1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Periode remaja merupakan suatu periode terjadinya p erubahan fisik,
kognitif, dan kematangan sosial yang kritis dari masa anak -anak ke dewasa.
Perubahan kognitif pada remaja yakni
jalan fikiran yang lebih konkret dan
kemampuan melakukan hal berisiko tinggi (Lerner dan Steinberg, 2004; Sisk dan
Foster, 2004).
Salah satu masalah pada anak- anak adalah gangguan rongga mulut yang
menyebabkan gangguan pengunyahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Sanglah pada periode Januari- Juni 2011,
tercatat 8% anak mengalami masalah kelainan motorik area orofaring akibat
kerusakan pada korteks serebri, serebelum, ganglia basalis, pons, dan pusat - pusat
pada bagian subkortikal otak tengah. Adanya kerusakan bagian otak tersebut
menyebabkan aktivitas pengunyahan anak menjadi tidak baik dan mempengaruhi
perkembangan kognitif anak (Soetjinigsih, 2012).
Perubahan fungsi kognitif dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang otak
anak (Thomason dkk., 2005). Tum buh kembang otak anak tersebut dapat
dipengaruhi oleh pengunyahan
makanan selama
aktivitas makan.
Proses
pengunyahan dipicu oleh sistem syaraf pusat untuk memberikan modulasi
perintah m otorik pengontrolan pengunyahan. Aktivitas tersebut berawal dari
gerakan rahang, otot lidah dan otot wajah (Onozuka dkk., 2003; M ioche dkk,
2004).
1
Variasi kekerasan makanan akan mempengaruhi pola pengunyahan,
namun beberapa anak remaja yang memilih jenis makanan tertentu ( picky eater)
akan memilih jenis makanan tertentu. Penelitian juga menyatakan bahwa dengan
kekerasan makanan akan mempengaruhi efek neurotransmis i. Kekerasan makanan
dapat membantu mengaktivasi otak terutama pada prefrontal cortex karena
adanya aliran darah dan oksigen yang lebih banyak menuju otak. M akanan yang
digunakan dalam penelitian tersebut pada anak- anak berupa permen karet tanpa
bau dan rasa. Adanya rangsangan kekerasan tersebut dapat meningkatkan aktivitas
prefrontal cortex bagian ventral yang selanjutnya diiringi dengan peningkatan
aktivitas neuro n serotonergic pada dorsal raphe nucleus dan penurunan
nociceptive flexion reflex (Onozuka dkk., 2003; Kamiya dkk., 2009). Hal ini
berdampak pada peningkatan fungsi memori dan kognitif serta penurunan stress.
Kubo dkk (2013) menyatakan bahwa pengunyahan be rkaitan erat dengan
peningkatan aliran darah dan oksigen (BO LD/ Blood Oxygen Level dependent)
terutama pada area hippocampus dan prefrontal.cortex
Pengunyahan dapat berperan menjadi salah satu stimulus psikomotorik
dan mempengaruhi fungsi otak seorang anak selain itu m enurut M ummolo dkk
(2014) menyatakan bahwa pengunyahan memiliki hubungan yang signifikan
terhadap
fungsi
kognitif.
Disfungsi
pengunyahan
akibat
kehilangan
gigi
berpengaruh pada hippocam pus dan menurunnya daya belajar serta daya ingat.
Perkembangan fungsi kognitif dan struktur kematangan otak pada anak
dapat diketahui dengan metode head Com puted Tomography- Scan (head CTScan) yang mempelajari basis kognitif manusia pada semua populasi dan usia .
2
Head CT- Scan dapat menunjukkan gambaran struktur anatomi otak, struktur gray
matter, dan white matter pada area otak remaja (parietal, temporal, frontal, caudal
nucleus serta corpus calosum) (Thomason dkk., 2005).
