INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG

advertisement
INTISARI
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENGGUNAAN
JAMU DI WILAYAH KERJA PESKESMAS KAIT-KAIT
Finasikah1, Noor Aisyah, S.Farm.,Apt2, Nina Setiani, AM.Keb3
Penggunaan jamu merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan
masyarakat Indonesia. Menurut data WHO tahun 2002, 40% dari masyarakat
Indonesia menggunakan jamu dan 70% penggunaannya adalah masyarakat
pedesaan. Sebenarnya penggunaan jamu bukan tanpa efek samping, memang efek
samping relatif lebih ringan dibanding obat kimia jika digunakan dengan tepat.
Sebaliknya jika digunakan dengan tidak benar dapat menimbulkan efek yang tidak
diharapkan, terutama pada ibu hamil. Oleh karena itu pengetahuan ibu hamil
tentang penggunaan jamu sangatlah penting.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang penggunaan jamu. Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif.
Sampel penelitian adalah ibu-ibu hamil yang periksa di Puskesmas Kait-Kait pada
periode 1 Desember 2014 – 15 Januari 2015 yang pernah menggunakan jamu..
Metode sampling yang digunakan adalah metode consecutive sampling
dimana semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dijadikan
sebagai sampel penelitian. Jenis variabel yang digunakan pada penelitian ini
adalah variabel mandiri. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 51 ibu hamil yang
dijadikan sampel 7,84% ( 4 orang) ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan baik
tentang penggunaan jamu, 50,98% (26 orang) ibu hamil memiliki tingkat
pengetahuan cukup tentang penggunaan jamu, dan 41,18% (21 orang) ibu hamil
memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang penggunaan jamu.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu Hamil, Penggunaan Jamu
1,2
3
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
Bidan Koordinasi Puskesmas Kait-Kait
ABSTRACT
THE LEVEL OF KNOWLEDGE OF PREGNANT WOMEN IN THE
WORKING AREA OF THE KAIT-KAIT HEALTH CENTER
Finasikah1, Noor Aisyah, S.Farm.,Apt2, Nina Setiani, AM.Keb3
The use of herbs is a thing that can not be separatet from Indonesian culture
and also Indonesian people, according WHO in 2002, 40% of Indonesian people
use medical herbs and 70% of them are the villagers. Actually, the use of herbs is
not without side effects, fortunately the effect of using medical herb ralatively
lightier than the use of medicine if it is used properly. However, if the use of the
medical herb is inproperly there will be to unnecessary effect, especially for a
pregnant women. Therefore, pregnant women’s knowledge about the use of herbs
is very important.
This research aims to determine the pregnant women’s level knowledge
about the use of medical herb, this research is a descriptive survey research. A
sample used in this research are pregnant women who came to the Kait-Kait
health center during period Desember 1, 2014 – January 15, 2015 who ever uses
medical herb. Who meet the inclusion and exclusion criteria were 51 people.
The sampling method used is the consecutive sampling method, which all
objects that meet the criteria of the research can be used as sample. The type of
variables used in this research were independent variable. Research instruments
esed was a questionnaire abaout the use of herbs. The results of the research
showed that from 51 samples, 7,84% (4 people) of pregnant women have a good
knowledge about the use of herbs, 50,98% (26 people) of pregnant women have
anough knowledge about the use of herbs, and 41,18% (21 people) of pregnant
women have less knowledge abaout the use of herbs.
