ANALISIS KOMUNIKASI INTERNAL ORGANISASI DALAM MENJAGA HUBUNGAN BAIK ANTAR KARYAWAN PT AGUNG PODOMORO LAND TBK RECRUITMENT CENTER Cindy Novitasari M Marketing Communication, School of Economic and Communication, Binus University. Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, 11480. Telp. (62-21) 534 5830, [email protected] Cindy Novitasari M, Dr. Muhammad Aras ABSTRACT Communication within the organization is a very important thing, the purpose is to build a good relationship between internal and with external companies. Just as happens in the PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center (APRC). This research aims to know the communication between internal organizations in order to maintain good relation between employees and the obstacles that occur in the APRC. The research approach was qualitative and research methods are case studies. Analysis done with interviews and observations. The result of the research was the organization’s internal communication that occurs in the APRC has been running pretty well. Communication media used namely are face-to-face consultation, weekly meetings every Friday, phone call, e-mail and instant messaging apps (whatsapp group). The relationships between employees are also well underway and there is a close bond between them. While the obstacles that occurs are there are some individuals who feel intimidated to speak something to the leader, the frustration that arise in the process of communication and the gap between superiors and subordinates.(CNM) Keywords: Internal Communication, Organization Communication, Good Relations ABSTRAK Komunikasi di dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk menjalin hubungan baik dengan internal maupun eksternal perusahaan. Sama halnya dengan yang terjadi di PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center (APRC). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komunikasi internal organisasi dalam menjaga hubungan baik antar karyawan dan hambatan yang terjadi di (APRC). Pendekatan penelitian adalah kualitatif dan metode penelitian adalah studi kasus. Analisis dilakukan dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian adalah komunikasi internal organisasi yang terjadi di APRC sudah berjalan dengan cukup baik. Media komunikasi yang digunakan yakni tatap muka langsung, rapat mingguan setiap hari Jumat, telepon, e-mail dan whatsapp group. Hubungan antar karyawan juga sudah berjalan dengan baik dan akrab. Sedangkan hambatan yang terjadi adalah masih terdapat beberapa individu yang belum berani mengungkapkan sesuatu kepada atasan, kondisi emosi yang muncul dalam proses komunikasi dan adanya jarak antara atasan dan bawahan.(CNM) Kata Kunci : Komunikasi Internal, Komunikasi Organisasi, Hubungan Baik PENDAHULUAN Setiap hari, setiap saat, dan dimana saja manusia berkomunikasi, begitu juga di dalam organisasi. Peran komunikasi di dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting. Komunikasi di dalam perusahaan biasa disebut dengan komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi merupakan komunikasi dasar yang ada di dalam sebuah perusahaan yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan ide, pemikiran, maupun pendapat dari setiap individu yang berada didalamnya dengan tujuan yang sama yakni agar tercapai visi dan misi perusahaan. Dalam kehidupan sehari-hari apabila melihat dari kehidupan organisasi, komunikasi organisasi dapat terbagi menjadi dua yaitu komunikasi eksternal dan komunikasi internal. Komunikasi ekternal adalah komunikasi yang terjadi di luar perusahaan, seperti komunikasi antara perusahaan dengan para stakeholder maupun shareholder. Sedangkan komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan, seperti komunikasi diantara karyawan. Komunikasi internal merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, karena jika komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan tidak efektif, maka akan mendominasi pada hubungan yang kurang harmonis di antara karyawan. Jika komunikasi internal di dalam perusahaan berjalan dengan baik, maka akan menimbulkan rasa saling pengertian, peduli, tolong-menolong, kekeluargaan, kerjasama yang baik yang akan menjadikan suasana kerja menjadi nyaman dan kondusif sehingga akan mendominasi pada kinerja yang baik pula di dalam perusahaan. Menurut Pace & Faules (2010), komunikasi internal terdiri dari tiga macam, yakni komunikasi ke bawah (downward communication), komunikasi ke atas (upward communication), dan komunikasi horisontal ( horizontal communication). Komunikasi ke bawah (downward communication) adalah informasi yang berpindah secara formal seseorang yang otoritasnya lebih tinggi ke otoritas yang lebih