METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Permasalahan yang dihadapi peternak sapi perah di Kabupaten Sleman, sebagaimana dilaporkan oleh BPTP antara lain adalah rendahnya penguasaan teknologi pertanian tepat guna yang mengakibatkan rendahnya produktivitas susu yang dihasilkan. Bila dikaitkan dengan hasil evaluasi terhadap teknologi introduksi BPTP Yogyakarta melalui kegiatan penelitian SUT berbasis sapi perah ternyata bahwa tidak semua peternak sapi perah yang dibina melalui kegiatan penelitian SUT, mengaplikasikan teknologi introduksi tersebut dalam kegiatan usaha ternak sapi perahnya. Mengacu pada teori pengambilan keputusan inovasi Rogers (1983), yaitu proses yang terjadi pada seseorang atau unit pembuat keputusan, sejak pertama kali mengetahui atau mengenal adanya suatu inovasilteknologi sampai memutuskan untuk mengadopsi dan mengimplementasikan inovasilteknologi tersebut dalam usahatani kemudian mengkonfirmasi keputusan tersebut dengan mengambil suatu keputusan terus mengadopsi atau menolak teknologi itu. Kemudian dihubungkan dengan teori persepsi Effendi (1992) yang menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman dan kebutuhan; serta ada kecenderungan untuk menginterpretasikan pesan keyakinan, maka keberlanjutan adopsi berdasarkan sikap dan teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering introduksi BPTP Yogyakarta melalui kegiatan penelitian SUT berbasis sapi perah oleh para peternak di Kabupaten Sleman juga tergantung pada persepsi individu terhadap komponen-komponen komunikasi dalam mengintroduksi teknologi tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah adalah sumber (komunikator), sifat teknologi introduksi (pesan), dan media komunikasi yang digunakan. Berkaian dengan persepsi seseorang terhadap suatu inovasi, menurut Rakhmat (2000:49), juga dipengaruhi oleh karakteristik individu secara personal. Cuyno dan Lumanta (1979) diacu dalam Valera et a1 (1987:ll I), mengungkapkan salah satu dari beberapa formula yang dapat memudahkan penyuluh (komunikator) mendifusikan inovasi kepada anggota sistem adalah bahwa kesuksesan difusi inovasi tersebut dipengaruhi oleh agen pembaharu yang memperkenalkan inovasi tersebut. Hal ini berarti seorang komunikator sangat berperan dalam proses adopsi dan difusi suatu inovasi kepada pengguna atau anggota sistem sosial. Persepsi peternak terhadap komunikator lebih dipengaruhi oleh ketrampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuanlpendidikan (kredibilitas), dan posisilstatus komunikator dalam sistem sosial budaya. Hal tersebut oleh Berlo (1960:42) disebut empat faktor yang mempengaruhi ketepatan (fidelity) komunikasi komunikator dan komunikan. Dilain pihak Rakhmat (2000:257) menyatakan, kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini Rakhmat menyatakan, didalam kredibilitas terkandung dua ha1 yaitu (1) kredibilitas adalah persepsi komunikate; artinya tidak inheren dalam diri komunikator, dan (2) kredibilitas berkenan dengan sifat-sifat komunikator yang disebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. Lebih lanjut Rakhmat menyatakan, karena kredibilitas itu masalah persepsi, maka kredibilitas berubah tergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi. Rogers dan Shoemaker (1986:146) mengungkapkan lima sifat inovasi dari perspektif penerima inovasi yaitu : keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas. Kelima sifat tersebut mempengaruhi kecepatan adopsi suatu inovasi. Lebih lanjut diilustrasikan bahwa seperti halnya keindahan, 'PC inovasi hanya ada dalam pandangan penontonnya; dan persepsi penonton itulah yang rnempengaruhi tingkah lakunya. Hal ini berarti persepsi pengguna terhadap teknologi introduksi dari perspektif sifat inovasi tersebut berhubungan dengan keputusan inovasi peternak untuk melanjutkan atau menghentikan adopsi teknologi tersebut. Ketepatan penggunaan saluran komunikasi sangat mempengaruhi efektifitas komunikasi. Dalam ha1 ini proses difusi dan keberlanjutan adopsi teknologi tersebut dipengaruhi oleh penggunaan saluran komunikasi secara tepat, interpersonal maupun media massa baik saluran karena masing-masing saluran komunikasi mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Hanafi (1986: 118-24) mengungkap kan bahwa hasil-hasil penelitian menunjukan terdapat peranan yang berbeda untuk setiap saluran komunikasi pada setiap