FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 The Factors Associated with the Incidence of Premature Rupture of Membrane at General Hospital Ungaran Semarang Regency Iin Novita Sari [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Data ibu bersalin di RSUD Ungaran Tahun 2015 yaitu 549 ibu. Anemia, kelainan letak janin dan riwayat KPD sebelumnya merupakan faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini (KPD) pada ibu bersalin dan berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu. Tujuan Penelitian: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Responden adalah ibu bersalin. Teknik pengambilan sampel urposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Hasil Penelitian: Menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan ketuban pecah dini (p-value < 0,0001), ada hubungan yang signifikan anatara kelainan letak janin dengan ketuban pecah dini (p-value < 0,0001), ada hubungan signifikan anatara riwayat KPD sebelumnya dengan ketuban pecah dini (p-value < 0,0001). Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara anemia, kelainan letak janin, dan riwayat KPD sebelumnya dengan ketuban pecah dini. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 1 ABSTRACT Background: There are 549 postpartum mothers giving birth at RSUD Ungaran in 2015. Anemia, abnormal fetal position, and history of previous premature rupture of membrane are the causative factors of premature rupture of membranes (PRoM) on the pregnant mother and have an effect on the maternal morbidity and mortality. Purpose: To identify the factors associated with the incidence of premature rupture of membrane at General Hospital Ungaran Semarang Regency. Method: This was an analytical correlative study with cross sectional approach. The respondents in this study were pregnant mothers. The data sampling used purposive sampling technique. The data analysis used chi square test. Result: The results of this study indicated that there was a significant correlation between anemia and premature rupture of membrane (p-value < 0.0001), there was a significant correlation between the abnormal fetal position and premature rupture of membrane (p-value < 0.0001), there was a significant correlation between the history of previous premature rupture of membrane and premature rupture of membrane (p-value < 0.0001). Conclusion: There is a significant correlation between anemia, abnormal fetal position, history of previous premature rupture of membrane and the incidence of premature rupture of membrane. Keywords : Premature rupture of membranes, anemia, abnormal fetal position, history of previous PRoM PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan ibu merupakan salah satu perhatian dari World Health Organization (WHO) karena Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. Kematian ibu terjadi disebabkan oleh hubungan yang tidak langsung atau langsung terhadap persalinan. WHO memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses persalinan. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian ibu merupakan akibatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO,2014). Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu sekitar 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214/100.000 kelahiran hidup, Filipina 170/100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160/100.000 kelahiran hidup, Thailand 44/100.000 kelahiran hidup, Brunei 60/100.000 kelahiran hidup dan Malaysia 39/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, terakhir yang dilaksanakan tahun 2012 Angka Kematian Ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 126,55 per 100.000 kelahiran hidup (711 kasus) mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013 yaitu sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup (668 kasus). Faktor-faktor penyebab kematian ibu yakni perdarahan (22.93%), hipertensi (28,10%), Infeksi (3,66%), gangguan system peredaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 2 darah (4,93%) dan lain-lain (42,33%) ( Dinkes Prov. Jateng,2015). Kepala Dinkes Jateng mengatakan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, angka kematian ibu melahirkan terus mengalami peningkatan, bahkan pada 2014 tercatat 711 kasus. Tahun 2013 tercatat 668 kasus, 2012 (675 kasus), 2011 (668 kasus), dan 611 kasus kematian ibu melahirkan terjadi pada 2010. Angka kematian ibu paling banyak terjadi di kabupaten brebes dengan 73 kasus, disusul tegal dengan 47 kasus, grobongan 43 kasus, pemalang 40 kasus, dan pekalongan 39 kasus (Dinas Kesehatan Prov. Jateng, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Semarang pada tahun 2014 sebanyak 33 kasus dari jumlah 26.992 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 122,2/100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan sebesar 14,3% jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 29 kasus dari 26.547 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 107,95/100.000. kematian ibu tertinggi di Kabupaten Semarang adalah karena eklampsia (48,48%), perdarahan (24,24), penyakit sebesar 18,18% infeksi sebesar 3,03% KPD sebesar 3,04% dan lain-lain sebesar 6,06 % (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2014). Penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi. Dari lima penyebab ini Ketuban Pecah Dini masuk ke dalam infeksi yaitu menduduki urutan ketiga penyebab kematian ibu di Indonesia karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan berlangsung (Prawirohardjo, 2010). Ada