1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kanker
merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global
Action Againts Cancer (2006) dari WHO menyatakan bahwa angka kematian
akibat kanker dapat mencapai 45% pada tahun 2007. Kematian akibat kanker
diprediksi meningkat menjadi 12 juta pada tahun 2030. Setiap tahun di Amerika
serikat, sekitar 12.400 individu berusia 0-20 tahun didiagnosis kanker. Sekitar
2300 anak dan remaja setiap tahun meninggal karena kanker, sehingga kanker
menjadi penyebab paling lazim dalam kelompok usia 1-19 tahun (Behrman &
Kliegman, 2010; Shahmoradi et al, 2012).
Prevalensi kanker anak di Indonesia pun juga relatif tinggi. Data lain
menunjukkan bahwa prevalensi kanker mencapai 1,4 per 1000 penduduk. Kanker
merupakan penyebab utama kematian pada anak di atas usia enam bulan di negara
berkembang. Kasus kanker terjadi pada golongan usia anak yang mencapai 2-6%
dan kanker merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan 10% kematian
pada anak (Riskesdas, 2013)
Kondisi penyandang kanker anak yang dilakukan perawatan mengalami
masalah baik fisik, psikis, maupun
sosial terkait dengan lamanya proses
kemoterapi yang harus dijalani. Berdasarkan data dan kondisi tersebut
2
menunjukkan bahwa perawatan suportif pada anak kanker diperlukan guna
meningkatkan kualitas hidup pasien selama pengobatan dan untuk bertahan hidup.
Pelayanan kesehatan yang diberikan diluar rumah sakit dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang terdiri dari pemeriksaan pada semua aspek individu baik
secara fisik, emosional, psikososial, dan spiritual diharapkan mampu memberikan
perawatan secara komprehensif (Burns et al., 2004).
Pelayanan spiritual dan kesehatan anak dikembangkan oleh Department of
Pediatrics, Boston Medical Center and Medical Anthropology. Pengembangan
pe;ayanan ini merupakan suatu pedoman praktik yang menyediakan pelayananpelayanan,
seperti
antisipasi
bagi
pasien yang
memiliki
spiritualitas, pengembangan kesadaran diri terhadap spiritual,
keprihatianan
pengembangan
sumber daya yang berupa konsultan lokal dalam spiritualitas, dan pemberian
rujukan pada pasien yang membutuhakan perawatan spiritual (Burns et al., 2004).
Spiritualitas merupakan suatu elemen yang semakin meningkat dan dikenali
oleh banyak pasien yang mengalami penyakit pada stadium lanjut. Pasien lebih
sering mengutamakan aspek religius dan spiritualnya untuk mengatasi stress
terhadap penyakitnya di tingkat lanjut. Menurut Crammer et al.,(2011) dalam
studinya mengenai hubungan antara penggunaan CAM (Complementary and
Alternative Medicine) dengan kesejahteraan spiritual menunjukkan bahwa di
antara 4000 pasien kanker yang bertahan hidup di United State ditemukan bahwa
keduanya memiliki hubungan secara bermakna. Harapan terhadap pemenuhan
kebutuhan spiritual diungkapkan pula oleh Ben et al (2006), bahwa responden
mengharapkan tenaga kesehatan dan dokter mampu menyediakan kebutuhan
3
spiritual dan psikologis sebagai kebutuhan utama pasien dalam menggunakan
CAM.
Kepercayaan, nilai, dan ekspresi spiritualitas yang diungkapkan oleh anak
merupakan suatu bagian integral dari proses perkembangan anak. Penggunaan
meditasi, pendoa, relaksasi, dan terapi mindbody yang lain dikenal sebagai suatu
terapi untuk memfasilitasi penyembuhan. Perawatan kesehatan anak yang
dilakukan secara holistik diantaranya adalah
pengkajian sosial, kultural dan
dimensi spiritual. Spiritualitas merupakan sesuatu hal yang penting bagi
kehidupan manusia dan merupakan bagian kritis bagi perkembangan kesehatan
anak (Burns et al., 2004).
Disfungsi emosi dan spiritual pada anak dan remaja dapat mengakibatkan
timbulnya gejala-gejala depresi dan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
bunuh diri (Burns et al., 2004). The U.S Preventive Service Task Force (1996)
menempatkan pentingnya
perhatian terhadap adanya gangguan perilaku pada
anak dan remaja, disfungsi keluarga dan orang tua, tanda-tanda adanya kekerasan
pada anak , serta respon kehilangan pada anak yang abnormal.
