Intensitas Komunikasi dan Persepsi Peternak

advertisement
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Permasalahan yang dihadapi peternak sapi perah di Kabupaten Sleman,
sebagaimana dilaporkan oleh BPTP antara lain adalah rendahnya penguasaan
teknologi pertanian tepat guna yang mengakibatkan rendahnya produktivitas susu
yang dihasilkan. Bila dikaitkan dengan hasil evaluasi terhadap teknologi introduksi
BPTP Yogyakarta melalui kegiatan penelitian SUT berbasis sapi perah ternyata
bahwa tidak semua peternak sapi perah yang dibina melalui kegiatan penelitian
SUT, mengaplikasikan teknologi introduksi tersebut dalam kegiatan usaha ternak
sapi perahnya.
Mengacu pada teori pengambilan keputusan inovasi Rogers (1983), yaitu
proses yang terjadi pada seseorang atau unit pembuat keputusan, sejak pertama
kali mengetahui atau mengenal
adanya suatu inovasilteknologi sampai
memutuskan untuk mengadopsi dan mengimplementasikan inovasilteknologi
tersebut dalam usahatani kemudian mengkonfirmasi keputusan tersebut dengan
mengambil suatu keputusan terus mengadopsi atau menolak teknologi itu.
Kemudian dihubungkan dengan teori persepsi Effendi (1992) yang menyatakan
bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman dan kebutuhan; serta ada
kecenderungan untuk menginterpretasikan pesan
keyakinan, maka keberlanjutan adopsi
berdasarkan sikap dan
teknologi perbaikan pakan sapi perah
periode kering introduksi BPTP Yogyakarta
melalui kegiatan penelitian
SUT
berbasis sapi perah oleh para peternak di Kabupaten Sleman juga tergantung pada
persepsi individu terhadap komponen-komponen komunikasi dalam mengintroduksi
teknologi tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah adalah
sumber
(komunikator), sifat teknologi introduksi (pesan), dan media komunikasi yang
digunakan.
Berkaian dengan persepsi seseorang terhadap suatu inovasi, menurut
Rakhmat (2000:49), juga dipengaruhi oleh karakteristik individu secara personal.
Cuyno dan Lumanta (1979) diacu dalam Valera et a1 (1987:ll I), mengungkapkan
salah satu dari beberapa formula yang dapat memudahkan penyuluh (komunikator)
mendifusikan inovasi kepada anggota sistem
adalah bahwa kesuksesan difusi
inovasi tersebut dipengaruhi oleh agen pembaharu yang memperkenalkan inovasi
tersebut. Hal ini berarti seorang komunikator sangat berperan dalam proses adopsi
dan difusi suatu inovasi kepada pengguna atau anggota sistem sosial.
Persepsi peternak terhadap komunikator lebih dipengaruhi oleh ketrampilan
berkomunikasi,
sikap,
tingkat
pengetahuanlpendidikan
(kredibilitas),
dan
posisilstatus komunikator dalam sistem sosial budaya. Hal tersebut oleh Berlo
(1960:42) disebut empat faktor yang mempengaruhi ketepatan (fidelity) komunikasi
komunikator dan komunikan. Dilain pihak Rakhmat (2000:257) menyatakan,
kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator.
Dalam definisi ini
Rakhmat menyatakan, didalam kredibilitas terkandung dua ha1
yaitu (1) kredibilitas adalah persepsi komunikate; artinya tidak inheren dalam diri
komunikator, dan (2) kredibilitas berkenan dengan sifat-sifat komunikator yang
disebut
sebagai
komponen-komponen kredibilitas.
Lebih
lanjut
Rakhmat
menyatakan, karena kredibilitas itu masalah persepsi, maka kredibilitas berubah
tergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi.
Rogers dan Shoemaker (1986:146) mengungkapkan lima sifat inovasi dari
perspektif penerima inovasi yaitu : keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas,
triabilitas, dan observabilitas.
