68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu Faktor yang berpotensi berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu adalah dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut selanjtunya berpotensi memiliki hubungan dengan pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. Faktor internal yang merupakan karakteristik individu yang terdiri dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, waktu produktif, lama bekerja, dan motivasi bekerja. Faktor eksternal yang berpotensi berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu yaitu penggunaan media komunikasi (televisi, radio, koran, pameran, penyuluh), tenaga kerja, dan modal usaha. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu dapat dijelaskan sesuai dengan hasil pengolahan data. 6.2 Hubungan Faktor Internal dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu Variabel-variabel yang berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu adalah faktor internal dan faktor eksternal yang lebih lanjut berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam pembelian konsumen. Salah satu variabel tersebut adalah faktor internal yang terdiri dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, waktu produktif, lama bekerja, dan motivasi bekerja. Hasil pengujian hubungan antara faktor internal dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu yang didalamnya termasuk aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif dijelaskan secara ringkas pada Tabel 37. 69 Tabel 37. Faktor Internal Hasil Pengujian Hubungan Faktor Internal dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu Kognitif Koefisien Koefisien hitung tabel (X2 / rs) (X2 / rs) 2 χ = 12,857 4,605 C2= 0,459 Afektif Koefisien Koefisien hitung tabel (X2 / rs) (X2 / rs) 2 χ = 17,302 4,605 C2= 0,502 Jenis Kelamin Tingkat 0,306 rs= -0,112 0,306 rs= 0,067 Pendidikan Waktu 0,306 rs= 0,631* 0,306 rs= 0,549* Produktif Lama 0,306 rs= 0,247 0,306 rs= 0,159 Bekerja Motivasi 0,306 rs= 0,666* 0,306 rs= 0,622* Bekerja Keterangan : *. Correlation is significant at the 0.1 level (2-tailed). Konatif Koefisien Koefisien hitung tabel (X2 / rs) (X2 / rs) 2 χ = 17,460 4,605 C2= 0,133 rs= -0,110 0,306 rs= 0,542* 0,306 rs= 0,221 0,306 rs= 0,707* 0,306 Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan antara faktor internal dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu yang didalamnya terdapat aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Hasil analisis data antara variabel faktor internal dengan efek komunikasi menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Faktor internal seperti tingkat pendidikan dan lama bekerja tidak berhubungan dengan efek komunikasi baik aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Variabel internal yang berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu adalah jenis kelamin, waktu produktif, dan motivasi bekerja. 6.2.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Jenis kelamin dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Responden laki-laki terdiri dari 30 persen dan responden perempuan terdiri dari 70 persen. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji korelasi Chi-Square menunjukan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu baik dalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. 70 Aspek kognitif atau pengetahuan dalam memasarkan lanting ubi kayu menunjukkan adanya perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan. Hal ini dikarenakan dalam usaha pembuatan dan pemasaran lanting ubi kayu, perempuan cenderung lebih banyak mengetahui karena tenaga kerja yang digunakan dalam usaha ini sebagian besar ibu rumah tangga yang bekerja di rumah. Usaha pembuatan lanting ubi kayu hanya terdapat sedikit laki-laki yang mengetahui tentang pemasaran karena sebagian besar dari responden laki-laki tidak ikut serta dalam pemasaran hanya membantu proses pembuatan saja. Aspek afektif atau kemauan responden dalam memasarkan produk lanting ubi kayu menunjukkan adanya perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan. Hal ini dikarenakan dalam usaha pembuatan lanting ubi kayu dan pemasaran lanting ubi kayu, perempuan cenderung lebih