Usia 10-11 tahun adalah usia remaja awal dan terjadi perkembangan yang
pesat pada area prefrontal cortex baik anak remaja laki- laki maupun perempuan
(Allen dan Smith, 2015). Bagian tersebut berkembang saat memasuki awal usia
remaja (Ischinger, 2007). Anak dengan usia 10-11 tahun telah memiliki jalan
fikiran yang konkret (Stanton, 2007 sit. Soetjiningsih, 2012). Kemampuan
mengingat, belajar konsep (belajar matematika dan membaca), kemampuan
verbal, serta logika fikiran anak usia 10- 11 tahun juga mengalami peningkatan
(Adnyana, 2012). Pemicu dibutuhkan untuk mengaktivasi area otak kognitif
remaja laki- laki dan perempuan dalam periode growth sprut secara fungsional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka timbul
pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh kekerasan makanan terhadap daya kunyah dan fungsi
kognitif pada anak laki– laki dan perempuan usia 10-11 tahun.
3
C. Keaslian Penelitian
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah :
1.
Takahashi dkk (2007). Penelitian dilakukan pada dewasa laki-laki dan
perempuan dengan kriteria usia subjek penelitian di Hokaido, Jepang yang
memiliki interval 22- 31 tahun dengan head CT- Scan. Kekerasan makanan
memiliki karakteristik berupa input sensori dan output sensori yang
berpengaruh signifikan terhadap aktivitas serebrum manusia. Penelitian juga
dilakukan dengan menggunakan functional- MRI.
2.
M ascola dkk (2010). Penelitian dilakukan pada 120 anak dan diamati secara
longitudinal (kohort- prospektif) pada usia 2 hingga 11 tahun. Terdapat 13% 22% yang menjadi picky eater terhadap tekstur kekerasan makanan. Korelasi
yang didapat adalah sebesar 0,12- 0,63.
3.
Lazaro dkk (2010). Penelitian dilakukan pada 701 anak dengan usia 12 -13
tahun. Prevalensi gangguan makan/ eating disorder
terhadap tekstur
kekerasan makanan adalah sebesar 0,7%.
4.
(Karolina, 2013). Penelitian dilakukan pada 40 subjek anak (20 anak
perempuan dan 20 anak laki- laki) dengan usia 7-8 tahun. A nak dengan free
way space yang besar memiliki daya kunyah yang lebih kuat dibanding anak
dengan free way space yang lebih kecil, anak di dataran tinggi memiliki daya
kunyah yang lebih kuat dibandingkan di dataran rendah, serta anak laki- laki
memiliki daya kunyah yang lebih kuat dibandingkan anak perempuan.
4
5.
Allen dan Smith (2015). Penelitian dilakukan pada dewasa laki- laki dan
perempuan dengan rerata usia 19 tahun. Aktivitas pengunyahan dengan
berbagai tekstur kekerasan makanan mempengaruhi fungsi memori, kognitif,
dan kondisi stress dari subjek penelitian dengan functional- M RI.
Sejauh sepengetahuan penulis, belum banyak studi yang dilakukan
mengenai hubungan antara jaringan syaraf dan kemampuan pengunyahan selama
perubahan nilai tekstur kekerasan makanan. Terlebih, belum ada penelitian yang
mengkaji hubungan fungsi motorik oral dan struktur anatomi otak anak. Dalam
penelitian ini akan dikaji mengenai perubahan daya kunyah dan fungsi kognitif
berdasarkan kekerasan makanan.
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kekerasan makanan terhadap daya kunyah
dan fungsi kognitif pada anak laki serta perempuan berusia 10-11 tahun.
5
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan :
M enambah informasi untuk dilakukan penelitian selanjutnya tentang
kekerasan makanan, daya kunyah, dan fungsi kognitif anak.
2. Untuk masyarakat :
M emberikan informasi kepada masyarakat khususnya orangtua mengenai
upaya untuk meningkatkan kualitas stimulasi pengunyahan, dalam kaitannya
dengan pertum buhan dan perkembangan otak pada anak.
3. Untuk institusi :
M emberikan informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi anak tentang
kekerasan makanan, jenis kelamin, dan usia yang berbeda berpengaruh dalam
fungsi kognitif anak sehingga dapat menambahkan atau meningkatkan kualitas
materi pembelajaran.
6
Download