Kelima sifat tersebut
mempengaruhi kecepatan
adopsi suatu inovasi. Lebih lanjut diilustrasikan bahwa seperti halnya keindahan,
'PC
inovasi hanya ada dalam pandangan penontonnya; dan persepsi penonton itulah
yang rnempengaruhi tingkah lakunya. Hal ini berarti persepsi pengguna terhadap
teknologi introduksi dari perspektif sifat inovasi tersebut berhubungan dengan
keputusan inovasi peternak untuk melanjutkan atau menghentikan adopsi teknologi
tersebut.
Ketepatan penggunaan saluran komunikasi sangat mempengaruhi efektifitas
komunikasi. Dalam ha1 ini proses difusi dan keberlanjutan adopsi teknologi tersebut
dipengaruhi
oleh penggunaan saluran komunikasi secara tepat,
interpersonal maupun media massa
baik saluran
karena masing-masing saluran komunikasi
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Hanafi (1986: 118-24) mengungkap
kan bahwa hasil-hasil penelitian menunjukan terdapat peranan yang berbeda untuk
setiap saluran komunikasi pada setiap tahap keputusan inovasi. Saluran komunikasi
media massa lebih banyak dipergunakan pada tahap pengenalan inovasi,
sedangkan saluran interpersonal lebih berperanan pada tahap persuasi.
Berdasarkan ha1 tersebut penelitian ini akan mengkaji bagaimana persepsi
peternak sapi perah di desa Kepuharjo-Cangkringan- Sleman Yogyakarta terhadap
komponen-komponen komunikasi yang meliputi: sumber, pesan, dan saluran
komunikasi teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering kepada mereka,
sehubungan dengan keputusan inovasi mereka terhadap teknologi perbaikan pakan
sapi perah periode kering secara berkelanjutan (sustainable adoption).
Disamping itu konsekuensi keputusan inovasi baik adopsi berkeberlanjutan
atau penolakkan inovasi dipengaruhi oleh intensitas komunikasi adopter.
Sebagaimana diungkapkan oleh Rogers dan Shoemaker (1971), bahwa kontak
interpersonal merupakan salah
satu faktor
yang
sangat
mempengaruhi
kecenderungan individu dalam menginterpretasikan pesan yang diterima. Hal ini
berarti, persepsi individu terhadap stimuli yang diterima (teknologi perbaikan pakan
sapi perah periode kering) dipengaruhi oleh intensitas komunikasi individu
bersangkutan dengan pihak lain, baik dalam konteks interpersonal dyadic rnaupun
kelompok.
Dari uraian kerangka pemikiran yang didasarkan pada teori-teori yang
relevan tersebut diatas, dapat dikemukakan bahwa keputusan inovasi individu
(peternak) pada tahap konfirmasi dimana peternak akan tetap melanjutkan adspsi
suatu teknologi atau tidak, berhubungan dengan karakteristik individu bersangkutan,
ketepatan komunikasi komunikator, sifat teknologi, saluranlmedia komunikasi yang
digunakan dalam mendapatkan pesan, dan intensitas komunikasi. Kajian terhadap
ketepatan komunikasi komunikator, sifat teknologi dan saluranlmedia komunikasi
dikaji dari perspektif persepsi peternak.
Secara skematis kerangka konsep pemikiran penelitian ini seperti gambar 1.
Karakteristik Peternak
Umur
Pendidikan
Pemilikan ternak
Pendapatan rumah tangga
Pengalaman beternak sapi perah
Kekosmopolitan
Perse si Peternak Terhadap
~um&r, Pesan d m Media
komunikasi Teknologi
trialibilitas
observabilltas
kompatibilitas
Media komunikasi
media masa
4
4
4
+
(C)
Adopsi tek. 100 %
Frekuwensi komunikasi
Gambar 1.
Kerangka konsep pemikiran hubungan karakteristik peternak,
persepsi peternak pada komponen komunikasi (SMC), dan intensitas
komunikasi dengan keberlanjutan adopsi teknologi perbaikan pakan
sapi perah periode kering di Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman -Yogyakarta
Definisi Operasional Peubah
Definisi operasional peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik pet&nak adalah identitas diri yang melekat pada diri peternak yang
dicirikan oleh umur, tingkat Pendidikan, pemilikan ternak, pendapatan rumah
tangga, pengalaman beternak sapi peratl, dan kekosmopolitan
1.1. Umur, adalah usia peternak yang dihitung dengan satuan tahun yang dihitung
dari hari kelahiran pada hari ulang tahun terdekat terdekat saat penelitian
dilakukan. Dikategorikan,(l) 5 usin rata-rata = muda, dan (2) > usia rata-rata =
tua
1.2. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditekuni.
