BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Katabolisme

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1.
Katabolisme Glukosa
Glukosa dalam tubuh akan mengalami oksidasi untuk menghasilkan
ATP. Pengolahan glukosa menjadi ATP berlangsung didalam sel melalui
respirasi selular yang melibatkan 4 jenis reaksi yaitu
glikolisis,
pembentukan asetil koenzim A, siklus Kreb dan rantai transport elektron
(Tortora and Derrickson, 2009).
a.
Glikolisis
Proses glikolisis terjadi pada semua organisme. Proses ini
berfungsi untuk menukarkan glukosa menjadi piruvat dan akan
menghasilkan ATP tanpa menggunakan oksigen. Glikolisis dimulai
dengan satu molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada
rantainya (C6H12O6) dan akan dipecahkan menjadi dua molekul
piruvat yang masing-masing memiliki 3 atom karbon (C3H3O3) yang
merupakan hasil akhir bagi proses ini (Irawan, 2010). Sepanjang proses
glikolisis ini akan terbentuk beberapa senyawa, seperti Glukosa 6fosfat, Fruktosa 6-fosfat, Fruktosa 1,6-bisfosfat, Dihidroksi aseton
fosfat, Gliseraldehid 3-fosfat, 1,3- Bisfosfogliserat, 3-Fosfogliserat, 2-
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Fosfogliserat, Fosfoenol piruvat dan piruvat. Selain itu, proses glikolisis
ini juga akan menghasilkan molekul ATP dan NADH (di mana 1
NADH menghasilkan 3 ATP). Sejumlah 4 molekul ATP dan 2
molekul NADH (6 molekul ATP) akan dihasilkan dan pada tahap awal
proses ini memerlukan 2 molekul ATP. Sebagai hasil akhir, 8 molekul
ATP akan terbentuk (Marks et al., 2005).
Gambar 2.1 Skema Proses Glikolisis
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
b. Pembentukan Asetil Koenzim A
Sebelum memasuki siklus Kreb, piruvat yang terhasil dari proses
glikolisis harus dioksidasikan terlebih dahulu di dalam mitokondria
menjadi asetil koenzim A dan karbon dioksida. Setelah piruvat
memasuki
mitokondria,
enzim
piruvat
dehidrogenase
akan
menukarkan piruvat kepada acetyl group dengan melepaskan karbon
dioksida. Semasa proses ini juga, terjadi reduksi pada NAD+
menjadi NADH dengan mengambil H+ yang dilepaskan oleh piruvat.
Acetyl group akan berikatan dengan koenzim A, maka terhasil
asetil koenzim A (asetil-KoA) (Tortora and Derrickson, 2009).
Gambar 2.2 Skema Proses Pembentukan Asetil Koenzim A
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
c.
Siklus Kreb
Dalam proses metabolisme energi dari glukosa, siklus Kreb
merupakan tahapan yang terakhir. Proses ini berlaku di dalam
mitokondria dan berlangsung secara aerobik. Molekul asetil-KoA yang
merupakan produk akhir dari proses konversi piruvat kemudian akan
masuk ke dalam siklus Kreb. Perubahan yang terjadi dalam siklus ini
adalah mengubah 2 atom karbon yang terikat didalam molekul asetilKoA menjadi 2
molekul karbon dioksida
(CO2), membebaskan
koenzim A serta memindahkan energi dari siklus ini ke dalam senyawa
NADH, FADH2 dan GTP. Untuk melanjutkan proses metabolisme
energi, molekul NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam siklus
ini akan diproses kembali secara aerobik di dalam membran sel
mitokondria
melalui
proses
Rantai
Transpor
Elektron
untuk
menghasilkan produk akhir berupa ATP dan air (Ganong, 2005).