Keywords : Level of knowledge, Pregnant women, The use of herbs
1,2
3
Student of AKFAR ISFI Banjarmasin
Midwive coordination of Kait-Kait health center
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini pengobatan tradisional mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, orang lebih banyak memanfaatkan sesuatu yang alami sebagai cara
pengobatan untuk memperoleh kesehatan, meningkatkan maupun menjaga kesehatan
dibandingkan dengan pengobatan modern yang menggunakan bahan kimia, kerena
banyak orang beranggapan bahwa pengobatan tradisional (jamu) tidak ada efek
sampingnya. Tapi anggapan itu tidak selalu benar, pengobatan tradisional bukan
tanpa efek samping, memang efek samping relatif lebih kecil dibanding obat sintetis
jika penggunaanya benar. Kebanyakan manfaat dan penggunaanya hanya
berdasarkan data empiris berdasarkan pengalaman nenek moyang dan belum
terstandarisasi, sehingga penggunaan obat tradisional harus sesuai dengan anjuran (
Hermanto dan Ahkam, 2004 )
Dari studi farmakologi telah diketahui bahwa obat herbal juga memiliki efek
buruk seperti halnya obat yang lain, selain itu juga terjadi interaksi obat herbal dan
obat lain yang dapat menimbulkan efek buruk (Japaries, 2010)
Dari beberapa hasil penelitian ada beberapa tanaman obat yang terbukti tidak
aman digunakan pada ibu hamil seperti sri gading, dari hasil penelitian Saikhu
akhmad husen, jurusan Biologi FMIPA UNAIR (1987) bahwa pemberian infus daun
sri gading 5% dan 10% dan juga infus bunga sri gading
0,5% dan 1% dapat meningkatkan amplitudo kontraksi pada otot rahim kelinci
terpisah sehingga dinyatakan tidak aman / berbahaya untuk digunakan oleh wanita
hamil (Dalimarta, 1999)
Pengobatan tradisional pada dasarnya bertujuan untuk memelihara kesehatan
dan kebugaran jasmani. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 007 Tahun
2012, Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian(galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat (Lestari, 2013).
Berdasarkan cara pembuatan, penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat
bahan alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu: Jamu, Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka. Dimana Jamu yang khasiatnya masih dibuktikan berdasarkan
pengalaman, khasiat obat herbal terstandar dibuktikan berdasarkan uji pra klinis
sedangkan fitofarmaka khasiatnya sudah dibuktikan berdasarkan uji klinis.
Dari definisi jamu tersebut diatas tersirat makna bahwa segala aspek (jenis
bahan, cara penyiapkan, takaran, serta waktu penggunaan) harus sesuai dengan
warisan turun temurun sejak nenek moyang kita. Penyimpangan terhadap salah satu
aspek kemungkinan dapat menyebabkan ramuan obat tradisional tersebut yang
awalnya aman menjadi tidak aman atau berbahaya bagi kesehatan. Karena khasiat
jamu masih dibuktikan berdasarkan pengalaman. Untuk itu penggunaan jamu tetap
harus dengan hati-hati khususnya oleh wanita hamil (BPOM, 2004)
Umumnya obat-obat ataupun jamu yang di gunakan wanita hamil dapat
melintasi plasenta sebagaimana seperti nutrisi yang dibutuhkan oleh janin, dengan
demikian obat ataupun jamu mempunyai potensi pemaparan pada embrio dan janin
yang tumbuh. Perbandingan konsentrasi obat dalam plasma ibu dan janin dapat
memberikan gambaran pemaparan janin terhadap obat- obat yang diberikan kepada
ibunya. walaupun di masyarakat tanaman obat tradisional dianggap lebih aman
karena memiliki efek samping lebih minimal dibanding obat sintetis, namun
eksistensi tumbuhan obat tradisional ini belum dapat disetarakan dalam pelayanan
pengobatan modern karena belum seluruhnya teruji manfaat dan keamanannya
(Daya, 2009)
Menurut data WHO tahun 2002 penggunaan jamu di Indonesia yaitu 40%
dari penduduk dan 70% nya di daerah pedesaan ( Hermanto, 2004) Melihat
fenomena di atas, peneliti melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas KaitKait, karena dilihat dari letak geografisnya yang berada
cukup jauh dari kota
sehingga kecendrungan konsumsi jamu untuk menjaga kesehatan lebih didahulukan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud melakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
penggunaan Jamu diwilayah kerja Puskesmas Kait-Kait.
Download