rendah, komunikasi ke atas (upward communication), adalah informasi yang bergerak dari suatu jabatan yang otoritasnya lebih rendah kepada orang yang otoritasnya lebih tinggi dan komunikasi horisontal (horizontal communication), yaitu informasi yang bergerak di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya. Menurut Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, komunikasi internal sangat penting bagi perusahaan. Di dalam perusahaan komunikasi internal harus dilakukan dengan strategis, terencana, dan teratur agar tercipta kerja sama yang dapat membangun perusahaan. Dengan terciptanya kerja sama antar karyawan dapat lebih cepat dalam mendapatkan informasi, ide-ide dan umpan balik antara karyawan dan pemimpin perusahaan. Sebuah studi Tower Watson (Capitalizing on Effective Communication How Courage, Innovation and Discipline Drive Bussiness Results in Challenging Times, 2010) menyebutkan bahwa perusahaan yang mempraktikkan komunikasi efektif mendapatkan keuntungan 47 persen lebih tinggi dari pemegang saham perusahaan, dibandingkan dengan perusahaan yang tidak efektif berkomunikasi. Dari pembahasan diatas, dapat dijelaskan bahwa komunikasi internal merupakan unsur penting bagi perusahaan untuk menentukan tujuan utama berdirinya perusahaan tersebut. Tanpa adanya hubungan yang baik di dalam lingkungan internal perusahaan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk membangun serta mengembangkan visi dan misi yang merupakan tujuan utama didirikannya perusahaan. Objek dari penelitian ini adalah PT Agung Podomoro Land Tbk yang merupakan salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia. Menurut Propertidata, PT Agung Podomoro Land Tbk menempati urutan pertama sebagai sepuluh developer terbaik di Indonesia. Pengembang dan pengelola ritel, komersial, dan residensial real estate. Agung Podomoro Land (APLN) didirikan pada 30 Juli 2004. APLN, adalah yang terdaftar resmi (IDX: APLN) dari Agung Podomoro Group (APG). PT Agung Podomoro Land Tbk tercatat memiliki 24 anak usaha dengan proyek yang tersebar di Jakarta, Karawang, Bandung, Bali, Balikpapan dan Makassar. Dalam 10 tahun terakhir ini bahkan perseroan mencatat penyelesaian lebih dari 50 proyek properti. Sejalan dengan visi perusahaan untuk terus berkomitmen sebagai pengembang properti yang terintegrasi, dan konsep tersebut memungkinkan Agung Podomoro Land untuk membangun sebuah kompleks perumahan dengan fasilitas yang lebih lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan warga, seperti sekolah, pusat rekreasi, tempat ibadah, rumah sakit dan pasar. Sebagai salah satu perusahaan terdepan dalam bisnis properti, PT Agung Podomoro Land Tbk memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Maka dari itu PT Agung Podomoro Land Tbk membuat sebuah tempat khusus untuk menyeleksi dan menerima para karyawan yang ingin bekerja di PT Agung Podomoro Land Tbk yang diberi nama PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center. PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center merupakan sebuah wadah untuk menerima dan menyeleksi para sumber daya manusia yang ingin bergabung bersama PT Agung Podomoro Land Tbk. Penelitian ini difokuskan kepada komunikasi internal karyawan PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center. Di dalam PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center hanya terdapat 6 karyawan tetap yang terbagi kedalam dua divisi yakni Recruitment dan Selection, serta dipimpin oleh satu Departement Head. Berdasarkan pengamatan awal dan wawancara singkat dengan beberapa karyawan, ditemukan permasalahan, yakni komunikasi yang kurang baik yang dilakukan oleh atasan dan timbulnya jarak (gap) antara atasan dan bawahan yang menyebabkan komunikasi di antara mereka menjadi terhambat dan lingkungan pun menjadi kurang nyaman. Menurut West & Turner (2009) menyatakan bahwa lingkungan informasi ini diciptakan oleh anggota organisasi sendiri. Dengan lingkungan yang kurang nyaman, tentunya akan menghambat komunikasi di antara mereka yang akan mendominasi juga pada pekerjaan masing-masing individu. Maka dari itu, dibutuhkan komunikasi dan hubungan yang baik di antara karyawan. Melihat situasi dan kondisi yang terjadi dari latar belakang yang ada, maka timbul keinginan untuk melakukan penelitian dengan topik Professional Image and Acting dengan judul “Analisis Komunikasi Internal Organisasi dalam Menjaga Hubungan Baik antar karyawan pada PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center”. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui komunikasi internal organisasi dan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi di dalam perusahaan. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pola komunikasi internal organisasi dalam menjaga hubungan baik antar karyawan PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center. Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi internal organisasi yang terjadi dalam menjaga hubungan baik antar karyawan dan hambatan-hambatan komunikasi internal organisasi yang terjadi di Agung Podomoro Recruitment Center. Tujian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana komunikasi internal organisasi yang terjadi dalam menjaga hubungan baik antar karyawan dan hambatan-hambatan komunikasi internal organisasi yang terjadi di Agung Podomoro Recruitment Center. Untuk mendukung penelitian yang dilakukan, digunakan kajian pustaka antara lain; komunikasi, komunikasi organisasi, fungsi komunikasi organisasi, hambatan komunikasi organisasi, komunikasi internal yang terdiri dari komunikasi ke atas, ke bawah dan horizontal, dan hubungan baik. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori informasi organisasi, serta kerangka konseptual yang dikemukakan. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti adalah instrumen kunci. Ada beberapa karakteristik penelitian kualitatif, yaitu penelitian kualitatif menggunakan ilmu-ilmu lunak, fokus penelitiannya kompleks dan luas, holistik dan menyeluruh, subjektif dan menggunakan perspektif emik, penalarannya dialik ke induktif, basis pengetahuannya makna dan temuan, mengembangkan/membangun teori, komunikasi dan observasi, elemen dasar analisisnya menggunakan kata – kata, merupakan interpretasi individu, dan unik.(Ardianto, 2011) Tipe/jenis penelitian digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Ciri tipe/jenis penelitian deskriptif kualitatif adalah menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi variabel. (Ardianto , 2011) Sedangkan metode penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. (Kriyantono, 2012) Teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua yakni jenis data dan lokasi serta waktu penelitian. Jenis data dibagi kembali menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang terdiri dari wawancara semiterstruktur dengan purposive sampling untuk menentukan narasumber, observasi lapangan yakni observasi partisipan, dan dokumentasi. Data sekunder di dapat dari studi pustaka dan data internal perusagaan PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center. Lokasi dan waktu penelitian adalah penelitian dilakukan pada bulan Febuari 2015 – Mei 2015 dengan lokasi Apartment Mediterania Garden Residence 1, Tower Dahlia, 2nd Floor Podomoro City, Jl. Letjen S. Parman Kav 5-9, Jakarta Barat – 11470. Objek penelitian ini adalah komunikasi internal organisasi yang terjadi di kantor PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center. Sedangkan subjek penelitian adalah karyawan PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center. Karyawan pada kantor ini berjumlah 6 orang, dan 4 diantaranya menjadi subjek pada penelitian ini adalah Indah Damayanti selaku Departement Head of Recruitment Center, Hendy Prabowo selaku Asisstant Manager, Elisabeth Dakosta selaku Recruitment Center dan Felanny Chandra selaku Selection Specialist. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada halhal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penelitian dalam pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. Reduksi dapat dibantu dengan peralatan elektronik, seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. (Sugiyono, 2012). Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Mereduksi data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik eksimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. (Sugiyono, 2012). Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Milles & Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin. (Sugiyono, 2012) Penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi. (Kriyantono, 2012) HASIL DAN BAHASAN Komunikasi Internal Organisasi yang Terjadi pada PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center dalam Menjaga Hubungan Baik Antar Karyawan Komunikasi internal organisasi sangat penting di dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena dengan adanya komunikasi internal yang baik, semua informasi yang disampaikan akan tersampaikan dengan baik. Komunikasi internal biasanya dilakukan oleh karyawan-karyawan yang berada pada department atau perusahaan yang sama, seperti komunikasi antara atasan dan bawahan ataupun sebaliknya dan komunikasi antar sesama karyawan. Seperti yang diterapkan di APRC, bahwa komunikasi merupakan sesuatu hal yang penting untuk menyebarkan informasi. Baik dari atasan maupun bawahan, membutuhkan informasi yang lebih banyak dan tepat waktu agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Hal ini sesuai dengan fungsi informatif komunikasi organisasi yang disampaikan oleh Fajar (2009) bahwa organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi tersebut memungkinkan para anggotanya melakukan pekerjaan secara lebih pasti. Semua orang dalam organisasi yang mempunyai perbedaan kedudukan pada dasarnya membutuhkan informasi. Orangorang dalam tatanan manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan atau untuk mengatasi konflik. Sedangkan, para karyawan atau bawahan membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan dan informasi lainnya seperti jaminan keamanan, ijin cuti dan sebagainya. Selain itu hal ini juga sesuai dengan teori informasi organisasi yang diungkapkan oleh West & Turner (2009) bahwa organisasi bergantung pada informasi agar dapat berfungsi dengan efektif dan mencapai tujuan mereka. Mereka menentukan tujuan yang mengharuskan mereka untuk memperoleh informasi baik dari sumber internal maupun eksternal. Apabila komunikasi internal yang ada di dalam perusahaan berjalan dengan baik, maka tujuan perusahaan akan mudah untuk dilaksanakan tentunya dengan proses komunikasi yang baik. Begitupun sebaliknya, jika komunikasi internal di dalam perusahaan tidak berjalan dengan baik, maka tujuan perusahaan akan sulit untuk dicapai. Jadi, komunikasi internal organisasi di dalam perusahaan sangatlah penting di dalam proses kerja untuk mempermudah para karyawan dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik sesuai dengan apa yang diinginkan bersama. Dan dengan komunikasi yang baik juga akan mengurangi kesalahpahaman atau konflik yang mungkin akan terjadi di dalam perusahaan. Komunikasi ke Atas (Upward Communication) Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas, yaitu setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas. (Pace &Faules, 2010). Komunikasi ke atas yang ada di APRC berlangsung dengan baik dan bersifat terbuka. Karyawan memiliki kebebasan untuk meyampaikan ide dan saran kepada atasan namun harus memperhatikan etika komunikasi. Hal ini sesuai dengan salah satu pendapat Pace & Faules (2010) mengenai komunikasi ke atas penting karena komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi. Tiga dari empat hal-hal yang bisa dikomunikasikan ke atas menurut Pace &Faules sesuai dengan yang terjadi di APRC, yakni : 1. Memberitahukan apa yang dilakukan bawahan pekerjaan mereka, prestasi, kemajuan, dan rencana-rencana untuk waktu mendatang. Bawahan secara rutin memberikan progress kerja yang telah dilakukan, biasanya disampaikan pada saat rapat mingguan yang biasa diadakan pada hari Jumat pagi. Pada saat rapat semua karyawan berkumpul di ruangan Ibu Indah Damayanti atau di ruangan Psikotest. Jika tidak dapat bertemu secara langsung, maka karyawan akan menyampaikannya melalui e-mail dan tidak lupa untuk men cc kan emailnya ke seluruh karyawan APRC. 2. Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan. Persoalan pada saat proses pengerjaan bisa disampaikan kapanpun oleh karyawan untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. Namun harus melihat kondisi atasan, sedang sibuk atau tidak, dan tetap harus menjaga etika komunikasi. 3. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan. Atasan sangat terbuka dengan saran-saran yang disampaikan oleh bawahan. Namun ada beberapa karyawan yang masih merasa takut jika menyampaikan saran tersebut. Sedangkan empat dari tujuh prinsip-prinsip komunikasi ke atas menurut Planty & Machaver dalam Pace& Faules (2010) sudah berjalan dengan baik di APRC. Berikut adalah penjabaran dari ke empat prinsip yang sudah berjalan dengan baik di APRC: 1. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara berkesinambungan. Bawahan harus memberi dan meminta informasi dari tingkat yang lebih tinggi terlepas dari bagaimana segala sesuatu berjalan. Penyelia dan manajer harus mau menerima informasi kepada bawahan dan memberi tanggapan atas apa yang mereka terima, terlepas dari apakah organisasi berfungsi lancar atau sedang mendapatkan gangguan. Di APRC para karyawan sudah memberi maupun meminta informasi dengan baik kepada atasan. Dan atasan sudah mau menerima dengan baik informasi yang disampaikan dan memberikan tanggapan yang baik kepada bawahan. 2. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran rutin. Tanpa menghilangkan kesempatan bagi setiap pegawai untuk melakukan kontak dengan dan didengar oleh manajer di setiap tingkat, informasi harus mengalir ke atas melalui organisasi mengikuti tiap-tiap tahap yang biasa dan rutin. Masalah dan permohonan informasi harus berjalan ke atas melalui organisasi sampai menemui orang yang dapat melakukan tindakan; bila orang tersebut dapat memberi informasi atau menyelesaikan masalah, aliran komunikasi ke atas tidak perlu berjalan lebih jauh lagi daripada orang tersebut. Informasi yang mengalir di APRC sudah berjalan dengan baik. Dimulai dari bawahan yakni Elisabeth Dakosta selaku Recruitment Specialist dan Felanny Chandra selaku Selection Specialist menyampaikan hasil kerja mereka kepada Hendy Prabowo selaku Assistant Manager dan Indah Damayanti selaku Departement Head. Hal ini rutin dilakukan setiap harinya, atau jika atasan sedang sibuk akan diinformasikan melalui e-mail ataupun whatsapp group. 3. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup tindakan untuk menanggapi masalah. Mendengarkan aktif dapat memancing munculnya gagasan-gagasan baru, tetapi kegagalan untuk melakukan tindakan hanya menciptakan kemarahan dan merusak ketulusan dalam komunikasi ke atas. Bila harus dilakukan perubahan-perubahan dalam kebijakan atau tindakan, sekedar mendengarkan tanpa melakukan suatu penyesuaian dapat menghapuskan gagasan komunikasi ke atas. Bila tidak ada tindakan yang dapat diambil, bawahan harus diberi tahu dan diberi alasan mengapa perubahan-perubahan tidak dapat dilakukan. 4. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran informasi. Metode komunikasi ke atas yang paling efektif adalah kontak tatap muka setiap hari dan percakapan diantara penyelia dan bawahan. Di APRC prinsip ini sudah berjalan dengan baik. Karena APRC merupakan perusahaan yang anggota organisasinya sedikit hanya terdiri 6 orang maka komunikasi berlangsung dengan efektif baik bertatap muka langsung setiap hari ataupun jika sedang sibuk akan berkomunikasi menggunakan berbagai media seperti telepon, e-mail, dan whatspapp group. Secara keseluruhan fungsi komunikasi ke atas di APRC sudah berjalan dengan baik. karyawan memberikan umpan balik atas intruksi kerja yang diberikan oleh atasan, karyawan sudah memberikan usulan kepada atasan meskipun tidak semua karyawan berani untuk mengungkapkannya, memiliki inisiatif sendiri untuk meminta tambahan informasi dari atasan, dan karyawan sudah mampu mengungkapkan perasaan pribadi tetapi masih belum optimal dikarenakan adanya rasa segan kepada atasan. Hal ini sesuai dengan keempat fungsi komunikasi ke atas menurut Agus M. Hardjanadalam Nurjaman dan Khaerul (2012). Dan komunikasi ke atas (upward communication) di APRC dilakukan dengan berbagai cara seperti tatap muka langsung pada saat jam kerja atauoun pada saat rapat mingguan, telepon, e-mail, dan whatsapp group. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) Menurut Davis dalam Pace & Paules (2010) komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah.Di dalam komunikasi kebawah, pimpinan dituntut mampu mengadakan komunikasi, memberikan informasi, dan ide-idenya kepada bawahannya, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, atau baik secara langsung maupun tidak langsung (Nurjaman dan Khaerul, 2012). Komunikasi ke bawah yang ada di APRC berlangsung dengan cukup baik. Komunikasi kebawah yang dilakukan adalah sebagai sarana untuk pendelegasian tugas dan pemberian intruksi kerja. Dalam hal ini Indah Damayanti dan Hendy Prabowo sebagai atasan di APRC sudah menyampaikan informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan dengan baik dan karyawan pun sudah mengerti dengan baik. Hal ini sesuai dengan salah satu jenis informasi yang disampaikan oleh atasan ke bawahan menurut Katz & Kahn dalam Pace & Faules (2010) yaitu untuk menginformasikan bagaimana melakukan pekerjaan. Kelima fungsi komunikasi ke bawah menurut Agus M. Hadjana dalam Nurjaman dan Khaerul (2012) sudah berjalan dengan baik namun tetap harus ditingkatkan. Berikut adalah kelima fungsi komunikasi ke bawah yang dimaksud: 1. Menyampaikan informasi dari bagian atas kebagian bawah yang berkaitan dengan kebijakan, peraturan, prosedur, program dan sasaran kerja. Di APRC fungsi komunikasi ke bawah yang pertama sudah berjalan dengan baik. Atasan sudah menyampaikan berbagai informasi dengan baik. Informasi yang berkaitan dengan kebijakan, peraturan, dan prosedur biasanya diinformasikan pada saat hari pertama bergabung bersama APRC. Untuk informasi mengenai program dan sasaran kerja diinformasikan secara langsung maupun tertulis. Secara langsung biasanya pada saat rapat mingguan atau dipanggil satu persatu ke ruangan department head. Untuk tertulis dikomunikasikan melalui e-mail dan whatsapp group. Hal ini juga sesuai dengan jurnal “Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Sebuah Organisasi: Studi Kasus PT XYZ” bahwa infromasi yang dibutuhkan karyawan memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perusahaan. 