1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KETUBAN PECAH DINI DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2015
The Factors Associated with the Incidence of Premature Rupture of Membrane at
General Hospital Ungaran Semarang Regency
Iin Novita Sari
[email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Data ibu bersalin di RSUD Ungaran Tahun 2015 yaitu 549 ibu.
Anemia, kelainan letak janin dan riwayat KPD sebelumnya merupakan faktor penyebab
terjadinya ketuban pecah dini (KPD) pada ibu bersalin dan berpengaruh terhadap
morbiditas dan mortalitas ibu.
Tujuan Penelitian: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Responden adalah ibu bersalin. Teknik pengambilan sampel urposive
sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi square.
Hasil Penelitian: Menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan
ketuban pecah dini (p-value < 0,0001), ada hubungan yang signifikan anatara kelainan
letak janin dengan ketuban pecah dini (p-value < 0,0001), ada hubungan signifikan
anatara riwayat KPD sebelumnya dengan ketuban pecah dini (p-value < 0,0001).
Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara anemia, kelainan letak janin, dan
riwayat KPD sebelumnya dengan ketuban pecah dini.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
1
ABSTRACT
Background: There are 549 postpartum mothers giving birth at RSUD Ungaran in
2015. Anemia, abnormal fetal position, and history of previous premature rupture of
membrane are the causative factors of premature rupture of membranes (PRoM) on the
pregnant mother and have an effect on the maternal morbidity and mortality.
Purpose: To identify the factors associated with the incidence of premature rupture of
membrane at General Hospital Ungaran Semarang Regency.
Method: This was an analytical correlative study with cross sectional approach. The
respondents in this study were pregnant mothers. The data sampling used purposive
sampling technique. The data analysis used chi square test.
Result: The results of this study indicated that there was a significant correlation
between anemia and premature rupture of membrane (p-value < 0.0001), there was a
significant correlation between the abnormal fetal position and premature rupture of
membrane (p-value < 0.0001), there was a significant correlation between the history of
previous premature rupture of membrane and premature rupture of membrane (p-value
< 0.0001).
Conclusion: There is a significant correlation between anemia, abnormal fetal position,
history of previous premature rupture of membrane and the incidence of premature
rupture of membrane.
Keywords
: Premature rupture of membranes, anemia, abnormal fetal position,
history of previous PRoM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan ibu merupakan salah
satu perhatian dari World Health
Organization (WHO) karena Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator utama derajat kesehatan
suatu negara. Kematian ibu terjadi
disebabkan oleh hubungan yang tidak
langsung atau langsung terhadap
persalinan. WHO memperkirakan 800
perempuan meninggal setiap harinya
akibat komplikasi kehamilan dan proses
persalinan. Sekitar 99% dari seluruh
kematian ibu terjadi di negara
berkembang. Sekitar 80% kematian ibu
merupakan
akibatnya
komplikasi
selama kehamilan, persalinan dan
setelah persalinan (WHO,2014).
Menurut laporan WHO tahun
2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di
dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika
Serikat yaitu sekitar 9300 jiwa, Afrika
Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara
16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu
(AKI) di negara-negara Asia Tenggara
yaitu Indonesia 214/100.000 kelahiran
hidup, Filipina 170/100.000 kelahiran
hidup, Vietnam 160/100.000 kelahiran
hidup, Thailand 44/100.000 kelahiran
hidup, Brunei 60/100.000 kelahiran
hidup dan Malaysia 39/100.000
kelahiran hidup.
Berdasarkan Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia, terakhir yang
dilaksanakan tahun 2012 Angka
Kematian Ibu sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di
Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar
126,55 per 100.000 kelahiran hidup
(711 kasus) mengalami peningkatan
bila dibandingkan dengan AKI pada
tahun
2013
yaitu
sebesar
118,62/100.000 kelahiran hidup (668
kasus).
Faktor-faktor
penyebab
kematian
ibu
yakni
perdarahan
(22.93%), hipertensi (28,10%), Infeksi
(3,66%), gangguan system peredaran
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
2
darah (4,93%) dan lain-lain (42,33%) (
Dinkes Prov. Jateng,2015).