Dikategorikan (1) 5 SD = rendah, dan (2) > SD = tinggi
1.3. Pemilikan ternak adalah jumlah
ternak sapi perah induk yang dirniliki dan
diusahakan peternak. Diategorikan, (1) 5 rata-rata pemilikan = rendah, dan >
rata-rata = tinggi
1.4. Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan yang diperoleh semua anggota
keluarga dari berbagai sumber yang dikonversikan kedalam nilai rupiah, selarna
satu bulan terakhir saat penelitian dilakukan. Dikategorikan,(l ) 5 pendapatan
rata-rata = rendah, dan (2) > pendapatan rata-rata = tinggi.
1.5. Pengalaman beternak, adalah keterlibatan peternak dalarn usahatani sapi perah
secara langsung yang diukur dengan lamanya tahun peternak menekuni usaha
ternak sapi perah. Dikategorikan atas, (1) pengalaman 5 rata-rata = rendah, dan
(2) > rata-rata = tinggi
1.6. Kekosmopolitan adalah kekerapan peternak melakukan bepergian keluar
sistem sosialnya dalam satu bulan terakhir. Dikategorikan (1) mobilitas 0-1 kali =
lokalit, dan (2) 2 2 kali = kosmopolit
2. Persepsi peternak terhadap
teknologi perbaikan pakan sapi perah periode
kering,adalah pendapat atau penilaian peternak terhadap sumber informasil
komunikator, sifat teknologi dan media komunikasi.
2.1. Sumber informasi / Komunikator adalah petugas (peneliti dan penyuluh BPTP)
yang mengkomunikasikan pesan teknologi.
Persepsi terhadap komunikator adalah pendapat atau
penilaian peternak
terhadap petugas. Penilaian tersebut meliputi tingkat pengetahuan tentang
materi yang dikomunikasikan,
sikap petugas dalam berkomunikasi, dan
ketrampilan berkomunikasi
2.1.1. Persepsi terhadap tingkat pengetahuan komunikator adalah pendapat I
penilaian peternak terhadap tingkat pengetahuan komunikator tentang materi
pesan (contents) yang dikomunikasikan. Dikategorikan dengan (1) rendah
dan (2)tinggi.
2.1.2. Persepsi terhadap sikap petugas adalah pendapat 1 penilaian responden
terhadap sikap petugas terhadap receiver yakni pendapat Ipenilaian mereka
terhadap sikap positif dan sikap negatif petugas saat mengkomunikasikan
pesan teknologi tersebut kepada mereka. Yang dimaksud dengan sikap
positif adalah sikap petugas yang akrab, sopan, dan sabar. Sedangkan sikap
negatif adalah sikap petugas terhadap receiver yang kurang akrab, sopan,
dan sabar. Dikategorikan dengan (1) negatif, dan (2) positif.
2.1.3. Persepsi terhadap ketrampilan berkomunikasi komunikator adalah pendapat I
penilaian peternak terhadap kemampuan menyampaikan pesan verbal
(berbicara) dan mendengarkan (menyimak) dari komunikator. kemampuan
menyampaikan pesan verbal (lisan) adalah tingkat kemampuan komunikator
menyampaikan pesan lisan dengan menggunakan kata-kata yang tepat yang
mudah diterima receiver. Sedangkan kemampuan mendengarkan (menyimak)
adalah kemampuan komunikator menerima pesan balik (decoding) dari
receiver dan mampu menginterpretasi pesan tersebut sesuai maksud receiver.
Dikategorikan dengan (1) rendah dan (2) tinggi.
2.2. Sifat teknologi adalah sifatlkarakteristik teknologi perbaikan pakan sapi perah
periode kering meliputi : keuntungan relatif, kompleksitas, observabilitas,
trialibilitas, dan kompatibilitas. keuntungan relatif adalah derajat kebaikan 1
keunggulan teknologi. Kompleksitas (kerumitan inovasi) adalah
kerumitan relatif teknologi
tingkat
sehingga sulit untuk dimengerti dan digunakan.
