tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Aeromonashydrophila
Klasifikasi Bakteri Aeromonashydrophila
Bakteri Aeromonasterdiri atas tiga spesies utama, yaitu A. punctata, A.
hydrophila, dan A. liquiefacieus yang bersifat patogen (Kordi, 2004).
Berikut adalah klasifikasi A. hydrophila oleh Mulyani, dkk., (2013):
Filum
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Ordo
: Pseudanonadeles
Family
: Vibrionaceae
Genus
: Aeromonas
Spesies
: Aeromonashydrophila
Karakteristik Bakteri Aeromonashydrophila
A. hydrophila merupakan bakteri heterotrofikuniseluler, tergolong protista
prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya membran yang memisahkan inti
dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7-1,8 x 1,0-1,5 µm dan
bergerak menggunakan sebuah polar flagel. A. hydrophila bersifat motil dengan
flagela tunggal disalah satu ujungnya. Bakteri ini berbentuk batang sampai dengan
kokus dengan ujung membulat, fakultatif anaerob, dan bersifat mesofilik dengan
suhu optimum 20-30oC. A. hydrophila bersifat Gram negatif, oksidasi positif dan
katalase positif. Bakteri ini mampu memfermentasikan beberapa gula seperti
glukosa, fruktosa, maltosa, dan trehalosa. Hasil fermentasi dapat berupa senyawa
asam atau senyawa asam dengan gas. Pada media NutrientAgar (NA), setelah 24
Universitas Sumatera Utara
jam dapat diamati koloni bakteri dengan diameter 1-3 µm yang berbentuk
cembung, halus dan terang (Haryani, dkk., 2012).
Gejala Penyakit MotileAeromonasSepticaema (MAS)
Salah satupermasalahan yang timbul diantaranya kegagalan produksi
akibat seranganwabah penyakit ikan yang bersifatpatogenik dari golongan bakteri.
Penyakit yang sering berkembangpada kegiatan akuakulturadalah penyakit bercak
merah atau seringdikenal dengan Motile AeromonadSepticemia (MAS) yang
disebabkan
olehbakteri
A.
hydrophila.Bakteri
A.
hydrophila
menyebabkanpenyakit menular pada beberapa jenisikan air tawar diantaranya ikan
Mas (C. carpio), Patin (Pangasius sp.), Lele (Clarias batrachus), Betutu (O.
marmorata) dan Gurame (O. gouramy), Nila (O. niloticus) (Simatupang dan
Anggraini, 2013).
Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri septisemia (dapat menyebar pada
peredaran darah) sehingga penyebaran bakteri di dalam tubuh inang terjadi sangat
cepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa infeksi A. hydrophila pada ikan nila
menyebabkan perubahan pada organ luar ikan yaitu eksoptalmia, pendarahan, dan
luka pada permukaan tubuh dan sirip (Hardi, dkk., 2014). Bentuk koloni dan
mikroskopis A. hydrophila dapat dilihat pada Gambar 2.
a.
b.
Gambar 2. A. hydrophila, (a) Bentuk koloni (b) Hasil pewarnaan Gram
Universitas Sumatera Utara
Penanggulangan penyakit MAS ini masih menggunakan antibiotik ataupun
menggunakan senyawa kimia buatan. Namun, penggunaan antiotik secara terus
menerus dan apabila tidak terkontrol dapat menyebabkan timbulnya bakteri A.
hydrophila yang resisten atau mampu bertahan terhadap antibiotik tersebut. Hal
ini sangat memprihatinkan karena dapat berdampak negatif terhadap bakteri
patogen dan pada manusia (Nababan, 2016).
Salah satu patogen pada ikan nila adalah bakteri A. hydrophila yang
menyebabkan penyakit MotileAeromonadSepticemia (MAS) yang memiliki tandatanda berupa ikan dengan perut busung, peradangan di sekitar luka, pendarahan
pada tubuh ikan, insang membusuk, timbul borok, lemas dan mata menonjol
(exopthalmia). Aeromonas yang bisa menginfeksi ikan terdiri dari dua kelompok
yaitu A. salmonicida dan A. hydrophila. Adapun A. hydrophila bersifat mesofil,
motil dengan flagella polar, dan dapat dijumpai di perairan tawar daerah tropis
maupun subtropis (Irianto, dkk., 2006).
Penularannya sangat cepat dapatberlangsung melalui perantara air,
kontakbadan, kontak dengan peralatan tercemaratau karena pemindahan ikan yang
telahterinfeksi A. hydrophila dari satu tempatke tempat lainnya. Upaya
pencegahan danpengobatan yang lazim dilakukan padaikan-ikan yang terkena
penyakit bakterialadalah menggunakan obat obatan kimiaseperti malachite green,
formalin danhidrogen peroxida. Akan tetapi penggunaan bahan kimiacenderung
tidak
ramah
lingkungan
danbersifat
karsinogenik.