Kepala Dinkes Jateng mengatakan
dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
angka kematian ibu melahirkan terus
mengalami peningkatan, bahkan pada
2014 tercatat 711 kasus. Tahun 2013
tercatat 668 kasus, 2012 (675 kasus),
2011 (668 kasus), dan 611 kasus
kematian ibu melahirkan terjadi pada
2010. Angka kematian ibu paling
banyak terjadi di kabupaten brebes
dengan 73 kasus, disusul tegal dengan
47 kasus, grobongan 43 kasus,
pemalang 40 kasus, dan pekalongan 39
kasus (Dinas Kesehatan Prov. Jateng,
2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) di
Kabupaten Semarang pada tahun 2014
sebanyak 33 kasus dari jumlah 26.992
jumlah kelahiran hidup atau sekitar
122,2/100.000
kelahiran
hidup
mengalami peningkatan sebesar 14,3%
jika dibandingkan dengan tahun 2013
yaitu 29 kasus dari 26.547 jumlah
kelahiran
hidup
atau
sekitar
107,95/100.000. kematian ibu tertinggi
di Kabupaten Semarang adalah karena
eklampsia
(48,48%),
perdarahan
(24,24), penyakit sebesar 18,18%
infeksi sebesar 3,03% KPD sebesar
3,04% dan lain-lain sebesar 6,06 %
(Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang,
2014).
Penyebab kematian ibu terbesar
adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan, infeksi, partus lama/macet
dan abortus. Kematian ibu di Indonesia
tetap didominasi oleh tiga penyebab
utama kematian yaitu perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi. Dari lima penyebab ini Ketuban
Pecah Dini masuk ke dalam infeksi
yaitu
menduduki
urutan
ketiga
penyebab kematian ibu di Indonesia
karena ketuban yang utuh merupakan
barier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi. Dengan
tidak adanya selaput ketuban seperti
pada KPD, flora vagina yang normal
ada bisa menjadi patogen yang akan
membahayakan baik pada ibu maupun
pada janinnya. (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah
pecahnya ketuban sebelum proses
persalinan berlangsung (Prawirohardjo,
2010). Ada sumber lain yang
menyatakan bahwa Ketuban Pecah Dini
atau spontaneus/early/premature rupture
of the membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu,
yaitu bila pembukaan pada primipara
kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm (Mochtar, 2013).
Komplikasi yang terjadi akibat
KPD dapat berdampak pada ibu dan
janin atau bayi. Pada ibu antara lain
adalah infeksi intrapartal, infeksi
puerperalis,partus lama, perdarahan
postpartum. Pada janin atau bayi akan
mengalami
prematuritas,
prolapse
peniculli atau penurunan tali pusat,
hipoksia atau asfiksia, dan sindrom
defermitas janin (Mochtar, 2013).
Anemia
selama
kehamilan
menyebabkan ibu hamil tidak begitu
mampu untuk menghadapi kehilangan
darah dan membuatnya rentan terhadap
infeksi.
Anemia
juga
dapat
menimbulkan hipoksia fetal dan
persalinan prematur. Bahaya terhadap
janin, sekalipun tampaknya janin
mampu menyerap berbagai nutrisi dari
ibunya,
dengan
adanya
anemia
kemampuan metabolisme tubuh akan
berkurang sehingga pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim akan
terganggu. Pengaruh anemia terhadap
kehamilan adalah KPD (Manuaba,
2007).
Ketuban pecah dini disebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan
intrauterin atau karena kedua faktor
tersebut (Mochtar, 2013). Ada sumber
yang menyebutkan bahwa penyebab
dari ketuban pecah dini masih belum
diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti, maka usaha preventif tidak
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
3
dapat dilakukan, kecuali dalam usaha
menekan infeksi. Kemungkinan yang
terjadi faktor predisposisi adalah
infeksi, keadaan sosial ekonomi,
overdistensi uterus, servik inkompeten,
kelainan letak janin, paritas, anemia,
riwayat
ketuban
pecaah
dini
sebelumnya,
merokok
selama
kehamilan, usia ibu dan riwayat
hubungan seksusal (Nugroho, 2012).
Insiden KPD di Indonesia berkisar
4,5% sampai 7,6% dari seluruh
kehamilan, angka tersebut meningkat
setiap tahunnya hal ini yang harus
dipertahankan oleh tenaga medis agar
angka kejadian KPD dapat dikendalikan
(Jumiarni, 2011). Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini (KPD) tergantung
pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterin. Pada umumnya lebih baik
untuk membawa semua pasien dengan
ketuban pecah dini ke rumah sakit dan
melahirkan
bayinya
yang
usia
gestasinya >37 minggu dalam 24 jam
dari
pecahnya
ketuban
untuk
memperkecil resiko infeksi intrautrin
(Sujiyatini, 2009).
