Bacalah artikel di bawah ini secara intensif! Catatlah pokok-pokok permasalahan dalam artikel secara teliti! Partai Berebut Kursi Rakyat Pun Merajut Mimpi Oleh: Syamsudin Haris Setelah menunggu agak gusar selama sepekan, komisi-komisi pemilihan umum di seluruh Indonesia akhirnya kemarin didatangi secara berbondong-bondong oleh pimpinan partai-partai politik peserta pemilu 2004 untuk menyerahkan daftar calon anggota legislatif. Banyakkah ”politik busuk” di antara mereka, yang kemarin juga mulai dikampanyekan untuk ”digembosi” oleh sejumlah LSM? Secara hukum para parpol dan politisi memang tidak melanggar keputusan KPU, tetapi kecenderungan untuk menunda penyerahan daftar calon anggota legislatif (caleg) hingga batas waktu terakhir, jelas mencerminkan kinerja partai-partai yang amat buruk. Hal ini berlaku terutama bagi enam partai besar yang lolos electoral threshold dua persen (PDI-P, Golkar, PKB, PPP, PAN, dan PBB) karena waktu mereka sangat longgar untuk mempersiapkan diri. Dibandingkan dengan pemilu 1999, paling kurang ada tiga hal yang baru dalam konteks pencalonan anggota legislatif dalam pemilu 2004. Pertama, ada upaya sejumlah partai untuk membangun mekanisme pencalonan internal yang lebih baku, transparan, dan akuntabel dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Sistem skoring dan penilaian atas dasar pembobotan setiap caleg, seperti berlaku di PDI-P, PKB, PAN, dan PBB, misalnya, adalah salah satu contoh yang harus diakui cukup positif. Kedua, meningkatnya secara sangat signifikan jumlah caleg perempuan sebagai konsekuensi logis dari upaya memenuhi kuota 30 persen perempuan yang dipersyaratkan UU Pemilu. Ketiga, menyempitnya daerah-daerah pemilihan, membuka peluang bagi konstitusi atau pemilih untuk mengenal lebih dekat para caleg ketimbang pemilu sebelumnya. Pertanyaannya kemudian, sejauh mana hal-hal baru di atas benarbenar memiliki dampak positif bagi peningkatan kualitas caleg dan juga kualitas lembaga legislatif yang dihasilkan Pemilu 2004? Meskipun beberapa partai menciptakan mekanisme internal yang lebih memadai dibandingkan dengan Pemilu 1999, fenomena pencalonan legislatif dalam pemilu 2004 secara umum masih sama saja. Salah satu kecenderungan paling menonjol di balik kesibukan partai mempersiapkan dan menyusun daftar caleg adalah begitu jauh jarak mereka dengan rakyat. Padahal, untuk duduk di kursi empuk lembaga-lembaga legislatif di pusat dan di daerah, para politisi dan partai-partai membutuhkan dukungan dan suara rakyat. Seorang caleg dari suatu partai, ironisnya, bisa ”terbang” dan ”diterbangkan” oleh pengurus pusatnya dari satu daerah pemilihan ke daerah pemilihan lain. Seolah-olah, di daerah mana pun, sang caleg ”laku dijual” dan memperoleh dukungan. i 2 untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial u u Belajar Efektif Bahasa IIndonesia 9