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Gambar 2.3 Skema Proses Siklus Kreb
d. Rantai Transpor Elektron
Proses ini juga dikenal sebagai proses fosforilasi oksidatif. Di
dalam proses ini, NADH dan FADH2 yang mengandung elektron
akan melepaskan elektron tersebut ke dalam akseptor utama yaitu
oksigen. Pada akhir dari proses ini, akan terhasil 3 molekul ATP dari 1
molekul NADH dan 2 molekul ATP dihasilkan dari 1 molekul FADH2
(Irawan, 2010).
2.
Metabolisme dan Regulasi Glukosa
Kadar glukosa di dalam sirkulasi diperoleh dari tiga sumber yaitu
absorpsi di intestinal semasa mengkonsumsi makanan, glikogenolisis dan
glukoneogenesis. Glikogenolisis dan glukoneogenesis dikontrol oleh
hormon yang dihasilkan oleh sel α pankreas yaitu glukagon (Ganong, 2005).
Dalam tubuh manusia, terdapat hormon glukoregulator yang terdiri dari
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
glukagon,
insulin,
amilin,
epinefrin,
kortisol dan growth hormone.
Hormon regulator ini berperan untuk menstabilkan kadar glukosa di dalam
sirkulasi (Aronoff et al., 2004).
a.
Mekanisme Sekresi Glukagon
Sel α pankreas mensekresi glukagon yang merupakan hormon
katabolik. Penemuan pertama oleh Roger Unger pada sekitar tahun
1950
menyatakan bahawa
berlawanan dengan
insulin.
glukagon
memiliki
Glukagon berperan
peran
yang
besar
dalam
mempertahankan kadar glukosa darah saat berpuasa ataupun tidak
mengkonsumsi makanan dengan cara menstimulasi produksi glukosa
dari hati
melalui
proses
glikogenolisis
dan
glukoneogenesis.
Glukosa yang dihasilkan dari hati akan mempertahankan konsentrasi
basal glukosa dalam rentang normal saat berpuasa. Apabila glukosa
darah menurun di bawah rentang normal, ini akan memicu sekresi
glukagon dan selanjutnya produksi glukosa dari hati akan menstabilkan
kembali kadar glukosa darah. Hal ini tidak akan terjadi sekiranya
glukosa darah adalah normal karena sekresi glukagon telah pun
dihambat oleh efek dari insulin (Aronoff et al., 2004).
Sekresi glukagon juga distimulasi oleh peningkatan aktivitas
parasimpatetik dari sistem saraf autonom yang terjadi saat bersenam
atau berolahraga. Selain itu, peningkatan asam amino sekiranya kadar
glukosa darah menurun di mana timbul selepas
mengkonsumsi
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
makanan
tinggi
protein
juga
bisa
memicu
sekresi glukagon
(Tortora and Derrickson, 2009).
b. Mekanisme Sekresi Insulin
Insulin disekresi oleh sel β pankreas dan ini merupakan proses yang
kompleks dimana melibatkan integrasi dan interaksi dari stimulus
internal dan eksternal. Insulin bekerja untuk mengawal kadar glukosa
postprandial dengan tiga cara. Pertama, insulin memberi sinyal pada selsel di jaringan perifer yang sensitif terhadap insulin untuk meningkatkan
pengambilan glukosa, biasanya pada otot skeletal. Kedua, insulin
bekerja di hati untuk memicu proses glikogenesis dan ketiga, sekresi
glukagon oleh
sel α pankreas akan terus diinhibisi seterusnya
memberi sinyal pada hati untuk menghentikan proses glikogenolisis
dan glukoneogenesis. Ketiga-tiga cara ini akan menurunkan kadar
glukosa darah. Selain itu, insulin juga berperan dalam menstimulasi
sintesis lemak, memicu penyimpanan trigliserida di dalam jaringan
lemak,
memicu
membantu
sintesis protein di dalam
proses proliferasi
jaringan
yang
hati dan otot,
serta
sedang berkembang
(Aronoff et al., 2004).