Pada kehamilan akhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena
bokong dengan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar dari pada kepala
maka bokong dipaksa untuk menempati
ruangan yang lebih luas di fundus,
sedangkan kepala berada dalam ruangan
yang lebih kecil disegmen bawah
uterus.
Letak
sungsang
dapat
memungkinkan
ketegangan
rahim
meningkat, sehingga membuat selaput
ketuban pecah sebelum waktunya
(Maria, 2007).
Pengalaman yang pernah dialami
oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika
menghadapi
kondisi
kehamilahan.
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4
kali mengalami ketuban pecah dini
kembali.
Wanita
yang
pernah
mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada
kehamilan berikutnya akan lebih
beresiko dari pada wanita yang tidak
pernah mengalami KPD sebelumnya
karena komposisi membran yang
menjadi rapuh dan kandung kolagen
yang
semakin
menurun
paada
kehamilan berikutnya (Varney, 2008).
Pada kehamilan akhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air
relatif berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar dari pada kepala maka
bokong dipaksa untuk menempati
ruangan yang lebih luas difundus,
sedangkan kepala berada dalam ruangan
yang lebih kecil disegmen bawah
uterus.
Letak
sungsang
dapat
memungkinkan
ketegangan
rahim
meningkat, sehingga membuat selaput
ketuban pecah sebelum waktunya
(Maria, 2007).
Berdasarkan survey awal yang
dilakukan peneliti di RSUD Ungaran
Kab. Semarang menunjukan bahwa
pasien yang mengalami Ketuban Pecah
Dini dari tahun 2014-2015 masih ada
ibu yang mengalami KPD setiap
tahunnya. Ditahun 2014 tercatat
kejadian ketuban pecah dini sebanyak
140 (56%) orang dari 250 ibu bersalin
normal. Dan pada tahun 2015 sebanyak
106 orang dari 322 ibu yang bersalin
normal. Dari 106 orang yang
mengalami Ketuban Pecah Dini, 12
(11,32%)
diantaranya
adalah
dikarenakan Anemia pada kehamilan,
27 (25,47%) ibu bersalin yang
mengalami kelainan letak dan berakhir
dengan persalinan Sectio Caesarea, 34
(32,07%) ibu bersalin yang mempunyai
riwayat
Ketuban
Pecah
Dini
sebelumnya, selain itu dari jumlah
kasus di atas Ketuban Pecah Dini di
RSUD Ungaran Kab. Semarang ini
banyak terjadi pada ibu yang memiliki
riwayat
Ketuban
Pecah
Dini
sebelumnya.
Berdasarkan uraian data-data yang
dikemukakan di atas penulis tertarik
ingin melakukan penelitian dengan
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
4
judul Faktor-Faktor yang Behubungan
dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di
RSUD Ungaran tahun 2015 yang
meliputi anemia pada ibu, kelainan letak
janin, serta riwayat KPD sebelumnya.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan dan
tujuan maka penelitian ini merupakan
penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah populasi dalam
penelitian ini total pasien yang bersalin
tahun 2015 sejumlah 611 pasien. Dalam
penentuan jumlah sampel menggunakan
teknik
purposive
sampling.
Pertimbangan yang digunakan unruk
menentukan sampel adalah data rekam
medis ibu bersalin yang diisi lengkap
mencakup anemia, kelainan letak dan
riwayat kpd sebelumnya sehingga
didapatkan hasil 549 ibu bersalin di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
pada Tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang dimana berasal dari
register atau rekam medik tentang
jumlah KPD pada ibu bersalin di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang pada
Tahun 2015. Dalam penelitian yang
dilakukan
menggunakan
analisa
univariat dan bivariat.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
1. Anemia
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Anemia Pada Ibu di
RSUD Ungaran Tahun 2015
Anemia
Frekuensi
Ya
Tidak
Total
69
480
549
Presentase
(%)
12,6
87,4
100,0
Berdasarkan 4.2 menunjukan
bahwa dari ibu bersalin yang anemia
ada sejumlah 69 ibu (12,6%)
sedangkan dari ibu yang tidak
anemia ada sejumlah 480 ibu
(87,4%).
2. KelainanLetakJanin
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Kelainan Letak Janin di
RSUD Ungaran Tahun 2015
Kelainan
Presentase
Letak
Frekuensi
(%)
Janin
Ya
65
11,8
Tidak
484
88,2
Total
549
100,0
Berdasarkan
tabel
4.3
menunjukan bahwa dari 549
reponden yang memiliki kelainan
letak janin ada sejumlah 65 ibu
(11,8%) sedangkan ibu yang tidak
memiliki kelainan letak janin ada
sejumlah 484 ibu (88,2%).
