Formatted: Left: 3,81 cm, Right: 2,54 cm, Top: 3,81 cm Perbedaan titer imunoglobulin-g campak anak usia sekolah dasar yang obesitas dan tidak obesitas di SD Bromantakan kota Surakarta TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama: Ilmu Biomedik Oleh: Oleh: Annang Giri Moelyo S5906004 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 2 PERBEDAAN TITER IMUNOGLOBULIN-G CAMPAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR YANG OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI SD BROMANTAKAN KOTA SURAKARTA Disusun oleh: Annang Giri Moelyo S5906004 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. DR. Harsono Salimo, dr, SpA(K) NIP 140 059 324 8 April 2008 Pembimbing II Endang D. Lestari, dr, SpA(K), MPH NIP 140 184 431 8 April 2008 Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik Prof. DR. Harsono Salimo, dr, SpA(K) NIP 140 059 324 3 PERBEDAAN TITER IMUNOGLOBULIN-G CAMPAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR YANG OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI SD BROMANTAKAN KOTA SURAKARTA Disusun oleh: Annang Giri Moelyo S5906004 Telah disetujui oleh Tim Penguji Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua : Prof.DR.Ahmad Djojosugito, dr, SpB,SpBO,MHA,FICS ......................... Sekretaris : DR. B. Soebagyo, dr, SpA(K) ......................... Anggota : 1. Prof. DR. Harsono Salimo,dr, SpA(K) ......................... 2. Endang Dewi Lestari, dr, SpA(K), MPH ......................... Mengetahui Direktur Program Pascasarjana Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD PAK Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Prof. DR. Dr. Didik Tamtomo, MM, MKes, 4 NIP 131 472 192 NIP 130 543 994 5 PERNYATAAN Nama : Annang Giri Moelyo NIM : S5906004 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Perbedaan Titer ImunoglobulinG Campak Anak Usia Sekolah Dasar Yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarta, 1 April 2008 Yang membuat pernyataan, Annang Giri Moelyo 6 KATA PENGANTAR Segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: ”Perbedaan titer Imunoglobulin-G campak Anak Usia Sekolah Dasar yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta”. Tesis ini dapat terselesaikan atas kehendak dari Allah SWT dan juga atas bantuan dari semua pihak. Rasa hormat dan terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada: 1. Prof. DR. Much. Syamsulhadi, dr, SpKJ(K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 3. Prof. DR. Dr. Didik Tamtomo, MM, MKes, PAK selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 4. DR. Ahmad Arman Subijanto, dr, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, dan memberikan bantuan dana pendidikan dari Fakultas Kedokteran serta selalu memotivasi untuk segera menyelesaikan program. 5. Iskandar Zulkarnaen, dr, SpA(K) selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 6. Prof. DR. Harsono Salimo, dr, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis FKUNS/RSDM, Ketua Program Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik, serta Pembimbing; yang telah memberikan 7 kesempatan dan dukungan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Bimbingan yang telah diberikan selama proses pendidikan telah memberikan lecutan motivasi dan kesempatan berharga menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman beliau di sela-sela kesibukan beliau sebagai guru besar. Tesis ini tidak akan terselesaikan tanpa dorongan semangat, kedisiplinan waktu serta bantuan dana dan fasilitas dari beliau. 7. Endang Dewi Lestari, dr, SpA(K), MPH selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan kesempatan untuk selalu berkonsultasi baik secara langsung maupun melalui email-email. Segala hormat penulis sampaikan atas upaya menanamkan pentingnya penelitian bagi seorang klinisi, evidence based medicine dan juga kepercayaan-kepercayaan yang telah diberikan untuk membantu proses-proses penelitian selama ini sehingga penulis memiliki kepercayaan diri untuk mendalami ilmu epidemiologi dan statistik. 8. Semua guru-guru di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, PPs UNS yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 9. Semua staf pengajar Bagian Anak FK UNS/RSDM: DR. B. Soebagyo, dr, SpA(K); Sunyataningkamto, dr, SpA; Mustarsid, dr, SpA; Syahrir Dullah, dr, SpA; Yulidar Hafidz, dr, SpA(K); Ganung Harsono, dr, SpA(K); Rustam Siregar, dr, SpA; Dra. Suci Murtikarini, MSi; Pudjiastuti, dr, SpA dan Sri Lilijanti W, dr, SpA, terima kasih atas segala bimbingan dan dorongan semangat serta doa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah beliau-beliau berikan. 10. Keluarga penulis, Ori Nako, SP seorang istri yang sangat setia mendampingi dengan doa ketulusan dalam suka duka selama pendidikan meski berpeluh keringat dan air mata. Bapak Soeparno HS yang telah membesarkan penulis dengan nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan serta kedisiplinan. Ibu Sutarmi yang telah menuliskan kecerdasan untuk penulis dari semenjak kecil, hingga saat penyelesaian penulisan tesis ini waktu ibu terbaring lemah di rumah sakit. Mas Annang Bayuworo, Mbak Cinthia, Dik Annta, Munawar serta permata-permata di rumah Hana dan Hanif yang selalu memberikan inspirasi penulis untuk terus tegar menghadapi kehidupan. 8 Almarhum H. Chairul Ali dan Ibunda Siti Kismini serta adik-adik Sofyan, Sugeng, Desmon; keluarga kedua penulis yang telah memberikan limpahan kasih sayang baru. 11. Semua teman-teman PPDS I Ilmu Kesehatan Anak, para pendahulu penulis: Pak Tunjung, Bu Yayah, Mbak Tutik, Pak Riza, terima kasih telah merintis jalan ini. Mbak Elief dan Mbak Lina, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Rekanrekan PPDS yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mengajarkan arti ilmu, persahabatan dan kebijaksanaan. 12. Laboratorium Prodia yang telah menyediakan pemeriksaan laboratorium. 13. Mbak Diah, Mas Muh, Bu Kus, Mbak Nungki, Mbak Hanit, terima kasih atas kebaikannya. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tesis ini. Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga dapat bermanfaat bagi kesehatan anak secara umum. Amin. Surakarta, April 2008 Penulis Annang Giri Moelyo 9 DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ......................................................................... iii PERNYATAAN ................................................................................................................iv KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................................viii DAFTAR TABEL ...............................................................................................................x DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................xii ABSTRAK ..................... ................................................................................................xiii BAB I. PENDAHULUAN………………………………...........…………………....... 1 A. Latar Belakang……………………………………………...……………... 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………..…….. .... 3 C. Hipotesis…………………………………………………………...........…. 3 D. Tujuan Penelitian………………………………………………...........…... 4 E. Manfaat Penelitian………………………………………………...........…. 4 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA……………..............………………………………….6 A. Definisi Campak…………………….............……………………………. 6 B. Epidemiologi Campak.………………….............………………………... 7 C. Respon Imun pada Campak………………….............…………………… 8 D. Faktor yang Mempengaruhi Respon Imun pada Campak............………. 10 E. Definisi dan Kriteria Obesitas………………………..……........……….. 14 F. Epidemiologi Obesitas………………………………………………...….. 15 G. Patogenesis dan Etiologi Obesitas……………………………………….. 16 H. Respon Imun pada Obesitas ....................................................................... 17 Kerangka Konsep..………………….……………………………………….. 20 10 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………...…………………….………………22 A. Desain Penelitian……………….………...……………………………...... 22 B. Tempat dan Waktu…………….……………..…………….…………........ 22 C. Populasi ……………………….………………..………….…………..….. 22 D. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel…………...........…………………..… 22 E. Alur Penelitian............................................................................................... 24 F. Besar Sampel…………………….……………………...........…………… .25 G. Identifikasi Variabel…………….…………………………...........………. 25 H. Cara Kerja……………………….…………………………….......……… 26 I. Pengolahan Data………………..….……………………………..........….. ..27 J. Definisi Operasional………….……..……………………………….......... . 28 K. Jadwal Kegiatan ……………………..……………..................................... 30 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian .......................................................................................... .31 B. Pembahasan ..................................................................................................41 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ..................................................................................................... 47 B. Saran ........................................................................................................... 47 C. Implikasi Penelitian ……………………………………………………… 48 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 50 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................................... 55 11 DAFTAR TABEL Tabel 1. Data subjek..........................................................................................................30 Tabel 2. Karakteristik demografi.......................................................................................31 Tabel 3. Karakteristik subjek terhadap paparan virus campak..........................................33 Tabel 4. Rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas..35 Tabel 5. Rerata kadar hemoglobin pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas.37 Tabel 6. Karakteristik subjek berdasarkan kejadian anemia.............................................38 Tabel 7. Hubungan antara umur dengan titer IgG campak................................................38 Tabel 8. Hubungan antara jenis kelamin dengan titer IgG campak...................................39 Tabel 9. Analisis univariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG campak...39 Tabel 10. Analisis multivariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG campak...............................................................................................................40 12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Karakteristik subjek menurut indeks massa tubuh..........................................31 Gambar 2. Total frekuensi paparan virus campak pada seluruh subjek, kelompok obesitas dan non-obesitas...............................................................34 Gambar 3a. Titer IgG campak pada kelompok obesitas dan non-obesitas........................35 Gambar 3b. Interpretasi kualitatif titer IgG campak pada seluruh subjek, kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas.............................................36 Gambar 4. Kadar hemoglobin (g/dl) pada kelompok obesitas dan non-obesitas...……...37 13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ....................................................................................55 Lampiran 2: Data dasar hasil penelitian ............................................................................56 Lampiran 3: Hasil pengolahan data dengan SPSS 10.0.....................................................66 Lampiran 4: Persetujuan mengikuti penelitian................................................................100 Lampiran 5: Surat izin kelayakan penelitian...................................................................101 14 ABSTRAK Annang Giri Moelyo, S5906004. 2007. Perbedaan Titer Imunoglobulin-G Campak Anak Usia Sekolah Dasar yang Obesitas dan Tidak Obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar belakang: Terdapat peningkatan penderita campak pada anak usia sekolah. Status gizi mempengaruhi kadar antibodi terhadap campak. Anak dengan obesitas memiliki status imun yang berbeda dengan anak yang tidak obesitas. Tujuan: Peneliti akan mencari perbedaan titer IgG campak anak usia sekolah dasar yang obesitas dan tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta. Metode: Penelitian potong lintang untuk melihat perbedaan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar yang obesitas dengan yang tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta dilakukan dari bulan Maret - Agustus 2006. Sampel dipilih dari anak sekolah dasar kelas 1-6 di SD Bromantakan Kota Surakarta. Anak-anak SD yang obesitas secara antropometri dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian, kemudian dilakukan pemilihan subjek anak yang tidak obesitas disesuaikan menurut umur dan jenis kelamin. Dilakukan pemeriksaan laboratorium (titer IgG campak dan hemoglobin), serta wawancara terhadap orang tua subjek. Data dianalisis dengan SPSS 10.00 for Windows. Mean dan proporsi kedua kelompok diperhitungkan terhadap karakteristik demografi dan karakterstik terhadap paparan virus campak. Uji t berpasangan dilakukan terhadap titer IgG campak pada kedua kelompok. Uji chi kuadrat dilakukan terhadap umur dan jenis kelamin. Analisis univariat dan multivariat dilakukan terhadap faktor-faktor obesitas, kadar hemoglobin dan total frekuensi paparan virus campak. Hasil: Rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas dan non-obesitas adalah 2502,12+1834,71 dan 2201,30+1467,72 mIU/ml, dengan beda rerata 300,82 mIU/ml (p = 0,708; 95% CI (-1410,77)-(2012,42)). Rerata kadar hemoglobin kelompok obesitas dan non-obesitas adalah 14,47+0,87 dan 13,79+0,91 g/dl, dengan beda rerata 0,68 g/dl (95%CI 0,01-1,35; p = 0,048). Hasil analisis univariat risiko relatif faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG campak sebagai berikut: obesitas 1,36 (0,29-6,36); kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,36 (0,29-6,36); dan total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14 (1,39-141,49). Pada analisis multivariat diperoleh hasil sebagai berikut: obesitas 1,06 (0,17 – 6,42); kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,51 (0,25 – 9,09); dan total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14,46 (1,38 – 151,67). Simpulan: anak usia sekolah dasar dengan obesitas memiliki rerata titer IgG campak cenderung lebih tinggi daripada anak tanpa obesitas. Frekuensi paparan virus campak lebih dari satu kali pada anak usia sekolah dasar meningkatkan titer IgG campak. Kata kunci: titer IgG campak, obesitas, anak usia sekolah dasar 15 ABSTRACT Annang Giri Moelyo, S5906004. 