kimia khusus, stabilitas dari tingkat keuntungan akan dianalisis untuk memahami kekuatan harga jual perusahaan, selain analisis terhadap faktor-faktor lain. © Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. *Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari ICRA’s Credit Rating Methodology for Chemical Industry ICRA Indonesia Halaman 6 dari 6