3. Riwayat KPD Sebelumnya
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan
Riwayat
KPD
Sebelumnya di RSUD Ungaran
Tahun 2015
Riwayat
Presentase
KPD
Frekuensi
(%)
Sebelumnya
Ya
95
17,5
Tidak
453
82,5
Total
549
100,0
Berdasarkan
tabel
4.4
menunjukan bahwa ibu yang
mempunyai
riwayat
KPD
sebelumnya ada sejumlah 95
(17,5%), sedangkan ibu yang tidak
mempunyai
riwayat
KPD
sebelumnya ada sejumlah 453 ibu
(82,5%).
4. Kejadian Ketuban Pecah Dini
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan
Kejadian
Ketuban
Pecah Dini di RSUD Ungaran Tahun
2015
KPD
Frekuensi
Ya
Tidak
Total
106
443
549
Presentase
(%)
19,3
80,7
100,0
Berdasarkan
tabel
4.4menunjukkan bahwa dari 549 ibu
bersalin yang mengalami ketuban
pecah dini ada sejumlah 106 ibu
(19,3%) ibu dan yang tidak
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
5
mengalami ketuban pecah dini ada
sejumlah 443 ibu (80,3%).
kelainan letak janin ada
sejumlah 29 ibu (44,6%).
Hasil uji statistik chi square
didapatkan p value < 0,0001
(p< 0,005) artinya dapat
disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan
antara kelainan letak janin
dengan kejadian KPD di
RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk
melihat adanya hubungan antara
variable bebas yang diteliti meliputi
anemia, kelainan letak janin, dan
riwayat KPD sebelumnya dengan
variabel terikat yaitu kejadian KPD di
RSUD Ungaran Tahun 2015. Hasil
analisis bivariat tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Hubungan antara Anemia dengan
Kejadian KPD di RSUD Ungaran
Tahun 2015
Tabel 4.5 Hubungan antara anemia
dengan Kejadian KPD di RSUD
Ungaran Tahun 2015
3. Hubungan antara Riwayat KPD
Sebelumnya dengan Kejadian
KPD di RSUD UngaranTahun
2015
Tabel 4.7 Hubungan antara Riwayat
KPD Sebelumnya dengan Kejadian
KPD di RSUD Ungaran Tahun 2015
KejadianKPD
KPD
Tidak KPD
Total
p-value
f
%
f
%
f
%
Anemia
61 41,8 85 58,2 146 100
Tidak Anemia 45 11,2 358 88,8 403 100 <0,0001
Jumlah
106 19,3 443 80,7 549 100
KejadianKPD
Riwayat
KPD
KPD
Tidak
Total
p-value
sebelumnya
f %
f
%
f
%
Ada
40 41,7 56 58,3 96 100
Tidak
66 14,6 387 85,4 453 100 < 0.0001
Jumlah
106 19,3 443 80,7 549 100
Anemia
Berdasarkan
tabel
4.5
menunjukan bahwa ibu bersalin
yang anemia dan mengalami KPD
ada sejumlah 61 ibu (41,8%). Hasil
uji statistik chi square didapatkan p
value < 0,0001 (p <0,005) artinya
dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
anemia dengan kejadian KPD di
RSUD
Ungaran
Kabupaten
Semarang.
2. Hubungan antara Kelainan Letak
Janin dengan Kejadian KPD di
RSUD UngaranTahun 2015
Tabel
4.6
Hubungan
antara
Kelainan Letak Janin dengan
Kejadian KPD di RSUD Ungaran
Tahun 2015
Kelainan
Letak
KPD
janin
f
%
Ada
29 44,6
Tidak
77 15,9
Jumlah
106 19,3
KejadianKPD
Tidak KPD
Total
p-value
f
%
f
%
36
55,4
65
100
407 84,1 484 100 < 0,0001
443 80,7 549 100
Berdasarkan tabel 4.6
menunjukkan bahwa dari
549 ibu bersalin yang
mengalami KPD dengan
Bedasarkan
tabel
4.7
menunjukan bahwa dari 549 ibu
bersalin yang mengalami KPD
dengan riwayat KPD sebelumnya
ada sejumlah 40 (41,7%) . Hasil uji
statistik chi square didapatkan p
value < 0,0001 (p<0,005) artinya
dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
riwayat KPD sebelumnya dengan
kejadian KPD di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang.