2007. The difference of measles immunoglobuline-G titer in obese and non-obese elementary school children in SD Bromantakan Kota Surakarta. Thesis: Master Program in Family Medicine, Post-Graduate Program, Sebelas Maret University. Background: There is an increasing trend of measles incidence in elementary school children. Nutritional status influence measles antibody level. An obese child have measles immune status differ from a normal child. Objectives: To find out the differences of measles IgG in obese and non-obese elementary school children in SD Bromantakan Kota Surakarta. Methods: A cross sectional study was conducted from March to August, 2006 to elementary school children in SD Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Obese children were selected antropometrically and fulfill inclusion and exclusion criteria, then matched by age and gender to non-obese groups. Laboratory examination (Measles IgG and hemoglobine) and interview to the parents were performed. Data were analyzed by SPSS 10.00 for Windows. Mean and proportion between two groups were performed for demography and measles virus contact characteristic Paired t-test were used to measles IgG titer between two groups. Age and gender were examined by chi square test. Univariate and multivariate analysis were performed to factors contributed in measles IgG titer, ie obese, hemoglobine level and frequency of measles virus contact. Results: The means of measles IgG titer in obese and non-obese groups were 2502,12+1834,71 and 2201,30+1467,72 mIU/ml, respectively, with mean difference 300,82 mIU/ml (p = 0,354; 95% CI (-1410,77)-(2012,42)). The means of hemoglobine level in obese and non-obese groups were 14,47+0,87 and 13,79+0,91 g/dl, respectively, with mean difference 0,68 g/dl (95%CI 0,01-1,35; p = 0,048). Univariate analysis for the measles titer were obesity 1,36 (0,29-6,36); hemoglobine level (>=14,05 g/dl) 1,36 (0,296,36); and frequency of measles virus contact (more than once) 14 (1,39-141,49). In multivariate analysis, the relative risk for obesity, hemoglobine level (>=14,05 g/dl), and frequency of measles virus contact were 1,06 (0,17 – 6,42),g/dl); 1,51 (0,25 – 9,09); and 14,46 (1,38 – 151,67), respectively. Conclusion: Elementary children with obesity tend to have measles IgG titer mean higher than non-obese ones. The frequency of measles virus contact more than once increases the measles IgG titer. Keywords: measles IgG titer, obesity, elementary school children. 16 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Campak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berat di seluruh Deleted: Walaupun i dunia. Imunisasi campak telah diprogramkan oleh pemerintah sejak lama, namun masih terdapat 30-40 juta kasus dan 745 ribu kematian pada tahun 2001. Angka ini mewakili 50-60% jumlah kematian oleh karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin pada anak-anak. Campak menjadi penyebab kematian yang lebih banyak pada anak karena komplikasinya berupa pneumonia, diare dan malnutrisi. Campak juga menjadi penyebab utama kebutaan di dunia yang seharusnya dapat dicegah. (WHO IVR, 2005) Di Indonesia insiden campak untuk semua kelompok umur selama tahun 19921998 cenderung menurun. Pada balita insiden campak menurun dari 20,08/10.000 menjadi 3,4/10.000 (Ditjen PPM&PL, 2004). Kelompok risiko tinggi penyakit campak adalah bayi dan anak-anak balita, tetapi beberapa tahun terakhir ini dilaporkan bahwa campak juga banyak menyerang populasi usia sekolah dan remaja di perguruan tinggi yang sebelumnya telah mendapatkan imunisasi campak satu kali (Roesmil, 2000). Dari penelitian di salah satu SD di Jakarta didapatkan data bahwa 78% titer antibodi campak masih positif pada usia 5-7 tahun dan 93% pada usia 10-12 tahun. Mereka mempunyai faktor riwayat sakit campak pasca imunisasi yang mempengaruhi seropositif (Munasir dkk, 1999). Penelitian oleh Balitbangkes tahun 1998 menyebutkan adanya kerentanan terhadap infeksi campak sebanyak 26-32,6% pada anak umur 6-11 tahun (Soegeng, Deleted: , khususnya di negaranegara berkembang, 17 2001). Di RSUD Dr. Moewardi, jumlah penderita campak pada tahun 2005 adalah 81 orang dengan prevalensi terbanyak pada usia 5-14 tahun (54%) (Data RSDM, 2005). Sekarang American Academy of Pediatrics (AAP) dan Departemen Kesehatan RI merekomendasikan pemberian imunisasi campak pada usia sekolah, disebabkan oleh karena meningkatnya insiden penyakit campak ini pada kelompok usia tersebut (AAP, 1998; Soegeng, 2001). Status gizi merupakan salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi imunitas seorang anak terhadap penyakit campak. Pada malnutrisi, misalnya, terjadi kegagalan perkembangan respon kekebalan, sehingga kadar imunoglobulin campak akan lebih rendah. Beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa status gizi tidak mempengaruhi kadar IgG campak, meskipun terdapat juga penelitian yang menyebutkan kecenderungan peningkatan kadar IgG campak pasca imunisasi seiring dengan peningkatan status gizi (Heriyanto, 2001; Joshi, 2003). Obesitas belum menjadi masalah utama di negara kita. Namun prevalensi obesitas meningkat hingga mencapai tingkat epidemi baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang (Reilly, 2002; Deckelbaum, 2001). Prevalensi obesitas pada anak SD di Yogyakarta sebesar 7,9% perempuan dan 12,6% pada laki-laki (Himmah, 2005). Prevalensi obesitas di Semarang sebesar 12,1% (Mexitalia, 2004). Di SD Bromantakan Kota Surakarta, prevalensi obesitas sebesar 9,7% (Hidayah, 2007). Data klinis dan epidemiologis membuktikan bahwa insiden dan keparahan penyakit infeksi akan lebih banyak terjadi pada individu yang obesitas (Marti, 2001). Jaringan adiposa memiliki keterkaitan dengan modulator-modulator dan mediator- Deleted: Karena meningkatnya insiden penyakit campak pada usia sekolah, Deleted: s 18 mediator respon imun. Salah satunya adalah leptin yang dikatakan meningkatkan proliferasi dan aktivasi sel T dan menstimulasi produksi sitokin (Nead, 2004; Dhurandar, 2001; Marti, 2001). Oleh sebab itu, pada anak dengan obesitas akan memiliki respon imun yang lebih tinggi. Hal ini akan mempengaruhi respon imun anak dengan obesitas terhadap paparan virus campak. Penelitian di Surabaya tahun 2002, walaupun tidak secara khusus meneliti faktor status gizi, justru menunjukkan kecenderungan rerata titer IgG campak yang lebih rendah pada anak dengan gizi lebih (Redjeki S, 2002). Saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang membandingkan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar yang obesitas dengan anak yang tidak obesitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar di SD Bromantakan Kota Surakarta. Penelitian ini akan menilai titer IgG campak anak usia sekolah dasar yang obesitas dibandingkan dengan yang tidak obesitas. B. RUMUSAN MASALAH Apakah terdapat perbedaan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar yang obesitas dengan anak yang tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta? C. HIPOTESIS Anak usia sekolah dasar di SD Bromantakan Kota Surakarta yang obesitas memiliki titer IgG campak yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak obesitas. 19 D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Mengetahui perbedaan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar yang obesitas dan yang tidak obesitas. 2. Tujuan khusus 2.1. Mengidentifikasi adanya perbedaan titer IgG campak anak usia sekolah dasar yang obesitas dan yang tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta. 2.2. Menilai besar perbedaan titer IgG campak anak usia sekolah dasar yang obesitas dan yang tidak obesitas di SD Bromantakan Kota Surakarta. 2.3. Menganalisis pengaruh faktor obesitas, kadar hemoglobin dan frekuensi paparan virus campak dalam pembentukan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar di SD Bromantakan Kota Surakarta. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat bidang akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi bahwa faktor obesitas mempengaruhi respon imun terhadap penyakit campak pada anak usia sekolah dasar di SD Bromantakan Kota Surakarta. Deleted: ¶ ¶ ¶ Formatted: Bullets and Numbering 20 2. Manfaat pelayanan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui besarnya kekebalan terhadap penyakit campak pada anak usia sekolah dasar yang obesitas dan perlu tidaknya imunisasi campak ulang pada anak usia sekolah dasar yang obesitas. 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Campak Campak adalah salah satu penyakit virus akut yang sangat menular. Virus campak adalah suatu virus rantai tunggal RNA dari genus Morbillivirus dari famili Paramyxoviridae (CDC, 2003; Maldonado, 2000). Terdapat 2 membran kapsul protein yang penting dalam patogenesis, yaitu protein F (fusion) dan protein H (hemagglutinin). Formatted: English (U.S.) Protein F bertanggungjawab pada penyatuan virus dengan membran sel host, penetrasi dan hemolisis. Protein H bertanggungjawab pada perlekatan virus ke sel-sel. Hanya Formatted: English (U.S.) terdapat satu tipe antigenik virus ini (CDC, 2005). Formatted: English (U.S.) Penyakit ini tersering menyerang pada anak-anak. Campak dimulai dengan gejala prodromal berupa panas, konjungtivitis, coryza, batuk dan bercak Koplik di mukosa bukal. Timbul ruam kemerahan yang karakteristik, yang tampak sekitar hari ketiga penyakit, dimulai dari belakang telinga, muka dan menjadi meluas secara umum. Morbili sering disertai komplikasi berupa infeksi telinga tengah atau diare. Penyakit ini dapat menjadi sangat berat dengan disertai oleh bronkopneumonia atau ensefalitis yang menuju pada kematian (Maldonado, 2000; Papania, 2005). Formatted: English (U.S.) 22 B. Deleted: ¶ ¶ ¶ ¶ Epidemiologi Campak Walaupun biasanya dinyatakan sebagai penyakit anak-anak, tetapi penyakit ini bisa menyerang semua umur. Sebelum dilakukannya imunisasi yang luas, morbili biasa terjadi pada masa anak-anak, dengan lebih dari 90% bayi dan anak-anak hingga usia 12 tahun telah terinfeksi (CDC, 2003; Papania, 2005). Sekitar 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Kasus terbanyak adalah dari Afrika. Pada tahun 1998, WHO melaporkan jumlah kasus campak dalam 100.000 populasi total adalah 1,6 di Amerika; 8,2 di Eropa; 11,1 di wilayah Timur Tengah; 4,2 di Asia Tenggara; 5,0 di wilayah Pasifik Barat dan 61,7 di Afrika (Fennely, 2005). Komplikasi yang tersering adalah diare, otitis media, bronkopneumonia. Komplikasi yang jarang adalah hepatitis, ensefalitis, dan SSPE (subacute sclerosing panencephalitis). Sekitar 1 dari 1000 pasien menjadi ensefalitis akut, yang sering mengakibatkan kerusakan otak yang permanen. SSPE (subacute sclerosing panencephalitis), suatu penyakit degeneratif susunan saraf pusat, dapat timbul dari infeksi campak yang persisten (CDC, 2003; Maldonado, 2000). Kematian karena campak, tersering karena komplikasi pernafasan dan neurologik. Di seluruh dunia, 880.000 kematian tiap tahun terjadi. Sekitar 85% kematian ini terjadi di Afrika (48%) dan Asia Tenggara (34%). Case fatality rate lebih tinggi pada anak-anak kurang dari 5 tahun. Angka kematian tertinggi pada bayi usia 4-12 bulan dan pada anakanak yang imunokompromis karena infeksi HIV atau infeksi lain (Fennely, 2005). Di Indonesia insiden campak selama tahun 1992-1998 untuk semua kelompok umur cenderung menurun. Insiden campak pada balita menurun dari 20,08/10.000 – Formatted: Bullets and Numbering Formatted: Swedish 23 3,4/10.000 (Ditjen PPM&PL, 2004). Kelompok risiko tinggi penyakit campak adalah bayi dan anak-anak balita, tetapi beberapa tahun terakhir ini dilaporkan juga banyak menyerang usia sekolah dan remaja di perguruan tinggi yang sebelumnya telah mendapatkan imunisasi campak satu kali (Roesmil, 2000). Penelitian di salah satu SD di Jakarta didapatkan data 78% titer antibodi campak yang masih positif pada usia 5-7 tahun dan 93% pada usia 10-12 tahun, dengan faktor riwayat sakit campak pasca imunisasi yang mempengaruhi seropositif (Munasir Z dkk, 1999). Penelitian oleh Balitbangkes tahun 1998 menyebutkan adanya kerentanan terhadap infeksi campak sebanyak 26-32,6% pada anak umur 6-11 tahun. Atas dasar hasil penelitian tersebut imunisasi ulangan campak diberikan pada usia masuk sekolah (Soegeng, 2001). Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sendiri, jumlah penderita campak pada tahun 2005 adalah 81 orang dengan insiden terbanyak pada usia 5-14 tahun, yaitu sebanyak 54%, dengan jumlah penderita perempuan yang lebih banyak, yaitu sebanyak 58%. (Data RSDM, 2005). Dengan datadata di atas dapat disimpulkan bahwa usia sekolah dasar merupakan usia yang juga rentan Deleted: ¶ Formatted: Not Highlight Deleted: . J Formatted: Not Highlight Deleted: ¶ Formatted: Not Highlight Deleted: juga Deleted: Sumber dari mana? Formatted: Not Highlight Deleted: anak usia untuk menderita penyakit campak. Karena meningkatnya insiden penyakit campak pada Formatted: Not Highlight Deleted: emiliki usia sekolah, sekarang American Academy of Pediatrics (AAP) dan Departemen Deleted: ke Deleted: an Kesehatan RI merekomendasikan pemberian imunisasi campak pada usia sekolah (AAP, 1998; Soegeng, 2001). C. Respon Imun pada Campak Formatted: Not Highlight Formatted: Not Highlight Deleted: , meskipun ada riwayat imunisasi pada masa balita sebelumnya. Ini satu linea kok hanya satu kalimat, lagi pula susunan kata dalam kalimatnya kurang pas.¶ Formatted: Highlight Respon imun terhadap penyakit campak bersifat multifaktorial. Respon imun ini Formatted: Not Highlight Deleted: adalah meliputi produksi IgG spesifik untuk dua kapsul glikoprotein (F dan H), nukleokapsid Formatted: Not Highlight Deleted: , 24 dan begitu juga IgM, IgA dan limfosit (Markowitz, 1994). Pada umumnya virus campak merupakan antigen yang baik oleh karena itu tanggap kebal terhadap virus ini terjadi secara nyata. Reaksi virus-antibodi meliputi reaksi netralisasi secara langsung dan reaksi penghancuran sel sebagai akibat sistem komplemen, opsonisasi dan hambatan enzim (Bellanti, 1985). Infeksi campak berefek pada imunitas humoral. Nukleokapsid virus akan mengikat FcγRII pada limfosit B. Ikatan ini akan menghambat sintesis antibodi. Namun infeksi virus ini cenderung menghasilkan aktivasi sel B poliklonal dan peningkatan konsentrasi imunoglobulin (Mills, 2003). Pada suatu percobaan, antibodi IgG, IgM dan IgA secara langsung dapat menetralisasi hampir semua virus. Hal ini sangat spesifik tetapi efektivitasnya terbatas pada virus ekstraseluler. Interaksi ini tidak akan terjadi pada virus yang menyebar secara intraseluler yang tidak menunjukkan antigen virus pada permukaan sel. Di permukaan selaput lendir, antibodi IgA berperan mencegah masuknya virus, sedangkan IgM dan IgG mencegah infeksi di tempat lain (Markowitz, 1994). Pengontrolan terhadap replikasi virus campak utamanya dilakukan oleh kekebalan seluler, khususnya sel limfosit T sitotoksik (CTL=cytotoxic T lymphocyte), meskipun antibodi dapat berperan dalam penyembuhan dari infeksi. Pasien dengan kelainan pada imunitas selulernya sering berkembang menjadi infeksi yang fatal, progresif, dan cepat, sedangkan pada pasien dengan agamagobulinemia dapat sembuh dengan normal. Infeksi campak juga terbukti menekan respon imun terutama imunitas seluler. Mekanismenya kompleks dan melibatkan penurunan sintesis IL-12, yang merupakan sitokin utama pada Deleted: Ini juga kok satu kalimat?