Antisipasi Kelangkaan Kedelai, Tanah Pertanian Bebas PBB http://news.ipb.ac.id Diposting oleh admin pada tanggal 09 August 2012 Sebagai upaya mengantisipasi kelangkaan komoditi pangan nasional khususnya kedelai karena keterbatasan lahan, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr.Yonny Koesmaryono mengusulkan tanah pertanian bebas pajak bumi dan bangunan (PBB). “Sebagai upaya perlindungan konversi lahan pertanian untuk perumahan atau kegiatan komersiil yang terus menerus terjadi, hendaknya pemerintah menaikkan PBB masyarakat yang mempunyai rumah lebih dari satu atau rumah bertujuan komersial,” jelas Prof.Yonny. Tak dipungkiri lahan pertanian kian hari kian sempit. Ini menyebabkan produksi kedelai pun menurun.Sementara perluasan lahan pertanian subur tidaklah mudah dilakukan. Lahan yang ada sekarang kebanyakan kurang subur seperti lahan di rawa, gambut, payau yang produktivitasnya kurang optimal. Menurut Prof.Yonny, faktor rendahnya produktivitas kedelai selain karena kesuburan lahan juga disebabkan kondisi iklim. Kedelai sebenarnya tanaman daerah beriklim subtropis. Di daerah asalnya, kedelai dapat berproduksi optimal yakni 5-7 ton per hektar. Sementara di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia, tanaman kedelai hanya mampu berproduksi 1,5 ton per hektar. “Oleh karenanya perlu beberapa langkah untuk mendongkrak produksi kedelai di daerah tropis diantaranya: pemuliaan tanaman, jaminan harga yang layak, perluasan lahan di luar jawa, dan roadmap swasembada kedelai,” kata Prof.Yonny. Seperti beras dan jagung, Prof. Yonny mengusulkan perlunya ada Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) kedelai yang menjadi pijakan pemerintah untuk menjaga ketersediaan kedelai dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor luar negeri. Dalam konsep ketahanan pangan, bila stock dalam negeri tidak ada, negara bisa mengimpor. Namun bila ternyata stock dunia juga terbatas, maka tidak ada artinya kita mempunyai devisa untuk mengimpor. “Inilah yang terjadi saat in, Amerika sebagai produsen utama kedelai mengalami kekeringan, sehingga produksinya menurun. Sementara, permintaan kedelai dunia sangat besar. Kondisi ini menyebabkan harga kedelai naik. Dengan adanya RUSNAS kedelai diharapkan, pemerintah mempunyai roadmap swasembada kedelai,” lanjut Prof.Yonny. (ris)