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Gambaran anemia pada ibu bersalin
di RSUD Ungaran Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan mengenai
gambaran anemia pada ibu bersalin
di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang Tahun 2015 dari 549
responden didapatkan sebanyak
69responden
(12,6%)yang
mengalami anemia pada ibu
bersalin. Anemia pada kehamilan
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
6
adalah anemia karena kekurangan
zat besi. Presediaan zat besi
minumal, maka setiap kehamilan
akan mengurangi persediaan zat besi
tubuh dan akhirnya menimbulkan
anemia.
Anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi
ibu,
baik
dalam
kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa
selanjutnya. Penyulit penyulit yang
dapat timbul akibat anemia adalah :
keguguran (abortus), kelahiran
prematurs, persalinan yang lama
akibat kelelahan otot rahim di dalam
berkontraksi
(inersia
uteri),
perdarahan pasca melahirkan karena
tidak adanya kontraksi otot rahim
(atonia uteri), syok, infeksi baik saat
bersalin maupun pasca bersalin serta
anemia yang berat (<4 gr%) dapat
menyebabkan dekompensasi kordis.
Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian
ibu pada persalinan (Wiknjosastro,
2007).
Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Alice (2013) hasil penelitian
menunjukan bahwa ada pengaruh
antara anemia terhadap kejadian
ketuban pecah dini dimana hasil tes
ch square didapatkan hasil p-value
0,000 <0,05, dengan OR sebesar
20,98. Ada pengaruh antara usia
kehamilan
terhadap
kejadian
ketuban pecah dini dimana hasil tes
chi square menunjukan p value
0,007 < 0,05.
2. Gambaran kelainan letak janin di
RSUD
Ungaran
Kabupaten
Semarang Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan mengenai
gambaran kelainan letak janin pada
ibu bersalin di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang Tahun 2015
dari 549 responden didapatkan
sebanyak 65responden (18,8%)yang
mengalami kelainan letak janin pada
ibu bersalin. Pada kelianan letak
sungsang atau letak lintang tidak
ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi
tekanan
terhadap
membran bagian bawah.
Menurut Maria (2007) pada
kehamilan akhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang telipat
lebih besar dari pada kepala maka
bokong dipaksa untuk menempati
ruangan yang lebih luas di fundus,
sedangkan kepala berada dalam
ruangan yang lebih kecil segmen
bawah uterus. Letak sungsang dapat
memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat
selaput ketuban pecah sebelum
waktunya.
3. Gambaran riwayat ketuban pecah
dini sebelumnya di RSUD Ungaran
Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan mengenai
gambaran riwayat ketuban pecah
dini sebelumnya pada ibu bersalin
di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang Tahun 2015 dari 549
responden didapatkan sebanyak
95responden
(17,5%)yang
mengalami
riwayat
KPD
sebelumnya pada ibu bersalin.
Riwayat KPD sebelumnya beresiko
2-4 kali mengalami ketuban pecah
dini kembali.
Menurut Varney 2008 wanita
yang perna mengalami KPD pada
kehamilan atau menjelang peralinan
maka pada kehamilan berikutnya
akan lebih beresiko dari pada wanita
yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya
karena
komposisi
membran yang menjadi rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin
menurun
pada
kehamilan
berikutnya.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
7
4. Gambaran kejadian ketuban pecah
dini di RSUD Ungaran Tahun 2015.
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan mengenai
gambaran kejadian ketuban pecah
dini pada ibu bersalin di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Tahun 2015 dari 549 responden
didapatkan sebanyak 106responden
(19,3%)yang mengalami kejadian
ketuban pecah dini pada ibu
bersalin. Ketuban pecah dini
merupakan
pecahnya
ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.
Menurut Prawirohardjo 2010,
ketuban pecah dini terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu disebut
Ketuban Pecah Dini pada kehamilan
prematur. Dalam keadaan normal 810% perempuan hamil aterm akan
mengalami Ketuban Pecah Dini.
Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Anemia dengan
Kejadian KPD di RSUD Ungaran
Tahun 2015
Berdasarkan
tabel
4.5
menunjukan bahwa ibu bersalin
yang anemia dan mengalami KPD
ada sejumlah61 ibu (41,8%). Hasil
uji statistik chi square didapatkan p
value < 0,0001 (p <0,005) artinya
dapat
disimpulkan
bahwaada
hubungan yang signifikan antara
anemia dengan kejadian KPD di
RSUD
Ungaran
Kabupaten
Semarang.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Nurul Huda
(2013), dengan hasil responden pada
yang mengalami anemia sebanyak
65,6% (82 orang) dan responden
yang tidak mengalami anemia
sebanyak 34,4% (43 orang).
Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Nikadek
(2013) dengan hasil uji statistik di
peroleh p value 0,029 maka dapat
disimpulkan ada hubungan yang
bermakna antara anemia dengan
kejadian KPD.
Berdasarkan teori Manuaba
(2007) yang mengatakan bahwa
anemia
selama
kehamilan
menyebabkan ibu hamil tidak begitu
mampu
untuk
menghadapi
kehilangan darah dan membuatnya
rentan terhadap infeksi. Anemia
juga dapat menimbulkan hipoksia
fetal dan persalinan premature.
Bahaya terhadap janin sekalipun
tampak janin mampu menyerap
berbagai nutrisi dari ibunya, dengan
adanya
anemia
kemampuan
metabolism tubuh akan berkurang
sehingga
pertumbuhan
dan
perkembangan janin dalam rahim
akan terganggu. Pengaruh anemia
kehamilan adalah KPD.
Selain itu ketuban pecah dini
dapat disebabkan juga oleh Anemia
yang
menyebabkan
rendahnya
kemampuan jasmani karena se-sel
tubuh tidak cukup mendapat
pasokan oksigen. Pada wanita
hamil,
anemia
meningkatkan
frekuensi
komplikasi
pada
kehamilan dan persalinan. Resiko
kematian
maternal,
angka
prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian
perinatal meningkat. Di samping itu,
perdarahan
antepartum
dan
postpartum lebih sering berakibat
fatal, sebab wanita yang anemis
tidak dapat mentolerir kehilangan
daran. Dampak anemia pada
kehamilan bervariasi dari keluhan
yang sangat ringan sehingga
terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan
abortus,
partusimatur/prematur), gangguan
proses persalinan (inertia, atonia,
partus lama, perdarahan atonis ),
gangguan
pada
masa
nifas
(subinvolusi rahim, daya tahan
terhadap infeksi).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
8
2. Hubungan antara Kelainan Letak
Janin dengan Kejadian KPD di
RSUD Ungaran Tahun 2015
Berdasarkan
tabel
4.6
menunjukkan bahwa dari 549 ibu
bersalin yang mengalami KPD
dengan kelainan letak janinada
sejumlah 29 ibu (44,6%). Hasil uji
statistik chi square didapatkan p
value < 0,0001 (p< 0,005) artinya
dapat disimpulkan
bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
kelainan letak janin dengan kejadian
KPD di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
oleh sari (2013) dengan hasil
responden pada yang mengalami
kelainan letak janin sebanyak
17,95% (21 orang) dan responden
yang tidak mengalami kelainan letak
janin sebanyak 52,05% (96 orang).
Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Leihitu
(2015) dengan hasil uji statistik di
peroleh p value 0,171 maka dapat
disimpulkan tidak ada hubungan
yang bermakna antara kelainan letak
dengan kejadian KPD.
Berdasarkan teori Rukiyah
(2010) yang mengemukakan bahwa
kelainan letak janin merupakan
salah satu factor yang menyebabkan
ketuban pecah dikarenakan keadaan
atau posisi janin yang tidak sesuai
dengan jalan lahir, seperti letak
lintang dan letak sungsang sehinnga
tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP)
yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah
sehingga menyebabkan ketuban
mudah pecah dikarenakan ketuban
bagian terendah langsung menerima
tekanan intrauteri yang dominan.
Teori
ini
mendukung
hasil
penelitian yang didapatkan bahwa
ibu yang mengalami kelainan letak
janin dimana hal tersebut dapat
terjadi diakibatkan oleh tidak
adanya bagian janin yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) sehungga
tidak dapat menghalangi tekanan
yang
dominasi
pada
bagian
membrane ketuban bagian bawah.
Sejalan degan Fraser, D.M
dan Cooper, M.A eds(2009), bahwa
setiap kelainan letak, sering
dihubungkan dengan awalnya pecah
ketuban
oleh
karena
terjadi
penekanan membrane yang tidak
merata pada kantung yang meliputi
cairan ketuban, hal ini dapat
meingkakan
morbiditas
dan
mortalitas ibu dan bayi. Letak janin
dalam uterus bergantung pada
proses adaptasi janin terhadap ruang
dalam uterus. Pada kehamilan <32
minggu, jumlah air ketuban relative
lebih
banyak
sehingga
memungkinnkan janin bergerak
dengan leluasa, dan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam letak
sungsal/lintang. Pada kehamilan
trimester terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban
relative berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar daripada kepala maka
bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus
uteri, sedangkan kepala berada
didalam ruangan yang lebih kecil
disegmen bawah rahim. Letak
sungsang dapat memungkinkan
keteganggan rahim meningkat,
sedangkan pada letak lintang bagian
terendah adalah bahu sehingga tidak
dapat menutupi pintu atas panggung
yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah,
maupun pembukaan serviks.
Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan
Lestari (2013) yang menunjukan
terdapat hubungan antara kelainan
letak janin dengan kejadianKPD
dengan p value sebesar 0,000 dan
penelitian
Sari
(2013)
yang
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
9
menyatakan bahwa ada hubungan
antara kelainan letak dengan
kejadian KPD dengan nilai χ² hitung
(4,50) > χ² tabel (3,84).
3. Hubungan antara Riwayat KPD
Sebelumnya dengan Kejadian KPD
di RSUD Ungaran Tahun 2015
Bedasarkan
tabel
4.7
menunjukan bahwa dari 549 ibu
bersalinyang
mengalami
KPD
dengan riwayat KPD sebelumnya
ada sejumlah 40 (41,7%) . Hasil uji
statistik chi square didapatkan p
value < 0,0001 (p<0,005) artinya
dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
riwayat KPD sebelumnya dengan
kejadian KPD di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang.
Adanya hubungan riwayat
KPD sebelumnya dengan kejadian
KPD didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Septiana (2014) sebagian besar
responden memiliki riwayat KPD
sebanyak 36 responden (50,3%) dan
tidak memilkiki riwayat KPD
sebanyak 35 (47,5%). Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai p value
sebesar
0,020
maka
dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara riwayat KPD
sebelumnya dengan kejadian KPD.
Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa riwayat
KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali
mengalami
KPD
kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara
singkat
ialah
akibat
adanya
penurunan kandungan kolagen
dalam membrane sehingga memicu
terjadinya KPD aterm dan KPD
paterm terutama pada pasie risiko
tinggi. Wanita yang mengalami
KPD pada kehamilan atau menjelan
persalinan maka pada kehamilan
berikutnya akan lebih berisiko
mengalaminya kembali anara 3-4
kali dari wanita yang tidak
mengalami
KPD
sebelumnya,
karena komposisi membrane yang
menjadi
mudah
rapuh
dan
kandungan kolagen yang semakin
menurun pada kehamilan berikutnya
(Cunningham, 2010).
Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan
Juwita (2007), yang meneliti tentang
faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya Ketuban Pecag Dini di
rumah bersalin Tiyanto Maospati
yang menyatakan bahwa riwayat
KPD sebelumnya merupakan factor
risikonya terjadinya KPD dan
penelitian oleh Tahir (2012) yang
meneliti tetang factor determinan
KPD di RSUD Syekh Yusuf
diketahui bahwa ada hubungan
antara factor determinan KPD
dengan kejadian KPD dengan nilai p
value 0,003 dimana KPD dapat
dipengaruhi oleh faktor riwayat
KPD sebelumnya. Dari hasil
analisis diperoleh nilai OR sebesar
4,7 yang artinya ibu yang pernah
mengalami KPD beresiko 4,7 kali
lebih besar dibandingkan yang tidak
pernah mengalami KPD.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan Ketuab
Pecah Dini di RSUD Ungaran Tahun
2015, dimana dalam penelitian ini di
tarik kesimpulan :
1. Distribusi ibu bersalin berdasarkan
anemia yang mengalami KPD di
RSUD Ungaran menunjukan bahwa
dari ibu bersalin pada ibu yang
memiliki anemia yaitu 69 ibu
(12,6%).
2. Distribusi ibu bersalin berdasarkan
kelainan letak janin terhadap
kejadian KPD di RSUD Ungaran
menunjukan bahwa dari ibu bersalin
pada ibu yang mengalami kelainan
letak janin sebanyak 65ibu (11,8%).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
10
3. Distribusi ibu bersalin berdasarkan
riwayat KPD sebelumnya terhadap
kejadian KPD di RSUD Ungaran
menunjukkan pada kelompok kasus
sebagian besar adalah ibu yang
mempunyai
riwayat
KPD
sebelumnya yaitu 95 ibu (17,5%).
4. Distribusi ibu bersalin yang
mengalami KPD di RSUD Ungaran
Tahun 2015 menunjukan sebanyak
106 ibu (19,3%).
5. Ada hubungan antara anemia
dengan kejadian KPD di RSUD
Ungaran (p value = 0,000) artinya
angka ini menunjukkan anemia
mengalami KPD di RSUD Ungaran
sebanyak 61 ibu (41,8%).