Metode
pencegahan
penyakitbakterial yang bersifat aman bagipembudidaya, ramah lingkungan
danmurah adalah melalui pemanfaatan tanamanherbal (Simatupang dan
Anggraini, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Tanaman Mangrove Sonneratia alba
Menurut Puspayanti, dkk. (2013), Sonneratiaalba diklasifikasikan sebagai
berikut (Gambar 3).
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Clasis
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Familia
: Sonneratiaceae
Genus
: Sonneratia
Species
: Sonneratia alba Smith.
a.
b.
Gambar 3. (a) Daun S. Alba, (b) Akar S. alba
Pedada (Sonneratia alba Smith.) tumbuh pada substrat berlumpur. Kulit
batang berwarna krem hingga cokelat dengan retakretak halus di permukaannya.
Akar berupa akar nafas yang terlihat pada saat air laut sedang surut. Daunnya
tebal berbentuk bulat telur yang berwarna hijau cerah dan letaknya saling
berhadapan. Buah berbentuk bola gepeng yang berwarna hijau keabu-abuan
dengan diameter 5-7,5 cm. Bunganya berbenang sari cukup banyak, terdapat
Universitas Sumatera Utara
diujung-ujung ranting dan berwarna putih. Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan
yaitu pada kayunya yang dapat dijadikan rusuk dan sikusiku perahu (Sugiarto dan
Willy, 1996).
Sonneratia alba (nama daerah bugis: kayu Buli) merupakan salah satu
spesies tumbuhan mangrove yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di
Sulawesi Selatan, khususnya daerah Kabupaten Tanah Toraja. Kulit batang
tumbuhan ini digunakan dalam proses pembuatan salah satu jenis minuman
beralkohol tradisional yang bertujuan untuk mempertahankan aroma dan
mencegah rasa kecut minuman yang dihasilkan. Berdasarkan fakta tersebut, maka
diduga S. alba mengandung senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan bagi
kebutuhan manusia (Firdaus dan Sinda, 2003).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah bahan aktif dari
mangrove. Disamping jumlahnya yang melimpah, mangrovejuga telah banyak
dimanfaatkan sebagai obat-obatan alamiah. Beberapa spesies mangrovebahkan
secara tradisional telah digunakan sebagai bahan insektisida dan pestisida alami.
(Suciati, dkk., 2012).
Metabolit sekunder yang ditemukan pada tumbuhan mangrove meliputi
senyawa golongan alkaloid, fenolat, steroid, dan terpenoid. Senyawa-senyawa ini
memiliki efek toksik, farmakologik, dan ekologik penting. Senyawa fenolat
diketahui sebagai senyawa pelindung tumbuhan dari herbivora, dan fungsi utama
sebagian besar senyawa fenolat adalah melindungi tumbuhan dari kerusakan
akibat cahaya yang berlebihan dengan bertindak sebagai antioksida dan levelnya
bervariasi sesuai dengan kondisi lingkungannya. Senyawa fenolat dapat
Universitas Sumatera Utara
melindungi mangrovedari kerusakan akibat radiasi ultravioletdan bertahan dalam
kondisi tertekan (Herawati, 2011).
Ekstraksi Mangrove Sonneratiaalba
Lebih dari 70 macam kegunaan pohon mangrovebagi kepentingan umat
manusia. Tumbuhan mangrovetelah digunakan untuk berbagai tujuan seperti
sebagai kayu bakar, bahan pembuatan arang, perlindungan ikan dalam tambak,
tiang pancang, dan makanan ternak. Beberapa tumbuhan mangrovedigunakan
sebagai obat-obatan. Akhir-akhir ini para ilmuwan mulai mempertimbangkan
mempelajari manfaat mangrove dalam dunia pengobatan, demikian juga potensi
agrikulturnya (Herawati, 2012).
Ekstraksi terhadap bahan tanaman bertujuan untuk memisahkan senyawa
bioaktif tanaman (biasanya dari senyawa tunggal atau kelompok senyawa).
Sebelum dilakukan proses ekstraksi sampel dikecilkan ukurannya untuk
memudahkan kontak dengan pelarut sehingga diharapkan semakin banyak
senyawa bioaktif yang dapat terekstrak. Ekstraksi merupakan suatu proses
penarikan komponen atau zat aktif menggunakan pelarut tertentu (Sari, 2008).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi adalah lama
ekstraksi, suhu dan jenis pelarut yang digunakan. Ekstrak kasar tiap bagian
mangrove (daun, buah, batang dan akar) memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri pelarut maupun bagiannya (Melki, dkk., 2011).