2. Memberikan penugasan dipengarahan kerja. Menyampaikan tugas tertentu kepada karyawan memang tidak ada waktu yang tepat. Tugas dapat diberikan kapan pun dan dimana pun. Begitu juga pada saat pengarahan kerja, tugas bisa diberikan dalam proses pengarahan kerja tersebut. 3. Menyampaikan umpan balik oleh atasan kepada bawahan tentang perilaku dan kinerjanya. Atasan di APRC mau menyampaikan umpan balik mengenai perilaku dan kinerja para karyawan. Disaat atasan melihat adanya perubahan perilaku karyawan yang mungkin dikarenakan mengalami kesulitan dalam mengerjakan sesuatu, atasan dengan sigap menanyakan dan memberikan umpan balik yang baik kepada karyawan. Atasan yang dimaksud dalam hal ini adalah Hendy Prabowo selaku Assistant Manager . 4. Memberikan informasi lembaga / organisasi berupa laporan keadaan dan laporan perkembangan. Informasi mengenai keseluruhan perusahaan dalam hal ini PT. Agung Podomoro Land Tbk yang disampaikan dengan terbuka oleh atasan. Biasanya dari direkur PT Agung Podomoro Land Tbk menyampaikan perkembangan perusahaan melalui e-mail dan men-cc kan kepada semua department head. Kemudian Indah Damayanti akan men-cc kan kembali kepada seluruh karyawan APRC. Jadi pemberian informasi sudah dilakukan disini dengan terbuka. 5. Mengajukan permintaan dari atasan terhadap bawahan. Mengajukan permintaan dari atasan kepada bawahan dimaksudkan sebagai permintaan penyelesaian tugas ataupun permintaan untuk melakukan hal-hal lain seperti bertemu dengan calon kandidat diluar kantor atau mewakilkan atasan untuk hadir dalam rapat direktorat HR Agung Podomoro di APL Tower Jakarta. Penyampaian informasi ke bawah baik dalam hal pendelegasian tugas ataupun pemberian intruksi kerja disampaikan secara lisan dan tertulis. Secara lisan biasanya disampaikan diruangan department head atau pada saat rapat mingguan. Rapat berguna untuk menanyakan progress kerja yang telah dikerjakan oleh karyawan, untuk evaluasi hasil kerja karyawan, untuk merencanakan dan memberitahukan target yang belum tercapai dan rencana kedepannya. Sedangkan tertulis bisa melalui e-mail yang akan dicc kan kepada seluruh karyawan atau melalui whatsapp group. Hal ini sesuai dengan bentuk-bentuk komunikasi yang biasa digunakan dalam kegiatan komunikasi ke bawah menurut Muhammad (2007) Komunikasi Horizontal Horizontal communication menurut Nurjaman dan Khaerul (2012) adalah komunikasi antar teman kerja, antarbagian, atau dengan teman kerja lainnya, pimpinan dengan pimpinan, bawahan dengan bawahan, sesama tua, sesama remaja, orang tua dengan remaja. Komunikasi horizontal berguna untuk koordinasi kerja dan tim.Sejauh ini hubungan antar karyawan di APRC berjalan dengan baik. Antar karyawan saling berkoordinasi dalam pengerjaan tugas. Koordinasi dimaksudkan untuk menyeimbangkan komunikasi antar karyawan agar seluruh karyawan dapat saling menerima informasi, baik dari atasan maupun rekan kerja lain. Pemberian informasi yang jelas dan menyeluruh merupakan hal yang sangat penting di dalam perusahaan. Jika setiap karyawan menerima semua informasi dengan baik maka akan mempunyai pemahaman yang sama mengenai perusahaan. Jika ada karyawan yang mengalami hambatan di dalam proses kerja, karyawan yang lain berinisiatif untuk membantu dan memecahkan masalah tersebut. Hal ini dikarenakan hubungan yang terjalin dengan baik antar sesama karyawan sehingga menumbuhkan rasa solidaritas diantara mereka. Hal ini sangat berkaitan dengan fungsi komunikasi horizontal menurut Pace & Faules (2010) yakni untuk mengkoordinasikan penugasan kerja, berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan, untuk memecahkan masalah, untuk memperoleh pemahaman bersama, dan untuk menumbuhkan dukungan antarpersonal. Hambatan-hambatan Komunikasi Internal Organisasi yang Terjadi di PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center Di setiap perusahaan tentunya terdapat hambatan-hambatan di dalam komunikasi. Hambatan tersebut bisa berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Hambatan ini jika tidak diatasi akan berakibat tidak efektifnya komunikasi yang tentunya akan mendominasi juga kepada jalanya operasional perusahaan. Salah satu hambatan yang terjadi di APRC adalah adanya individu yang belum bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan secara jujur kepada atasan atau karyawan lain. Hal ini sesuai dengan hambatan dalam berkomunikasi di dalam organisasi seperti yang telah dikemukakan oleh Reskohadiprodjo & Handoko dalam buku Perilaku Organisasi (2013) bahwa adanya hambatan dalam diri pribadi seperti perbedaan individual dalam keterampilan dan berkomunikasi. Hambatan kedua adalah kondisi emosi dalam proses komunikasi. Seperti yang diungkapkan oleh Hendy Prabowo bahwa kondisi emosi juga akan menjadi hambatan dalam proses komunikasi. Tidak