tahap keputusan inovasi. Saluran komunikasi media massa lebih banyak dipergunakan pada tahap pengenalan inovasi, sedangkan saluran interpersonal lebih berperanan pada tahap persuasi. Berdasarkan ha1 tersebut penelitian ini akan mengkaji bagaimana persepsi peternak sapi perah di desa Kepuharjo-Cangkringan- Sleman Yogyakarta terhadap komponen-komponen komunikasi yang meliputi: sumber, pesan, dan saluran komunikasi teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering kepada mereka, sehubungan dengan keputusan inovasi mereka terhadap teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering secara berkelanjutan (sustainable adoption). Disamping itu konsekuensi keputusan inovasi baik adopsi berkeberlanjutan atau penolakkan inovasi dipengaruhi oleh intensitas komunikasi adopter. Sebagaimana diungkapkan oleh Rogers dan Shoemaker (1971), bahwa kontak interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kecenderungan individu dalam menginterpretasikan pesan yang diterima. Hal ini berarti, persepsi individu terhadap stimuli yang diterima (teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering) dipengaruhi oleh intensitas komunikasi individu bersangkutan dengan pihak lain, baik dalam konteks interpersonal dyadic rnaupun kelompok. Dari uraian kerangka pemikiran yang didasarkan pada teori-teori yang relevan tersebut diatas, dapat dikemukakan bahwa keputusan inovasi individu (peternak) pada tahap konfirmasi dimana peternak akan tetap melanjutkan adspsi suatu teknologi atau tidak, berhubungan dengan karakteristik individu bersangkutan, ketepatan komunikasi komunikator, sifat teknologi, saluranlmedia komunikasi yang digunakan dalam mendapatkan pesan, dan intensitas komunikasi. Kajian terhadap ketepatan komunikasi komunikator, sifat teknologi dan saluranlmedia komunikasi dikaji dari perspektif persepsi peternak. Secara skematis kerangka konsep pemikiran penelitian ini seperti gambar 1. Karakteristik Peternak Umur Pendidikan Pemilikan ternak Pendapatan rumah tangga Pengalaman beternak sapi perah Kekosmopolitan Perse si Peternak Terhadap ~um&r, Pesan d m Media komunikasi Teknologi trialibilitas observabilltas kompatibilitas Media komunikasi media masa 4 4 4 + (C) Adopsi tek. 100 % Frekuwensi komunikasi Gambar 1. Kerangka konsep pemikiran hubungan karakteristik peternak, persepsi peternak pada komponen komunikasi (SMC), dan intensitas komunikasi dengan keberlanjutan adopsi teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman -Yogyakarta Definisi Operasional Peubah Definisi operasional peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik pet&nak adalah identitas diri yang melekat pada diri peternak yang dicirikan oleh umur, tingkat Pendidikan, pemilikan ternak, pendapatan rumah tangga, pengalaman beternak sapi peratl, dan kekosmopolitan 1.1. Umur, adalah usia peternak yang dihitung dengan satuan tahun yang dihitung dari hari kelahiran pada hari ulang tahun terdekat terdekat saat penelitian dilakukan. Dikategorikan,(l) 5 usin rata-rata = muda, dan (2) > usia rata-rata = tua 1.2. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditekuni. Dikategorikan (1) 5 SD = rendah, dan (2) > SD = tinggi 1.3. Pemilikan ternak adalah jumlah ternak sapi perah induk yang dirniliki dan diusahakan peternak. Diategorikan, (1) 5 rata-rata pemilikan = rendah, dan > rata-rata = tinggi 1.4. Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan yang diperoleh semua anggota keluarga dari berbagai sumber yang dikonversikan kedalam nilai rupiah, selarna satu bulan terakhir saat penelitian dilakukan. Dikategorikan,(l ) 5 pendapatan rata-rata = rendah, dan (2) > pendapatan rata-rata = tinggi. 1.5. Pengalaman beternak, adalah keterlibatan peternak dalarn usahatani sapi perah secara langsung yang diukur dengan lamanya tahun peternak menekuni usaha ternak sapi perah. Dikategorikan atas, (1) pengalaman 5 rata-rata = rendah, dan (2) > rata-rata = tinggi 1.6. Kekosmopolitan adalah kekerapan peternak melakukan bepergian keluar sistem sosialnya dalam satu bulan terakhir. Dikategorikan (1) mobilitas 0-1 kali = lokalit, dan (2) 2 2 kali = kosmopolit 2. Persepsi peternak terhadap teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering,adalah pendapat atau penilaian peternak terhadap sumber informasil komunikator, sifat teknologi dan media komunikasi. 