¶ 25 perangsangan respon imun seluler (tipe Th1), gangguan fungsi dan apoptosis sel dendrit yang diaktivasi CD40 dan limfosit T yang terkait serta menghambat proliferasi limfosit (Mills, 2003). Imunisasi campak akan merangsang respon imun humoral maupun seluler. Oleh karena kekebalan seluler sukar diukur dan dinilai maka respon imun pasca imunisasi biasanya ditentukan dengan mengukur respon imun humoral. Antibodi yang terbentuk pasca imunisasi campak adalah sama seperti infeksi alami, mula-mula IgM dalam serum yang meningkat antara 3-4 minggu, setelah minggu ke-6, IgM ini sulit dideteksi lagi. Deleted: Hanya sedikit IgA di dalam darah tetapi jumlahnya tinggi di dalam cairan hidung. Kalimat ini nggak bunyi. Selanjutnya IgG yang meningkat, setelah 2-4 bulan menurun sampai 6 bulan kemudian Formatted: Norwegian (Bokmål), Highlight menetap untuk waktu yang lama (Markowitz, 1994; Redd, 1999). IgG campak ini akan Formatted: Norwegian (Bokmål) meningkat lagi bila mengalami kontak campak berulang atau mengalami natural booster Formatted: Norwegian (Bokmål) atau dengan kata lain akan terbentuk respon imun sekunder (Markowitz, 1994; Redd, 1999). Deleted: kemudian Deleted: ¶ Formatted: Norwegian (Bokmål) Formatted: Norwegian (Bokmål) D. Faktor yang Mempengaruhi Respon Imun pada Campak Faktor-faktor yang mempengaruhi efek proteksi terhadap campak secara garis besar dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Beberapa faktor endogen adalah usia, jenis kelamin, status nutrisi, genetik dan status reproduksi. Beberapa faktor eksogen adalah penyakit penyerta, radiasi, sinar ultraviolet, dan obat-obatan. Markowitz dan Redd mengelompokkan faktor yang mempengaruhi efek proteksi ini dalam 2 kelompok yaitu faktor vaksin dan faktor pejamu (hospes) (Markowitz, 1994; Redd, 1999). Faktor pejamu (hospes) tersebut adalah: Deleted: Jangan ada alinea yang terdri dari satu kalimat saja. Formatted: Norwegian (Bokmål) 26 1. Genetik Respon imun setiap individu berbeda, dan umumnya respon imun seseorang dikontrol oleh faktor genetik. Pada penelitian di New York tahun 1998 didapatkan respon imun yang tinggi setelah vaksinasi ulang dengan MMR II pada anak usia sekolah yang menderita HLA-DQA1*01 dibandingkan dengan HLA-DQ*05 (Hayney, 1997). 2. Ras Deleted: I Antibodi spesifik campak pada individu berkulit putih lebih tinggi dibandingkan individu yang berkulit berwarna. Pada penelitian anak-anak di Kanada, IgG campak kulit berwarna lebih rendah dibandingkan kulit putih. (Poland, 1997;Hatter, 2000). Di Jerman, IgG spesifik campak pada ibu dan bayi Jerman lebih tinggi dibandingkan ibu dan bayi Nigeria (Hatter, 2000). 3. Jenis kelamin Total IgG pada bayi wanita lebih tinggi daripada bayi laki-laki, tetapi rata-rata bayi wanita memiliki titer IgG spesifik campak lebih rendah daripada bayi laki-laki (Hatter, 2000). Lyamuya menyebutkan bahwa anak wanita memiliki titer IgG anti campak yang lebih rendah daripada anak laki-laki sehingga setelah imunisasi memberikan respon imun yang lebih baik (Lyamuya, 1999; Hatter, 2000). 4. Usia kehamilan Imunoglobulin G bayi sebagian besar berasal dari ibunya berupa transport aktif melalui plasenta pada janin usia 8-12 minggu. Porsi terbesar transfer IgG terjadi pada 4 minggu sebelum bayi dilahirkan. Pada usia janin 28 minggu tingkat IgG Deleted: memiliki antibodi spesifik campak yang 27 diperkirakan hanya 50%, sehingga bila bayi lahir prematur sistem imunologinya juga masih belum matur dan antibodi maternalnya cepat habis (Miller, 1996). 5. ASI ASI mengandung zat kekebalan baik terhadap bakteri maupun virus. Pada anakanak yang mendapatkan imunisasi campak satu kali, serta mendapatkan ASI saat masih bayi memiliki tingkat antibodi campak yang lebih tinggi daripada yang tidak Deleted: ¶ mendapatkan ASI (Lyamuya, 1999). 6. Umur imunisasi Faktor umur ini relatif berbeda pada tiap individu di berbagai negara. Di Kenya tahun 1977, dilakukan penelitian didapatkan 88% bayi berusia 7,5 bulan sudah tidak memiliki antibodi maternal. Hatter dkk di Nigeria pada tahun 2000, menyatakan sebaiknya imunisasi campak dilakukan pada usia 6 bulan ke atas oleh karena pada umur tersebut bayi-bayi sudah tidak memiliki antibodi maternal (Hatter, 2000). Formatted: Swedish Penelitian di Surabaya tahun 2002 menyebutkan usia 9 bulan kurang tepat untuk imunisasi tetapi sebaiknya usia 6 bulan, karena 50% kelompok usia 6 bulan antibodi maternalnya sudah habis (Redjeki, 2002) 7. Lamanya waktu sejak awal imunisasi Terdapat penurunan tingkat antibodi seiring bertambahnya umur, terutama pada daerah yang sirkulasi virus campak liarnya rendah (Halsey, 1990). Namun penelitian lain menyebutkan bahwa pada daerah endemis campak, penurunan titer sampai tidak terdeteksi jarang terjadi, bahkan penelitian lain menyatakan bahwa antibodi campak Deleted: . Aa benar ini adalah peniltiannya Redjeki? Formatted: Swedish (Sweden), Highlight Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish 28 Deleted: . tidak menurun secara signifikan dengan bertambahnya umur sejak vaksinasi Deleted: (Krugman, 1992; Whittle, 1999; Lyamuya, 1991). 8. Gizi Pada anak dengan malnutrisi terutama kwashiorkor, terjadi gangguan kekebalan oleh karena terdapatnya atropi kronik pada kelenjar timus (Curran, 2000). Malnutrisi dapat menyebabkan kegagalan dari perkembangan respon kekebalan terutama sistem kekebalan seluler, dalam hal ini cell mediated immune response. Akibatnya mudah terjadi infeksi berulang terutama infeksi saluran pernafasan dan pencernaan (Bellanti, 1985). Pada anak dengan gizi lebih atau obesitas, berdasarkan penelitian di Surabaya tahun 2002, menunjukkan rerata titer IgG campak yang lebih rendah pada anak dengan gizi lebih. Tidak didapatkan penjelasan terhadap hal tersebut, namun jumlah anak dengan gizi lebih yang diperiksa pada penelitian itu hanya 2 subjek, sehingga Deleted: ¶ dimungkinkan hasil yang tidak memadai. (Redjeki, 2002). Formatted: Not Highlight Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi. Pada anemia, respon Deleted: Sedangkan antibodinya lebih buruk. Namun pada penelitian Susi Suwarti diperoleh hasil bahwa Deleted: P pada pada anak dengan anemia, peningkatan kadar IgG campak pasca imunisasi Deleted: sebaik pada anak yang tidak menderita anemia (Suwarti, 2000).. 9. Penyakit penyerta Penderita imunokompromis tidak memiliki tingkat antibodi campak yang protektif. Oleh sebab itu tidak diperkenankan memberikan vaksinasi campak hidup, oleh karena viremia dan masa inkubasinya lebih lama dan akan berakibat fatal (Miller, 1996). 29 10. Pengobatan Pengobatan imunosupresif akan membuat respon imun yang buruk bahkan tidak Deleted: seperti steroid dosis tinggi, sitostatik, radiasi a Formatted: Not Highlight terdeteksi (Markowitz, 1994). Pengobatan imunosupresif di antaranya adalah pemberian steroid dosis tinggi, sitostatika, dan radiasi. Pada subjek yang mendapatkan pengobatan imunosupresif, pemberian vaksin hidup akan berakibat fatal karena replikasi virus akan meningkat. Sehingga pada subjek dengan pengobatan ini tidak dianjurkan pemberian vaksin hidup (Markowitz, 1994). Obat-obatan lain yang dapat mempengaruhi sistem imun adalah golongan barbiturat (mengakibatkan granulositopenia dan menurunkan sintesis antibodi),, golongan narkotik (morfin sulfat menyebabkan penurunan fagositosis), nitrit oksida (N2O) yang menyebabkan depresi sumsum tulang. (Miller, 1996).. Deleted: Sebaiknya diberi penjelasan yang lebih dalam lagi. 11. Terpajan campak Terpajan campak adalah kontak ulang dengan penderita campak tetapi individu tersebut tidak menjadi sakit campak. Kontak ulang membuat tingkat antibodi yang bertahan lebih tinggi (Krugman, 1992). Deleted: ¶ ¶ ¶ E. Definisi dan Kriteria Obesitas Deleted: O Definisi secara sederhana obesitas adalah kondisi abnormal karena penimbunan lemak berlebih pada jaringan adiposa, sampai tingkat kesehatan mungkin terganggu. Penyakit yang mendasari adalah proses keseimbangan energi positif dan kenaikan berat badan yang tidak diinginkan (Clement, 2003; Sjarif, 2002). Deleted: sering didefinisikan secara sederhana sebagai 30 Gejala klinis obesitas di antaranya adalah dagu rangkap, leher pendek, dada yang menggembung, payudara membesar, perut berlipat-lipat, tungkai berbentuk X, ulserasi paha karena kedua paha menempel, terdapat burried penis pada anak laki-laki. (Nasar, 1995; Sjarif, 2002). Penentuan obesitas berdasarkan antropometri dapat dilakukan dengan (Sjarif, 2002, Piatek dan Weaver, 1999): 1. Membandingkan berat badan terukur dengan berat badan ideal menurut tinggi badan (BB/TB). Disebut obes bila BB/TB di atas persentil 90 atau 120% dibandingkan berat badan ideal. 2. Mengukur tebal lipatan kulit (TLK) bisep, trisep, subskapular dan suprailiaka. Disebut obes bila TLK trisep di atas persentil 85. 3. Menghitung indeks massa tubuh (IMT) The Internatioanal Obesity Task Foerce (IOTF) tahun 1994, WHO tahun 1997, dan The Expert Committee on Guidelines for overweight in Adolescent Preventive Services merekomendasikan indeks masa tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja. (Barlow dan Dietz, 1998; Sjarif, 2002) Indeks Masa Tubuh menjadi petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)) (Sjarif, 2002; Nammi, 2004; Piatek dan Weaver, 1999). Interpretasi IMT tergantung pada umur Deleted: Obesitas dapat dikenali dengan mudah dari klinis dengan tanda dan gejala antara lain dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak, perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tak sedap. Pada anak laki-laki penis tampak kecil karena terbenam dalam jaringan lemak suprapubik Formatted: Font: Italic Deleted: Kalimat ini adalah sitasi dari artikelnya aslinya. Hindari mensitasi kalimat spt itu, sebaiknya bikin dengan kalimat sendiri. Jika ingin mensitasi beri tanda ”bla bla bla”¶ Formatted: Not Highlight Formatted ... [1] Formatted: Bullets and Numbering Formatted: English (U.S.) Deleted: merupakan Formatted: Font: Not Italic Deleted: Berdasarkan antropometris obesitas ditentukan ... [2] Deleted: T Formatted: Font: Not Italic Formatted: English (U.S.), Highlight Formatted: English (U.S.) Formatted ... [3] Formatted: English (U.S.) Deleted: M Deleted: yang direkomendasikan oleh The ... [4] Deleted: rupakan dan jenis kelamin anak, karena terdapat perbedaan lemak tubuh pada anak laki-laki dan Deleted: Indeks Masa Tubuh merupakan cara yang termudah ... [5] perempuan. Disebut obes apabila IMT lebih atau sama dengan persentil 95. (Reilly dkk, Deleted: Berdasarkan konsensus terbaru IMT lebih dari atau sama ... [6] Deleted: Soegeng 2002; Sjarif, 2002). Deleted: , Deleted: 1 31 Deleted: ¶ F. Epidemiologi Obesitas Formatted: Swedish Formatted: Swedish Prevalensi obesitas pada anak di Amerika berkisar antara 22-30%. Di antara anak sekolah umur 10 tahun di Birmingham, Alabama prevalensi obesitas pada anak laki-laki kulit putih 21%, perempuan kulit putih 26%, anak laki-laki Afro-amerika 38% dan anak perempuan Afro-amerika 38% (Goran dan Gower, 1999). Formatted: Bullets and Numbering Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden) Deleted: pada umur 10 tahun berturut-turut Deleted: dan Formatted: Swedish Di DKI Jakarta prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada Formatted: Swedish (Sweden) Deleted: ika A umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4 %, pada remaja 12-18 tahun 6,2% dan Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish umur 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada Deleted: ika A wanita dibanding laki-laki yaitu 10,2% dibanding 3,1% (Nasar, 1995). Prevalensi obesitas di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Himmah R, dkk. pada anak-anak sekolah dasar didapatkan 7,9% pada anak perempuan dan 12,6 % pada anak laki-laki (Himmah, 2005). Penelitian pada anak Formatted: Swedish Deleted: adalah 21%, 26% dan Formatted: Swedish Formatted: (Sweden) Formatted: (Sweden) Formatted: (Sweden) Formatted: Swedish Swedish Swedish Swedish usia 6-7 tahun di Semarang oleh Mexitalia dkk mendapatkan prevalensi obesitas 12,1% (Mexitalia, 2004). Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2003 menyebutkan bahwa gizi lebih pada balita sebesar 2,12%. G. Patogenesis dan Etiologi Obesitas Obesitas terjadi karena tidak seimbangnya asupan energi dengan keluaran energi. Sebagian besar gangguan keseimbangan ini disebabkan faktor idiopatik (obesitas primer atau nutrisional). Sebanyak 10% disebabkan oleh faktor endogen (obesitas sekunder atau non-nutrisional). Formatted: Swedish (Sweden) 32 Etiologi obesitas adalah multifaktor yang saling mempengaruhi antara faktor genetik, lingkungan dan neuropsikologik. Faktor genetik seperti gen yang mengkode hormon leptin mempunyai efek pada masukan energi dan keluaran energi. Faktor lingkungan berperan penting pada terjadinya obesitas dengan mempengaruhi masukan energi dan menurunkan energi ekspenditur akibat berkurangnya aktivitas fisik (Nammi, 2004; Ramman, 2002). Sclafani mengelompokkan etiologi obesitas pada binatang menjadi 9 kelompok, yaitu penyebab neural, endokrin, farmakologi, nutrisi, lingkungan, musim, genetik, idiopatik, dan infeksi virus (Dhurandhar, 2001). H. Respon Imun pada Obesitas Penelitian-penelitian mutakhir banyak menjelaskan respon imun pada obesitas. Pada individu dengan obesitas didapatkan inflamasi derajat yang rendah dari jaringan adiposa putih (white adipose tissue=WAT). Jaringan ini merupakan tempat penyimpanan energi dalam bentuk lemak (Bastard dkk, 2006). Jaringan ini memproduksi bermacam protein dan peptida bioaktif yang disebut sebagai adipokin yang bersifat sebagai mediator proinflamasi. Adipokin tersebut antara lain adalah angiotensinogen, plasminogen activator inhibitor 1 (PAI 1), acylation stimulating protein (ASP), tumor necrosis factorα (TNFα), interleukin-5 (IL-5), interleukin-6 (IL-6), resistin, leptin dan adiponektin (Guerro-Millo M, 2004; Dhurandhar, 2001). Faktor adipokin inilah yang menimbulkan teori bahwa pada obesitas, proses infeksi dan inflamasi berkaitan dengan resistensi insulin, meskipun mekanismenya belum jelas (Wisse BE, 2004). Pada obesitas, kadar 33 TNF α, IL-5, IL-6 dan kadar leptin meningkat. (Guerro-Millo M, 2004; Dhurandhar, 2001). Penelitian lain dari Cousin dkk. membuktikan bahwa preadiposit berfungsi seperti makrofag dan memiliki aktivitas fagositik dan mikrobisid. Leptin, hormon yang dikeluarkan adiposa, meningkatkan proliferasi dan aktivasi sel T dan menstimulasi produksi sitokin. Karena pada obesitas terjadi resistensi reseptor leptin, kadar leptin akan meningkat. Peningkatan kadar leptin ini menyebabkan aktivitas proinflamasi juga meningkat. Sel adiposit juga mensekresi macrophage colony stimulating factor yang mempromosikan makrofag, dan bila ekspresinya berlebihan akan menginduksi hiperplasia jaringan adiposa secara signifikan. (Nead, 2004; Dhurandhar, 2001; Marti, 2001; Guerro-Millo M, 2004). Sementara itu data klinis dan epidemiologis membuktikan bahwa insiden dan keparahan penyakit infeksi akan lebih banyak terjadi pada individu yang obesitas (Marti, 2001). Hal ini dikaitkan dengan respon antibodi yang buruk pada subjek dengan gizi lebih (Nead, 2004; Dhrandhar, 2001; Marti, 2001). Hollinger FB juga menyebutkan bahwa obesitas menjadi salah satu faktor yang mengurangi respon imun terhadap vaksin hepatitis B (Hollinger, 1989). Dikatakan bahwa penderita obesitas yang dirawat di rumah sakit memiliki risiko kegagalan organ, morbiditas dan mortalitas karena infeksi. Hal ini disebabkan karena kondisi inflamasi derajat rendah (mirip dengan sepsis karena gram negatif), resistensi insulin dan sindrom metabolik (Cave MC dkk, 2008). Belum didapatkan kepustakaan yang menilai respon imun humoral pada obesitas. 34 Karen G, dkk melakukan penelitian yang menyebutkan bahwa berat badan lebih merupakan faktor risiko terjadinya defisiensi besi dua kali lipat. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh genetik, inaktivitas fisik yang menyebabkan berkurangnya pemecahan mioglobin sehingga mengakibatkan rendahnya kadar besi di dalam darah; atau dapat juga karena diet yang inadekuat terutama pada makanan yang kaya zat besi. Di samping itu anak-anak dengan berat lebih cenderung tumbuh lebih cepat dan matur lebih awal, sehingga sulit mengejar kebutuhan besinya (Nead, 2004). Susi Suwarti, dkk. pada penelitian di Bogor mendapatkan data adanya hubungan antara status imun dengan keadaan anemia, namun tidak terdapat hubungan yang bermakna bila dibandingkan dengan status besi anak-anak tersebut. Diperkirakan bahwa kondisi anemia akan mempengaruhi tidak hanya imunitas selulernya tapi juga imunitas humoralnya (Suwarti, 2000). Formatted: Justified Penelitian di Surabaya tahun 2002, walaupun tidak secara spesifik meneliti faktor status gizi, mendapatkan rerata titer IgG campak yang lebih rendah pada anak dengan gizi lebih. Namun jumlah anak dengan gizi lebih yang diperiksa pada penelitian tersebut Deleted: Cari sumber aslinya¶ hanya 2 subjek (Redjeki, 2002). Page Break 35 KERANGKA KONSEP Peningkatan jumlah jaringan adipose putih (white adipose tissue) Obesitas Peningkatan produksi Adipokin: plasminogen activator inhibitor 1 (PAI 1), acylation stimulating protein (ASP), tumor necrosis factor-α (TNFα), interleukin-5 (IL-5), interleukin-6 (IL-6), leptin Preadiposit & Adiposit Macrophage colony stimulating factor Fagositik Mikrobisid Proliferasi dan aktivasi sel T Stimulasi sitokin Peningkatan respon imun Kadar Hemoglobin Peningkatan respon imun virus campak (IgG) = ruang lingkup penelitian Frekuensi paparan virus campak: sakit, pajanan, imunisasi 36 Deleted: Page Break Keterangan Kerangka Konsep: Pada obesitas terdapat peningkatan jumlah jaringan adiposa putih (white adipose tissue=WAT). Peningkatan WAT ini menyebabkan peningkatan produksi adipokin, yaitu plasminogen activator inhibitor 1 (PAI 1), acylation stimulating protein (ASP), tumor necrosis factor-α (TNFα), interleukin-5 (IL-5), interleukin-6 (IL-6), dan leptin. Adipokin ini akan meningkatkan proliferasi dan aktivasi sel T serta stimulasi sitokin. Peningkatan WAT ini juga menyebabkan sel adiposit dan preadiposit, yang berperan juga sebagai macrophage colony stimulating factor, meningkat kemampuannya dalam hal fagositik dan mikrobisid. Proliferasi sel T, stimulasi sitokin, peningkatan kemampuan fagositik dan mikrobisid ini mengakibatkan peningkatan respon imun pada individu dengan obesitas. Obesitas akan menyebabkan kadar hemoglobin lebih rendah. Kadar hemoglobin Deleted: . yang rendah akan menyebabkan respon imun juga lebih buruk, sehingga pada kadar hemoglobin yang rendah akan memberikan titer IgG campak yang rendah pula. Formatted: Not Highlight Frekuensi paparan virus campak menggambarkan jumlah pajanan terhadap virus Formatted: Not Highlight Formatted: Not Highlight campak. Hal ini didapatkan dari keadaan sakit campak, pajanan dari penderita campak yang lain maupun imunisasi campak/MMR. Jumlah frekuensi paparan virus ini akan mempengaruhi titer IgG campak. Deleted: akan baik sakit, pajanan maupun Deleted: Formatted: Not Highlight Formatted: Not Highlight Formatted: Not Highlight Deleted: respon imun terhadap virus Deleted: Kalimatnya nggak bunyi. Juga, jangan hanya satu kalimat saja. 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain penelitian Merupakan penelitian potong lintang untuk melihat perbedaan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar yang obesitas dengan yang tidak obesitas di SD Bromantakan Deleted: Desainnya potong lintang? Tapi kok ada matchingnya? Nanti kita diskusikan Kota Surakarta. Formatted: Indonesian B. Tempat dan waktu Formatted: Indonesian Formatted: Indonesian Penelitian dilakukan di SD Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta antara Maret - Agustus 2006. C. Populasi Populasi terjangkau penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 1-6 di SD Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta pada tahun 2006. D. Sampel dan cara pemilihan sampel Sampel diambil dari anak sekolah dasar kelas 1-6 di SD Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Dilakukan pemeriksaan antropometri untuk mendapatkan data anak-anak dengan IMT > persentil 95 menurut umur dan jenis kelamin. Anak-anak SD Deleted: termasuk obesitas yang obesitas secara antropometri dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan ke dalam kelompok obesitas. Kemudian dilakukan pemilihan subjek yang Deleted: secara acak (simple random sampling) dipilih sesuai besar sampel untuk Formatted: Not Highlight 38 memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk mendapatkan kelompok tidak obesitas yang Deleted: matching berdasarkan disesuaikan menurut umur dan jenis kelamin. Kriteria inklusi : Deleted: untuk mendapatkan kelompok anak yang tidak obesitas Deleted: Yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutkan dalam penelitian. 1. Anak SD kelas 1-6, kondisi sehat secara klinis 2. Orang tua menandatangani persetujuan mengikuti penelitian Formatted: Bullets and Numbering Kriteria eksklusi: 1. Pernah transfusi 2. Penyakit tuberkulosis, malaria 3. Obat-obatan imunosupresan (kortikosteroid, sitostatik) 4. Gizi kurang atau gizi buruk 5. Penyakit immunokompromis Formatted: Bullets and Numbering 39 Formatted: Norwegian (Bokmål) E. Alur penelitian studi potong lintang Formatted: Norwegian (Bokmål) Anak SD kelas 1-6 SD Bromantakan Kota Surakarta Seleksi obesitas oleh dokter berdasarkan IMT Formatted ... [7] Formatted ... [8] Formatted ... [9] Formatted ... [10] Formatted ... [11] Formatted: Finnish Formatted: Finnish Anak-anak obesitas secara antropometri Formatted: Finnish Formatted: Finnish Kriteria inklusi : Anak SD kelas 1-6 Setuju mengikuti penelitian Kriteria eksklusi : pernah transfusi, penyakit tuberkulosis, malaria, obatobatan imunosupresan, gizi kurang/buruk, penyakit immunokompromise Kelompok anak-anak yang obesitas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Pemilihan kelompok anak-anak yang tidak obesitas disesuaikan menurut umur dan jenis kelamin yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Pemeriksaan titer IgG campak Formatted ... [12] Formatted ... [13] Formatted ... [14] Formatted ... [15] Formatted ... [16] Formatted ... [17] Formatted ... [18] Formatted ... [19] Formatted ... [20] Formatted ... [21] Formatted ... [22] Formatted ... [23] Formatted ... [24] Formatted ... [25] Formatted ... [26] Formatted ... [27] Formatted: Font: Not Italic Formatted ... [28] Formatted ... [29] Formatted ... [30] Formatted ... [31] Deleted: Matching berdasar ... [32] Titer IgG campak kelompok obesitas Negatif Borderline positive Titer IgG campak kelompok tidak obesitas Positif Negatif Borderline positive Positif Formatted: Font: Not Italic Formatted ... [33] Formatted ... [34] Formatted ... [35] Formatted ... [36] Formatted ... [37] 40 Deleted: ¶ ¶ F. Besar sampel Besar sampel untuk menguji beda rerata dua populasi berpasangan dihitung dengan rumus: (Madiyono dkk, 2002) n1=n2= Formatted: Norwegian (Bokmål) Formatted: Norwegian (Bokmål) Formatted: Norwegian (Bokmål) (zα + zβ)s __________ 2 Formatted: Norwegian (Bokmål) (x1-x2) n = besar sampel s = simpang baku = 0,11 α = tingkat kemaknaan = 0,05 (zα=1,65) (1-β) = kekuatan = 0,90 (zβ= 1,282) x1-x2 = beda yang dianggap berarti= 0,1 Formatted: Swedish n1 = n2 = 10 subjek à ditambah 10% = 11 subjek Sehingga total subjek adalah 22 subjek. Formatted: Swedish Formatted: (Sweden) Formatted: (Sweden) Formatted: (Sweden) Formatted: Swedish Swedish Swedish Swedish G. Identifikasi variabel Variabel bebas : anak SD yang obesitas dan yang tidak obesitas, (skala pengukuran nominal) Variabel tergantung : titer IgG campak (skala pengukuran rasio) Variabel perancu : kadar hemoglobin (skala pengukuran nominal) Formatted: Spanish (Spain-Traditional Sort) Formatted: Spanish (Spain-Traditional Sort) Formatted: Spanish (Spain-Traditional Sort) Formatted: Spanish (Spain-Traditional Sort) Formatted: Spanish (Spain-Traditional Sort) frekuensi paparan virus campak Formatted: Spanish (Spain-Traditional Sort) (skala pengukuran nominal) Formatted: Spanish (Spain-Traditional Sort) Deleted: ¶ 41 H. Cara kerja 1. Semua anak yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi diberikan pertanyaan sesuai kuesioner dan dilakukan pemeriksaan antropometri dan laboratorium darah. 2. Antropometri : 2.1. Berat badan diukur dengan menggunakan alat timbangan geser International Health Meter buatan Indonesia yang telah ditera dengan kapasitas maksimal 160 kg dan ketelitian 0,1 kg. Anak ditimbang dengan berpakaian seragam tanpa sepatu, kaos kaki dan ikat pinggang. Angka dibaca dalam kilogram. Pengukuran dilakukan 2 kali, apabila selisih keduanya >0,5kg maka dilakukan pengukuran ke-3. Hasilnya adalah rata-rata ketiganya. 2.2. Pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat Mikrotoise yang sudah ditera untuk mengukur tinggi badan dengan kapasitas maksimal 200 cm, dengan ketelitian 0,1 cm. Anak diukur tanpa sepatu, saat pengukuran kedua tumit merapat, tumit anak, pantat, bahu dan kepala menempel pada tembok. Angka dibaca sampai dengan millimeter. Pengukuran dilakukan 2 kali, apabila selisih keduanya >0,5cm maka dilakukan pengukuran ke-3. Analisa diambil dari hasil rata-rata ketiganya 3. Laboratorium Pemeriksaan kadar hemoglobin dan titer IgG campak ditentukan dengan pemeriksaan sampel darah vena sebanyak 4-5 cc. 3.1. Hemoglobin: Sampel darah sebanyak 1 cc untuk pemeriksaan hemoglobin menggunakan semprit Terumo kemudian dimasukkan tabung yang berisi 2 mg antikoagulan EDTA 42 kemudian disimpan dalam lemari es (40C). Sampel darah tersebut kemudian dikirim ke laboratorium Prodia untuk pemeriksaan hemoglobin. 3.2. Titer IgG campak: Sampel darah sebanyak 3-4 cc untuk pemeriksaan titer IgG campak diambil dengan semprit Terumo 5 cc. Darah yang diambil akan dipisahkan serumnya dengan diputar 3000 rpm selama 10 menit. Serum dapat disimpan dalam refrigerator pada suhu 2-80C hingga 7 hari sampai dengan 6 bulan hingga dilakukan analisis serologik. Pemeriksaan titer IgG campak dengan menggunakan kit Euroimmun Inch. Measles (Rubeola) IgG ELISA. Pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar (20250C). Hasil pemeriksaan berupa data numerik dengan interpretasi indeks antibodi: <0,9 OD tidak terdeteksi adanya antibodi; 0,9-1,1 OD borderline positive; >1,2 OD terdapat indikasi pernah divaksin atau pajanan sebelumnya dengan infeksi campak. Kit tersebut mempunyai sensitivitas sebesar 98% dan spesifisitas sebesar 89% (Euroimmun, 2006). Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh laboratorium Prodia Jakarta. I. Pengolahan data Data yang didapatkan dilakukan analisis dengan program SPSS 11.0. Variabel bebas didiskripsikan dalam proporsi (persentase) dan mean tiap kelompok beserta standar deviasinya, berdasar umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh. Variabel tergantung (titer IgG campak) dilakukan penilaian mean, dan standar deviasinya, apabila distribusinya tidak normal maka dilakukan 43 transformasi data atau variabel kontinu diubah menjadi ordinal atau nominal. Perbandingan nilai rerata antara kelompok anak yang obesitas dan kelompok yang tidak obesitas dilakukan dengan uji-t untuk kelompok berpasangan. Apabila variabel tergantung diubah menjadi skala ordinal atau nominal, maka uji non-parametrik (uji Deleted: ¶ kai-kuadrat atau uji Fischer) yang akan dilakukan. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel perancu (kadar hemoglobin, frekuensi paparan virus campak) terhadap Deleted: variabel tergantung dilakukan analisis multivariat dengan regresi logistik. Disebut bermakna bila nilai p<0,05. J. Definisi operasional Formatted: Swedish 1. Usia adalah usia anak saat pengambilan sampel dihitung dalam tahun. Kelebihan Deleted: ¶ 1.1. U bulan dihitung dengan membagi dengan 12 sehingga diperoleh angka desimal di Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,63 cm belakang koma. Deleted: ¶ 1.2. 2. Terpajan campak adalah pernah kontak dengan teman atau salah satu anggota keluarga yang menderita campak berdasarkan diagnosis dokter, tetapi anak tidak menderita campak. 3. Sakit campak adalah apabila pernah menderita campak berdasarkan gejala utama demam disertai ruam kemerahan yang menyebar dari belakang telinga ke seluruh tubuh serta meninggalkan bekas bersisik atau didiagnosis campak oleh dokter. 4. Imunisasi campak adalah apabila pernah diberikan imunisasi campak berdasarkan laporan dari orang tua atau data dari KMS. Deleted: Usia imunisasi campak atau MMR dihitung dalam bulan sesuai kalender kelahiran apabila diberikan sebelum usia 12 bulan (bila kelebihan >15 hari dimasukkan bulan berikutnya dan bila kelebihan <15 hari dimasukkan bulan sebelumnya). Usia imunisasi campak atau MMR dihitung dalam tahun sesuai kalender kelahiran apabila diberikan lebih dari 12 bulan. Formatted: Swedish 44 5. Imunisasi MMR adalah apabila pernah diberikan imunisasi MMR berdasarkan laporan dari orang tua. Formatted: Swedish 6. Frekuensi paparan virus campak adalah jumlah paparan terhadap virus campak, yaitu sakit campak, terpajan campak, imunisasi campak dan imunisasi MMR. 7. Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Kriteria obesitas ditentukan berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Dikatakan obesitas bila IMT lebih dari atau sama dengan persentil ke-95. Dikatakan tidak obesitas bila IMT kurang dari persentil ke95, dan di atas persentil ke-5. 8. Tidak obesitas adalah anak dengan gizi baik dan atau gizi lebih. Untuk gizi kurang dan gizi buruk tidak dimasukkan dalam kelompok tidak obesitas. 