Tindak balas sel β pankreas terhadap perubahan ambang
glukosa merupakan stimulus primer untuk sekresi insulin. Glukosa
memicu dua bentuk fase pelepasan insulin. Fase pertama bagi
pelepasan insulin timbul beberapa menit selepas terpaparnya kepada
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
elevasi kadar glukosa. Ini diikuti dengan penyambungan fase kedua
yaitu peningkatan pelepasan insulin untuk respon terhadap kadar
glukosa darah (Rajan, 2002). Pelepasan insulin jangka panjang akan
berlaku sekiranya konsentrasi glukosa darah tetap tinggi.
Seperti yang sudah didiskusikan di atas, glukosa merupakan
stimulus terpenting bagi insulin. Namun, terdapat beberapa faktor lain
yang bisa menstimuluskan sekresi insulin. Stimulus tambahan tersebut
adalah asetilkolin, merupakan neurotransmitter dari parasimpatetik fiber
nervus vagus yang menginervasi pancreatic islets. Selain itu,
peningkatan konsentrasi asam amino terutama arginine dan leucine
selepas
mengkonsumsi
makanan
menstimulasi pelepasan insulin.
yang
tinggi protein juga dapat
Faktor ketiga adalah glucose-
dependent insulinotropic peptide (GIP), yaitu hormon yang dilepaskan
oleh sel enteroendokrin pada usus halus hasil respon terhadap adanya
glukosa pada traktus gastrointestinal (Tortora and Derrickson, 2009).
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Kadar Glukosa
Indikasi
< 100 mg/dL
Normal
100 – 199 mg/dL
Pre-diabetes
> 200 mg/dL
Diabetes
Sumber : PERKENI (2011)
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
B. Terapi Non Farmakologi
1.
Senam Diabetes
a. Pengertian
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan
status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes Melitus
(PERSADIA, 2000). Pada waktu latihan jasmani otot-otot tubuh, sistem
jantung dan sirkulasi darah serta pernafasan diaktifkan. Oleh sebab itu
metabolisme tubuh, keseimbangan cairandan elektrolit serta asam basa
harus menyesuaikan diri. Otot –otot akan menggunakan asam lemak
bebas dan glukosa sebagaisumber tenaga atau energi. Bila latihan jasmani
dimulai glukosa yang berasal dari glikogen di otot-otot pada waktu
latihan jasmani mulai dipakai sebagai sumber tenaga. Apabila latihan
jasmani terus ditingkatkan maka sumber tenaga dan glikogen otot
berkurang, selanjutnya akan terjadi pemakaian glukosa darah dan asam
lemak bebas. Makin ditingkatkan porsi olahraga makin meningkat pula
pemakaian glukosa yang berasal dari cadangan glikogen hepar. Apabila
latihan ditingkatkan lagi, maka sumber tenaga terutama berasal dari asam
lemak bebas dan lipolisis jaringan lemak (PERSADIA, 2000).
Pada saat latihan jasmani ringan, pemakaian asam lemak bebas dan
glukosa tidak tergantung insulin, apabila olahraga ditingkatkan menjadi
berintensitas sedang maka insulin akan menurun dan adrenalin akan
meningkat. Selanjutkan bila latihan jasmani dalam intensitas yang lebih
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
berat maka non adrenalin akan meningkat dan menghambat sekresi
insulin dan bersaman dengan itu terjadi peningkatan glucagon
(PERSADIA, 2000).
Perubahan-perubahan metabolik dan sistem hormonal selama latihan
tersebut adalah reaksi fisiologis tubuh untuk penyediaan energi yang
dibutuhkan oleh otot-otot dari glukosa dan asam lemak bebas dan
penyesuaian sistem kardiovaskular serta sistem respirasi (PERSADIA,
2000).
b. Manfaat Senam Diabetes
Latihan jasmani/senam diabetes secara umum bermanfaat bagi
penatalaksanaan diabetes Melitus (American Diabetes Association, 2009),
yaitu:
1) Mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe 2 yang mengikuti
olah raga teratur. Hal ini disebabkan sel-sel dapat lebih merespon
terhadap insulin dan tepat mengambil glukosa dari darah.