sumber lain yang menyatakan bahwa Ketuban Pecah Dini atau spontaneus/early/premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 2013). Komplikasi yang terjadi akibat KPD dapat berdampak pada ibu dan janin atau bayi. Pada ibu antara lain adalah infeksi intrapartal, infeksi puerperalis,partus lama, perdarahan postpartum. Pada janin atau bayi akan mengalami prematuritas, prolapse peniculli atau penurunan tali pusat, hipoksia atau asfiksia, dan sindrom defermitas janin (Mochtar, 2013). Anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk menghadapi kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga dapat menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan prematur. Bahaya terhadap janin, sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Pengaruh anemia terhadap kehamilan adalah KPD (Manuaba, 2007). Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau karena kedua faktor tersebut (Mochtar, 2013). Ada sumber yang menyebutkan bahwa penyebab dari ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti, maka usaha preventif tidak Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 3 dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. Kemungkinan yang terjadi faktor predisposisi adalah infeksi, keadaan sosial ekonomi, overdistensi uterus, servik inkompeten, kelainan letak janin, paritas, anemia, riwayat ketuban pecaah dini sebelumnya, merokok selama kehamilan, usia ibu dan riwayat hubungan seksusal (Nugroho, 2012). Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan, angka tersebut meningkat setiap tahunnya hal ini yang harus dipertahankan oleh tenaga medis agar angka kejadian KPD dapat dikendalikan (Jumiarni, 2011). Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD) tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini ke rumah sakit dan melahirkan bayinya yang usia gestasinya >37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrautrin (Sujiyatini, 2009). Pada kehamilan akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kepala maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di fundus, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya (Maria, 2007). Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilahan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandung kolagen yang semakin menurun paada kehamilan berikutnya (Varney, 2008). Pada kehamilan akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kepala maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas difundus, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya (Maria, 2007). Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di RSUD Ungaran Kab. Semarang menunjukan bahwa pasien yang mengalami Ketuban Pecah Dini dari tahun 2014-2015 masih ada ibu yang mengalami KPD setiap tahunnya. Ditahun 2014 tercatat kejadian ketuban pecah dini sebanyak 140 (56%) orang dari 250 ibu bersalin normal. Dan pada tahun 2015 sebanyak 106 orang dari 322 ibu yang bersalin normal. Dari 106 orang yang mengalami Ketuban Pecah Dini, 12 (11,32%) diantaranya adalah dikarenakan Anemia pada kehamilan, 27 (25,47%) ibu bersalin yang mengalami kelainan letak dan berakhir dengan persalinan Sectio Caesarea, 34 (32,07%) ibu bersalin yang mempunyai riwayat Ketuban Pecah Dini sebelumnya, selain itu dari jumlah kasus di atas Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kab. Semarang ini banyak terjadi pada ibu yang memiliki riwayat Ketuban Pecah Dini sebelumnya. Berdasarkan uraian data-data yang dikemukakan di atas penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 4 judul Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran tahun 2015 yang meliputi anemia pada ibu, kelainan letak janin, serta riwayat KPD sebelumnya. METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan maka penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini total pasien yang bersalin tahun 2015 sejumlah 611 pasien. Dalam penentuan jumlah sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pertimbangan yang digunakan unruk menentukan sampel adalah data rekam medis ibu bersalin yang diisi lengkap mencakup anemia, kelainan letak dan riwayat kpd sebelumnya sehingga didapatkan hasil 549 ibu bersalin di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dimana berasal dari register atau rekam medik tentang jumlah KPD pada ibu bersalin di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada Tahun 2015. Dalam penelitian yang dilakukan menggunakan analisa univariat dan bivariat. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat 1. Anemia Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anemia Pada Ibu di RSUD Ungaran Tahun 2015 Anemia Frekuensi Ya Tidak Total 69 480 549 Presentase (%) 12,6 87,4 100,0 Berdasarkan 4.2 menunjukan bahwa dari ibu bersalin yang anemia ada sejumlah 69 ibu (12,6%) sedangkan dari ibu yang tidak anemia ada sejumlah 480 ibu (87,4%). 2. KelainanLetakJanin Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelainan Letak Janin di RSUD Ungaran Tahun 2015 Kelainan Presentase Letak Frekuensi (%) Janin Ya 65 11,8 Tidak 484 88,2 Total 549 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 549 reponden yang memiliki kelainan letak janin ada sejumlah 65 ibu (11,8%) sedangkan ibu yang tidak memiliki kelainan letak janin ada sejumlah 484 ibu (88,2%). 3. Riwayat KPD Sebelumnya Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat KPD Sebelumnya di RSUD Ungaran Tahun 2015 Riwayat Presentase KPD Frekuensi (%) Sebelumnya Ya 95 17,5 Tidak 453 82,5 Total 549 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa ibu yang mempunyai riwayat KPD sebelumnya ada sejumlah 95 (17,5%), sedangkan ibu yang tidak mempunyai riwayat KPD sebelumnya ada sejumlah 453 ibu (82,5%). 