13 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan Afrika. Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia (Wirawan dan wahab, 2007). Di Indonesia daerah-daerah penghasil tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus daerah Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung dibudidayakan cukup intensif karena selain tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman jagung, di daerah tersebut khususnya Madura jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok (Warisno, 2007). Jagung merupakan salah satu pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan jagung sebagai bahan pangan yang penting. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam untuk pakan ternak dan bahan baku industri (Suprapto, 1999). 1 Universitas Sumatera Utara 14 Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan (mensubstitusi) beras sebab : 1. Jagung memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori yang terkandung pada padi 2. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan biji padi, sehingga jagung dapat pula menyumbangkan sebagian kebutuhan protein yang diperlukan manusia 3. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak kering pun jagung masih dapat ditanam (AAK, 2006). Prospek usaha tani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan. Hasil penelitian agroekonomi tahun 19811986 menunjukkan bahwa permintaan terhadap jagung terus meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan laju pertumbuhan penduduk, peningkatan konsumsi perkapita, perubahan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan benih (Rukmana, 1997). Penyakit bulai atau downy mildew pada jagung sejak lama dirasa menimbulkan kerugian yang sangat besar, sehingga banyak dikenal antara para petani. Penyakit bulai adalah penyakit terpenting pada pertanian jagung di Indonesia. Kerugian karena penyakit ini dapat mencapai kerugian hingga 90%, Universitas Sumatera Utara 15 sehingga penyakit ini menyebabkan penanaman jagung mengandung resiko yang tinggi (Silitonga, dkk., 2007). Penyakit bulai adalah penyakit yang paling merusak pada tanaman jagung di Indonesia (Sudjono, 1979) maupun di negara lain di dunia. Di Indonesia dilaporkan penyebaran penyakit bulai meliputi 25 provinsi. Walaupun ada 5 species Peronosclerospora penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung telah dilaporkan (Renfo, 1980) hanya ada 2 species yang telah dilaporkan sampai saat ini di Indonesia yaitu P. maydis dan P. philippinensis (Wakman, 2001). Hawar daun termasuk penyakit penting tanaman jagung dan telah menyebar di banyak negara di Amerika, Asia, Afrika, dan Eropa. Penyakit ini umumnya berkembang di negara subtropis. Di daerah tropis, penyakit hawar daun dapat berkembang di dataran tinggi. Di Indonesia, penyakit hawar daun jagung pertama kali dilaporkan berjangkit di daerah dataran tinggi Sumatera Utara pada tahun 1917. Gejala penularannya ditandai oleh munculnya bercak daun yang kemudian melebar hingga daun jagung mengering (Wakman, 2004). Penyakit ini ditemukan di lapangan baik pada fase vegetatif maupun fase generatif (Pakki,et al., 1997) dan keberadaannya sangat berhubungan dengan iklim dan varietas. Pada iklim yang sesuai dan varietas yang rentan perkembangannya sangat baik sedangkan pada daerah yang cekaman iklimny kurang menguntungkan perkembangan penyakit ini akan terhambat. Diketahui faktor-faktor yang dominan seperti curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif rendah berperan dalam fluktuasi intensitas serangan penyakit hawar daun (Pakki dan Muis, 1999). Universitas Sumatera Utara 16 Penyakit karat pada jagung di Indonesia baru menarik perhatian pada tahun 1950-an. Jamur yang diidentifikasi adalah jenis Puccinia sorghi Schweinitz. Diberitakan bahwa pada waktu baru masuk di Afrika Puccinia sp. menimbulkan kerugian sampai sekitar 70% (Hollyday 1980 dalam Semangun, 1993). Salah satu kendala dalam meningkatkan dan mempertahankan produksi jagung adalah serangan penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Helminthosporium sp. penyakit ini menyebabkan kehilangan hasil hingga 59%, terutama bila infeksi terjadi sebelum bunga betina keluar. Species yang dominan menyerang pertanaman jagung di dataran rendah adalah Helminthosporium maydis (Pakki, 2005). Penyakit bakteri yang menyerang tanaman jagung dilaporkan ada sebanyak 7 jenis penyakit bakteri yang menginfeksi tanaman. Bakteri patogen umumny bersel tunggal, berbentuk batang, tidak berspora dengan panjang mencapai 3 µm. Beberapa species mempunyai flagel satu sampai banyak untuk bergerak. Salah satu jenis bakterinya adalah Pseudomonas adropogonis Smith yang berkembang di dalam tanaman menyebabkan kematian sel atau nekrosa, pertumbuhan yang abnormal (Wakman dan Burhanudin, 2009). Ada lebih dari 40 jenis virus pada tanaman jagung yang telah dilaporkan di seluruh duniia. Namun demikian, persamaan gejala dari beberapa virus adanya strain virus, tanaman yang terinfeksi virus tunggal atau ganda, dan tidak adanya karakterisasi yang membingungkan dalam mengidentifikasi virus di lapangan. Selain itu, gejala tanaman yang terjangkit virus sering dikacaukan oleh gejala tanaman yang tertular mikoplasme atau gejala abnormal akibat kelainan genetik Universitas Sumatera Utara 17 atau malnutrisi. Penyakit yang disebabkan virus antara lain penyakit virus kerdil klorotik (Chlorotic Dwarf Virus = CDV), mosaik virus (Mosaic Virus Disease = MVD), virus gores (Streak Virus Disease = SVD) (Wakman dan Burhanudin, 2009). Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Nitrogen terhadap penyakit daun tanaman jagung (Zea mays L.) pada beberapa varietas di lapangan. Hipotesa Penelitian Ada pengaruh pemberian pupuk Nitrogen terhadap perkembangan penyakit pada daun tanaman jagung (Zea mays L.) di lapangan Pemberian pupuk Nitrogen dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan penyakit pada daun tanaman jagung (Zea mays L.) di lapangan Kombinasi pemberian pupuk Nitrogen dan beberapa varietas jagung mempengaruhi perkembangan penyakit daun tanaman jagung (Zea mays L.) Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara