Ginjal - DistroDoc

advertisement
Makalah Patologi Klinik - Ginjal
MATAKULIAH
Kelompok 5
Anggota :
-
ILMU KEPERAWATAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
Pendahuluan
Ginjal sebagai organ tubuh yang berfungsi mencuci darah kerjanya sangat efektif dan efisien.
Ginjal juga berguna untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam
dalam darah, dan keseimbangan asam-basa darah, serta eksresi bahan buangan dan kelebihan garam
(Pearce, 1995; Costa et al., 2008). Efektif dalam menentukan zat apa yang harus dibuang dari tubuh
dan efisien dalam penggunaan ruang, waktu dan energi untuk menjalankan fungsinya.
Secara garis besar fungsi ginjal dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah filtrasi,
sedangkan tahap kedua terdiri dari reabsorbsi dan sekresi. Filtrasi terjadi di glomerulus dan reabsorbsi
serta sekresi terjadi di tubulus. Mekanisme filtrasi ditunjang oleh dua faktor utama yaitu pori
glomerulus dan tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik antara dua sisi membran glomerulus.
Proses reabsorbsi dan sekresi di tubulus merupakan koreksi terhadap hasil filtrasi dengan
reabsorbsi untuk zat yang perlu pembuangan lagi setelah filtrasi dengan melibatkan mekanisme
biokimiawi terutama pada mekanisme transpor molekul disamping mekanisme fisika antara lain difusi
dan osmosis.
Fungsi Ginjal
Ginjal memiliki tiga fungsi utama:
1. Berfungsi menyaring (filter), membuang produk metabolik yang tidak dibutuhkan tubuh dan
toksin dari darah serta mengekskresikannya melalui urin (proses pencucian darah).
2. Ginjal berperan penting dalam penunjang homeostasis melalui pengendalian keseimbangan cairan
tubuh, elektrolik dan asam basah.
3. Ginjal mengasilkan hormon yang berperan dalam eritropoesis, metabolisme kalsium, dan
pengendalian tekanan dan aliran darah.
Anatomi Ginjal
Pada orang dewasa ginjal normal terlatak pada daerah lumbal di sebelah tulang belakang antara
peritoneum parietale dan fascia serta otot dinding perut bagian belakang. Dengan kata lain, letaknya
ialah retroperitoneal beratnya kurang lebih 150gr.
Tiap ginjal terdiri atas kira kira 1-1,25 juta nefron, tiap nefron terdiri atas glomerulus dan
tubulus renalis. Tubulus renalis terdiri atas tiga bagian yaitu
1. Tubulus contortus proximalis
2. Ansa helley dengan bagian descendens dan ascendens serta
3. Tubulus contortus distalis
Struktur Nefron Ginjal

Glomerulus
Terdiri atas kapiler kapiler yang timbul sebagai cabang cabang arteriola afferens. Glomerulus
berfungsi sebagai filter, dan ultra filtrat bebas protein berkumpul dalam ruang glomerulus dan
mengalir ke dalam glomerulus. Sebagai filter, kapiler kapiler glomerulus mempunyai tekanan
hidrostatik yang tinggi (65mmHg). Tekanan yang melawan filtrasi adalah :
1) Tekanan osmotik koloidal daripada protein plasma (25mmHg)
2) Tekanan interstisil ginjal (10mmHg)
3) Tekanan yang di perlukan untuk mendorong cairan melalui epitel tubulus contortus
(10mmHg), sehingga tekanan filtrasi efektif lebih kurang 20mmHg. Aliran plasma melalui
ginjal normalnya kira kira 650 ml permenit dan filtrat yang dibuat lebih kurang 120ml
permenit (160L per hari). Volume air kemih normal berkisar antara 800-1600 mL per hari.

Tubulus contortus proximalis
Mulai pada glomerulus sebagai suatu segmen pendek yang disebut “neck-piece”. Letaknya
pada kutub yang berhadapan dengan kutub vaskuler. Dilapisi oleh selapis sel kuboid yang
mempunyai “brush border”. Dibawah mikroskop elektron ternyata bahwa “brush border”. Itu
terdiri dari atas mikrovillus-mikrovillus, yang sangat menambah luas permukaan absorpsi.
Seluruh tubulus contortus proximalis terletak dalam kortex. Pada bagian ini terjadi reabsorpsi
isosmotik lebih kurang 80% air filtrat, seluruh glukose dan bagian terbesar natrium(87%),
chlorida dan vitamin c. Epitel tubulus memindahkan bahan yang di resorpsi melalui cairan
interstisiil kedalam kapiler peritubulus. Sekresi creatinin dan penisilin ke dalam air kemih juga
terjadi dibagian ini.

Ansa henle
Tubulus contortus proximalis memasuki columna bertini dan menjadi cabang descendens ansa
henle yang tipis, berlapiskan sel gepeng yang sangat menyerupai sel endotel. Cabang ascendens
ansa henle yang tebal tetap didalam columna bertini, berlapiskan sel epitel kuboid. Cabang
acendens berakhir pada perbatasan kortex dan menjadi tubulus contortus distalis. Pada cabang
descendens ansa henle, filtrat mempunyai kadar larutan yang rendah. Epitelnya yang gepeng
bertindak sebagai selaput dialisis selektif, meresorpsi air. Pada cabang ascendens cairannya
mempunyai reaksi netral, dengan berat jenis lebih kurang 1.010.

Tubulus contortus distalis
Tubulus contortus distalis seluruhnya terletak dalam kortex dan karena itu berhubungan erat
dengan vas afferens dan efferens daripada glomelurus yang bersangkutan. Pada tempat cabang
ascendens masuk lagi ke dalam kortex, letaknya berdampingan dengan arteriola afferens-nya
sendiri, pada kutub arteriola itu memasuki glomelurus. Pada tempat tersebut sel-sel arteriola
afferens tampak hipertrofik, bergranula dan epiteloid dan menyerupai sel-sel glomera carotica
(carotid body). Sel-sel yang bermodifikasi ini dianggap mempunyai pengaruh neurohormoral
yang mengatur aliran darah melalui glomerulus.
Dalam tubulus contortus distalis pembuatan air kemih menjadi lengkap dengan reabsorpsi
fakultatif dari pada air, ion-ion natrium, chlorida , fosfat dan sulfat, serta sekresi ion amonium dan
hidrogen. Sekresi ion-ion ini mengawetkan basa. Ion hidrogen dibentuk oleh sel tubulus karena
pengaruh enzim carbonic anhydrase. Amonia dilepaskan dari asam-asam amino dan glutamin
oleh pengaruh enzim, misalnya oleh amino oksdase, dan bergabung dengan ion hidrogen
membentuk ion amonium. Kedua ion hidrogen dan amonium menggantikan natrium dalam air
kemih yang direabsorpsi oleh epitel tubulus sebagai bikarbonas natrium dan natrium chlorida.
Penyakit Ginjal

Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut ditandai oleh berhentinya kerja ginjal secara mendadak yang secara
berangsur mungkin mengalami pemulihan. Gagal ginjal akut disebabkan oleh :
1) Pre-renal : disebabkan oleh penurunan pasokan darah ke ginjal.
2) Intra-renal: akibat gangguan dalam ginjal termasuk mengenai pembuluh darah, glomeruus
atau tubulus.
3) Pasca-renal: akibat obstruksi ureter, vesika urania, atau uretra. Penyebab utama obstruksi
adalah batu.

Gagal ginjal kronis (GGK)
Gagal ginjal kronis ditandai dengan proses hilangnya fungsi nefron secara progresif sehingga
secara bertahap terjadi penurunan fungsi ginjal.Gagal ginjal kronis dapat disebabkan gangguan;
vascular, glomerylus, tubulus, interstisel, dan traktus urinarius bawah. Perawatan dari GGK dapat
dilakukan dengan terapi Hemodialisa (HD). Hemodialisa (HD) adalah suatu prosedur dimana darah
dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialiser.
Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata–rata penderita
menjalani tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga
sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi (Brunner dan Suddath, 2002; Yang et al., 2011).
Terapi HD ini menurut sebuah penelitian dapat menambah umur seorang penderita GGK. Akan
tetapi terapi HD ini juga harus diimbangi dengan keadaan psikologi agar penderita GGK benar-benar
dapat hidup lebih lama. Namun terapi ini juga dapat mengakibatken ketergantungan.
Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis

Gambaran klinis:
Kelainan hemopoesis: anemia→retensi toksin uremia
→defisiensi eritropoetin
Kelainan saluran cerna: mual, muntah, stomatitis, fetor uremikum
Kelainan mata: visus, retina, saraf mata
Kulit: kering bersisik, gatal, uremic frost, easy bruishing
Neurologi: kejang ec, imbalans elektrolit, uremik
Kardiopulmonal: CHF, Hipertensi, perikarditis, edema paru.