2.1. Sumber informasi / Komunikator adalah petugas (peneliti dan penyuluh BPTP) yang mengkomunikasikan pesan teknologi. Persepsi terhadap komunikator adalah pendapat atau penilaian peternak terhadap petugas. Penilaian tersebut meliputi tingkat pengetahuan tentang materi yang dikomunikasikan, sikap petugas dalam berkomunikasi, dan ketrampilan berkomunikasi 2.1.1. Persepsi terhadap tingkat pengetahuan komunikator adalah pendapat I penilaian peternak terhadap tingkat pengetahuan komunikator tentang materi pesan (contents) yang dikomunikasikan. Dikategorikan dengan (1) rendah dan (2)tinggi. 2.1.2. Persepsi terhadap sikap petugas adalah pendapat 1 penilaian responden terhadap sikap petugas terhadap receiver yakni pendapat Ipenilaian mereka terhadap sikap positif dan sikap negatif petugas saat mengkomunikasikan pesan teknologi tersebut kepada mereka. Yang dimaksud dengan sikap positif adalah sikap petugas yang akrab, sopan, dan sabar. Sedangkan sikap negatif adalah sikap petugas terhadap receiver yang kurang akrab, sopan, dan sabar. Dikategorikan dengan (1) negatif, dan (2) positif. 2.1.3. Persepsi terhadap ketrampilan berkomunikasi komunikator adalah pendapat I penilaian peternak terhadap kemampuan menyampaikan pesan verbal (berbicara) dan mendengarkan (menyimak) dari komunikator. kemampuan menyampaikan pesan verbal (lisan) adalah tingkat kemampuan komunikator menyampaikan pesan lisan dengan menggunakan kata-kata yang tepat yang mudah diterima receiver. Sedangkan kemampuan mendengarkan (menyimak) adalah kemampuan komunikator menerima pesan balik (decoding) dari receiver dan mampu menginterpretasi pesan tersebut sesuai maksud receiver. Dikategorikan dengan (1) rendah dan (2) tinggi. 2.2. Sifat teknologi adalah sifatlkarakteristik teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering meliputi : keuntungan relatif, kompleksitas, observabilitas, trialibilitas, dan kompatibilitas. keuntungan relatif adalah derajat kebaikan 1 keunggulan teknologi. Kompleksitas (kerumitan inovasi) adalah kerumitan relatif teknologi tingkat sehingga sulit untuk dimengerti dan digunakan. Kompatibilitas adalah derajat kesamaan atau keterkaitan teknologi dengan nilai-nilai, kepercayaan, dan pengalaman-pengalaman termasuk cara-cara lama yang sudah diketahui peternak. Trialibilitas adalah tingkat kemungkinan dapat dicobanya teknologi tersebut dalam skala kecil I terbatas. Obsewabilitas adalah tingkat dimana hasil teknologi dapat dilihat dan dirasakan oleh pengguna teknologi (peternak sapi perah). 2.2.1. Persepsi terhadap keuntungan relatif teknologi adalah pendapat atau penilaian responden terhadap kebaikan I keunggulan relatif teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering dari aspek ekonomi (meningkatkan jml dan mutu produksi). Dikategorikan dengan (1) rendah , dan (2) tinggi 2.2.2. Persepsi terhadap kompleksitas (kerumitan) teknologi adalah pendapat atau penilaian responden terhadap tingkat kerumitan relatif teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering sehingga sulit untuk dimengerti dan digunakan. Dikategorikan dengan ( 1 ) rendah ( 2 )tinggi 2.2.3. Persepsi terhadap kompatibilitas teknologi adalah pendapat atau penilaian responden terhadap derajat kesamaan atau keterkaitan teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering dengan kebiasaan setempat. Diaktegorikan dengan ( 1 ) Tidak sesuai kebiasaan setempat, dan ( 2 ) sesuai dengan kebiasaan setempat. 2.2.4. Persepsi terhadap trialibilitas teknologi SUT adalah pendapat atau penilaian responden terhadap tingkat kemungkinan dapat dicobanya teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering dalam skala kecil 1 terbatas. (1) rendah, dan ( 2 )tinggi. 2.2.5. Persepsi terhadap observabilitas teknologi adalah pendapat atau penilaian responden terhadap tingkat dimana hasil teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering dapat dilihat dan dirasakan oleh responden. (1) Rendah, dan (2) Tinggi. 2.3. Media komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan mendapatkan informasi teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering meliputi media masa dan media interpersonal. Yang dimaksud dengan media massa adalah Liptan, Brosur, dan siaran pedesaan. Sedangkan media interpersonal adalah media tatap muka (faceto face communication). 