hanya emosi negatif, emosi positif pun akan menjadi hambatan. Seperti perasaan terlalu senang atau antusias, hal ini juga bisa menganggu konsentrasi dalam bekerja. Ritme kerja yang rusak tidak akan menghasilkan sebuah pekerjaan yang maksimal atau produktif yang sesuai dengan target. Hal ini sangat sesuai dengan hambatan komunikasi yakni hambatan emotions menurut pendapat para ahli (Robbins dan Judge, McShane dan Von Glinov, Kreitner dan Kinicki, dan Schermerhorn, Hunt, Osborn, dan Uhl-Bein) dalam Wibowo (2014) Kemudian hambatan ketiga adalah adanya jarak diantara atasan dan bawahan. Atasan kurang mau mendengar bawahan dan terlalu menutup diri. Hal ini disebabkan karena jabatan beliau yang terlalu senior dan juga perbedaan usia yang cukup jauh dengan para karyawannya. Hal ini juga sesuai dengan hambatan dalam berkomunikasi di dalam organisasi seperti yang telah dikemukakan oleh Reskohadiprodjo & Handoko dalam buku Perilaku Organisasi (2013) bahwa adanya hambatan organisasional status. Hambatan organisasional status yang dimaksud adalah hirarki organisasi. Hubungan Baik Antar Karyawan Kustadi Suhandang (2005) melanjutkan bahwa hubungan ‘take and give’ yang terjalin di antara kedua belah pihak akan terjalin suasana keakraban yang favourable di antara perusahaan dan publiknya itu. Suasana yang mendorong ke arah majunya perusahaan atau badan yang bersangkutan. Keakraban tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hendy Prabowo bahwa hubungan di dalam APRC sudah akrab terlebih dalam suasana informal. Tetapi beliau juga menambahkan bahwa ada hambatan untuk mencapai sebuah hubungan yang baik yakni kondisi emosi di dalam proses komunikasi. Tidak hanya emosi negatif, emosi positif pun akan menjadi hambatan. Seperti perasaan terlalu senang atau antusias, hal ini juga bisa menganggu konsentrasi dalam bekerja. Ritme kerja yang rusak tidak akan menghasilkan sebuah pekerjaan yang maksimal atau produktif yang sesuai dengan target. Maka dari itu kondisi emosi harus diperhatikan agar komunikasi internal berjalan dengan baik. Dengan adanya komunikasi internal organisasi yang terjalin dengan baik di dalam perusahaan tentunya akan mendominasi kepada hubungan yang baik antar karyawan. Dengan hubungan baik antar karyawan, kegiatan operasional perusahaan juga akan berjalan dengan baik. SIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan penelitian, pengolahan dan analisis data, serta pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. Setiap perusahaan baik di Indonesia maupun di dunia, baik skala kecil bahkan skala besar sekalipun masih terdapat distorsi pada komunikasi internalnya, baik komunikasi ke atas (upward communication), komunikasi ke bawah (downward communication) maupun komunikasi horizontal. Komunikasi ke atas berfungsi sebagai pelaporan kerja, penyampaian jika terjadi hambatan dan juga untuk menyampaikan ide dan saran kepada atasan. Karyawan memiliki kebebasan untuk menyampaikan ide dan saran kepada atasan, namun tetap harus memperhatikan etika komunikasi. Pada prakteknya masih ada individu yang belum berani mengkomunikasikan hal tersebut kepada atasan. Komunikasi ke bawah berfungsi sebagai pendelegasian tugas, pemberian intruksi, pemberian feedback dan motivasi. Terkadang karena kendala waktu yang tidak banyak (deadline), atasan kurang jelas dalam memberikan informasi. Namun hal ini jarang terjadi. Komunikasi horizontal yang terjadi diantara antar karyawan sudah berjalan dengan sangat baik. Hubungan antar karyawan terlihat sangat dekat dan akrab satu sama lain. Mereka saling membantu dan memberikan solusi jika ada salah satu karyawan yang kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan. Ketiga komunikasi di atas dilakukan secara lisan maupun tertulis. Secara lisan seperti tatap muka langsung, rapat mingguan yang diadakan setiap hari Jumat, dan telepon. Secara tertulis menggunakan e-mail dan whatsapp group. Secara keseluruhan baik komunikasi ke atas, bawah dan horizontal sudah berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik ini juga mendominasi pada hubungan yang baik pula di antara karyawan. Dengan hubungan baik antar karyawan, kegiatan operasional perusahaan juga akan berjalan dengan baik. Hambatan yang terjadi pada komunikasi ke atas, ke bawah, dan horizontal adalah adanya individu yang belum bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan secara jujur kepada atasan atau karyawan lain, hal ini dapat menghambat proses kerja individu tersebut. Hambatan kedua adalah kondisi emosi dalam proses komunikasi. Baik itu emosi negatif ataupun positif, keduanya dapat merusak ritme kerja. Hambatan ketiga adalah jarak diantara atasan dan bawahan. Hal ini disebabkan karena jabatan