memiliki kemauan karena tenaga kerja yang digunakan dalam usaha ini sebagian besar ibu rumah tangga yang bekerja di rumah. Usaha pembuatan lanting ubi kayu hanya terdapat sedikit laki-laki yang memiliki kemauan untuk memasarkan lanting ubi kayu karena sebagian dari mereka bekerja diluar rumah sehingga tidak memiliki waktu untuk ikut serta dalam pemasaran. Aspek konatif atau tindakan responden dalam memasarkan produk lanting ubi kayu menunjukkan adanya perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan. Hal ini dikarenakan dalam usaha pembuatan lanting ubi kayu dan pemasaran lanting ubi kayu, perempuan lebih banyak menggunakan waktunya untuk usaha ini dan tenaga kerja yang digunakan dalam usaha ini sebagian besar ibu rumah tangga yang bekerja di rumah. Usaha pembuatan lanting ubi kayu hanya terdapat sedikit laki-laki yang memasarkan lanting ubi kayu ke pasar lokal atau menjual ke toko terdekat karena sebagian dari mereka bekerja di luar rumah sehingga tidak memiliki waktu untuk ikut serta dalam pemasaran. Hal ini sejalan dengan penelitian Milindri (2007) yang menjelaskan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan efek komunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh responden dalam pembuatan maupun pemasaran lanting ubi kayu yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan dapat meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan tindakan responden. Intensitas responden untuk berinteraksi dalam 71 pembuatan dan pemasaran mengakibatkan responden yang kurang menguasai menjadi bisa melakukan pembuatan maupun pemasaran lanting ubi kayu. 6.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Tingkat Pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat tingkatan yaitu Tidak Sekolah, SD, SMP, dan SMA. Berdasarkan hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu baik dalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan tidak menentukan pengetahuan dalam pemasaran lanting ubi kayu. Pengetahuan responden mengenai pemasaran lanting ubi kayu tidak diperoleh dalam pendidikan formal yang telah ditempuh responden, tetapi diperoleh dari pengalaman dan pengamatan terhadap usaha yang telah berdiri lebih dulu. Aspek afektif dalam pemasaran lanting ubi kayu juga tidak ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan responden. Kemauan responden berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu diperoleh dari motivasi mereka dalam mengembangkan usaha agar bisa berkembang secara besar sehingga mereka memiliki kemauan untuk memasarkan meskipun sementara ini hanya dalam lingkup lokal. Aspek konatif dalam pemasaran lanting ubi kayu tidak ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan responden. Tindakan pemasaran dilakukan berdasarkan pengalaman, pengamatan, serta informasi dari berbagai sumber untuk memasarkan secara baik sehingga usaha dapat mendapatkan keuntungan yang besar dan berkembang sesuai harapan. Komunikasi yang dilakukan responden tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden karena komunikasi antara responden dalam pemasaran lanting ubi kayu tidak perlu melalui pendidikan formal dan responden memperoleh pengetahuan, kemauan, dan melakukan pemasaran berdasarkan pengalaman atau pengamatan terhadap produsen yang telah ada sebelumnya. 6.2.3 Hubungan Waktu Produktif dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Waktu produktif dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi rank Spearman (rs) 72 menunjukkan bahwa waktu produktif berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu baik dalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Waktu produktif diukur berdasarkan jumlah jam kerja responden dalam sehari yang menyebabkan semakin banyak jam kerja yang digunakan untuk bekerja dalam usaha produksi lanting ubi kayu, maka semakin tinggi komunikasi yang dilakukan dengan sesama pekerja sehingga meningkatkan pengetahuan mengenai pembuatan dan pemasaran lanting ubi kayu. Waktu produktif yang digunakan untuk bekerja dalam usaha produksi lanting ubi kayu semakin meningkatkan interaksi antara masing-masing tenaga kerja sehingga meningkatkan kemauan responden untuk dapat ikut memasarkan lanting ubi kayu baik ke pasar lokal maupun kepada pembeli besar. Waktu produktif yang semakin tinggi meningkatkan produksi yang dihasilkan sehingga sebagian responden ada yang ikut dalam memasarkan lanting ubi kayu baik ke pasar lokal maupun kepada pembeli besar. 