2) Menghambat dan memperbaiki faktor resiko penyakit kardiovaskular
yang banyak terjadi pada penderita DM yaitu penyakit–penyakit
vascular yang berbahaya yaitu Penyakit Jantung Koroner (PJK),
stroke, penyakit pembuluh darah perifer.
3) Pengaturan olah raga secara optimal dan diet DM pada penderita
kegemukan (obesitas) dapat menurunkan berat badan. Setiap
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
penurunan 10 kilogram berat badan individu, mereka akan
mengalami 20 persen peningkatan dalam sensitivitas insulin.
4) Memberikan keuntungan psikologis ; olah raga yang teratur dapat
memperbaiki tingkat kesegaran jasmani karena memperbaiki system
kardiovaskular, respirasi, pengontrolan gula darah sehingga penderita
merasa fit, mengurangi rasa cemas terhadap penyakitnya, timbul rasa
senang dan lebih meningkatkan rasa percaya diri serta meningkatkan
kualitas hidupnya.
5) Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin
6) Mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi orang – orang
dengan riwayat keluarga. Porsi latihan harus ditentukan supaya
maksud dan tujuan olah raga bagi penderita DM memberikan
manfaat yang baik.
c. Prinsip Senam Diabetes
Prinsip senam diabetes sama dengan latihan jasmani secara umum
yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, durasi dan jenis
(American
Diabetes Association, 2009).
1) Frekuensi
Untuk mencapai hasil optimal, latihan dilakukan secara teratur 35x/minggu, sedikitnya 3x/minggu dengan tidak lebih dari 2 hari
berurutan tanpa latihan jasmani karena peningkatan sensitivitas
insulin tidak lebih dari 72 jam
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2) Intensitas
Intensitas latihan dinilai dari beberapa hal, yaitu target nadi, area
latihan, kadar glukosa sebelum dan sesudah latihan, tekanan darah
sebelum dan sesudah latihan. Untuk menentukan intensitas latihan
dapat digunakan Maximum Heart Rate (MHR) yaitu 220-umur.
Setelah MHR didapatkan, dapat ditentukan Target Heart Rate
(THR). Ketika memulai program olahraga, tujuan THR selama
beberapa minggu pertama adalah 50%. Bertahap meningkat ke
bagian yang lebih tinggi dari zona target yaitu 75%. Setelah enam
bulan atau lebih dari latihan teratur, individu bisa latihan dengan
nyaman dengan THR 85% (American Heart Association, 2009).
Sebagai contoh: Suatu latihan bagi seorang penderita diabetes
berumur 60 tahun diperkirakan 75% maka THR=75%x (22060)=120. Dengan demikian penderita diabetes teersebut dalam
melakukan latihan jasmani, sasaran denyut nadinya adalah sekitar
120x.
3) Durasi
Pemanasan dan pendinginan dilakukan masing-masing 5-10 menit
dan latihan inti 30-40 menit untuk mencapai metabolik yang optimal.
Bila durasinya kurang maka efek metabolik sangat rendah dan bila
berlebihan akan menimbulkan efek buruk pada sistem respirasi,
kardio dan muskuloskeletal.
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
4) Jenis
Latihan jasmani yang dipilih hendaknya yang melibatkan otot-otot
besar dan sebaiknya yang disenangi. Latihan yang dianjurkan untuk
penderita DM adalah aerobic low impact dan ritmis berupa latihan
jasmani endurence (aerobic) untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda,
sedangkan latihan resistensi statis tidak dianjurkan seperti angkat besi
dan lain-lain.
d. Indikasi untuk Melakukan Senam Diabetes
Menurut Mullen (2008), individu yang dapat melakukan senam diabetes
adalah:
1) Individu dengan kadar glukosa darah kurang dari 250 mg/dL
2) Tidak ada gejala retinopati, neuropati atau nefropati
3) Tidak ada masalah kardiovaskuler seperti angina, emboli atau
aneurisma
Sebelum melakukan senam diabetes, dianjurkan untuk mengukur kadar
gula darah, tekanan darah, minuman dan makanan kecil karena bisa saja
terjadi hipoglikemia pada saat melakukan senam. Adapun tanda-tanda
hipoglikemia pada saat senam
adalah gemetar, detak jantung cepat,
jantung berdebar, keringat berlebihan, rasa lapar yang berlebihan, sakit
kepala, mengantuk, kebingungan mental, dan perubahan mood mendadak.