45 JADWAL PENELITIAN Kegiatan Maret Mei Juni Juli Maret April 2006 2006 2006 2006 2008 2008 1. Penelusuran kepustakaan Xxxxx Xxxxx 2. Penyusunan naskah proposal Xxxxx Xxxxx 3. Perijinan Xxxxx Xxxxx Persiapan Pelaksanaan 1. Pengajuan usulan penelitian Xxxxx 2. Pengambilan data Xxxxx 3. Pengolahan data Seminar hasil Ujian tesis Xxxxx Xxxxx Xxxxx Xxxxx 46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Data subjek Psg Inisial Umur nama Jenis BB TB IMT Kelamin Inisial Umur nama Jenis BB TB IMT Laki-laki 50.5 1.45 24.19 Kelamin 1 MAS 9.8 Laki-laki 26.5 1.24 17.20 NA 9.6 2 GL 9.6 Perempuan 34.0 1.38 17.89 DN 10.1 Perempuan 47.0 1.37 25.00 3 Etr 10.3 Perempuan 31.0 1.29 18.67 SO 9.7 Perempuan 39.0 1.29 23.49 4 DR 11.5 Laki-laki 32.5 1.32 18.68 GF 11.3 Laki-laki 56.5 1.45 26.90 5 TNI 10.7 Laki-laki 37.0 1.43 18.13 WS 11.3 Laki-laki 56.0 1.48 25.57 6 PP 11.2 Perempuan 29.5 1.40 15.05 PDP 11.2 Perempuan 64.5 1.53 27.56 7 AL 10.7 Perempuan 26.5 1.41 13.31 PRH 10.5 Perempuan 44.5 1.42 25.28 8 ML 11.2 Laki-laki 28.0 1.31 16.27 RRW 11.1 Laki-laki 45.5 1.39 23.57 9 FPA 12.0 Perempuan 46.5 1.55 19.37 RN 11.7 Perempuan 56.5 1.50 25.11 10 AFR 11.5 Laki-laki 40.0 1.46 18.78 NF 12.3 Laki-laki 37.0 1.25 23.72 11 AM 11.7 Laki-laki 36.0 1.43 17.64 DK 11.5 Laki-laki 53.5 1.48 24.42 12 EPP 11.3 Perempuan 39.5 1.40 20.15 MRK 11.1 Perempuan 55.5 1.53 23.71 13 GAS 8.9 Laki-laki 35.0 1.37 18.70 TN Laki-laki 51.5 1.38 27.25 9.5 Keterangan: Psg = pasangan ke-; BB = berat badan dalam kg; TB = tinggi badan dalam m; IMT = indeks massa tubuh dalam kg/m2 47 indeks massa tubuh 30 25 20 non-obes 15 obes 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 pasangan ke- Gambar 1. Karakteristik subjek menurut indeks massa tubuh Dari 298 anak kelas 1-6 SD Bromantakan didapatkan anak dengan obesitas sebanyak 28 anak, yang secara random dipilih 13 anak dengan obesitas sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian dipilih anak yang tidak obesitas yang disesuaikan menurut umur dan jenis kelamin masing-masing subjek, sehingga didapatkan 13 pasang subjek yang memenuhi kriteria penelitian. (tabel 1). Indeks massa tubuh setiap pasangan subjek penelitian antara kedua kelompok terlihat pada gambar 1. Tabel 2. Karakteristik demografi (n=26) Umur (tahun, SD) Total Obesitas Non-obesitas p 10,8±0,9 10,8 ± 0,9 10,8 ± 0,9 0,75 1,00 Jenis kelamin (%) o Laki-laki 14 (54) 7 (54) 7 (54) o Perempuan 12 (46) 6 (46) 6 (46) Berat badan (kg, SD) 42,3 + 10,8 50,6 + 7,8 34,0 + 5,9 0,00** Tinggi badan (m, SD) 1,40 + 0,08 1,42 + 0,00 1,38 + 0,00 0,19 Indeks massa tubuh (kg/m2, SD) 21,4 ± 4,1 25,1 + 1,4 17,7 + 1,9 0,00** ** p < 0,05 48 Rerata umur semua subjek dan pada masing-masing kelompok adalah sama, yaitu 10,8+0,9 tahun dengan jumlah subjek laki-laki lebih banyak daripada perempuan, namun proporsi jenis kelamin laki-laki/perempuan pada kedua kelompok sama., yaitu 7/6 (54%/46%). Rerata tinggi badan pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas tidak berbeda bermakna (p=0,19; p>0,05), sedangkan rerata berat badan serta indeks massa tubuh kedua kelompok berbeda bermakna. (p<0,05). (Tabel 2) 100% 90% 1 7 80% 1 0 3 4 70% 60% 50% >= 3 kali 10 3 7 2 kali 1 kali 40% tidak pernah 30% 20% 8 5 3 10% 0% total obesitas tidak obesitas Gambar 2. Total frekuensi paparan virus campak pada seluruh subjek, kelompok obesitas dan non-obesitas. Formatted: Indent: First line: 1,27 cm 49 Tabel 3. Karakteristik subjek terhadap paparan virus campak Total Obesitas Non-obesitas Sakit campak (%) - ya - tidak - lupa/tidak tahu 3 (12) 12 (46) 11 (42) 1 (8) 5 (38) 7 (54) 2 (15) 7 (54) 4 (31) Terpajan campak (%) - ya - tidak - lupa/tidak tahu 2 (8) 10 (38) 14 (54) 2 (15) 4 (31) 7 (54) 0 (0) 6 (46) 7 (54) Imunisasi campak (%) - ya - tidak - lupa/tidak tahu 18 (69) 0 (0) 8 (31) 8 (62) 0 (0) 5 (38) 10 (77) 0 (0) 3 (23) Jumlah imunisasi campak (%) 1 kali 2 kali 15 (83) 3 (17) 6 (75) 2 (25) 9 (90) 1 (10) Imunisasi MMR (%) - ya - tidak - lupa/tidak tahu 1 (4) 13 (50) 12 (46) 1 (8) 5 (38) 7 (54) 0 (0) 8 (62) 5 (38) Jumlah imunisasi MMR (%) 1 kali 2 kali atau lebih 1 0 1 0 0 0 Total frekuensi paparan (%) 0 1 kali 2 kali > 3 kali 8 (31) 10 (38) 7 (27) 1 (4) 5 (38) 3 (23) 4 (31) 1 (8) 3 (23) 7 (54) 3 (23) 0 (0) Subjek yang pernah menderita campak pada kedua kelompok sedikit. Proporsi subjek yang tidak pernah menderita campak sebanding dengan yang tidak tahu riwayat sakit sebelumnya. Keadaan yang sama terdapat pada riwayat pernah terpajan penderita Deleted: ¶ ¶ ¶ 50 campak. Hanya ada sedikit subjek pernah terpajan, sedangkan sisanya tidak terpajan atau tidak tahu. (Tabel 3) Sebagian besar responden telah mendapatkan imunisasi campak. Tidak ada satupun subjek yang belum pernah mendapatkan imunisasi campak, sedangkan sisanya tidak tahu atau lupa. Sebagian besar mendapatkan imunisasi campak satu kali (69%). Subjek yang sudah mendapatkan imunisasi MMR hanya 1 anak (4%) yaitu sebanyak 1 (satu) kali, subjek yang lainnya tidak pernah atau lupa. (Tabel 3) Secara umum total frekuensi paparan campak yang terbanyak adalah satu kali (38%). Pada kelompok obesitas proporsi subjek yang telah mendapatkan paparan virus campak sebanyak dua kali hampir sebanding dengan yang satu kali. Sedangkan pada kelompok non-obesitas sebagian besar mendapatkan paparan virus campak sebanyak satu kali. Karakteristik subjek terhadap frekuensi paparan virus campak tampak pada tabel 3 dan gambar 2. Formatted: English (U.S.) Tabel 4. Rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas. Formatted: English (U.S.) Formatted: English (U.S.) Obesitas Non-obesitas P Beda 95% CI rerata Titer (mIU/ml) 2502,12 + 1834,71 2201,30 + 1467,72 0,354 300,82 (-1410,77)-(2012,42) 10,01 + 7,34 8,81 + 5,87 0,354 1,20 (-5,64) - (8,05) o Positif 12 12 o Borderline 0 1 Rasio Interpretasi 51 o Negatif 1 0 1,00 Titer IgG Campak anak obes dan non-obes 7000 6000 titer IgG campak 5000 4000 non-obes obes 3000 2000 1000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 pasangan ke- Formatted: English (U.S.) Gambar 3a. Titer IgG campak pada kelompok obesitas dan non-obesitas 24 25 20 12 15 12 positif borderline negatif 10 1 5 1 0 1 1 0 0 total obesitas non-obesitas Gambar 3b. Interpretasi kualitatif titer IgG campak pada seluruh subjek, kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas. Formatted: English (U.S.) 52 Hasil analisis titer IgG campak tampak pada tabel 4, gambar 3a dan gambar 3b. Hasil uji t berpasangan antara kedua kelompok adalah terdapat perbedaan rerata titer IgG Formatted: Indent: First line: 1,27 cm Deleted: Rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas dan nonobesitas adalah 2502,12+1834,71 dan 2201,30+1467,72 mIU/ml. campak sebesar 300,82 mIU/ml, di mana rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas Deleted: antara kedua kelompok lebih tinggi, meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna, (p = 0,354; Deleted: dengan beda rerata 300,82 mIU/ml p>0,05) Interpretasi hasil secara rasio dapat dilihat pada tabel 4, dengan beda rerata rasio Deleted: ; 95% CI (-1410,77)(2012,42) sebesar 1,2 (p=0,354; p>0,05). Interpretasi hasil secara kualitatif didapatkan hasil bahwa hampir sebagian besar subjek seropositif, hanya ada satu subjek seronegatif, dan satu subjek borderline. Deleted: , dan rerata titer IgG campak pada kelompok obesitas lebih tinggi daripada kelompok non-obesitas. Deleted: adalah 10,01+7,34 pada kelompok obesitas dan 8,81+5,87 pada kelompok non-obesitas (p=0,708; p>0,05; beda rerata rasio adalah 1,20; 95%CI (-5,64)(8,05)). Deleted: bahwa Tabel 5. Rerata kadar hemoglobin pada kelompok obesitas dan kelompok non-obesitas. Formatted: English (U.S.) Formatted: Font: Italic Obesitas Non-obesitas P Beda 95% CI rerata Kadar Hb (g/dl) 14,47 + 0,87 13,79 + 0,91 0,048* 0,68 0,01-1,35 * p < 0,05 Deleted: seluruh subjek: 24 anak positif, satu anak borderline dan satu anak negatif. Pada kelompok obesitas tidak didapatkan hasil borderline, dan hanya satu subjek dengan hasil negatif. Pada kelompok non-obesitas tidak didapatkan hasil negatif dan hanya satu subjek dengan hasil borderline. Deleted: ¶ 18 16 14 12 kadar Hb Deleted: pada 10 obesitas 8 tidak obesitas 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 pasangan ke- Gambar 4. Kadar hemoglobin (g/dl) pada kelompok obesitas dan non-obesitas 53 Rerata kadar hemoglobin pada kedua kelompok terlihat pada tabel 5. Dengan uji t Deleted: Rerata kadar hemoglobin kelompok obesitas dan non-obesitas adalah 14,47+0,87 dan 13,79+0,91 g/dl. berpasangan, rerata kadar hemoglobin pada kelompok obesitas lebih tinggi daripada Formatted: English (U.S.) kelompok non-obesitas yang bermakna secara signifikan (p = 0,048; p<0,05) dengan Formatted: Indent: First line: 1,27 cm beda rerata 0,68 g/dl (95%CI 0,01-1,35). Pada gambar 4 terlihat bahwa kadar hemoglobin Formatted: English (U.S.) pada kelompok obesitas terlihat lebih tinggi daripada kelompok non-obesitas. Deleted: ¶ ¶ ¶ Tabel 6. Karakteristik subjek berdasarkan kejadian anemia Formatted: English (U.S.) Total Obesitas Non-obesitas Anemia (%) 1 (4) 0 (0) 1(8) Normal (%) 25 (96) 13 12 (92) Persentase kejadian anemia (kadar hemoglobin < 12 g/dl) pada total subjek adalah Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Indent: First line: 1,27 cm 4%. Pada kelompok obesitas tidak ada subjek yang mengalami anemia, sedangkan pada kelompok non-obesitas terdapat 1 (satu) subjek (4%) dengan anemia, seperti tampak pada Formatted: Swedish (Sweden) tabel 6. Formatted: Swedish (Sweden) Tabel 7. Hubungan antara umur dengan titer IgG campak Titer IgG (mIU/ml) <2262 >=2262 <11,15 th 6 7 >=11,15 th 7 6 * p > 0,05 P RR 95% CI 0,695* 0,74 0,16-3,43 54 Hasil analisis untuk melihat hubungan antara umur dengan titer IgG campak tampak pada tabel 7. Titer IgG campak dikategorikan menjadi Formatted: Indent: First line: 1,27 cm 2 (dua) kelompok berdasarkan nilai pada persentil 50, yaitu 2262 mIU/ml. Umur subjek juga dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan nilai pada persentil 50, yaitu umur 11,15 tahun. Tidak terdapat perbedaan bermakna faktor kelompok umur dengan titer IgG campak Deleted: = 0,695; RR = 0,74; 95% CI 0,16-3,43). (p>0,05). Deleted: ¶ Tabel 8. Hubungan antara jenis kelamin dengan titer IgG campak Titer IgG <2262 >=2262 Laki-laki 6 8 Perempuan 7 5 Deleted: ¶ ¶ P RR 95% CI 0,431 0,54 0,11-2,55 Hubungan antara jenis kelamin dengan titer IgG campak terlihat pada tabel 8. Formatted: Indent: First line: 1,27 cm Deleted: dan 9 Tidak terdapat perbedaan bermakna faktor jenis kelamin dengan titer IgG campak Deleted: = 0,431; RR = 0,54; 95%CI 0,11-2,55 (p>0,05). Tabel 9. Analisis univariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG campak RR* Titer IgG campak (>=2262 mIU/ml) Obesitas 1,36 (0,29 – 6,36) Kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,36 (0,29 – 6,36) Total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) *RR=risiko relatif; ** p < 0,05 14 (1,39 – 141,49) ** 55 Formatted: Finnish Hasil analisis univariat faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak tampak Formatted: Indent: First line: 1,27 cm pada tabel 9. Nilai cut off 14,05 g/dl diambil dari persentil 50 kadar hemoglobin pada subjek. Dari faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak, faktor total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) memiliki nilai risiko relatif terbesar dan secara statistik bermakna. Faktor obesitas dan kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) juga menjadi risiko peningkatan titer IgG campak walaupun secara statistik tidak bermakna. Tabel 10. Analisis multivariat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap titer IgG campak Deleted: Nilai risiko relatif faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak sebagai berikut: obesitas 1,36 (0,29-6,36); kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,36 (0,29-6,36); dan frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14 (1,39141,49).¶ Formatted: Finnish RR* Titer IgG campak Formatted: Finnish (>=2262 mIU/ml) Obesitas 1,06 (0,17 – 6,42) Kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,51 (0,25 – 9,09) Total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14,46 (1,38 – 151,67) ** *RR=risiko relatif; ** p < 0,05 Hasil analisis multivariat faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak tampak pada tabel 10. Total frekuensi paparan virus campak (>1 kali) meningkatkan risiko titer IgG campak sebesar 14 kali. Sedangkan faktor obesitas dan kadar hemoglobin (>14,05 g/dl) juga meningkatkan risiko titer IgG campak meskipun tidak bermakna secara statistik. Deleted: Nilai risiko relatif faktor-faktor risiko terhadap titer IgG campak sebagai berikut: obesitas 1,06 (0,17 – 6,42); kadar hemoglobin (>=14,05 g/dl) 1,51 (0,25 – 9,09); dan frekuensi paparan virus campak (>1 kali) 14,46 (1,38 – 151,67). 56 B. PEMBAHASAN Penelitian ini ingin menganalisis titer IgG campak pada anak dengan obesitas dibandingkan anak dengan non-obesitas usia sekolah dasar di SD Bromantakan. Pengambilan sampel di SD Bromantakan disebabkan prevalensi obesitas di SD Bromantakan cukup tinggi sekitar 9,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar selain faktor obesitas juga diperhitungkan yaitu kadar hemoglobin dan frekuensi paparan virus campak. Hasil penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar dengan obesitas memiliki titer IgG campak yang lebih tinggi. Beda rerata titer IgG campak anak usia sekolah dasar dengan obesitas dibandingkan non-obesitas adalah 300,82+1109,94 mIU/ml. Perbedaan ini bermakna secara klinis walaupun secara statistik tidak bermakna. Hasil ini berbeda dengan penelitian di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo dan posyandu Pasar Kembang Surabaya tahun 2002, di mana terdapat rerata titer IgG campak yang lebih rendah pada anak dengan gizi lebih (Redjeki S, 2002). Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh jumlah anak dengan gizi lebih pada penelitian di Surabaya sebanyak 2 subjek, sehingga tidak menggambarkan secara spesifik rerata titer IgG campak pada anak dengan gizi lebih. Hasil penelitian di SD Bromantakan ini juga tidak mendukung pernyataan bahwa anak dengan gizi lebih memiliki respon antibodi yang buruk (Nead, 2004; Dhurandar, 2001; Marti, 2001; Hollinger, 1989). Penelitian ini mendukung pendapat Cousin dkk yang mengatakan bahwa sel-sel adiposit berperan pada respon imun, meskipun mekanismenya yang jelas belum diketahui (Nead, 2004; Dhurandhar, 2001; Marti, 2001). Penelitian oleh Joshi RR dan Gambhir PS melihat pengaruh indeks 57 massa tubuh maternal dengan titer antibodi campak pada bayi. Hasil penelitian tersebut agak berbeda, yaitu terdapat korelasi negatif yang lemah antara indeks massa tubuh ibu dengan titer antibodi campak pada bayi dan secara statistik tidak bermakna (r = -0,36; p>0,05) (Joshi RR dan Gambhir PS, 2003). Interpretasi hasil pemeriksaan secara kualitatif didapatkan bahwa hasil positif pada anak usia sekolah dasar sebanyak 24 dari 26 subjek (92,3%). Hasil ini tidak berbeda dengan penelitian di salah satu SD di Jakarta yang menunjukkan angka 93% anak usia 10-12 tahun masih memiliki titer antibodi campak positif (Munasir Z dkk, 1999). Sedangkan pada penelitian anak usia SD di Kuningan dan Jakarta didapatkan angka 9597% titer IgG campak yang positif (Heriyanto B, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Salimo H mendapatkan data yang lebih rendah. Dari 14 penderita campak dengan usia 613 tahun, sebanyak 9 subjek (64%) yang memiliki titer IgG campak positif sedangkan 5 subjek titer IgG campaknya negatif (Salimo H, 2006). Pada kelompok obesitas penelitian ini, jumlah anak yang memiliki IgG campak positif juga sebanyak 92,3%. Satu subjek dengan hasil IgG campak negatif merupakan anak dengan status gizi obes dan tidak memiliki riwayat sakit atau terpajan atau imunisasi campak yang jelas (lupa atau tidak tahu), sedangkan satu subjek dengan hasil IgG campak borderline merupakan anak dengan status gizi baik dan memiliki riwayat imunisasi campak satu kali sedangkan riwayat sakit atau terpajan campak tidak jelas (lupa atau tidak tahu). Antibodi campak pada kedua anak ini kemungkinan sudah menurun karena jarak waktu pemberian imunisasi yang sudah lama atau karena 58 kegagalan serokonversi pada pemberian vaksin campak yang pertama kali (Paunio M dkk, 2000). Kejadian anemia pada subjek penelitian ini cukup rendah, yaitu hanya satu subjek (4%). Hasil ini berbeda dengan penelitian Soemantri yang menyebutkan bahwa prevalensi anemia pada anak usia 5-14 tahun dengan sosial ekonomi menengah ke atas di Indonesia sebesar 20% (Soemantri, 1997). Hal ini disebabkan oleh karena desain penelitian ini tidak digunakan untuk menggambarkan prevalensi dari anemia di SD Bromantakan. Satu subjek dengan anemia pada kelompok non-obesitas memiliki kadar hemoglobin 11,9 g/dl sehingga tidak terlalu rendah dari nilai normal yaitu 12 g/dl. Rerata kadar hemoglobin kelompok obesitas pada penelitian ini lebih tinggi daripada kelompok non-obesitas, secara statistik berbeda bermakna (p=0,048; p<0,05). Hasil ini berbeda dengan penelitian Karen G, dkk yang menyatakan bahwa obesitas menjadi faktor risiko defisiensi besi dua kali lipat, sehingga risiko anemia juga lebih besar (Nead, 2004). Faktor genetik yang berbeda, aktivitas fisik yang masih memadai atau diet besi yang adekuat yang mungkin menyebabkan perbedaan ini. Penelitian oleh Joshi RR dan Gambhir PS tentang pengaruh kadar hemoglobin ibu terhadap antibodi maternal pada bayi juga mendapatkan hasil berlainan, yaitu terdapat korelasi negatif yang lemah dan secara statistik tidak bermakna (r = -0,33; p>0,05) (Joshi RR dan Gambhir PS, 2003). Faktor umur tidak mempengaruhi titer IgG campak, tetapi terdapat kecenderungan semakin besar umur semakin rendah titer IgG campak (RR = 0,74; 95% CI 0,16-3,43). Halsey juga menyatakan bahwa terdapat penurunan tingkat antibodi dengan 59 bertambahnya umur (Halsey, 1990). Hal ini dikaitkan dengan lamanya umur waktu imunisasi, meskipun pada daerah yang endemis virus campak liar penurunannya tidak signifikan. Hatter menyebutkan bahwa IgG spesifik campak pada bayi wanita lebih rendah daripada bayi laki-laki (Hatter, 2000). Pada penelitian ini secara statistik tidak berbeda bermakna antara laki-laki dan perempuan, namun jenis kelamin perempuan cenderung lebih rendah titer IgG campaknya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Salimo H, dari 14 subjek berusia 6-13 tahun yang menderita campak, jumlah penderita perempuan lebih banyak, yaitu 9 subjek (64%) (Salimo H, 2006). Hal ini mendukung hasil penelitian di atas yang menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan untuk terinfeksi virus campak karena titer IgG campak-nya lebih rendah. Analisis univariat dilakukan terhadap faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi titer IgG campak yaitu obesitas, kadar hemoglobin lebih dari 14,05 g/dl dan total frekuensi paparan virus campak lebih dari satu kali. Digunakan persentil 50 untuk cut off point titer IgG campak maupun kadar hemoglobin. Didapatkan hasil bahwa faktor total frekuensi paparan lebih dari satu kali memiliki risiko relatif 14 kali (95%CI= 1,39-141,49) untuk meningkatkan titer IgG campak dan secara statistik bermakna secara signifikan (p<0,05). Semakin sering terpapar dengan virus campak, titer antibodi campak akan semakin tinggi. Faktor obesitas dan kadar hemoglobin lebih dari 14,05 g/dl meningkatkan titer IgG campak sebesar 1,36 kali, namun secara statistik tidak bermakna (p>0,05). 