Kompatibilitas adalah derajat kesamaan atau keterkaitan teknologi dengan
nilai-nilai, kepercayaan, dan pengalaman-pengalaman termasuk cara-cara lama
yang sudah diketahui peternak. Trialibilitas adalah tingkat kemungkinan dapat
dicobanya teknologi tersebut dalam skala kecil I terbatas. Obsewabilitas
adalah tingkat dimana
hasil teknologi
dapat dilihat dan dirasakan oleh
pengguna teknologi (peternak sapi perah).
2.2.1. Persepsi terhadap keuntungan relatif teknologi adalah pendapat atau
penilaian responden terhadap kebaikan I keunggulan relatif teknologi
perbaikan pakan sapi perah periode kering dari aspek ekonomi
(meningkatkan jml dan mutu produksi). Dikategorikan dengan (1) rendah ,
dan (2) tinggi
2.2.2. Persepsi terhadap kompleksitas (kerumitan) teknologi adalah pendapat atau
penilaian responden terhadap tingkat kerumitan relatif teknologi perbaikan
pakan sapi perah periode kering
sehingga sulit untuk dimengerti dan
digunakan. Dikategorikan dengan ( 1 ) rendah ( 2 )tinggi
2.2.3. Persepsi terhadap kompatibilitas teknologi adalah pendapat atau penilaian
responden terhadap derajat kesamaan atau keterkaitan teknologi perbaikan
pakan sapi perah periode kering dengan kebiasaan setempat. Diaktegorikan
dengan ( 1 ) Tidak sesuai kebiasaan setempat, dan ( 2 ) sesuai dengan
kebiasaan setempat.
2.2.4. Persepsi terhadap trialibilitas teknologi SUT adalah pendapat atau penilaian
responden terhadap tingkat kemungkinan dapat dicobanya teknologi
perbaikan pakan sapi perah periode kering dalam skala kecil 1 terbatas. (1)
rendah, dan ( 2 )tinggi.
2.2.5. Persepsi terhadap observabilitas teknologi adalah pendapat atau penilaian
responden terhadap tingkat dimana hasil teknologi perbaikan pakan sapi
perah periode kering dapat dilihat dan dirasakan oleh responden. (1)
Rendah, dan (2) Tinggi.
2.3. Media komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dan mendapatkan informasi teknologi perbaikan pakan sapi perah periode
kering meliputi media masa dan media interpersonal. Yang dimaksud dengan
media massa adalah Liptan, Brosur, dan siaran pedesaan. Sedangkan media
interpersonal adalah media tatap muka (faceto face communication).
2.3.1. Persepsi terhadap medium Liptan adalah pendapat atau penilaian responden
terhadap pesan teknologi tersebut yang dimuat dalam Liptan. Penilaian
tersebut meliputi : isi pesan (content), jenis dan ukuran huruf
penunjang, dan muatan pesan.
(font),gambar
2.3.2. Persepsi terhadap medium Brosur adalah pendapat atau penilaian responden
terhadap pesan teknologi
yang dimuat dalam Brosur. Penilaian tersebut
meliputi : isi pesan (content), jenis dan ukuran huruf (font), gambar penunjang,
dan muatan pesan.
2.3.3. Persepsi terhadap medium siaran radio (acara siaran pedesaan) adalah
pendapat atau penilaian responden terhadap pesan teknologi yang disiarkan
melalui siaran radio (acara siaran pedesaan). Penilaian tersebut meliputi : isi
pesan (content), durasi penyiaran, dan waktu penyiaran.
2.3.4.Persepsi terhadap media interpersonal adalah pendapat atau
penilaian
responden terhadap media interpersonal dari sumber pesan teknologi mulai
dari tahapan responden mulai mengenal teknologi tersebut (knowledge)
sampai tahap konfirmasi terhadap teknologi tersebut yang mereka peroleh
melalui komunikasi tatap muka (face to face communication). Dikategorikan
dengan (1) interpersonal oleh BPTP (2) interpersonal oleh non BPTP (opinion
leaders, inovatorlearly adopter, koperasi susu)
3. Intensitas komunikasi adalah frekusnsi responden melakukan komunikasi dala~n
konteks komunikasi interpersonal dyadic dan komunikasi kelompok baik lokalit
maupun kosmopolit. Frekuensi komunikasi untuk masing-masing konteks
komunikasi dikategorikan sebagai berikut :
3.1. Frekuensi komunikasi interpersonal kosmopolit adalah kekerapan responden
mencari dan menerima informasi yang bersumber dari luar lingkungannya.