Dalam suatu serangan hipoglikemik, maka dianjurkan untuk berhenti
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
melakukan senam diabetes dan istirahat, melakukan pemeriksaan kadar
gula darah untuk mengetahui masalah dan mengkonsumsi makanan atau
minuman seperti ½ cangkir jus buah, 1 kotak kecil kismis atau 3 tablet
glukosa. Makanan yang mengandung lemak harus dihindarkan karena
menghambat penyerapan gula ke dalam aliran darah (Mullen, 2008).
e. Tahapan Senam Diabetes
Tahapan senam diabetes menurut Ilyas (2005) adalah sebagai berikut:
1) Pemanasan (warm – up)
lamanya 5 – 10 menit, bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh,
meningkatkan denyut nadi mendekati intensitas latihan, mengurangi
kemungkinan cedera.
2) Latihan inti (Conditioning)
lamanya 20 menit, diusahakan denyut nadi mencapai THR (target
Heart Rate). Bila dibawah THR maka latihan tersebut tidak
bermanfaat. Dan bila berlebih akan menimbulkan resiko yang tidak
diinginkan.
3) Pendinginan (cooling down)
lamanya 5 – 10 menit hingga denyut nadi mendekati nadi istirahat,
bertujuan untuk mencegah penimbunan asam laktat di otot sehingga
menimbulkan nyeri di otot, atau pusing sebab darah masih terkumpul
di otot yang aktif. Bila latihan yang dilakukan berupa jogging,
pendinginan sebaiknya tetap jalan untuk beberapa menit. Bila latihan
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
berupa bersepeda sebaiknya tetap mengayuh tanpa beban.
4) Peregangan (stretching)
bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih
teregang dan menjadi lebih elastis. Ini penting sekali untuk diabetesi
usia lanjut.
f.
Resiko Senam Diabetes
Menurut American Diabetes Association (2009), ada beberapa resiko
yang perlu diperhatikan akibat latihan fisik, yaitu:
1) Retinopathy
Pada
pasien
yang
mengalami
komplikasi
retinopati
dikontraindikasikan untuk melakukan latihan resistensi dan aerobik
karena potensial untuk memicu perdarahan pada vitreous dan retina.
2) Neuropathy perifer
Memang belum ditemukan penelitian tentang resiko latihan terhadap
injury pada pasien dengan neuropati sensory perifer. Bagaimanapun
dianjurkan untuk melakukan latihan yang non-weight bearing seperti
berenang, bersepeda atau latihan lengan.
3) Autonomik neuropathy
Autonomic neuropathy dapat meningkatkan resiko injuri karena
penurunan respon kardio terhadap latihan, postural hipotensi,
gangguan termoregulasi yang dapat mengganggu aliran darah kulit
dan keringat, gangguan penglihatan, gangguan rasa haus yang dapat
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
meningkatkan resiko dehidrasi. Individu dengan diabeticautonomic
neuropathy seharusnya menjalani pemeriksaan cardivaskuler sebelum
memulai latihan fisik.
4) Microalbuminuria dan nephropathy
Aktifitas fisik dapat secara akut meningkatkan eksresi protein urin
seiring dengan peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu hanya
dianjurkan untuk melakukan latihan ringan atau moderat saja, dimana
tekanan darah selama latihan tidak lebih dari 200 mmHg.
Bagaimanapun individu dengan microalbuminemia dan proteinuria
harus melakukan tes ECG sebelum melakukan latihan untuk
mencegah komplikasi.
2.