4. Kejadian Ketuban Pecah Dini Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Tahun 2015 KPD Frekuensi Ya Tidak Total 106 443 549 Presentase (%) 19,3 80,7 100,0 Berdasarkan tabel 4.4menunjukkan bahwa dari 549 ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini ada sejumlah 106 ibu (19,3%) ibu dan yang tidak Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 5 mengalami ketuban pecah dini ada sejumlah 443 ibu (80,3%). kelainan letak janin ada sejumlah 29 ibu (44,6%). Hasil uji statistik chi square didapatkan p value < 0,0001 (p< 0,005) artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelainan letak janin dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variable bebas yang diteliti meliputi anemia, kelainan letak janin, dan riwayat KPD sebelumnya dengan variabel terikat yaitu kejadian KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015. Hasil analisis bivariat tersebut dapat dilihat sebagai berikut : 1. Hubungan antara Anemia dengan Kejadian KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015 Tabel 4.5 Hubungan antara anemia dengan Kejadian KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015 3. Hubungan antara Riwayat KPD Sebelumnya dengan Kejadian KPD di RSUD UngaranTahun 2015 Tabel 4.7 Hubungan antara Riwayat KPD Sebelumnya dengan Kejadian KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015 KejadianKPD KPD Tidak KPD Total p-value f % f % f % Anemia 61 41,8 85 58,2 146 100 Tidak Anemia 45 11,2 358 88,8 403 100 <0,0001 Jumlah 106 19,3 443 80,7 549 100 KejadianKPD Riwayat KPD KPD Tidak Total p-value sebelumnya f % f % f % Ada 40 41,7 56 58,3 96 100 Tidak 66 14,6 387 85,4 453 100 < 0.0001 Jumlah 106 19,3 443 80,7 549 100 Anemia Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa ibu bersalin yang anemia dan mengalami KPD ada sejumlah 61 ibu (41,8%). Hasil uji statistik chi square didapatkan p value < 0,0001 (p <0,005) artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. 2. Hubungan antara Kelainan Letak Janin dengan Kejadian KPD di RSUD UngaranTahun 2015 Tabel 4.6 Hubungan antara Kelainan Letak Janin dengan Kejadian KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015 Kelainan Letak KPD janin f % Ada 29 44,6 Tidak 77 15,9 Jumlah 106 19,3 KejadianKPD Tidak KPD Total p-value f % f % 36 55,4 65 100 407 84,1 484 100 < 0,0001 443 80,7 549 100 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 549 ibu bersalin yang mengalami KPD dengan Bedasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 549 ibu bersalin yang mengalami KPD dengan riwayat KPD sebelumnya ada sejumlah 40 (41,7%) . Hasil uji statistik chi square didapatkan p value < 0,0001 (p<0,005) artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat KPD sebelumnya dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Gambaran anemia pada ibu bersalin di RSUD Ungaran Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran anemia pada ibu bersalin di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 dari 549 responden didapatkan sebanyak 69responden (12,6%)yang mengalami anemia pada ibu bersalin. Anemia pada kehamilan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 6 adalah anemia karena kekurangan zat besi. Presediaan zat besi minumal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alice (2013) hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh antara anemia terhadap kejadian ketuban pecah dini dimana hasil tes ch square didapatkan hasil p-value 0,000 <0,05, dengan OR sebesar 20,98. Ada pengaruh antara usia kehamilan terhadap kejadian ketuban pecah dini dimana hasil tes chi square menunjukan p value 0,007 < 0,05. 2. Gambaran kelainan letak janin di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran kelainan letak janin pada ibu bersalin di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 dari 549 responden didapatkan sebanyak 65responden (18,8%)yang mengalami kelainan letak janin pada ibu bersalin. Pada kelianan letak sungsang atau letak lintang tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. Menurut Maria (2007) pada kehamilan akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang telipat lebih besar dari pada kepala maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di fundus, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil segmen bawah uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya. 3. Gambaran riwayat ketuban pecah dini sebelumnya di RSUD Ungaran Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran riwayat ketuban pecah dini sebelumnya pada ibu bersalin di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 dari 549 responden didapatkan sebanyak 95responden (17,5%)yang mengalami riwayat KPD sebelumnya pada ibu bersalin. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Menurut Varney 2008 wanita yang perna mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang peralinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 7 4. Gambaran kejadian ketuban pecah dini di RSUD Ungaran Tahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 dari 549 responden didapatkan sebanyak 106responden (19,3%)yang mengalami kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Menurut Prawirohardjo 2010, ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 810% perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Anemia dengan Kejadian KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa ibu bersalin yang anemia dan mengalami KPD ada sejumlah61 ibu (41,8%). Hasil uji statistik chi square didapatkan p value < 0,0001 (p <0,005) artinya dapat disimpulkan bahwaada hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurul Huda (2013), dengan hasil responden pada yang mengalami anemia sebanyak 65,6% (82 orang) dan responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 34,4% (43 orang). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nikadek (2013) dengan hasil uji statistik di peroleh p value 0,029 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara anemia dengan kejadian KPD. Berdasarkan teori Manuaba (2007) yang mengatakan bahwa anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk menghadapi kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga dapat menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan premature. Bahaya terhadap janin sekalipun tampak janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolism tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Pengaruh anemia kehamilan adalah KPD. Selain itu ketuban pecah dini dapat disebabkan juga oleh Anemia yang menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena se-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan daran. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan sehingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partusimatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis ), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 8 2. Hubungan antara Kelainan Letak Janin dengan Kejadian KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 549 ibu bersalin yang mengalami KPD dengan kelainan letak janinada sejumlah 29 ibu (44,6%). Hasil uji statistik chi square didapatkan p value < 0,0001 (p< 0,005) artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelainan letak janin dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh sari (2013) dengan hasil responden pada yang mengalami kelainan letak janin sebanyak 17,95% (21 orang) dan responden yang tidak mengalami kelainan letak janin sebanyak 52,05% (96 orang). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Leihitu (2015) dengan hasil uji statistik di peroleh p value 0,171 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kelainan letak dengan kejadian KPD. Berdasarkan teori Rukiyah (2010) yang mengemukakan bahwa kelainan letak janin merupakan salah satu factor yang menyebabkan ketuban pecah dikarenakan keadaan atau posisi janin yang tidak sesuai dengan jalan lahir, seperti letak lintang dan letak sungsang sehinnga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah sehingga menyebabkan ketuban mudah pecah dikarenakan ketuban bagian terendah langsung menerima tekanan intrauteri yang dominan. Teori ini mendukung hasil penelitian yang didapatkan bahwa ibu yang mengalami kelainan letak janin dimana hal tersebut dapat terjadi diakibatkan oleh tidak adanya bagian janin yang menutupi pintu atas panggul (PAP) sehungga tidak dapat menghalangi tekanan yang dominasi pada bagian membrane ketuban bagian bawah. Sejalan degan Fraser, D.M dan Cooper, M.A eds(2009), bahwa setiap kelainan letak, sering dihubungkan dengan awalnya pecah ketuban oleh karena terjadi penekanan membrane yang tidak merata pada kantung yang meliputi cairan ketuban, hal ini dapat meingkakan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruang dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak sehingga memungkinnkan janin bergerak dengan leluasa, dan demikian janin dapat menempatkan diri dalam letak sungsal/lintang. Pada kehamilan trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada didalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah rahim. Letak sungsang dapat memungkinkan keteganggan rahim meningkat, sedangkan pada letak lintang bagian terendah adalah bahu sehingga tidak dapat menutupi pintu atas panggung yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah, maupun pembukaan serviks. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Lestari (2013) yang menunjukan terdapat hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadianKPD dengan p value sebesar 0,000 dan penelitian Sari (2013) yang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 9 menyatakan bahwa ada hubungan antara kelainan letak dengan kejadian KPD dengan nilai χ² hitung (4,50) > χ² tabel (3,84). 3. Hubungan antara Riwayat KPD Sebelumnya dengan Kejadian KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015 Bedasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 549 ibu bersalinyang mengalami KPD dengan riwayat KPD sebelumnya ada sejumlah 40 (41,7%) . Hasil uji statistik chi square didapatkan p value < 0,0001 (p<0,005) artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat KPD sebelumnya dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Adanya hubungan riwayat KPD sebelumnya dengan kejadian KPD didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septiana (2014) sebagian besar responden memiliki riwayat KPD sebanyak 36 responden (50,3%) dan tidak memilkiki riwayat KPD sebanyak 35 (47,5%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,020 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat KPD sebelumnya dengan kejadian KPD. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD paterm terutama pada pasie risiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelan persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali anara 3-4 kali dari wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena komposisi membrane yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2010). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Juwita (2007), yang meneliti tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya Ketuban Pecag Dini di rumah bersalin Tiyanto Maospati yang menyatakan bahwa riwayat KPD sebelumnya merupakan factor risikonya terjadinya KPD dan penelitian oleh Tahir (2012) yang meneliti tetang factor determinan KPD di RSUD Syekh Yusuf diketahui bahwa ada hubungan antara factor determinan KPD dengan kejadian KPD dengan nilai p value 0,003 dimana KPD dapat dipengaruhi oleh faktor riwayat KPD sebelumnya. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 4,7 yang artinya ibu yang pernah mengalami KPD beresiko 4,7 kali lebih besar dibandingkan yang tidak pernah mengalami KPD. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Ketuab Pecah Dini di RSUD Ungaran Tahun 2015, dimana dalam penelitian ini di tarik kesimpulan : 1. Distribusi ibu bersalin berdasarkan anemia yang mengalami KPD di RSUD Ungaran menunjukan bahwa dari ibu bersalin pada ibu yang memiliki anemia yaitu 69 ibu (12,6%). 2. Distribusi ibu bersalin berdasarkan kelainan letak janin terhadap kejadian KPD di RSUD Ungaran menunjukan bahwa dari ibu bersalin pada ibu yang mengalami kelainan letak janin sebanyak 65ibu (11,8%). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 10 3. Distribusi ibu bersalin berdasarkan riwayat KPD sebelumnya terhadap kejadian KPD di RSUD Ungaran menunjukkan pada kelompok kasus sebagian besar adalah ibu yang mempunyai riwayat KPD sebelumnya yaitu 95 ibu (17,5%). 4. Distribusi ibu bersalin yang mengalami KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015 menunjukan sebanyak 106 ibu (19,3%). 5. Ada hubungan antara anemia dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran (p value = 0,000) artinya angka ini menunjukkan anemia mengalami KPD di RSUD Ungaran sebanyak 61 ibu (41,8%). 6. Ada hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran (p value = 0,000) artinya angka ini menunjukan kelainan letak janin dengan KPD di RSUD Ungaran sebanyak 29 ibu (44,6 %). 7. Ada hubungan antara riwayat KPD sebelumnya dengan kejadian KPD di RSUD Ungaran (p value = 0,000) artinya ibu yang memilki riwayat KPD sebelumnya di RSUD Ungaran sebanyak 40 ibu (41,7%). Penyusunan penelitian ini tentunya telah dibantu oleh beberapa pihak di mana peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya. Beberapa pihak yang membantu diantaranya adalah pihak institusi pendidikan Universitas Ngudi Waluyo yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu, kemudian kepada dosen pembimbing dan penguji yang telah melakukan bimbingan dalam penyusunan, kepada pihak RSUD Ambarawa yang telah memperbolehkan dilakukannya penelitian, kepada semua teman dan keluarga yang terlibat membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Chunningham. (2010). Obstetri Wiliam. Jakartta: EGC. Dewi, Fitria Kurnia. (2012). Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Dr. Asmir Salatiga. Jurnal Karya Tulis Ilmiah. Ungaran: Akbid Ngudi Waluyo. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Jawa Tengah: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014. Jawa Tengah: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Jawa Tengah: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Feryanto, Ahmad. (2012). Kebidanan Patologi. Salemba Medika Asuhan Jakarta: Fraser, Diane M. Dan Cooper, Margaret A. (2009). Myles Buku Ajar Bidan, Ed. 14. Jakarta: EGC Jumiarni, I. (2011). Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC Manuaba, C. (2007). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Maria (2007) Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC Mochtar, Rustam (2013). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologis Obstetri Patologis. Jakarta : EGC. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 11 Morgan, Geri. (2009). Obstetri Ginekologi Praktik Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Setiawan. Ari (2010). Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Nuha Medika: Bantul, Yogyakarta Nugroho, I. (2012). Obsgyn : Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika. Sinsin, Lis. (2008). Seri ‘Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Prawirahardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kesehatan Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Profil Kesehatan Indonesia Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Ratna Sujiyatini, dkk. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Ketuban Pecah Dini Rumah Sakit Umum Daerah Padangdisingpuan. Skripsi. Padang: Program Studi S1 Keperawatan Universitas Baiturahman Padang. Rukiyah dan Yulianti. (2011). Asuhan Kebidanan IV (patologi). Jakarta: CV Taurus Indo Medika. Saifuddin. A.B. (2009). Pelayanan Kesehatan Martenal dan Neonatal. Jakarta: YPBSP. Varney, Helen. (2008). Buku Ajar Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, Hnifa. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. World Health Organization (WHO). 2014. WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank. Trends in martenal mortality: 1990 to 2013. Geneva: World Health Organization. Septiana. Ratna. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketubsn Pecah Dini (KPD) di Ruang Cempaka RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Semarang: Program Studi S1 Keperawatan dan Kesehatan Unicersitas Muhammadiyah Semarang. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015 12