6.2.4 Hubungan Lama Bekerja dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Lama bekerja dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa lama bekerja tidak berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu baik dalam aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek konatif. Hal ini berarti bahwa lama bekerja tidak menentukan pengetahuan, kemauan, dan tindakan responden dalam pemasaran lanting ubi kayu. Lama bekerja diukur berdasarkan tahun kerja responden dalam usaha pembuatan lanting ubi kayu yang menunjukan bahwa semakin lama responden bekerja dalam usaha ini tidak menambah pengetahuan, kemauan, dan tindakan dalam memasarkan lanting ubi kayu. Komunikasi yang dilakukan oleh responden dalam kegiatan pembuatan dan pemasaran tidak mengalami banyak perubahan dari tahun ke tahun. Alat yang digunakan dari awal pembuatan masih sama dan strategi pemasaran masih fokus pada pasar lokal. Responden yang bekerja dalam waktu yang lama biasanya merupakan produsen yang meneruskan usaha keluarga dan hanya mengerjakan proses pembuatan saja tanpa ikut dalam pemasaran produk lanting ubi kayu. 73 6.2.5 Hubungan Motivasi Bekerja dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Motivasi bekerja dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukan bahwa motivasi bekerja berhubungan dengan efek komunikasi pemasaran lanting ubi kayu dalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Hal ini berarti bahwa motivasi bekerja menentukan pengetahuan, kemauan, dan tindakan dalam pemasaran lanting ubi kayu. Motivasi bekerja diukur berdasarkan penjumlahan skor atas pertanyaan yang berkaitan dengan alasan bekerja sebagai produsen lanting ubi kayu. Motivasi kerja yang semakin tinggi ditunjukan dengan jawaban responden yang menjawab alasan bekerja sebagai produsen lanting ubi kayu yaitu untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan meningkatkan status. Hal ini menyebabkan responden mempunyai pengetahuan dan kemauan dalam pemasaran lanting ubi kayu. Komunikasi yang dilakukan dalam pembuatan dan pemasaran lanting ubi kayu juga dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan dalam memasarkan lanting ubi kayu. Responden yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja untuk meningkatkan pendapatan dapat meningkatkan motivasi dalam pembuatan maupun pemasaran lanting ubi kayu. 6.3 Hubungan Faktor Eksternal dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu. Variabel-variabel yang berhubungan dengan efek komunikasi adalah faktor internal dan faktor eksternal yang lebih lanjut berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam pembelian konsumen. Selain faktor internal yang telah disebutkan diatas, terdapat faktor eksternal yang terdiri dari penggunaan media komunikasi (televisi, radio, koran, pameran, dan penyuluh), jumlah tenaga kerja, dan modal usaha. Hasil pengujian hubungan antara faktor eksternal dengan efek komunikasi pemasaran lanting ubi kayu yang didalamnya termasuk aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif disajikan secara ringkas pada Tabel 38. 74 Hasil Pengujian Hubungan Faktor Eksternal dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu Afektif Konatif Kognitif Faktor Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien Eksternal hitung tabel hitung tabel hitung tabel (X2 / rs) (X2 / rs) (X2 / rs) (X2 / rs) (X2 / rs) (X2 / rs) Media rs= 0,09 0,306 rs= 0,109 0,306 rs= 0,036 0,306 Televisi Media rs= -0,046 0,306 rs= 0,074 0,306 rs= -0,017 0,306 Radio 0,306 rs= 0,093 0,306 rs= -0,078 0,306 Pameran rs= 0,159 Tenaga rs= -0,210 0,306 rs= - 0,278 0,306 rs= -0,416* 0,306 Kerja Modal rs= 0,224 0,306 rs= 0,123 0,306 rs= 0,166 0,306 Usaha Tabel 38. Keterangan: *. Correlation is significant at the 0.1 level (2-tailed). Hipotesis penelitian menduga adanya hubungan antara faktor eksternal dengan efek komunikasi dalam pemasaran yang didalamnya terdapat aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Hasil