Ekstraksi terdiri atas tahap penghancuran sampel, maserasi, penyaringan
dan evaporasi. Penghancuran bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel
sehingga meningkatkan kontak antara bahan dengan pelarutnya. Maserasi adalah
proses perendaman sampel dalam pelarut dengan waktu tertentu sehingga
Universitas Sumatera Utara
senyawa dalam sampel larut dalam pelarut tersebut dan umumnya proses maserasi
di bantu dengan pengadukan. Pengadukan dimaksudkan untuk mencapai waktu
ekstraksi yang lebih singkat. Teknik ekstraksi didasarkan pada kenyataan bahwa
jika suatu zat dapat larut dalam dua fase yang tercampur, maka zat itu dapat
diahlikan dari satu fase ke fase lainnya dengan mengocokannya bersama – sama.
Penyaringan bertujuan memisahkan sampel dengan senyawa bioaktif yang larut
dalam pelarutnya. Evaporasi dilakukan untuk menguapkan pelarut sehingga
ekstrak dapat terpisah dengan pelarutnya dan dilakukan pada suhu 30-40oC untuk
mengurangi kerusakan senyawa aktif pada suhu tinggi (Sari, 2008).
Tumbuhanmangrove mengandung lebih banyaksenyawa polyphenol
dibandingkandengan tumbuhan halofit. Senyawapolyphenol dikenal memiliki
berbagaiaktivitas biologik termasuk antibakteri.Secara umum senyawa fenol
padakonsentrasi tinggi bertindak sebagaitoksin bagi plasma untuk merusak
sistemdinding sel dan untuk menggumpalkanprotein dalam sel, sedangkan
padakonsentrasi rendah dapat menghambatmultiplikasi enzim in vitro. Tannin
merupakan salah satusenyawa polypenol yang banyakditemukan pada tumbuhan
mangrovefamily Avicenniaceae, Rhyzophoraceae,dan Sonneratiaceae. Tannin
padatumbuhan
berfungsi
menangkal
seranganmikroba.
Saat
ini
tannin
banyakdigunakan dalam sediaan pasta gigi sertauntuk pengawet kayu (Herawati,
dkk., 2013).
Tumbuhan
steroiddengan
mangrove
berbagai
yangkemungkinan
mengandungsenyawa
aktivitas
dapat
biologik
terpen,
yangpenting.
menjelaskankemampuan
terpenoid,
Fakta
inipula
penghambatan
pertumbuhanbakteri oleh ekstrak yangdigunakan dalam penelitian ini,sekaligus
Universitas Sumatera Utara
membuktikan bahwatumbuhan mangrove S. albamemiliki potensi untuk
dikembangkansebagai sumber antibiotik alami (Bandaranayake,2002).
Ikan Nila (Oreochromisniloticus)
Sejarah dan klasifikasi Ikan Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani
karena memiliki daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan
ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi
lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas. Kendala dalam usaha budidaya
perikanan yang banyak dikeluhkan petani salah satunya adalah mahalnya harga
pakan komersil. Pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh merupakan
komponen biaya produksi yang jumlahnya paling besar yaitu 40-89%. Selain itu,
pakan komersil memiliki kandungan protein sekitar 26-30%, sehingga jika
manajemen pemberian pakan kurang baik maka dapat menyebabkan akumulasi
amonia yang mempercepat penurunan kualitas air (Mulyani, dkk., 2014).
Ikan nila merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan
danau-danau sekitarnya di Afrika. Bibit ikan nila didatangkan ke Indonesia secara
resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke
Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan nila disebarluaskan
kepada petani di seluruh Indonesia. Klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984)
adalah sebagai berikut (Gambar 4):
Phylum
: Chordata
Sub Phylum
: Vertebrata
Class
: Ostheichthyes
Sub Class
: Acanthoptherigii
Universitas Sumatera Utara
Ordo
: Percomorphii
Sub Ordo
: Percoidea
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
Gambar 4. Ikan Nila (Oreochromisniloticus)
Karakteristik Ikan Nila
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut
torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda
lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak
keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih
agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan
tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya
memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya.
Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang
sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan
mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat dan
Whitten, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya, ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapianiloticus atau
ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut
induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkan ikan
nila ke dalam jenis Sarotherodonniloticus atau kelompok tilapia yang mengerami
telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betinanya. Akhirnya diketahui
bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam mulut dan ikan nila hanya induk
betinanya. Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang
tepat untuk ikan nila adalah Oreochromisniloticus atau Oreochromis sp. Nama
niloticus menunjukkan tempat ikan ini berasal yakni Sungai Nil di Benua Afrika
(Aribowo, 2010).