Senam Kaki Diabetes
a. Pengertian Senam Kaki Diabetes
Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan
oleh pasien yang menderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya
luka dan membantu memperlancar peredaran darah bagian kaki. (Setyoadi
& Kushariyadi, 2011).
b. Manfaat Senam Kaki Diabetes
1) Memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
2) Meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha
3) Mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
c. Indikasi dan Kontraindikasi Senam Kaki Diabetes
1) Indikasi Senam Kaki Diabetes :
a) Diberikan kepada semua penderita diabetes melitus (DM tipe I
dan tipe II)
b) Sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosis menderita diabetes
melitus sebagai tindakan pencegahan dini.
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
2) Kontraindikasi Senam Kaki Diabetes :
a) Pasien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti
dispneu dan nyeri dada
b) Pasien yang mengalami depresi, khawatir, dan cemas.
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
d. Efek Samping
Harus diterapkan dengan hati-hatikarena dapat berakibat stress fisik serta
harus mempertimbangkan kekuatan yang digunakan pada tubuh yang
mengalami gangguan dan jaringan tertentu (Kisner dan Colby, 2007)
e. Cara/langkah-langkah senam kaki
Gerakan dorsofleksi pergelangan kaki, ekstensi dan fleksi lutut akan
meningkatkan kekuatan otot gastroknemus (Kisner dan Colby, 2007),
yang dapat meningkatkan kecepatan aliran darah di vena femoralis
(Yamashita et al, 2005). Dalam gerakan “menggambar” alfabet dengan
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
pergelangan kaki, aktif melakukan dorsofleksi pergelangan kaki, plantar
fleksi, inversi, eversi 10 kali dan memobilisasi kaki depan, termasuk
sendi metatarsophalangeal ke dorsofleksi akan membantu meningkatkan
jangkauan gerak kaki, mengurangi tekanan kaki, dan mencegah kerusakan
(Pamela dan Zucker-Levin, 2011). Serta gerakan plantar fleksi dengan
posisi berdiri (heel raising) sangat berpengaruh pada penderita dengan
klaudikasio (AHA, 2012). Selain itu olahraga pada proksimal, medial dan
distal ekstremitas bawah dengan posisi duduk dan berdiri dengan gerakan
dorsal fleksi, plantar fleksi dapat meningkatkan kecepatan aliran darah
arteri tibia dan dorsalis pedis (Castro-Sanchez et al, 2013).
Orang dewasa dengan diabetes harus melakukan olahraga dengan cara
melawan tekanan / resistance training setidaknya dua kali per minggu
(ADA, 2014).
Sebelum melakukan aktifitas tersebut penderita harus melakukan
pemanasan dan peregangan seperti latihan pemompaan pada kaki atau
mengayunkan kaki (Kisner dan Colby, 2007)
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
3.
Kerangka Teori
Gejala penyakit Diabetes
Melitus :
1. Polifagia
2. Polidipsia
3. Poliuria
4. Berat badan menurun
5. Lemas
6. Kesemutan
7. Gatal
8. Mata kabur
Kadar Gula
Darah
1. Naik
2. Stabil
3. Turun
Penatalaksanaan :
1. Medis (Insulin)
2. Olahraga
a.
3.
4.
Senam
diabetes
b. Senam Kaki
Penyuluhan
diabetes
Perencanaan makan
Gambar 2.11 : Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Mansjoer (2002), Setyoadi & Kushariyadi (2011), Mardi Santoso
(2008)
4.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Pasien
DM tipe
II
GDS
pre
Senam
DM
GDS
post
GDS
pre
Senam
Kaki
GDS
post
Gambar 2.12 : Kerangka Konsep
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
5.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian
ini dijelaskan hanya satu hipotesis saja, karena variabel dependennya sudah
spesifik atau tidak ada sub variabelnya. Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1.
Tidak ada perbandingan efektivitas senam diabetes dan senam kaki diabetes
terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe II di
Puskesmas 1 Bukateja.
2.
Ada perbandingan efektivitas senam diabetes dan senam kaki diabetes
terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe II di
Puskesmas 1 Bukateja.
Perbandingan Efektivitas Senam..., DWI ADIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Download