analisis data antara variabel faktor eksternal dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu menunjukan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Faktor eksternal seperti penggunaan media komunikasi (televisi, radio, koran, pameran, dan penyuluh), dan modal usaha tidak berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu pada aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Jumlah tenaga kerja berhubungan negatif dengan aspek konatif efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu. 6.3.1 Hubungan Penggunaan Media Televisi dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Media televisi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu petani yang pernah menonton televisi berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu dan petani yang tidak pernah menonton acara televisi berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa penggunaan media televisi tidak berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu pada aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek 75 konatif. Hal ini berarti bahwa media televisi tidak menentukan pengetahuan, kemauan, dan tindakan responden dalam pemasaran lanting ubi kayu. Pengetahuan responden berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu tidak didapatkan dari televisi karena hanya sebagian kecil responden yang menonton televisi dan program yang mereka tonton merupakan strategi pemasaran produk pertanian lokal, tidak secara khusus merupakan strategi pemasaran lanting ubi kayu. Kemauan responden dapat berasal dari motivasi bekerja yang tinggi untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan hobi dalam pemasaran berbagai macam produk sehingga memiliki kemauan yang tinggi dalam pemasaran lanting ubi kayu. Tindakan responden berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu tidak didapatkan dari televisi karena hanya sebagian kecil responden yang menonton televisi dan program yang mereka tonton merupakan strategi pemasaran produk pertanian lokal, tidak secara khusus merupakan strategi pemasaran lanting ubi kayu. 6.3.2 Hubungan Penggunaan Media Radio dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Media radio dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu petani yang pernah mendengarkan radio berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu dan petani yang tidak pernah mendengarkan radio berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa penggunaan media radio tidak berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu dalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Hal ini berarti bahwa media radio tidak menentukan pengetahuan, kemauan, dan tindakan dalam pemasaran lanting ubi kayu. Pengetahuan responden berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu tidak didapatkan dari media radio karena hanya sebanyak 13,3 persen responden yang mendengarkan radio dan program yang mereka dengarkan merupakan strategi pemasaran produk pertanian lokal, tidak secara khusus merupakan strategi pemasaran lanting ubi kayu. Kemauan responden berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu dapat berasal dari intensitas berinteraksi antar produsen lanting ubi kayu sehingga menumbuhkan kemauan untuk memasarkan lanting ubi kayu 76 hingga lokasi yang luas untuk mengembangkan usaha. Tindakan responden dalam melakukan pemasaran lanting ubi kayu berkaitan dengan kemampuan dalam memasarkan dan adanya waktu untuk memasarkan produk lanting ubi kayu. 6.3.3 Hubungan Penggunaan Media Koran dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Berdasarkan wawancara dengan responden diketahui bahwa tidak ada responden yang membaca koran berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu di Kecamatan Pituruh. Hal ini menunjukkan bahwa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif sama sekali tidak mendapatkan pengaruh dari penggunaan media massa seperti koran atau majalah pertanian. Koran atau majalah yang terdapat di Kecamatan Pituruh sebagian besar berkaitan dengan hiburan karena permintaan pasar yaitu para remaja yang membutuhkan informasi tentang gosip atau fashion. Permintaan pasar mengenai informasi pertanian melalui koran atau majalah di Kecamatan Pituruh sedikit sehingga distributor koran tidak mempunyai banyak stok koran pertanian. 