Ikan nila merupakan prioritas utama untuk budidaya di daerah tropis
karena pertumbuhannya cepat, efisien memanfaatkan pakan alami, cenderung
mengkonsumsi berbagai macam pakan tambahan, mudah berkembang biak dan
toleransinya tinggi terhadap kondisi lingkungan. Selain itu, sifat penting lain yang
dimiliki ikan nila adalah tahan terhadap penyakit dan kepadatan tinggi serta
lingkungan dengan kualitas air yang kurang baik (Bestian, 1996).
Penyakit pada Ikan Nila
Keberhasilan budidaya ikan terkait dengan pemeliharaan kesehatan
lingkungan dan penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri. Salah satu bakteri
yang umum dijumpai di dalam ekosistem perairan dan berperan sebagai
microbialflora bagi hewan-hewan air pada kondisi lingkungan stabil adalah A.
hydrophila. Bakteri tersebut dapat menjadi patogen pada ikan nila pada kualitas
air yang buruk. Selain itu A. hydrophila juga memiliki kemampuan osmoregulasi
cukup tinggi, karena dapat hidup di lingkungan perairan tawar, perairan payau,
Universitas Sumatera Utara
dan laut yang memiliki kadar garam tinggi dengan penyebaran melalui kotoran
burung, saluran pencernaan hewan darat, amfibi, dan reptilia (Mangunwardoyo,
dkk., 2010).
Pakan
Penanggulangan penyakit dapat dilakukandengan cara pencegahan dan
pengobatan.Pencegahan penyakit pada ikan biasanyadilakukan dengan cara
menciptakan lingkungansteril dan pemberian pakan yang bernilai gizibaik.
Pengobatan yang dilakukan pada saat ikanterserang, biasanya diberikan bahan
kimia atausejenisnya. Akan tetapi penggunaan bahan kimia mempunyai dampak
lingkungan yangkurang baik karena dapat mencemari lingkungan (Wiyanto,
2010).
Dalam proses budidaya, pakan merupakan salah satu faktor penting yang
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang akan
dibudidaya. Pakan pada suatu proses budidaya membutuhkan sekitar 60-70% dari
biaya produksi yang dikeluarkan oleh pembudidaya. Agar pakan tersebut bisa
bekerja secara maksimal dan menghasilkan bobot ikan yang lebih berkualitas
perlu suatu asupan yang tercampur pada pakan (Anggriani, dkk., 2012).
Pakan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai akan akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan dan tidak mudah diserang penyakit.
Karena pakan akan membantu terciptanya mekanisme pertahanan tubuh
(kekebalan alami) yang ditentukan sistem hormonal. Dengan demikian, apabila
pakan yang dikonsumsi baik, maka sistem hormonal akan berjalan dengan baik
dan dengan sendirinya akan terbentuk sistem pertahanan tubuh yang baik pula.
Pada dasarnya pakan yang diperuntukkan bagi pengobatan tidak berbeda dengan
Universitas Sumatera Utara
pakan buatan lainnya. Perbedaannya hanya pada penambahan senyawa tertentu
yang dapat berfungsi sebagai obat. Jenis obat yang biasa ditambahkan ke dalam
pakan buatan biasanya golongan antibiotik dan asam organik (Adiono dan Hari,
1987).
Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ikan yang sangat
besar peranannya baik dilihat sebagai penentu pertumbuhan maupun dilihat dari
segi biaya produksi. Nilai nutrisi pakan biasanya dilihat dari komposisi gizinya
seperti kandungan protein, lemak, serat kasar, karbohidrat, vitamin, mineral dan
kadar air. Salah satu kebutuhan nutrisi yang penting untuk ikan adalah protein,
sehingga kekurangan protein dalam pakan dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan (Marzuqi, dkk., 2012).
Pakan ikan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan.
Pakan alami biasanya digunakan dalam bentuk hidup dan agak sulit untuk
mengembangkannya. Sedangkan pakan buatan dapat diartikan secara umum
sebagai pakan yang berasal dari olahan beberapa bahan pakan yang memenuhi
nutrisi yang diperlukan oleh ikan. Salah satu pakan ikan buatan yang paling
banyak dijumpai dipasaran adalah pelet (Zaenuri, dkk., 2013).
Disamping kebutuhan protein pakan, jumlah pakan yang diberikan
memegang penting dalam efektivitas penggunaan pakan. Penyediaan pakan
buatan yang tidak sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan ikan
menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Pemberian pakan dalam
jumlah yang berlebihan menimbulkan berbagai masalah seperti meningkatkan
biaya dan menyebabkan turunnya kualitas air akibat pencemaran (Marzuqi, dkk.,
2012).
Universitas Sumatera Utara
Download