60 Pada analisis multivariat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi titer IgG campak (>2262 mIU/ml), didapatkan hasil yang hampir sama untuk total frekuensi paparan virus campak lebih dari satu kali yaitu memiliki risiko relatif sebesar 14,46 kali (95% CI 1,38-151,67). Sedangkan faktor obesitas dan kadar hemoglobin memiliki risiko relatif yang tidak bermakna secara statistik. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) sehingga tidak dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antara faktor obesitas dan titer IgG campak. Diperlukan desain penelitian dengan menggunakan data longitudinal untuk mendapatkan bukti yang lebih kuat bahwa faktor obesitas memberikan titer IgG campak yang lebih tinggi. Titer IgG campak akan lebih akurat apabila pada anak dengan obesitas diperiksa sebelum dan sesudah imunisasi campak untuk melihat peningkatan titernya. Besar sampel pada penelitian ini didapatkan untuk uji t berpasangan sehingga tidak memungkinkan melihat prevalensi anemia lebih tepat. Studi prevalensi dengan besar sampel yang lebih besar dan memadai akan mendapatkan prevalensi anemia pada anak dengan obesitas lebih tepat. Total frekuensi paparan virus campak pada penelitian ini didasarkan pada riwayat sakit, terpajan dan imunisasi campak. Kemungkinan bias recall sangat besar karena hanya berdasarkan wawancara dengan orang tua serta tidak ada yang mempunyai kartu KMS atau catatan medik yang akurat untuk riwayat paparan di atas. 61 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia sekolah dasar dengan obesitas memiliki rerata titer IgG campak yang lebih tinggi daripada anak tanpa obesitas. Faktor frekuensi paparan virus campak lebih dari satu kali meningkatkan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar. Kadar hemoglobin dan obesitas juga meningkatkan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar walaupun secara statistik tidak bermakna. B. SARAN Dari simpulan penelitian tersebut maka diusulkan saran-saran: a. Penelitian-penelitian mendatang dengan menggunakan desain longitudinal diperlukan untuk memastikan hubungan temporal antara obesitas dengan titer IgG campak pada anak usia sekolah dasar. b. Penelitian dengan besar sampel yang memadai untuk menilai prevalensi anemia pada anak usia sekolah dasar dengan obesitas. c. Catatan riwayat imunisasi, khususnya campak, bagi orang tua harus disimpan untuk mengetahui frekuensi paparan dengan lebih akurat. 62 C. IMPLIKASI PENELITIAN 1. BAGI ILMU KEDOKTERAN KELUARGA Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang berorientasi memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan factor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (Lestari, 2006). Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa anak dengan obesitas memiliki titer IgG campak lebih tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa obesitas pada anak usia sekolah dasar menjadi faktor protektif timbulnya penyakit campak. Demikian juga faktor frekuensi paparan virus, dalam hal ini imunisasi campak pada usia sekolah, berperan dalam kesehatan keluarga. 2. BAGI PELAYANAN DOKTER KELUARGA Pelayanan Dokter Keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh, terpadu, berkesinambungan, proaktif serta lebih memusatkan perhatian dan tanggung jawabnya pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga sebagai satu unit, bukan pada golongan umur, jenis kelamin, organ tubuh, jenis penyakit dan atau kesehatan tertentu saja (Lestari, 2006). Dokter keluarga mempunyai fungsi sebagai Five Star Doctor, yaitu sebagai provider, communicator, community leader, manager dan decision maker (Lestari, 2006). 63 Dari simpulan penelitian ini diharapkan dokter keluarga dapat berperan sebagai provider pelayanan kesehatan pada pelayanan tingkat pertama baik pemantauan status gizi dan kesehatan secara umum, juga pelayanan imunisasi campak dan tatalaksana penyakit campak apabila diperlukan. Dokter keluarga sebagai komunikator bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit campak dan urgensi pencegahannya berupa imunisasi campak, serta upaya menjaga tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai community leader, dokter keluarga harus memantau apabila timbul penyakit campak pada seorang anggota keluarga harus dilihat tingkat kerentanan tertular penyakit ini pada anggota keluarga yang lain. Sebagai decision maker, dokter keluarga harus memutuskan kapan waktu yang tepat untuk imunisasi campak dengan memperhatikan factor-faktor yang berpengaruh termasuk masalah keterjangkauan pembiayaan. 3. BAGI DOKTER KELUARGA Dengan hasil penelitian ini, seorang dokter keluarga dalam praktek sehari-hari tidak hanya akan berorientasi pada upaya kuratif saja, namun upaya promotif dan preventif akan lebih diutamakan. 64 DAFTAR PUSTAKA AAP (American Academy of Pediatrics) committee on inffectious disease, 1998. Age for routine administration of the second dose of measles-mump-rubella vaccine. Pediatrics;101:129-33. Barlow SE dan Dietz WH, 1999. Obesity evaluation and treatment: expert committee recommendations. Pediatrics 102(3):1-11. Bastard JP, Maachi M, Lagathu C, Kim MJ, Caron M, Vidal H, Capeau J, Feve B, 2006. Recent advances in the relationship between obesity, inflammation, and insulin resistance. Eur Cytokine Netw; 17(1):4-12. Bellanti JA, 1985. Mechanisms of immunity to viral diseases. Dalam: Bellanti JA. Immunology II. Edisi Asian. Philadelphia: Saunders. h. 508-32. Cave MC, Hurt RT, Frazier TH, Matheson TJ, Garrison RN, McClain CJ, Mcclave SA. Obesity, inflammation and the potential application of pharmaconutrition. Nutr Clin Pract;23(1):16-34. CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2003. Measles. Diunduh dari http://www.cdc.gov pada tanggal 2 April 2006. CDC (Centers for Disease Control and Prevention), 2005. Measles. MMWR. h. 125-44. Clement K,Ferre P,2003. Genetics and pathophysiology of obesity. Pediatr Res;53:721-5. Curran JS, Barnes LA, 2000. Nutrition. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saunders. h. 138-88. Data RSDM, 2005. Data pasien rawat jalan dan rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2005. Deckelbaum RJ, Williams CL, 2001. Childhood obesity : the health issue. Obes Res; 9:239S-43S. Dhurandhar NV, 2001. Infectobesity: Obesity of infectious origin. J. Nutr; 131: 794S–7S. Ditjen PPM&PL Departemen Kesehatan RI, 2004. Campak di Indonesia. Diunduh dari http://www.penyakitmenular.info/pm pada 15 November 2005. Euroimmun, 2006. Anti-Measles Viruses ELISA http://www.euroimmun.de pada tanggal 13 Februari 2006. (IgG). Didapat dari 65 Fennelly G, 2005. Measles. Diunduh dari http://www.emedicine.com/PED/ pada 2 April 2006. Goran MI dan Gower BA, 1999. Relation between visceral fat and disease risk in children and adolescent. Am J Clin Nutr; 70(supll):149s-56s. Guerro-Millo M, 2004. Adipose tissue and adipokines: for better or worse. Diabetes Metab;30:13-9. Halsey, 1990. Measles. Dalam: Warren KS, Mahmoud AF, editor. Tropical and Geographical Medicine. Edisi ke-2. New York: McGraw Hill Book Company, h. 607-9. Hatter HK, Oyedele OI, Dietz K, Kreis S, Hoffman JP, Muller CP, 2000. Placental transfer and decay of maternal acquired anti measles antibodies in Nigerian children. Pediatr Infect Dis J; 19:635-41. Hayney MS, Poland GA, Jacobson RM, Robe D, Schaid DJ, Jacobsen SJ, Lipsky JJ, 1997. Relationship of HLA-DQ1 alleles and humoral antibody following measles vaccination. J Infect Dis 2:143-6. Heriyanto B, 2000. Evaluasi program bulan imunisasi campak anak sekolah di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dalam: Abstrak Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2000. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Heriyanto B, 2001. Evaluasi Immunisasi Morbilli di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Dalam: Abstrak Penelitian Balitbangkes 2000. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Hidayah D, 2007. Kematangan sosial pada anak dengan obesitas di SD Bromantakan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Himmah R, Paryanto E, Madarina, Yulian E, Ernawati, 2005. Perbandingan gambaran profil lemak antara anak sekolah dasar yang obesitas dengan non obesitas di Kotamadya Yogyakarta, pada suatu penelitian multisenter. Disampaikan pada Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XIII, Bandung, 4-7 Juli 2005. Hollinger FB, 1989. Factors influencing the immune response to hepatitis B vaccine, booster dose guidelines, and vaccine protocol recommendations. (Abstract). Am J Med; 87(3A):36S-40S. Joshi RR dan Gambhir PS, 2003. A study of measles antibody levels from birth till 9 months of age: correlation with maternal titres and maternal nutrition. Bombay Hosp J. Diunduh dari http://bhj.org/journal/2003_4503_july/study_405.htm pada 7 April 2006. 66 Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM, 1992. Measles (Rubeola). Dalam: Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM, editor. Infectious diseases of children. Edisi ke-9. Baltimore: Mosby Year Book, h. 223-45. Lyamuya EF, Matee MIN, Aaby P, Scheutz F, 1999. Serum level of measles IgG antibody activity in children 5 years in Dar-es-Salaam, Tanzania. Annals of Tropical Paediatrics; 19:175-83. Madiyono B. Perkiraan besar sampel. Dalam: Moeslichan S, Sasroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH, editor. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto. h. Maldonado Y, 2000. Measles. Dalam: Behrman, Kliegman, Jenson,editors. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia: Saunders. h. 946-51. Markowitz LE, Katz SL, 1994. Measles vaccine. Dalam: Plotkin SA, Mortimer EA. Vaccines. Edisi ke-2. Philadephia: Saunders. h. 229-76. Marti A, Marcos A, Martinez JA, 2001. Obesity and immune function relationships (Abstract). Obesity Reviews; 2:131-40. Mexitalia M, Faizah Z, Susanto JC, 2004. The relationship between physical activity and dietary pattern in obesity children aged 6-7 years. Dalam: Tjokroprawiro A,editor. 3rd National obesity symposium 2004. Jakarta: BP UI. h. 89-90. Miller KJ, Ackerman AD, 1996. Primary and secondary immunodeficiencies. Dalam: Rogers MC, editor. Pediatric Intensive Care. Edisi ke-3. Baltimore:Williams & Wilkins. h. 915-43. Mills J, 2003. Viral infections. Dalam: Parslow TG, Stites DP, Terr AI, et al. Medical immunology. Edisi ke-10. Singapore: McGraw Hill. h. 625-6. Munasir Z, Matondang CS, Siregar SP, Sujoko D, Akib AAP, Djer MM, Rompas SD, 1999. Pemeriksaan titer antibodi campak pada anak usia sekolah di Jakarta. Dalam: Firmansyah A, Trihono PP, Oswari H, Nurhamzah W, Darmawan BS, editor. Buku Abstrak Konika XI Jakarta. Jakarta: Ikatan DokterAnak Indonesia Pusat h. 33. Nammi S, Koka S, Chinnala KM and Boini KM, 2004. Obesity : an overview on its current perspective and treatment options. Diunduh dari http://www.nutritionj.com/content/3/1/3 pada tanggal 4 Desember 2006. Nasar SS, 1995. Obesitas pada anak. Aspek klinis dan pencegahan. Dalam: Samsudin, Nasar SS, Sjarif DR, editor. Naskah lengkap PKB-IKA XXXV. Masalah gizi ganda dan tumbuh kembang anak. Jakarta: Bina Rupa Aksara. h. 68-81. 67 Nead KG, Halterman JS, Kaczorowski JM, dkk, 2004. Overweight children and adolescent: a risk group for iron deficiency. Pediatrics; 114:104-108. Papania M, 2005. Measles (Rubeola). Dalam: CDC. Prevention of Specific Infectious Diseases. Diunduh dari http://www.cdc.gov pada tanggal 2 April 2006. Paunio M, Hedman K, Davidkin I, Valle M, Heinonen OP, Leinikki P, Salmi A, Peltola H, 2000. Secondary measles vaccine failures identified by measurement of IgG avidity: high occurence among teenagers vaccinated at young age. Epidemiol Infect;124(2):26371. Piatek A dan Weaver KA, 1999. Childhood obesity. Dalam: Samour, ed. Handbook of pediatric nutrition. Gaithersburg: An Aspen Publication. H 173-89. Poland GA, Jacobson RM, Thampy AM, Coulborne A, 1997. Measles reimmunization in children seronegative after initial immunization. JAMA;277:1156-8. Ramman RP, 2002. Obesity and health risk. Journal of the American College of Nutrition; 21(2):134s-9s. Redd SC, Markowitz LE, Katz SL, 1999. Measles vaccine. Dalam: Plotkin SA, Orenstein WA. Vaccines. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders. h. 222-67. Redjeki S, 2002. Faktor yang mempengaruhi titer IgG campak pasca imunisasi. Surabaya: Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo. h.49-86. Reilly JJ, Wilson ML, Summerbell CD, Wilson DC, 2002. Obesity: diagnosis, and treatment; evidence based answer to common questions. Arch Dis Child; 86:392-5. Roesmil K,Tanuwijaya S, Fadlyana E, 2000. Titer antibodi campak 7 tahun pasca imunisasi dengan vaksin CAM 70. Palembang: MKB; 32:116-22. Salimo H, 2006. Manifestasi klinis, profil serologis dan genotip virus campak di Jawa (suatu pendekatan serologis dan epidemiologi molekuler) (Disertasi doktoral). Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. Sjarif DR, 2002. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam: Trihono PP, S. Purnamawati, Sjarif DR, penyunting. PKB-IKA XLV. Hot Topics in Pediatrics II. Jakarta: Bina Rupa Aksara. h. 219-34. Soegeng S, 2001. Campak. Dalam: IGN Ranuh, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita C, editor. Buku Imunisasi di Indonesia. Edisi ke-1. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI. h. 105-9. 