6.3.4 Hubungan Media Pameran dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Pameran dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu petani yang pernah melihat pameran produk pertanian lokal dan petani yang tidak pernah melihat pameran produk pertanian lokal terutama lanting ubi kayu. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) yang menunjukan bahwa pameran tidak berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu pada aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Hal ini berarti bahwa pameran tidak menentukan pengetahuan, kemauan, dan tindakan responden dalam pemasaran lanting ubi kayu. Pengetahuan responden berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu tidak didapatkan dari pameran yang setiap tahun diadakan di Kecamatan Pituruh berkaitan dengan produk pertanian lokal. Akan tetapi, pengetahuan responden dapat diperoleh dari pengamatan dan pengalaman produsen ubi kayu yang telah ada sebelumnya. Kemauan dan tindakan responden dalam pemasaran lanting ubi kayu tidak dipengaruhi oleh pameran karena pameran merupakan strategi promosi 77 yang tidak mungkin dilakukan secara personal sebab acara pameran hanya diadakan setiap tahun pada acara tujuh belas agustus. Pameran yang diadakan setiap tahun oleh Kecamatan Pituruh hanya digunakan responden sebagai hiburan dan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan, kemauan, dan tindakan responden dalam pemasaran lanting ubi kayu. 6.3.5 Hubungan Media Penyuluhan dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Berdasarkan wawancara dengan responden diketahui bahwa tidak ada responden yang mendapatkan penyuluhan berkaitan dengan pemasaran lanting ubi kayu di Kecamatan Pituruh. Responden melakukan pengolahan dan pemasaran lanting ubi kayu sesuai dengan kemampuan dan kreativitasnya berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang dilakukan terhadap usaha yang telah ada sebelumnya. 6.3.6 Hubungan Tenaga Kerja dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Tenaga kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu baik dalam aspek kognitif dan aspek afektif. Hal ini berarti bahwa jumlah tenaga kerja tidak menentukan pengetahuan dan kemauan responden dalam pemasaran lanting ubi kayu. Pengetahuan dan kemauan responden berkaitan dengan pengolahan lanting ubi kayu diperoleh dari pengamatan terhadap pemilik tempat produksi yang memulai usaha ini sejak awal. Pengetahuan dan kemauan tentang pemasaran diperoleh dari cerita atau pengalaman yang diberikan oleh pemilik usaha yang merupakan orang yang selalu memasarkan produk lanting ubi kayu bukan dari tenaga kerja yang lain. Jumlah tenaga kerja berhubungan negatif dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu pada aspek konatif. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh setiap produsen maka semakin rendah tindakan responden dalam pemasaran karena mereka saling mengandalkan dan merasa cukup maksimal dua orang saja yang memasarkan lanting ubi kayu 78 setiap tempat produksi. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin banyak tenaga kerja dalam suatu industri, tindakan dalam pemasaranya semakin rendah karena mereka lebih senang membantu dalam proses pembuatan. 6.3.7 Hubungan Modal Usaha dengan Efek Komunikasi (Aspek Kognitif, Aspek Afektif, dan Aspek Konatif) Modal usaha dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa modal usaha tidak berhubungan dengan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu dalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Hal ini berarti bahwa modal usaha yang dimiliki usaha lanting ubi kayu tidak menentukan pengetahuan, kemauan, dan tindakan dalam pemasaran lanting ubi kayu. Modal awal usaha yang dimiliki diperoleh dari tabungan responden dan responden meningkatkan modal usaha dari keuntungan yang diperoleh sebelumnya. Modal usaha digunakan untuk membeli mesin dan bahan baku produksi. Hal ini berarti modal usaha yang dimiliki oleh produsen yaitu modal yang telah dikeluarkan oleh produsen baik untuk pembelian mesin maupun untuk pembelian bahan baku tidak menentukan pengetahuan, kemauan, dan tindakan responden dalam pemasaran lanting ubi kayu. 6.4 Hubungan Efek Komunikasi Penjual dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu dengan Keputusan Pembelian Konsumen (Jumlah Pembelian dan Motivasi Pembelian) Variabel-variabel yang berhubungan dengan keputusan pembelian konsumen yaitu jumlah pembelian dan motivasi pembelian konsumen. Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan antara efek komunikasi penjual lanting ubi kayu dengan keputusan pembelian konsumen yang didalamnya terdapat jumlah pembelian dan motivasi pembelian. Hasil pengujian hubungan efek komunikasi dalam pemasaran lanting ubi kayu dengan keputusan pembelian konsumen yang didalamnya termasuk jumlah pembelian dan motivasi pembelian disajikan secara ringkas pada Tabel 39. 79 Tabel 39. Efek Komunikasi Hasil Pengujian Hubungan Efek Komunikasi(Kognitif, Afektif, dan Konatif) dengan Keputusan Pembelian Konsumen (Jumlah Pembelian dan Motivasi Pembelian) Jumlah Pembelian Koefisien hitung Koefisien tabel (X2 / rs) (X2 / rs) Motivasi Pembelian Koefisien hitung Koefisien tabel (X2 / rs) (X2 / rs) Kognitif rs=0,006 0,306 rs= 0,082 0,306 Afektif rs= - 0,132 0,306 rs= 0,199 0,306 Konatif rs= - 0,108 0,306 rs= 0,079 0,306 Hipotesis yang menyebutkan terdapat hubungan antara efek komunikasi (aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif) dalam pemasaran lanting ubi kayu dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen dalam hal jumlah pembelian dan motivasi pembelian tidak terbukti karena tidak menunjukkan adanya hubungan. 6.4.1 Hubungan Aspek Kognitif Penjual dengan Keputusan Pembelian Konsumen (Jumlah Pembelian dan Motivasi Membelian) Aspek kognitif adalah seberapa besar tingkat pengetahuan responden tentang pemasaran lanting ubi kayu. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aspek kognitif dengan jumlah pembelian dan motivasi pembelian konsumen. Hal ini berarti bahwa pengetahuan yang dimiliki responden dalam usaha memasarkan lanting ubi kayu baik cara pemasaran maupun pengetahuan mengenai produk tidak menentukan jumlah pembelian yang dilakukan oleh pembeli berapapun jumlahnya. Pengetahuan yang dimiliki responden juga tidak menentukan motivasi pembelian yang dilakukan oleh pembeli karena pembelian konsumen bukan merupakan pengaruh dari implementasi pengetahuan yang dimiliki penjual. 6.4.2 Hubungan Aspek Afektif dengan Keputusan Pembelian Konsumen (Jumlah Pembelian dan Motivasi Pembelian) Aspek afektif adalah sikap responden terhadap kemauan dalam usaha lanting ubi kayu. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aspek afektif dengan jumlah pembelian konsumen dan motivasi pembelian konsumen. Hal ini berarti bahwa kemauan responden dalam usaha memasarkan lanting ubi kayu tidak menentukan jumlah pembelian dan 80 motivasi pembelian yang dilakukan oleh pembeli karena pembelian konsumen dapat dilakukan karena pengaruh dari tetangga atau keluarga. 6.4.3 Hubungan Aspek Konatif dengan Keputusan Pembelian Konsumen (Jumlah Pembelian dan Motivasi Pembelian) Aspek konatif adalah perilaku konkrit responden berkaitan dengan pelaksanaan pemasaran lanting ubi kayu. Hasil uji korelasi rank Spearman (rs) menunjukkan bahwa aspek konatif tidak berhubungan dengan jumlah pembelian dan motivasi pembelian konsumen. Hal ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan responden dalam usaha memasarkan lanting ubi kayu seperti menawarkan produk tidak menentukan jumlah pembelian dan motivasi pembelian konsumen. Jumlah pembelian dan motivasi pembelian yang dilakukan oleh konsumen sesuai dengan kemampuan dan keinginan konsumen dalam mengkonsumsi lanting ubi kayu. Berdasarkan wawancara dengan informan dapat diketahui pula bahwa konsumen membeli karena pengaruh dari saudara atau teman. Selain itu konsumen yang membeli dalam jumlah yang banyak merupakan pedagang pengecer yang membeli untuk dijual kembali. Informasi yang diperoleh dari informan yang dapat memperkuat keputusan pembelian konsumen. “Konsumen membeli karena pengaruh dari tetangga yang pernah memkonsumsi lanting ubi kayu atau membeli karena mereka pedagang besar untuk dijual kembali.”(SPY, 64 tahun)