6. Ada hubungan antara kelainan letak
janin dengan kejadian KPD di
RSUD Ungaran (p value = 0,000)
artinya angka ini menunjukan
kelainan letak janin dengan KPD di
RSUD Ungaran sebanyak 29 ibu
(44,6 %).
7. Ada hubungan antara riwayat KPD
sebelumnya dengan kejadian KPD
di RSUD Ungaran (p value = 0,000)
artinya ibu yang memilki riwayat
KPD sebelumnya di RSUD Ungaran
sebanyak 40 ibu (41,7%).
Penyusunan
penelitian
ini
tentunya telah dibantu oleh beberapa
pihak di mana peneliti mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuannya.
Beberapa pihak yang membantu
diantaranya adalah pihak institusi
pendidikan Universitas Ngudi Waluyo
yang telah memberikan kesempatan
untuk menuntut ilmu, kemudian kepada
dosen pembimbing dan penguji yang
telah melakukan bimbingan dalam
penyusunan, kepada pihak RSUD
Ambarawa yang telah memperbolehkan
dilakukannya penelitian, kepada semua
teman dan keluarga yang terlibat
membantu dalam penyusunan laporan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chunningham. (2010). Obstetri Wiliam.
Jakartta: EGC.
Dewi, Fitria Kurnia. (2012). Hubungan
Usia dan Paritas dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Dr. Asmir Salatiga. Jurnal
Karya Tulis Ilmiah. Ungaran:
Akbid Ngudi Waluyo.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
(2013). Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2013. Jawa
Tengah:
Dinas
Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
(2014). Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2014. Jawa
Tengah:
Dinas
Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
(2015). Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2015. Jawa
Tengah:
Dinas
Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
Feryanto, Ahmad. (2012).
Kebidanan Patologi.
Salemba Medika
Asuhan
Jakarta:
Fraser, Diane M. Dan Cooper, Margaret
A. (2009). Myles Buku Ajar
Bidan, Ed. 14. Jakarta: EGC
Jumiarni, I. (2011). Penatalaksanaan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Manuaba, C. (2007). Gawat Darurat
Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Social Untuk Profesi
Bidan. Jakarta: EGC.
Maria (2007) Ilmu Kebidanan. Penyakit
Kandungan
dan
Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam (2013). Sinopsis
Obstetri : Obstetri Fisiologis
Obstetri Patologis. Jakarta : EGC.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
11
Morgan,
Geri.
(2009).
Obstetri
Ginekologi Praktik Edisi II.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran. EGC.
Setiawan.
Ari
(2010).
Metode
Penelitian Kebidanan DIII, DIV,
S1 dan S2. Nuha Medika: Bantul,
Yogyakarta
Nugroho, I. (2012). Obsgyn : Obstetri
dan Ginekologi. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Sinsin, Lis. (2008). Seri ‘Kesehatan Ibu
dan Anak Masa Kehamilan dan
Persalinan. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Prawirahardjo, Sarwono. (2010). Ilmu
Kesehatan Jakarta : Penerbit
Yayasan Bina Pustaka Profil
Kesehatan Indonesia
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Ratna
Sujiyatini, dkk. (2009). Asuhan Patologi
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
(2014). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Terjadinya
Ketuban Pecah Dini Rumah Sakit
Umum Daerah Padangdisingpuan.
Skripsi. Padang: Program Studi
S1 Keperawatan Universitas
Baiturahman Padang.
Rukiyah dan Yulianti. (2011). Asuhan
Kebidanan IV (patologi). Jakarta:
CV Taurus Indo Medika.
Saifuddin. A.B. (2009). Pelayanan
Kesehatan Martenal dan Neonatal.
Jakarta: YPBSP.
Varney, Helen. (2008). Buku Ajar
Kebidanan Volume 2. Jakarta:
EGC.
Wiknjosastro, Hnifa. (2008). Ilmu
Kebidanan. Jakarta: YBPSP.
World Health Organization (WHO).
2014. WHO, UNICEF, UNFPA,
The World Bank. Trends in
martenal mortality: 1990 to 2013.
Geneva:
World
Health
Organization.
Septiana. Ratna. (2014). Faktor-faktor
yang
Berhubungan
dengan
Kejadian Ketubsn Pecah Dini
(KPD) di Ruang Cempaka RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan.
Skripsi. Semarang: Program Studi
S1 Keperawatan dan Kesehatan
Unicersitas
Muhammadiyah
Semarang.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
12
Download