2.3.1. Persepsi terhadap medium Liptan adalah pendapat atau penilaian responden terhadap pesan teknologi tersebut yang dimuat dalam Liptan. Penilaian tersebut meliputi : isi pesan (content), jenis dan ukuran huruf penunjang, dan muatan pesan. (font),gambar 2.3.2. Persepsi terhadap medium Brosur adalah pendapat atau penilaian responden terhadap pesan teknologi yang dimuat dalam Brosur. Penilaian tersebut meliputi : isi pesan (content), jenis dan ukuran huruf (font), gambar penunjang, dan muatan pesan. 2.3.3. Persepsi terhadap medium siaran radio (acara siaran pedesaan) adalah pendapat atau penilaian responden terhadap pesan teknologi yang disiarkan melalui siaran radio (acara siaran pedesaan). Penilaian tersebut meliputi : isi pesan (content), durasi penyiaran, dan waktu penyiaran. 2.3.4.Persepsi terhadap media interpersonal adalah pendapat atau penilaian responden terhadap media interpersonal dari sumber pesan teknologi mulai dari tahapan responden mulai mengenal teknologi tersebut (knowledge) sampai tahap konfirmasi terhadap teknologi tersebut yang mereka peroleh melalui komunikasi tatap muka (face to face communication). Dikategorikan dengan (1) interpersonal oleh BPTP (2) interpersonal oleh non BPTP (opinion leaders, inovatorlearly adopter, koperasi susu) 3. Intensitas komunikasi adalah frekusnsi responden melakukan komunikasi dala~n konteks komunikasi interpersonal dyadic dan komunikasi kelompok baik lokalit maupun kosmopolit. Frekuensi komunikasi untuk masing-masing konteks komunikasi dikategorikan sebagai berikut : 3.1. Frekuensi komunikasi interpersonal kosmopolit adalah kekerapan responden mencari dan menerima informasi yang bersumber dari luar lingkungannya. Meliputi berkunjung ke instansi pemerinyahlswasta, dan atau dikunjungi petugas. Dikategorikan dengan (1) - = rendah, dan 2 = tinggi 3.2. Frekuensi komunikasi interpersonal lokalit adalah kekerapan peternak mencari dan menerima informasi yang bersumber didalam lingkungannya. Dikategorikan dengan 1 = rendah, dan 2 = tinggi 3.3. Frekuensi komunikasi kelompok adalah kekerapan peternak melakukan komunikasi dalam forum pertemuan kelompok baik pertemuan kelompok kelompok lokalit maupun kosmopolit 3.3.1. Frekuensi komunikasi kelompok lokalit adalah kekerapan responden mengikuti pertemuan kelompok dilingkungannya tanpa keterlibatan pihak luar. Pengkategoriannya;l - = rendah, dan 2 = tinggi 3.3.2. Frekuensi komunikasi kelompok kosmopolit adalah kekerapan responden mengikuti pertemuan kelompok dengan pihak diluar sistem sosialnya. Pengkategoriannya; 1 = rendah, dan 2. tinggi 4. Keberlanjutan adopsi menerapkan teknologi teknologi adalah keputusan responden untuk tetap perbaikan pakan sapi perah periode kering Dikategorika: (1) menerapkan teknologi < 100 % (memberikan pakan konsentrat <1,5 % dari berat badan ternak induk saat peride kering), dan (2) menerapkan teknologi 100 % (memberikan pakan konsentrat sebanyak 1,5 % dari berat badan ternak induk saat periode kering) Desain Penelitian Penelitian ini didesain dengan metode survey deskripsi korelasional. Peubah penelitian yang diamati adalah : Tingkat keberlanjutan adopsi teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering, sebagai peubah terikat ("dependen variabel"), dan Karakteristik responden, persepsi peternak terhadap komponen komunikasi teknologi (sumber informasi, pesanlsifat teknologi, saluran komunikasi), serta intensitas komunikasi peternak sebagai peubah bebas ("independen variabel"). Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Jambu dan Kaliadem Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Penentuan lokasi tersebut secara purposive dengan pertimbangan kegiatan penelitianlpengkajian teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering oleh BPTP Yogyakarta dilaksanakan di wilayah tersebut. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah anggota kelompok tani ternak Dadi Makmur (dusun Jambu) dan kelompok tani ternak Ngudi Makmur (dusun Kaliadem). Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 50 % dari populasi dengan metoda sampling sistimatis (systimatic sampling). Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 60 peternak. Teknis pengambilan sampel dengan metoda sampling sistimatis adalah penarikkan sampel dari kerangka sampling berdasarkan sampling ratio yaitu perbandingan ukuran populasi dengan ukuran sampel (Rakhmat, 1999:79). Kerangka sempling penelitian ini adalah daftar nama anggota kelompok ternak dadi Makmur dan Ngudi Makmur (populasi). Jumlah Populasi adalah 120 orang anggota kelompok. Dengan demikian Sampling ratio = 120 1 60 = 2. Hal ini berarti nomornomor sampel yang diambil adalah setip kelipatan 2, yang diawali dari nomor pertama yang diambil secara acak. Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer dihimpun dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner, terdiri dari empat bagian meliputi (1) karakteristik responden, (2) persepsi responden terhadap sumber informasi 1 komunikator, pesan dan media komunikasi yang digunakan, (3) intensitas komunikasi responden meliputi frekuensi komunikasi interpersonal lokalit dan kosmopolit, serta frekuensi komunikasi kelompok lokalit dan kosmopolit. (4) keberlanjutan adopsi teknologi perbaikan pakan sapi perah periode kering. Sedangkan data sekunder yaqg dihimpun meliputi data geografis, demografis, dan data pertanian khususnya perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu sapi Kabupaten Sieman. Pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) wawancara terstruktur berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan, (2) Observasi lapang dengan melakukan pengamatan langsung pada aktivitas peternak (responden), (3) studi literatur, dan (4) menghimpun data dari instansi terkait. Validitas dan Reliabilitas lnstrumen Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,l998:160). Untuk mendapatkan instrumen penelitian yang sahih, maka dalam penyusunan kuesioner berpedoman pada : (1) menyusun pertanyaan- pertanyaan yang disesuaikan dengan peubah yang diteliti, (2) mempertimbangkan hasil penelitian sebelumnya sebagai rujukan, (3) mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan empiris sebagai bahan rujukan, dan (4) memperhatikan tanggapan, pendapat dan saran-saran dari para pembimbing. Setelah instrumen tersusun, selanjunya dilakukan uji coba instrumen pada sejumlah responden dengan karakteristik yang mirip dengan calon responden. Hasil pengumpulan data uji coba tersebut selanjutnya dianalisis korelasi antar masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan teknis korelasi product moment dengan formula sebagai berikut : Keterangan : N X Y XY = jumlah responden = skor pernyataan no.1 = skor total = skor pernyataan no.1 dikalikan skor total Bila nilai r signifikan pada taraf 1 % atau 5% berarti instrumen tersebut valid. Dengan kata lain pertanyaan-pertanyaan pada instrumen tersebut memiliki konsistensi internal. Apabila nilai r tidak signifikan pada taraf 5 %, kemungkinan pertanyaan kurang baik susunan kalimatnya sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda. Untuk itu pertanyaan perlu diperbaiki (Ancok, 1995:122 dalam Singarimbun dan Effendi.(ed) 1995) Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukut tersebut reliabel. Artinya reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen skala bertingkat (rating scale) menurut Arikunto (1998:193) digunakan rumus alpha sebagai berikut : Keterangan : rl k = reliabilitas instrumen = banyaknya butir pertanyaan xob2= jumlah varians butir o : = varians total Brown dan Thomson (Ghozali: 2000) menyatakan suatu instrumen (kuesioner) dikatakan reliabel apabila memiliki koofisien reliabilitas lebih dari 0,7. Hasil analisis uji coba instrumen pada 20 peternak anggota kelompok tani Dadi Makmur yang tidak termasuk sebagai responden penelitian menunjukkan nilai r masing-masing item > dari r tabel dengan signifikansi 95 %. Hal ini berarti intrumen yang digunakan untuk penelitian ini memiliki konsistensi internal. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah validlsahih. Dilain pihak hasil analisis reliabilitas diperoleh nilai koefisien alpha adalah 0,72 - 0,99, yang berarti instrumen tersebut andal (reliabel) sebagai instrumen penelitian. (Hasil analisis validitas dan reliabilitas instrumen terlampir-lampiranl) Analisis Data Data penelitian yang telah terhimpun dalam tabulasil induk (master table). Selanjunya dianalisis sesuai tujuan penelitian ini. Untuk msnganalisis hubungan antara peubah bebas dengan peubah terikat, menggunakan alat analisis korelasi Spearman. Sedangkan untuk melihat proporsi peubah bebas dan peubah terikat menggunakan analisis tabulasi silang (crossfabb), disamping analisis frekuensi. Analisis-analisis tersebut menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Program for Sosial Science) versi 8,O.