Pemeriksaan diagnostic:
­
Laboratorium:
Analisa urin dan kultur
Ureum, keratin serum, CCT (fungsi ginjal)
Hemopoesis: Hb, Ht, factor pembekuan
Elektrolit, AGD
­
Penunjang:
Foto polos abdomen
USG renogram
Pielografi retrograde

Pengkajian keperawatan:
­
Riwayat kesehatan: factor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi
saluran kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nofrotoksik, riwayat keluarga dan
penyakit polikistik, keganasan, nefritis herediter)
­
Sirkulasi: hipertensi, disritmia kardia, distensi vena jugular, edema general (termasuk area
periorbital, sakrum), pallor

­
Eliminasi: perubahan pola urin, perubahan warna urin seperti (merah, keruh, pekat, oliguri)
­
Makanan/ cairan: edema, dehidrasi, mual, muntah, perubahan torgor kulit.
­
Nyeri: pada area kostrovertebal/ pinggang
­
Pernafasan: dispnea, takipnea, adanya batuk produktif (edema paru)
Pemeriksaan diagnostic:
­
Sedimen urin: pengumpulan urin 24 jam untuk pemeriksaan ersihan kreatinin dan prtein total
untuk memperhitungkan fungsi injal residual dan eksresi protein urin
­
Biopsi ginjal: sangat diperlukan untuk menentukan kelainan histology yang terjadi
­
Darah: Hb ↓ karena anemia, BUN-creatin ↑, proten albumin serum ↓, potassium ↑, AGD (as
met)
­
Urin: jumlah urin < 400 cc/24 jam, warna urin merah ditemukan adanya hematuria gros/
mikroskopik, proteinuia (rendah 1-2+, tinggi 3-4+), cast merah selular menandakan adanya
infeksi slomerular. Bersihan creatinin mungkin ↓.
­

Radiografi/ USG: pembesaran/ mengecil ginjal, batu/obstruksi
Masalah perawatan utama
­
Kelebihan cairan tubuh
­
Ketidak seimbangan asam basa
­
Gangguan nutrisi
­
Aktivitas intoleran
­
Resti cidera
­
Gangguan koping
­
Kurang pengetahuan
­
perawat kurang menyadari akan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani HD sehingga
perawat belum dapat membantu mengurangi stres fisik pasien.

Manajemen keperawatan:
Prioritas intervensi:

­
Monitor status cairan: observasi BB, edema, turgor kulit dan lakukan keseimbangan cairan
­
Monitor tanda vital dan tingkat kesadaran
­
Monitor gejala uremic
­
Monitor pemeriksaan lab: fungsi ginjal, elektrolit, AGD, protein albumin, Hb, Ht, trombo
­
Optimalkan istirahat
­
Motivasi makan diet rendah protein
­
Pemberian makan dala porsi kecil sering
­
Perawatan kulit dan kebersihan diri
­
Gali persepsi dan perasaan klien dan diskusikan tentang kondisi klien
Manajemen konservatif;
­
Mencegah memburuknya fungsi ginjal: cegah obat nefrotoksik, cega deplesi volume cairan
ekstrase, cegah imbalans elektrolit, restriksi ketat diet protein, hindari penggunan media
kontras pemeriksaan tertentu.
­
Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
­
Mengurangi gejala uremia
­
Koreksi factor reversible
­
Pengobatan tepat
­
Kontro hipertensi
­
Cegah infeksi
­
Pendidikan kesehatan
­
Management diet
Kesimpulan
Ginjal merupakan salah satu organ terpenting didalam tubuh kita. Ginjal tidak hanya tempat
pngolahan air yang masuk didalam tubuh tetapi juga merupakan tempat pengolahan darah yang efektif
dan efisien.
Ginjal normal terlatak pada daerah lumbal di sebelah tulang belakang antara peritoneum
parietale dan fascia serta otot dinding perut bagian belakang. Ginjal yang walaupun hanya memiliki
beratnya kurang lebih 150gr tetapi memiliki banyak bagian-bagian yang memiliki fungsi masingmasing.
Kerja ginjal harus seimbang bila terdapat salah satu bagian ginjal yang tidak berfungsi dengan
sempurna maka akan berakibat munculnya gejala-gejala yang yang merugikan bagi tubuh.
Perawatan pada pasien yang menderita gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik harus sangat
siperhatikan baik klinis maupun psikologi. Terutama pada penderita gagal ginjal kronik yang sedang
menjalani terapi HD.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, D.N.1990. “Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta : EGC
Himawan, Sutisna.1973.”Patologi”.Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Jakarta
Indra, M.R.2006.”Fisiologi Ginjal”.Malang: Pnerbik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Lestari Sukmarini, M. N. S."Asuhan Keperawatan Klien dengan Gagal Ginjal Kronik." upload: 29
april 2009 staff.undip.ac.id ( di unduh pada tanggal 6 oktober 2013)
Download