beliau yang terlalu senior dan juga perbedaan usia yang cukup jauh dengan para karyawannya Saran Saran Akademis Untuk penelitian komunikasi organisasi selanjutnya terutama pada komunikasi internal organisasi dalam menjaga hubungan baik antar karyawan dan hambatan dalam komunikasi internal organisasi diharapkan dapat lebih mendalam dan lebih spesifik lagi, seperti hanya difokuskan kepada komunikasi ke atas saja. Sehingga akan memperkaya keilmuan komunikasi, terutama pada ilmu komunikasi organisasi. Saran Praktis Untuk PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center, komunikasi internal organisasi yang dijalankan di APRC sudah berjalan dengan baik. Namun, alangkah lebih baiknya jika individu lebih berani dalam menyampaikan sesuatu kepada atasan sehingga akan lebih mudah dalam melakukan proses kerja. Berani dalam konteks ini juga tetap harus memperhatikan etika komunikasi di dalam organisasi. Communication gap juga harus diperhatikan, atasan harus lebih terbuka dan mengerti keinginan karyawan. Terbuka dengan cara lebih sering mengadakan meeting untuk sekedar menanyakan hal-hal yang menjadi hambatan di dalam proses pengerjaan sesuatu. Dan juga harus diperhatikan kondisi emosi, baik emosi negatif maupun positif. Emosi negatif dapat diatasi dengan cara menghentikan pekerjaan sejenak kemudian pergi ke luar untuk sekedar melihat-lihat aktivitas orang lain. Setelah itu baru melanjutkan pekerjaan kembali. Sedangkan emosi positif diatasi dengan cara tetap fokus terhadap yang di kerjakan. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.. Saran Masyarakat/Sosial Dengan adanya penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat mengerti bagaimana komunikasi internal organisasi dalam menjaga hubungan baik antar karyawan PT Agung Podomoro Land Tbk Recruitment Center. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan kepada masyarakat bagaimana komunikasi organisasi berperan penting dalam mengoptimalisasikan suatu program di perusahaan. Hal ini penting karena dengan adanya komunikasi organisasi yang baik maka kegiatan operasional perusahaan akan berjalan dengan baik dan visi serta misi perusahaan akan tercapai. REFERENSI Buku Ardianto, E. (2011). Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta :Simbiosa Rekatama Media. Effendy, O U. (2008). Dinamika Komunikasi. Jakarta: Remaja Rosdakarya Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu: Kriyantono, R. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Morissan. (2013). Teori Komunikasi :Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Muhammad, A. (2007). Komunikasi Organisasi. Jakarta :Bumi Aksara. Mulyana, D. (2009). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya . Nimran, U. (2013). Perilaku Organisasi. Sidoarjo : CV Citramedia Nurjaman, K & Khaerul, U. (2012). Komunikasi dan Public Relations. Cetakan pertama. Bandung : CV Pustaka Setia. Pace, R. Wayne & Don F. Paules. (2010). Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Karyawan). Editor: Deddy Mulyana. Cetakan Ketujuh. Bandung :Remaja Rosdakarya. Ruslan, R. (2010). Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi (1st Edition ed.). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Suhandang, K. (2005). Public Relations Perusahaan. Bandung: PT. Karya Nusantara Nuansa West, R. & Turner, L.H. (2009). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika. Wibowo. (2014). Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Jurnal Neonisa, Didier. (2011). Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Sebuah Organisasi: Studi Kasus PT XYZ. Humaniora, 2 (1), 779-789 Noknoi, C et. al. (2011). Organisational Communication for Becoming an Autonomous University: The Case of Thaksin University. International Journal of Interdisciplinary Social Sciences, 6 (2), 155-166 Panghegar, Stephani Firmawan. (2013). Audit Komunikasi Organisasi Horisontal Departemen Front Office Singgasana Hotel Surabaya. Jurnal E-Komunikasi, 1 (1), 1-10 Semegine, Eva Tariszka. (2012). Organizational Internal Communication as A Means of Improving Efficiency. European Scientific Journal, 8 (15), 86-96 Susanto, Dewi Suryani. (2013). Downward Communication di PT. Commonwealth Life Cabang Surabaya. Jurnal E-Komunikasi, 1 (2), 199-209 Website propertidata.com Diakses tanggal 6 Juli 2015, pukul 22. 15 www.iski.or.id Diakses tanggal 6 Juli 2015, pukul 23. 15 www.agungpodoromo.com. Diakses tanggal 15 Mei 2015, pukul 23.32 RIWAYAT PENULIS Cindy Novitasari M lahir di kota Metro Lampung pada 7 November 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komunikasi Pemasaran dengan peminatan Public Relations pada tahun 2015. Saat ini sedang mengamati untuk membuka usaha yang berpotensi untuk berkembang.