Meliputi berkunjung ke instansi pemerinyahlswasta, dan atau dikunjungi
petugas. Dikategorikan dengan (1) - = rendah, dan 2 = tinggi
3.2. Frekuensi komunikasi interpersonal lokalit adalah kekerapan peternak mencari
dan
menerima
informasi
yang
bersumber
didalam
lingkungannya.
Dikategorikan dengan 1 = rendah, dan 2 = tinggi
3.3. Frekuensi komunikasi kelompok adalah kekerapan peternak melakukan
komunikasi dalam forum pertemuan kelompok baik pertemuan kelompok
kelompok lokalit maupun kosmopolit
3.3.1. Frekuensi komunikasi kelompok lokalit adalah kekerapan responden
mengikuti pertemuan kelompok dilingkungannya tanpa keterlibatan pihak luar.
Pengkategoriannya;l - = rendah, dan 2 = tinggi
3.3.2. Frekuensi komunikasi kelompok kosmopolit adalah kekerapan responden
mengikuti pertemuan kelompok dengan
pihak diluar sistem sosialnya.
Pengkategoriannya; 1 = rendah, dan 2. tinggi
4.
Keberlanjutan adopsi
menerapkan teknologi
teknologi adalah keputusan responden untuk tetap
perbaikan pakan sapi perah periode kering
Dikategorika: (1) menerapkan teknologi < 100 % (memberikan pakan
konsentrat <1,5 % dari berat badan ternak induk saat peride kering), dan (2)
menerapkan teknologi 100 % (memberikan pakan konsentrat sebanyak 1,5 %
dari berat badan ternak induk saat periode kering)
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain dengan metode survey deskripsi korelasional. Peubah
penelitian yang diamati adalah : Tingkat keberlanjutan adopsi teknologi perbaikan
pakan sapi perah periode kering, sebagai peubah terikat ("dependen variabel"),
dan Karakteristik responden, persepsi peternak terhadap komponen komunikasi
teknologi (sumber informasi, pesanlsifat teknologi, saluran komunikasi), serta
intensitas komunikasi peternak sebagai peubah bebas ("independen variabel").
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Jambu dan Kaliadem Desa Kepuharjo
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Penentuan lokasi tersebut secara
purposive dengan pertimbangan kegiatan penelitianlpengkajian teknologi perbaikan
pakan sapi perah periode kering oleh BPTP Yogyakarta dilaksanakan di wilayah
tersebut.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah anggota kelompok tani ternak Dadi Makmur
(dusun Jambu) dan kelompok tani ternak Ngudi Makmur (dusun Kaliadem). Jumlah
sampel yang diambil adalah sebanyak 50 % dari populasi dengan metoda sampling
sistimatis (systimatic sampling). Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 60 peternak.
Teknis pengambilan sampel dengan metoda sampling sistimatis adalah
penarikkan sampel dari kerangka sampling berdasarkan sampling ratio
yaitu
perbandingan ukuran populasi dengan ukuran sampel (Rakhmat, 1999:79).
Kerangka sempling penelitian ini adalah daftar nama anggota kelompok ternak dadi
Makmur dan Ngudi Makmur (populasi). Jumlah Populasi adalah 120 orang anggota
kelompok. Dengan demikian Sampling ratio = 120 1 60 = 2. Hal ini berarti nomornomor sampel yang diambil adalah setip kelipatan 2, yang diawali dari nomor
pertama yang diambil secara acak.
Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder. Data primer dihimpun dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner, terdiri dari empat bagian meliputi (1) karakteristik responden, (2) persepsi
responden terhadap sumber informasi 1 komunikator, pesan dan media komunikasi
yang digunakan, (3) intensitas komunikasi responden meliputi frekuensi komunikasi
interpersonal lokalit dan kosmopolit, serta frekuensi komunikasi kelompok lokalit dan
kosmopolit. (4) keberlanjutan adopsi teknologi perbaikan pakan sapi perah periode
kering.
Sedangkan data sekunder yaqg dihimpun meliputi data geografis,
demografis, dan data pertanian khususnya perkembangan populasi sapi perah dan
produksi susu sapi Kabupaten Sieman.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) wawancara terstruktur
berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan, (2) Observasi
lapang dengan melakukan pengamatan langsung pada aktivitas peternak
(responden), (3) studi literatur, dan (4) menghimpun data dari instansi terkait.
Validitas dan Reliabilitas lnstrumen
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat
(Arikunto,l998:160). Untuk mendapatkan instrumen penelitian yang sahih, maka
dalam penyusunan kuesioner
berpedoman pada : (1) menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang disesuaikan dengan peubah yang diteliti, (2) mempertimbangkan
hasil penelitian sebelumnya sebagai rujukan, (3) mempertimbangkan teori-teori dan
kenyataan empiris sebagai bahan rujukan, dan (4) memperhatikan tanggapan,
pendapat dan saran-saran dari para pembimbing.
Setelah instrumen tersusun, selanjunya dilakukan uji coba instrumen pada
sejumlah responden dengan karakteristik yang mirip dengan calon responden.
Hasil pengumpulan data uji coba tersebut selanjutnya
dianalisis korelasi
antar masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan teknis
korelasi product moment dengan formula sebagai berikut :
Keterangan :
N
X
Y
XY
= jumlah responden
= skor pernyataan no.1
= skor total
= skor pernyataan no.1 dikalikan skor total
Bila nilai r signifikan pada taraf 1 % atau 5% berarti instrumen tersebut valid.
Dengan kata lain pertanyaan-pertanyaan pada instrumen tersebut memiliki
konsistensi internal. Apabila nilai r tidak signifikan pada taraf 5 %, kemungkinan
pertanyaan kurang baik susunan kalimatnya sehingga menimbulkan persepsi yang
berbeda. Untuk itu pertanyaan perlu diperbaiki
(Ancok, 1995:122 dalam
Singarimbun dan Effendi.(ed) 1995)
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur dapat
diandalkan. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama
dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukut tersebut
reliabel. Artinya reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam
mengukur gejala yang sama.
Untuk menguji reliabilitas instrumen skala bertingkat (rating scale) menurut
Arikunto (1998:193) digunakan rumus alpha sebagai berikut :
Keterangan : rl
k
= reliabilitas instrumen
= banyaknya butir pertanyaan
xob2= jumlah varians butir
o
:
= varians total
Brown dan Thomson (Ghozali: 2000) menyatakan suatu instrumen
(kuesioner) dikatakan reliabel apabila memiliki koofisien reliabilitas lebih dari 0,7.
Hasil analisis uji coba instrumen pada 20 peternak anggota kelompok tani
Dadi Makmur yang tidak termasuk sebagai responden penelitian menunjukkan nilai
r masing-masing item > dari r tabel dengan signifikansi 95 %. Hal ini berarti intrumen
yang digunakan untuk penelitian ini memiliki konsistensi internal. Dengan demikian
instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah validlsahih. Dilain pihak hasil
analisis reliabilitas diperoleh nilai koefisien alpha adalah 0,72 - 0,99, yang berarti
instrumen tersebut andal (reliabel) sebagai instrumen penelitian.
(Hasil analisis validitas dan reliabilitas instrumen terlampir-lampiranl)
Analisis Data
Data penelitian yang telah terhimpun dalam tabulasil induk (master table).
Selanjunya dianalisis sesuai tujuan penelitian ini. Untuk msnganalisis hubungan
antara peubah bebas dengan peubah terikat, menggunakan alat analisis korelasi
Spearman. Sedangkan untuk melihat proporsi peubah bebas dan peubah terikat
menggunakan analisis tabulasi silang (crossfabb), disamping analisis frekuensi.
Analisis-analisis tersebut menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Program
for Sosial Science) versi 8,O.
Download