RS. Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan rumah sakit pusat rujukan di
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Menurut Ali et al., (2010) terdapat 1,124 kasus
kanker anak yang terjadi di Yogyakarta. Leukemia merupakan diagnosis kanker
yang paling umum kemudian diikuti dengan retinoblastoma dan neuroblastoma.
Selama periode tahun 2000 – 2009 di RS Dr. Sardjito diketahui kasus Leukemia
Limfoblastik akut yang terjadi mencapai 40,6%, kasus Leukemia Myeloblastik
4
Akut sebanyak 13,9, retinoblastoma (6,7%), neuroblastoma (5,5%), Wilm’s tumor
(4,5%), dan non Hodgkin Limfoma (4,4%).
Berdasarkan wawancara terhadap perawat di RS Dr. Sardjito, penilaian
terhadap spiritualitas jarang dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan
lain. Perawat mengungkapkan bahwa spiritualitas pada anak yang beragama
Nasrani (Kristen dan Katolik) lebih baik daripada anak yang beragama lain.
Pasien biasanya mendatangkan pelayan doa misalnya pastor atau pendeta ke
ruangan untuk melakukan doa bersama. Perawat mengungkapkan bahwa anak
yang menjalankan doa lebih mampu menerima keadaan sakitnya daripada yang
jarang melakukan doa.
Spiritualitas merupakan pengaruh yang paling besar dalam kehidupan
seseorang, menyediakan sebuah arti atau tujuan dan sebuah pondasi sebagai
sumber cinta, hubungan, dan pelayanan. Spiritualitas bergantung pada fenomena
secara umum yang dialami oleh manusia dengan asumsi bahwa keseluruhan dari
tiap-tiap individu dan keterkaitan mereka menjadi lebih tinggi (Kyle and
Carman,2013; Kamper et al,2010).
Gamayanti (2006) menunjukkan mengenai pentingnya peran spiritualitas
dalam proses penyembuhan pada anak yang menderita LLA. Kondisi spiritualitas
keluarga merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar pada bagaimana orang
tua mempersepsikan keadaan dan menerima kenyataan sakit anaknya.
Penilaian terhadap spiritualitas pada anak kanker terutama LLA pernah
dilakukan oleh Gamayanti (2006) yang menunjukkan bahwa spiritualitas
memberikan pengaruh negatif terhadap stres anak. Artinya, semakin tinggi tingkat
5
spiritualitas anak, maka semakin rendah stres yang dialami. Di sisi lain,
spiritualitas memberikan pengaruh positif terhadap koping dan pencapaian
adaptasi. Semakin tinggi tingkat spiritualitas anak, maka semakin tinggi pula
koping dan pencapaian adaptasi.
Pengukuran kualitas hidup pada penyandang kanker anak di RSUP Dr Sardjito
yang pernah dilakukan oleh Sitaresmi et al (2008) menunjukkan bahwa pada
anak berumur 2-5 tahun secara signifikan memiliki lebih banyak masalah pada
prosedur, perawatan, dan komunikasi yang berdampak pada kecemasan.
Perawatan khusus dibutuhkan oleh anak selama dilakukan prosedur intervensi
yang berguna bagi perkembangan anak secara normal.
Penelitian mengenai spiritualitas dan kualitas hidup anak kanker di
Yogyakarta sudah pernah dilakukan namun masih terpisah dalam kaitannya kedua
variabel tersebut. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan kajian yang
lebih mendalam mengenai hubungan antara spiritualitas dengan kualitas hidup
pada anak kanker.
B. Perumusan Masalah
Kanker merupakan penyakit dengan angka kematian yang tinggi sehingga
membutuhkan perawatan yang holistik guna meningkatkan kualitas hidup bagi
penderitanya. Spiritualitas merupakan salah satu bagian integral dari proses
perkembangan dan perawatan anak, sehingga perlu diketahui hubungan antara
spiritualitas dengan kualitas hidup pada penyandang kanker anak di RS. Dr.
Sardjito Yogyakarta.
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan
antara spiritualitas dengan kualitas hidup pada penyandang kanker anak di RS. Dr.
Sardjito Yogyakarta.
D. Manfaat penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat terhadap
pengetahuan di bidang Ilmu Kesehatan khususnya Keperawatan Anak mengenai
perawatan suportif yang berupa pendampingan spiritualitas pada anak penyandang
kanker.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta wawasan
terhadap perawat, khususnya perawat anak yang menangani masalah kanker pada
anak baik di rawat inap maupun dirawat jalan, selain memberikan perawatan
medikamentosa perawat juga memperhatikan aspek spiritualitas pasien sebagai
bagian dari perawatan paliatif guna peningkatan kualitas hidup pasien.
b. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman bagi petugas kesehatan
bahwa penemuan mengenai spiritualitas pada penyandang kanker anak merupakan
7
dasar pertimbangan dalam memberikan edukasi kepada orang tua.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang serupa dan pernah dilakukan untuk menilai hubungan antara spiritualitas dengan kualitas hidup adalah
sebagai berikut (Tabel 1):
Tabel 1. Penelitian mengenai spiritualitas dan kualitas hidup
Peneliti
Judul Penelitian
Sitaresmi et
al, 2008
Health related
quality of life
assessment in
Indonesian
childhood acute
limphoblastic
leukemia
Kamper et
al,2010
Children With
Advanced
Cancer
:Responses to a
Spiritual
Quality of Life
Interview
Desain
Penelitian
Cross
sectional
Kualitatif
dengan
wawancara
mendalam.
Hasil
Terdapat 98 orang tua dan 55 pasien anak
berpartisipasi dalam penelitian ini. Ada perbedaan
diantara laporan anak dan laporan orang tua. Anak
yang berusia 2-5 tahun bermasalah terhadap prosedur
kecemasan, penatalaksanaan cemas, dan komunikasi
daripada pada kelompok yang lebih tua (p<0.05).
Pada fase non intensif HRQOL secara signifikan
lebih baik pada fase intensif, pada kedua laporan baik
pada laporan anak maupun pada laporan orang tua.
Respon anak secara primer berhubungan secara
alami pada orang tua mereka. Tujuh puluh delapan
persen dari interviewer melaporkan bahwa anak-anak
mengungkapkan ”kedekatannya dengan Tuhan.
Keinginan anak-anak berdoa sebagai respon alamiah
sebanyak 59% dan hubungan anak dengan
lingkungan sekitar sebanyak 31%.
Persamaan
Perbedaan
Tempat
penelitian,
instrumen
PedsQL dalam
pengukuran
kualitas hidup
penyandang
kanker anak
Variabel
penelitian,
subjek
penelitian
Menilai aspek
spiritualitas
sebagai
kualitas hidup
Desain
Penelitian,
Subjek
penelitian,
dan tempat
penelitian.
8
Lanjutan Tabel 1. Penelitian Spiritualitas dan Kualitas Hidup
Peneliti
Judul Penelitian
Zilliwu et al,
2012.
Kualitas Hidup
Anak Dengan
Hemofilia dan
Faktor-Faktor
Yang
mempengaruhin
ya di Bagian
IKA RSUP
Dr.Sardjito
Yogyakarta.
William et al,
2011
The
Relationship of
Spiritual
concerns to the
Quality of Life
of Advanced
Cancer Patients
:Preliminary
Findings
Desain
Penelitian
cross
sectional
Jenis
penelitian
survei pada
69 pasien
kanker
Hasil
Ada hubungan bermakna antara kualitas hidup
dengan adekuatnya terapi dan usia terdiagnosis.
Hempofilia mempengaruhi kualitas hidup,aspek yang
terganggu tiap kelompok umur berbed feritin, kadar
hemoglobin sebelum tranfusi dan pendidikan orang
tua. Menurut laporan orang tua, faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup adalah kadar feritin,
pendidikan orang tua, dan penggunaan kelasi besi.
Penelitian dilakukan pada 69 pasien kanker.
Spiritualitas berhubungan rendah dengan kualitas
hidup pada pasien kanker tingkat lanjut. Lebih jauh
lagi , kebanyakan pasien memberikan perhatian
terhadap spiritual concern sebagai bagian penting
dalam perawatan medis.
Persamaan
Variabel penelitian
yakni tentang
kualitas hidup,
desain penelitian
Instrumen yang
digunakan PedsQl
versi 4.0, tempat
pelaksanaan
penelitian,
pelaksanaan
penelitian
Variabel yang
diteliti terdapat
persamaan pada
aspek spiritualitas
dan kualitas hidup
penderita kanker
Perbedaan
Subjek penelitian,
variabel penelitian
pada aspek
spiritual dan
kualitas hidup
Design penelitian,
lokasi penelitian,
instrumen
yang
digunakan
dan
subjek penelitian.
9
Dengan demikian, keaslian penelitian yang dilakukan terletak pada sampel,
dan variabel bebas yakni spiritualitas pada penyandang kanker anak. Selain itu,
keaslian lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh anak
penyandang kanker yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito. Desain dalam penelitian
ini merupakan jenis penelitian campuran (mix method), dengan strategi
eksplanatori sekuensial.
Download