68 Suwarti S, Ance MD, Sri Martuti, dkk, 2000. Hubungan antara anemi dan status besi dengan status imunitas pada anak yang mendapat vaksinasi campak. Penel Gizi Makan; 23:80-85. Whittle HC, Aaby P, Samb B, Jensen H, bennet J, Simondon F, 1999. Effect of subclinical infection on maintaining immunity againts measles in vaccinated children in west africa. Lancet;253:98-102. WHO Initiative for Vaccine Research (IVR), 2005. Measles. Diunduh dari http:// www.cdc.gov pada 5 Mei 2005. Wisse BE, 2004. The inflammatory syndrome: the role of adipose tissue cytokines in metabolic disorders linked to obesity. J Am Soc Nephrol;15(11):2792-800. 69 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN IgG CAMPAK PADA ANAK SD Kode Sampel : ...................... I. Identitas 1. Nama : ........................................................................ 2. Tanggal lahir : (dd/mm/yy) 3. Jenis kelamin : 0. laki-laki/ 1. perempuan 4. Alamat : ........................................................................ ........................................................................ II. iwayat anak 1. BB sekarang : ...........kg 2. TB sekarang : ...........m , , 2 3. IMT : ...........kg/m , 4. Sakit campak : 0. ya 1.tidak 2. tidak tahu 5. Terpajan campak : 0. ya 1.tidak 2.tidak tahu 6. Imunisasi campak : 0. ya 1. tidak 2.tidak tahu - jika ya, berapa kali : ........kali 7. Imunisasi MMR : 0. ya 1. tidak 2. tidak tahu - jika ya, berapa kali : ........kali III. Pemeriksaan laboratorium Titer IgG campak : ..............mIU/ml , Rasio IgG campak : .............. Interpretasi IgG campak : 0. negatif 1. borderline 2. positif Kadar Hemoglobin : ..............g/dl , , Pemeriksa .................................................. 70 71 72 73 74 75 76 Lampiran 3. Hasil pengolahan data dengan SPSS 10.00 Graph BMI antara kedua kelompok 30 Value 20 BMI1 10 BMI2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Case Number Frequencies karakteristik Statistics N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum UMURHIT 26 0 10.819 11.150 11.2a .881 .777 -.522 .456 -.627 .887 8.9 12.3 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Frequency Table BB TB 26 26 0 0 42.2885 1.4042 39.7500 1.4050 26.50a 1.29a 10.8140 8.462E-02 116.9435 7.161E-03 .265 -.243 .456 .456 -.985 -.532 .887 .887 26.50 1.24 64.50 1.55 BMI 26 0 21.3696 21.8200 13.31a 4.0979 16.7931 -.160 .456 -1.191 .887 13.31 27.56 77 UMURHIT Valid 8.9 9.5 9.6 9.7 9.8 10.1 10.3 10.5 10.7 11.1 11.2 11.3 11.5 11.7 12.0 12.3 Total Frequency 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 2 1 1 26 Percent 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 7.7 11.5 11.5 11.5 7.7 3.8 3.8 100.0 Valid Percent 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 7.7 11.5 11.5 11.5 7.7 3.8 3.8 100.0 Cumulative Percent 3.8 7.7 15.4 19.2 23.1 26.9 30.8 34.6 42.3 50.0 61.5 73.1 84.6 92.3 96.2 100.0 78 BB Valid 26.50 28.00 29.50 31.00 32.50 34.00 35.00 36.00 37.00 39.00 39.50 40.00 44.50 45.50 46.50 47.00 50.50 51.50 53.50 55.50 56.00 56.50 64.50 Total Frequency 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 26 Percent 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 100.0 Valid Percent 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 100.0 Cumulative Percent 7.7 11.5 15.4 19.2 23.1 26.9 30.8 34.6 42.3 46.2 50.0 53.8 57.7 61.5 65.4 69.2 73.1 76.9 80.8 84.6 88.5 96.2 100.0 79 TB Valid 1.24 1.25 1.29 1.31 1.32 1.37 1.38 1.39 1.40 1.41 1.42 1.43 1.45 1.46 1.48 1.50 1.53 1.55 Total Frequency 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 26 Percent 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 7.7 7.7 3.8 7.7 3.8 3.8 7.7 7.7 3.8 7.7 3.8 7.7 3.8 100.0 Valid Percent 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 7.7 7.7 3.8 7.7 3.8 3.8 7.7 7.7 3.8 7.7 3.8 7.7 3.8 100.0 Cumulative Percent 3.8 7.7 15.4 19.2 23.1 30.8 38.5 42.3 50.0 53.8 57.7 65.4 73.1 76.9 84.6 88.5 96.2 100.0 BMI Valid 13.31 15.05 16.27 17.20 17.64 17.89 18.13 18.67 18.68 18.70 18.78 19.37 20.15 23.49 23.57 23.71 23.72 24.19 24.42 25.00 25.11 25.28 25.57 26.90 27.25 27.56 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 Percent 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 100.0 Valid Percent 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 100.0 Cumulative Percent 3.8 7.7 11.5 15.4 19.2 23.1 26.9 30.8 34.6 38.5 42.3 46.2 50.0 53.8 57.7 61.5 65.4 69.2 73.1 76.9 80.8 84.6 88.5 92.3 96.2 100.0 80 Histogram UMURHIT 10 8 6 Frequency 4 2 Std. Dev = .88 Mean = 10.82 N = 26.00 0 9.00 9.50 10.00 10.50 11.00 11.50 12.00 12.50 UMURHIT BB 7 6 5 4 3 Frequency 2 Std. Dev = 10.81 1 Mean = 42.3 N = 26.00 0 25.0 BB 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0 55.0 60.0 65.0 81 TB 8 6 Frequency 4 2 Std. Dev = .08 Mean = 1.40 N = 26.00 0 1.25 1.30 1.35 1.40 1.45 1.50 1.55 TB BMI 10 8 6 Frequency 4 2 Std. Dev = 4.10 Mean = 21.4 N = 26.00 0 14.0 BMI 16.0 18.0 20.0 22.0 24.0 26.0 28.0 82 Frequencies Statistics JKELAMIN N Valid Missing 26 0 JKELAMIN Valid laki-laki perempuan Total Frequency 14 12 26 Percent 53.8 46.2 100.0 Valid Percent 53.8 46.2 100.0 Cumulative Percent 53.8 100.0 Frequencies kelompok obesitas Statistics N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum UMURHIT 13 0 10.838 11.100 11.1a .880 .774 -.272 .616 -.943 1.191 9.5 12.3 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown BB 13 0 50.5769 51.5000 56.50 7.7509 60.0769 -.219 .616 -.271 1.191 37.00 64.50 TB 13 0 1.4246 1.4500 1.45a 8.666E-02 7.510E-03 -.744 .616 -.087 1.191 1.25 1.53 BMI 13 0 25.0592 25.0000 23.49a 1.4206 2.0180 .673 .616 -.814 1.191 23.49 27.56 83 UMURHIT Valid 9.5 9.6 9.7 10.1 10.5 11.1 11.2 11.3 11.5 11.7 12.3 Total Frequency 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 13 Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 7.7 15.4 7.7 7.7 7.7 100.0 Valid Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 7.7 15.4 7.7 7.7 7.7 100.0 Cumulative Percent 7.7 15.4 23.1 30.8 38.5 53.8 61.5 76.9 84.6 92.3 100.0 BB Valid 37.00 39.00 44.50 45.50 47.00 50.50 51.50 53.50 55.50 56.00 56.50 64.50 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 13 Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 7.7 100.0 Valid Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 7.7 100.0 Cumulative Percent 7.7 15.4 23.1 30.8 38.5 46.2 53.8 61.5 69.2 76.9 92.3 100.0 84 TB Valid 1.25 1.29 1.37 1.38 1.39 1.42 1.45 1.48 1.50 1.53 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 13 Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 15.4 7.7 15.4 100.0 Valid Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 15.4 7.7 15.4 100.0 Cumulative Percent 7.7 15.4 23.1 30.8 38.5 46.2 61.5 76.9 84.6 100.0 BMI Valid 23.49 23.57 23.71 23.72 24.19 24.42 25.00 25.11 25.28 25.57 26.90 27.25 27.56 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 100.0 Valid Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 100.0 Cumulative Percent 7.7 15.4 23.1 30.8 38.5 46.2 53.8 61.5 69.2 76.9 84.6 92.3 100.0 85 Frequencies kelompok non-obesitas Statistics N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum UMURHIT 13 0 10.800 11.200 10.7a .918 .843 -.803 .616 -.148 1.191 8.9 12.0 BB 13 0 34.0000 34.0000 26.50 5.8914 34.7083 .573 .616 .061 1.191 26.50 46.50 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Frequency Table kelompok non-obesitas UMURHIT Valid 8.9 9.6 9.8 10.3 10.7 11.2 11.3 11.5 11.7 12.0 Total Frequency 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 13 Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 15.4 7.7 15.4 7.7 7.7 100.0 Valid Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 15.4 7.7 15.4 7.7 7.7 100.0 Cumulative Percent 7.7 15.4 23.1 30.8 46.2 61.5 69.2 84.6 92.3 100.0 TB 13 0 1.3838 1.4000 1.40a 8.068E-02 6.509E-03 .147 .616 .491 1.191 1.24 1.55 BMI 13 0 17.6800 18.1300 13.31a 1.8634 3.4723 -1.221 .616 1.407 1.191 13.31 20.15 86 BB Valid 26.50 28.00 29.50 31.00 32.50 34.00 35.00 36.00 37.00 39.50 40.00 46.50 Total Frequency 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Percent 15.4 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 100.0 Valid Percent 15.4 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 100.0 Cumulative Percent 15.4 23.1 30.8 38.5 46.2 53.8 61.5 69.2 76.9 84.6 92.3 100.0 TB Valid 1.24 1.29 1.31 1.32 1.37 1.38 1.40 1.41 1.43 1.46 1.55 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 13 Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 7.7 15.4 7.7 7.7 100.0 Valid Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 15.4 7.7 15.4 7.7 7.7 100.0 Cumulative Percent 7.7 15.4 23.1 30.8 38.5 46.2 61.5 69.2 84.6 92.3 100.0 87 BMI Valid 13.31 15.05 16.27 17.20 17.64 17.89 18.13 18.67 18.68 18.70 18.78 19.37 20.15 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 100.0 Valid Percent 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 100.0 Cumulative Percent 7.7 15.4 23.1 30.8 38.5 46.2 53.8 61.5 69.2 76.9 84.6 92.3 100.0 Crosstabs kedua kelompok menurut jenis kelamin Case Processing Summary Valid N JKELAMIN * OBES 26 Percent 100.0% Cases Missing N Percent 0 .0% Total N 26 Percent 100.0% 88 JKELAMIN * OBES Crosstabulation OBES tidak obes 7 7 53.8% 53.8% 6 6 46.2% 46.2% 13 13 100.0% 100.0% obes JKELAMIN laki-laki perempuan Total Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Total 14 53.8% 12 46.2% 26 100.0% Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value .000b .000 .000 .000 df 1 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) 1.000 1.000 1.000 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) 1.000 .652 1.000 26 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00. T-Test karakteristik demografi kedua kelompok 89 Paired Samples Statistics Pair 1 UMURHIT1 UMURHIT2 BB1 BB2 TB1 TB2 BMI1 BMI2 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Mean 10.800 10.8385 34.0000 50.5769 1.3838 1.4246 17.6800 25.0592 N 13 13 13 13 13 13 13 13 Std. Deviation .918 .8799 5.8914 7.7509 8.068E-02 8.666E-02 1.8634 1.4206 Std. Error Mean .255 .2440 1.6340 2.1497 2.238E-02 2.404E-02 .5168 .3940 Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 UMURHIT1 & UMURHIT2 BB1 & BB2 TB1 & TB2 BMI1 & BMI2 13 13 13 13 Correlation .885 .151 .219 -.220 Sig. .000 .623 .472 .471 Paired Samples Test Paired Differences Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Mean UMURHIT1 - UMURHIT2 -3.85E-02 BB1 - BB2 -16.5769 TB1 - TB2 -4.08E-02 BMI1 - BMI2 -7.3792 Std. Deviation .4331 9.0020 .1047 2.5795 Std. Error Mean .1201 2.4967 2.903E-02 .7154 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -.3002 .2233 -22.0168 -11.1371 -.1040 2.249E-02 -8.9380 -5.8205 t -.320 -6.640 -1.404 -10.315 df 12 12 12 12 Sig. (2-tailed) .754 .000 .186 .000 Frequencies karakteristik subjek terhadap paparan virus campak Statistics N Valid Missing SAKIT 26 0 TPAJAN 26 0 IMUNCMP 26 0 IMUNMMR 26 0 FPAPARAN 26 0 90 Frequency Table total kedua kelompok SAKIT Valid ya tidak lupa/tidak tahu Total Frequency 3 12 11 26 Percent 11.5 46.2 42.3 100.0 Valid Percent 11.5 46.2 42.3 100.0 Cumulative Percent 11.5 57.7 100.0 TPAJAN Valid ya tidak lupa/tidak tahu Total Frequency 2 10 14 26 Percent 7.7 38.5 53.8 100.0 Valid Percent 7.7 38.5 53.8 100.0 Cumulative Percent 7.7 46.2 100.0 IMUNCMP Valid ya lupa/tidak tahu Total Frequency 18 8 26 Percent 69.2 30.8 100.0 Valid Percent 69.2 30.8 100.0 Cumulative Percent 69.2 100.0 IMUNMMR Valid ya tidak lupa/tidak tahu Total Frequency 1 13 12 26 Percent 3.8 50.0 46.2 100.0 Valid Percent 3.8 50.0 46.2 100.0 Cumulative Percent 3.8 53.8 100.0 FPAPARAN Valid 0 1 2 3 Total Frequency 8 10 7 1 26 Percent 30.8 38.5 26.9 3.8 100.0 Valid Percent 30.8 38.5 26.9 3.8 100.0 Cumulative Percent 30.8 69.2 96.2 100.0 91 Frequencies kedua kelompok terhadap frekuensi imunisasi campak Statistics FIMCMP N Valid Missing 18 0 FIMCMP Valid 1 2 Total Frequency 15 3 18 Percent 83.3 16.7 100.0 Valid Percent 83.3 16.7 100.0 Cumulative Percent 83.3 100.0 Frequencies kedua kelompok terhadap frekuensi imunisasi MMR FIMMMR Statistics FIMMMR N Valid Missing 1 0 Valid 1 Frequency 1 Percent 100.0 Crosstabs terhadap paparan virus campak Valid Percent 100.0 Cumulative Percent 100.0 92 Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0% 0 .0% 0 .0% 0 .0% 0 .0% Valid N Percent 26 100.0% 26 100.0% 26 100.0% 26 100.0% 26 100.0% SAKIT * OBES TPAJAN * OBES IMUNCMP * OBES IMUNMMR * OBES FPAPARAN * OBES Total N 26 26 26 26 26 SAKIT * OBES Crosstabulation OBES tidak obes 1 2 7.7% 15.4% 5 7 38.5% 53.8% 7 4 53.8% 30.8% 13 13 100.0% 100.0% obes SAKIT ya tidak lupa/tidak tahu Total Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Total 3 11.5% 12 46.2% 11 42.3% 26 100.0% TPAJAN * OBES Crosstabulation OBES tidak obes 2 15.4% 4 6 30.8% 46.2% 7 7 53.8% 53.8% 13 13 100.0% 100.0% obes TPAJAN ya tidak lupa/tidak tahu Total Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Total 2 7.7% 10 38.5% 14 53.8% 26 100.0% IMUNCMP * OBES Crosstabulation OBES tidak obes 8 10 61.5% 76.9% 5 3 38.5% 23.1% 13 13 100.0% 100.0% obes IMUNCMP ya lupa/tidak tahu Total Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Total 18 69.2% 8 30.8% 26 100.0% Percent 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 93 IMUNMMR * OBES Crosstabulation OBES tidak obes 1 7.7% 5 8 38.5% 61.5% 7 5 53.8% 38.5% 13 13 100.0% 100.0% obes IMUNMMR ya tidak lupa/tidak tahu Total Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Total 1 3.8% 13 50.0% 12 46.2% 26 100.0% FPAPARAN * OBES Crosstabulation OBES tidak obes 5 3 38.5% 23.1% 3 7 23.1% 53.8% 4 3 30.8% 23.1% 1 7.7% 13 13 100.0% 100.0% obes FPAPARAN 0 1 2 3 Total T-Test Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Total 8 30.8% 10 38.5% 7 26.9% 1 3.8% 26 100.0% 94 Paired Samples Statistics Mean TITERIG1 2201.300 TITERIG2 2502.1231 RATIO1 8.8052 RATIO2 10.0085 Pair 1 Pair 2 N 13 13 13 13 Std. Deviation 1467.717 1834.7077 5.8709 7.3388 Std. Error Mean 407.071 508.8564 1.6283 2.0354 Paired Samples Correlations N Pair 1 Pair 2 TITERIG1 & TITERIG2 RATIO1 & RATIO2 13 13 Correlation -.465 -.465 Sig. .110 .110 Paired Samples Test Paired Differences Pair 1 Pair 2 Mean TITERIG1 - TITERIG2 -300.8231 RATIO1 - RATIO2 -1.2033 Std. Deviation 2832.3907 11.3296 Std. Error Mean 785.5638 3.1423 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -2012.42 1410.7735 -8.0497 5.6431 t -.383 -.383 Frequencies titer IgG sbg syarat uji t berpasangan Statistics N Mean Median Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum Frequency Table Valid Missing TITERIGG 26 0 2351.712 2262.000 1635.021 2673294 .655 .456 -.125 .887 71.6 5873.0 RATIO 26 0 9.4068 9.0480 6.5401 42.7727 .655 .456 -.125 .887 .29 23.49 df 12 12 Sig. (2-tailed) .708 .708 95 TITERIGG Valid 71.6 212.9 379.3 388.4 728.6 923.7 1046.0 1205.0 1445.0 1550.0 1840.0 1926.0 2099.0 2425.0 2611.0 2779.0 2906.0 3042.0 3101.0 3169.0 3991.0 4313.0 4848.0 5846.0 5873.0 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 Percent 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 100.0 Valid Percent 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 100.0 Cumulative Percent 3.8 7.7 11.5 15.4 19.2 23.1 26.9 30.8 34.6 38.5 42.3 46.2 50.0 57.7 61.5 65.4 69.2 73.1 76.9 80.8 84.6 88.5 92.3 96.2 100.0 96 RATIO Valid .29 .85 1.52 1.55 2.91 3.69 4.18 4.82 5.78 6.20 7.36 7.70 8.40 9.70 10.44 11.12 11.62 12.17 12.40 12.68 15.96 17.25 19.39 23.38 23.49 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 Percent 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 100.0 Valid Percent 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 100.0 Cumulative Percent 3.8 7.7 11.5 15.4 19.2 23.1 26.9 30.8 34.6 38.5 42.3 46.2 50.0 57.7 61.5 65.4 69.2 73.1 76.9 80.8 84.6 88.5 92.3 96.2 100.0 97 Histogram TITERIGG 6 5 4 3 Frequency 2 Std. Dev = 1635.02 1 Mean = 2351.7 N = 26.00 0 0.0 1000.0 500.0 2000.0 1500.0 3000.0 2500.0 4000.0 3500.0 5000.0 4500.0 6000.0 5500.0 TITERIGG RATIO 5 4 3 Frequency 2 1 Std. Dev = 6.54 Mean = 9.4 N = 26.00 0 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 RATIO Crosstabs interpretasi IgG campak 98 Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0% Valid N INTRPRT * OBES Percent 100.0% 26 Total N 26 INTRPRT * OBES Crosstabulation OBES tidak obes 1 7.7% 1 7.7% 12 12 92.3% 92.3% 13 13 100.0% 100.0% obes INTRPRT negatif borderline positif Total Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 2.000a 2.773 .207 2 2 Asymp. Sig. (2-sided) .368 .250 1 .649 df 26 a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50. Total 1 3.8% 1 3.8% 24 92.3% 26 100.0% Percent 100.0% 99 Graph titer IgG campak kedua kelompok (merah=non-obes, hijau=obes) 7000 6000 5000 4000 3000 2000 Value 1000 TITERIG1 0 TITERIG2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Case Number T-Test Paired Samples Statistics Pair 1 HB1 HB2 Mean 13.7923 14.4692 N 13 13 Std. Deviation .9106 .8664 Std. Error Mean .2525 .2403 Paired Samples Correlations N Pair 1 HB1 & HB2 Correlation .222 13 Sig. .467 Paired Samples Test Paired Differences Pair 1 HB1 - HB2 Mean -.6769 Std. Deviation 1.1092 Std. Error Mean .3076 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -1.3472 -6.66E-03 Frequencies kadar Hb untuk uji t berpasangan t -2.200 df 12 Sig. (2-tailed) .048 100 Statistics HB N Valid Missing 26 0 14.1308 14.0500 14.80 .9367 -.311 .456 -.072 .887 11.90 15.70 Mean Median Mode Std. Deviation Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum HB Valid 11.90 12.60 13.00 13.20 13.30 13.50 13.60 13.70 13.80 13.90 14.00 14.10 14.50 14.60 14.70 14.80 14.90 15.10 15.40 15.70 Total Frequency 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 2 26 Percent 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 11.5 3.8 3.8 3.8 7.7 100.0 Valid Percent 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 3.8 7.7 3.8 3.8 11.5 3.8 3.8 3.8 7.7 100.0 Cumulative Percent 3.8 7.7 11.5 15.4 19.2 26.9 30.8 34.6 42.3 46.2 50.0 53.8 61.5 65.4 69.2 80.8 84.6 88.5 92.3 100.0 101 HB 6 5 4 3 Frequency 2 1 Std. Dev = .94 Mean = 14.13 N = 26.00 0 12.00 12.50 13.00 13.50 14.00 14.50 15.00 15.50 HB Graph kadar Hb kedua kelompok (merah=non-obes, hijau=obes) 16 15 14 13 Value 12 HB1 11 HB2 1 2 3 4 Case Number 5 6 7 8 9 10 11 12 13 102 Frequencies anemia total Statistics ANEMIA N Valid Missing 26 0 ANEMIA Valid anemia normal Total Frequency 1 25 26 Percent 3.8 96.2 100.0 Valid Percent 3.8 96.2 100.0 Cumulative Percent 3.8 100.0 Crosstabs anemia pada kedua kelompok Case Processing Summary ANEMIA * OBES Cases Missing N Percent 0 .0% Valid N Percent 26 100.0% Total N 26 ANEMIA * OBES Crosstabulation OBES tidak obes 1 7.7% 13 12 100.0% 92.3% 13 13 100.0% 100.0% obes ANEMIA anemia normal Total Count % within OBES Count % within OBES Count % within OBES Crosstabs umurkat dengan titerkat Total 1 3.8% 25 96.2% 26 100.0% Percent 100.0% 103 Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0% Valid N UMURKAT * TITERKAT Percent 100.0% 26 N Total Percent 26 100.0% UMURKAT * TITERKAT Crosstabulation Count UMURKAT TITERKAT <2262 >=2262 6 7 7 6 13 13 <11.15 >=11.15 Total Total 13 13 26 Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value .154b .000 .154 df 1 1 1 .148 Asymp. Sig. (2-sided) .695 1.000 .695 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) 1.000 .500 .701 26 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50. Risk Estimate Value Odds Ratio for UMURKAT (<11.15 / >=11.15) For cohort TITERKAT = <2262 For cohort TITERKAT = >=2262 N of Valid Cases 95% Confidence Interval Lower Upper .735 .157 3.434 .857 .396 1.857 1.167 .538 2.528 26 Crosstabs jkelamin dengan titerkat 104 Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0% Valid N JKELAMIN * TITERKAT Percent 100.0% 26 Total N 26 Percent 100.0% JKELAMIN * TITERKAT Crosstabulation Count JKELAMIN TITERKAT <2262 >=2262 6 8 7 5 13 13 laki-laki perempuan Total Total 14 12 26 Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value .619b .155 .622 Asymp. Sig. (2-sided) .431 .694 .430 df 1 1 1 .595 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) .695 .348 .440 26 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00. Risk Estimate Value Odds Ratio for JKELAMIN (laki-laki / perempuan) For cohort TITERKAT = <2262 For cohort TITERKAT = >=2262 N of Valid Cases 95% Confidence Interval Lower Upper .536 .112 2.553 .735 .340 1.588 1.371 .611 3.079 26 Logistic Regression faktor obesitas 105 Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases a N Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0 26 0 26 0 26 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Categorical Variables Codings Dependent Variable Encoding Original Value <2262 >=2262 Internal Value 0 1 OBES obes tidak obes Frequency 13 13 Paramete r coding (1) 1.000 .000 Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted Step 0 Observed TITERKAT <2262 >=2262 TITERKAT <2262 >=2262 0 13 0 13 Overall Percentage Percentage Correct .0 100.0 50.0 a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation Step 0 Constant B .000 S.E. .392 Wald .000 df 1 Sig. 1.000 Variables not in the Equation Step 0 Variables Overall Statistics OBES(1) Block 1: Method = Enter Score .154 .154 df 1 1 Sig. .695 .695 Exp(B) 1.000 106 Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1 Chi-square .154 .154 .154 Step Block Model df 1 1 1 Sig. .695 .695 .695 Model Summary -2 Log likelihood 35.890 Step 1 Cox & Snell R Square .006 Nagelkerke R Square .008 Classification Tablea Predicted Step 1 Observed TITERKAT TITERKAT <2262 >=2262 7 6 6 7 <2262 >=2262 Overall Percentage Percentage Correct 53.8 53.8 53.8 a. The cut value is .500 Variables in the Equation Step a 1 OBES(1) Constant B .308 -.154 S.E. .787 .556 Wald .154 .077 df 1 1 Sig. .695 .782 a. Variable(s) entered on step 1: OBES. Logistic Regression kadar hb>14,05 Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases Unselected Cases Total a N Included in Analysis Missing Cases Total 26 0 26 0 26 Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Exp(B) 1.361 .857 95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper .291 6.362 107 Categorical Variables Codings Dependent Variable Encoding Original Value <2262 >=2262 Internal Value 0 1 HBKAT <14.05 >=14.05 Frequency 13 13 Paramete r coding (1) .000 1.000 Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted Step 0 Observed TITERKAT <2262 >=2262 TITERKAT <2262 >=2262 0 13 0 13 Percentage Correct .0 100.0 50.0 Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Classification Tablea,b Predicted Step 0 Observed TITERKAT <2262 >=2262 TITERKAT <2262 >=2262 0 13 0 13 Overall Percentage Percentage Correct .0 100.0 50.0 a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation Step 0 Constant B .000 S.E. .392 Wald .000 df 1 Sig. 1.000 Variables not in the Equation Step 0 Variables Overall Statistics HBKAT(1) Block 1: Method = Enter Score .154 .154 df 1 1 Sig. .695 .695 Exp(B) 1.000 108 Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1 Step Block Model Chi-square .154 .154 .154 df 1 1 1 Sig. .695 .695 .695 Model Summary -2 Log likelihood 35.890 Step 1 Cox & Snell R Square .006 Nagelkerke R Square .008 Classification Tablea Predicted Step 1 Observed TITERKAT TITERKAT <2262 >=2262 7 6 6 7 <2262 >=2262 Overall Percentage Percentage Correct 53.8 53.8 53.8 a. The cut value is .500 Variables in the Equation Step a 1 HBKAT(1) Constant B .308 -.154 S.E. .787 .556 a. Variable(s) entered on step 1: HBKAT. Logistic Regression Wald .154 .077 df 1 1 Sig. .695 .782 Exp(B) 1.361 .857 95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper .291 6.362 109 Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases a N Included in Analysis Missing Cases Total Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0 26 0 26 0 26 Unselected Cases Total a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Categorical Variables Codings Dependent Variable Encoding Original Value <2262 >=2262 Internal Value 0 1 FPAPKAT <=1 >1 Frequency 18 8 Paramete r coding (1) .000 1.000 Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted Step 0 Observed TITERKAT <2262 >=2262 TITERKAT <2262 >=2262 0 13 0 13 Overall Percentage Percentage Correct .0 100.0 50.0 a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation Step 0 Constant B .000 S.E. .392 Wald .000 df 1 Sig. 1.000 Variables not in the Equation Step 0 Variables Overall Statistics FPAPKAT(1) Block 1: Method = Enter Score 6.500 6.500 df 1 1 Sig. .011 .011 Exp(B) 1.000 110 Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1 Step Block Model Chi-square 7.101 7.101 7.101 df 1 1 1 Sig. .008 .008 .008 Model Summary -2 Log likelihood 28.943 Step 1 Cox & Snell R Square .239 Nagelkerke R Square .319 Classification Tablea Predicted Step 1 Observed TITERKAT TITERKAT <2262 >=2262 12 1 6 7 <2262 >=2262 Overall Percentage Percentage Correct 92.3 53.8 73.1 a. The cut value is .500 Variables in the Equation Step a 1 FPAPKAT(1) Constant B 2.639 -.693 S.E. 1.180 .500 a. Variable(s) entered on step 1: FPAPKAT. Logistic Regression Wald 5.000 1.922 df 1 1 Sig. .025 .166 Exp(B) 14.000 .500 95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1.385 141.485 111 Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases a N Included in Analysis Missing Cases Total 26 0 26 0 26 Unselected Cases Total Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Categorical Variables Codings OBES Dependent Variable Encoding HBKAT Original Value <2262 >=2262 FPAPKAT Internal Value 0 1 Block 0: Beginning Block obes tidak obes <14.05 >=14.05 <=1 >1 Frequency 13 13 13 13 18 8 Paramete r coding (1) .000 1.000 .000 1.000 .000 1.000 112 Classification Tablea,b Predicted Step 0 Observed TITERKAT TITERKAT <2262 >=2262 0 13 0 13 <2262 >=2262 Overall Percentage Percentage Correct .0 100.0 50.0 a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation Step 0 B .000 Constant S.E. .392 Wald .000 df 1 Sig. 1.000 1 1 1 3 Sig. .011 .695 .695 .084 Variables not in the Equation Step 0 Variables Score 6.500 .154 .154 6.658 FPAPKAT(1) HBKAT(1) OBES(1) Overall Statistics Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1 Step Block Model Chi-square 7.310 7.310 7.310 df 3 3 3 Sig. .063 .063 .063 Model Summary Step 1 -2 Log likelihood 28.734 Cox & Snell R Square .245 Nagelkerke R Square .327 df Exp(B) 1.000 113 Classification Tablea Predicted Step 1 Observed TITERKAT TITERKAT <2262 >=2262 12 1 6 7 <2262 >=2262 Overall Percentage Percentage Correct 92.3 53.8 73.1 a. The cut value is .500 Variables in the Equation Step a 1 FPAPKAT(1) HBKAT(1) OBES(1) Constant B 2.671 .415 .054 -.938 S.E. 1.199 .914 .921 .884 Wald 4.963 .206 .003 1.127 a. Variable(s) entered on step 1: FPAPKAT, HBKAT, OBES. df 1 1 1 1 Sig. .026 .650 .953 .288 Exp(B) 14.461 1.514 1.056 .391 95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1.379 151.668 .252 9.091 .174 6.415 114 Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, ayah/ibu dari: Nama : ………………………………………………….. Umur/BB : ……. Jenis kelamin : laki-laki/perempuan Alamat : ………………………………………………….. tahun/ ….. kg ………………………………………………….. ………………………………………………….. Menerangkan bahwa setelah mendapatkan keterangan yang jelas dan lengkap tentang tujuan penelitian, menyatakan bersedia mengikuti penelitian dan tidak keberatan untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Surakarta, ……………… 2006 Yang memberi penjelasan Yang memberi pernyataan dr. Annang Giri Moelyo …………………………… Saksi ………………………… 115 Page 30: [1] Formatted USER 4/15/2008 10:58:00 PM Indent: Left: 1,27 cm, Tabs: 1,9 cm, List tab + Not at 8,25 cm Page 30: [2] Deleted USER 4/15/2008 11:02:00 PM Berdasarkan antropometris obesitas ditentukan berdasar tiga metode pengukuran yaitu: perbandingan berat badan terukur dengan berat badan ideal berdasarkan tinggi badan (BB/TB), pengukuran langsung lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK), dan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT) (Sjarif, 2002). Pada BB/TB didefinisikan sebagai obesitas bila didapatkan BB/TB di atas persentil 90, atau 120% dibandingkan berat badan ideal. Cara ini lebih mencerminkan proporsi atau penampilan tetapi tidak mencerminkan massa lemak tubuh. Terdapat empat macam cara pengukuran TLK yang ideal untuk mendapatkan proporsi lemak tubuh yaitu TLK bisep, trisep, subsskapular, dan suprailiaka. Indikator obesitas bila TLK trisep di atas persentil ke-85 (Sjarif, 2002; Piatek dan Weaver, 1999). I Page 30: [3] Formatted USER 4/15/2008 11:00:00 PM English (U.S.), Not Superscript/ Subscript, Highlight Page 30: [4] Deleted USER 4/15/2008 11:08:00 PM yang direkomendasikan oleh The Internatioanal Obesity Task Foerce (IOTF) yang dibentuk tahun 1994, The World Health Organization (WHO) tahun 1997, dan The Expert Committee on Guidelines for overweight in Adolescent Preventive Services Page 30: [5] Deleted USER 4/15/2008 11:14:00 PM Indeks Masa Tubuh merupakan cara yang termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh, juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang berisiko tinggi mendapat komplikasi medis. Page 30: [6] Deleted USER 4/15/2008 11:15:00 PM Berdasarkan konsensus terbaru IMT lebih dari atau sama dengan persentil ke-95 merupakan patokan nilai obesitas pada anak-anak dan remaja Page 39: [7] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [8] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [9] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [10] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [11] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [12] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM Norwegian (Bokmål) Page 39: [13] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [14] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [15] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM Norwegian (Bokmål) Page 39: [16] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [17] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM Norwegian (Bokmål) Page 39: [18] Formatted Norwegian (Bokmål) Page 39: [19] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [20] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [21] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM Norwegian (Bokmål) Page 39: [22] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [23] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [24] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [25] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM Norwegian (Bokmål) Page 39: [26] Formatted Norwegian (Bokmål) Page 39: [27] Formatted Norwegian (Bokmål) Unknown Page 39: [28] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [29] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [30] Formatted endang tatar 4/13/2008 7:39:00 AM Norwegian (Bokmål) Page 39: [31] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [32] Deleted USER 4/16/2008 9:30:00 AM Matching berdasar umur dan jenis kelamin untuk kelompok anak-anak yang tidak obesitas Page 39: [33] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [34] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [35] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [36] Formatted Unknown Norwegian (Bokmål) Page 39: [37] Formatted Norwegian (Bokmål) Unknown