BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. SAHAM PERUSAHAAN
1. Definisi Saham
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar
kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Akan tetapi, sekarang ini sistem tanpa
warkat sudah dilakukan di bursa efek Jakarta dimana bentuk kepemilikan tidak
lagi berupa lembaran saham yang diberi nama pemiliknya tapi sudah berupa
account atas nama pemilik atau saham tanpa warkat. Jadi penyelesaian transaksi
akan semakin cepat dan mudah karena tidak melalui surat, formulir, dan prosedur
yang berbelit-belit.
2. Jenis- Jenis Saham
Saham yang umum dikenal adalah saham biasa, tetapi jenis saham ada 2
yaitu :
a) Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir
terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi karena pemilik saham biasa ini tidak memiliki
hak-hak istimewa. Pemilik saham biasa juga tidak akan memperoleh pembayaran
8
9
dividen selama perusahaan tidak memperoleh laba. Setiap pemilik saham
memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham /RUPS dengan ketentuan
one share one vote. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas
terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk
mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.
b) Saham Preferen
Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti
bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga)
hal yaitu ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa
berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham
biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena
memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen
terlebih dahulu Akan tetapi saham preferen mempunyai kelemahan yaitu sulit
untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit.
3. Harga Saham
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2005) mendefinisikan saham
sebagai berikut: “Common stock is the residual corporate interest that bears the
ultimate risk of loss and receives the benefit of succes. It is guaranteed neither
dividends nor assets upon dissolution” (p. 726).
Selain definisi Kieso, Fred dan Copeland (1999: 166) juga mendefinisikan
saham sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
10
suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya atau
jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut.
Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Harga saham dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal
memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan
berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga pada waktu harga saham tersebut dicatat di
bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga
saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan
harga perdana.
c. Harga Pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.
Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang
disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar–benar
mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder,
11
kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga
yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap
detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor
yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun
eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah:
a. laba perusahaan,
b. pertumbuhan aktiva tahunan,
c. likuiditas,
d. nilai kekayaan total,
e. penjualan.
Sementara itu, faktor eksternalnya adalah:
a. kebijakan pemerintah dan dampaknya,
b. pergerakan suku bunga,
c. fluktuasi nilai tukar mata uang,
d. rumor dan sentimen pasar,
e. penggabungan usaha (business combination).
12
B. ARUS KAS
Arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari
suatu perusahaan selama satu periode (PSAK 2009 No.2, paragraf 10). Laporan
ini menyediakan informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas dari operasi, mempertahankan dan memperluas kapasitas
operasinya, memenuhi kewajiban keuangannya dan membayar deviden. Tujuan
utama laporan arus kas adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan
pembayaran/ pengeluaran kas entitas selama periode tertentu.
Tujuan lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor dan
pemakai lainnya dalam :
a. Menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas bersih
positif dimasa yang akan datang.
b. Menentukan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajibannya seperti
melunasi hutang kepada kreditor, membayar obligasi.
c. Menentukan alasan tentang terjadinya perbedaan antara laba bersih dan
dihubungkan dengan pembayaran dan penerimaan kas.
d. Menentukan pengaruh transaksi kas pembelanjaan dan investasi bukan kas
terhadap posisi keuangan perusahaan.
Laporan arus kas melaporkan arus kas melalui tiga jenis transaksi :
a. Arus kas dari aktivitas Operasi, yaitu arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi laba bersih.
b. Arus kas dari aktivitas Investasi, yaitu arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi investasi dari aktiva lancar.
13
c. Arus kas dari aktivitas Pendanaan, yaitu arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi ekuitas dan utang perusahaan.
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas
yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar deviden
dan
melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar (PSAK 2009 No. 2, paragraf
12). Arus kas dari aktivitas operasi terutama deviden dari aktivitas penghasil
utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi pendapatan laba atau
rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari operasi adalah : (PSAK 2009 No. 2,
paragraf 13) :
a. Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa.
b. Penerimaan kas dari royalti, komisi dan pendapatan lain.
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang atau jasa.
d. Pembayaran kas kepada karyawan.
e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya.
f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan
investasi.
14
g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan
transaksi usaha dan perdagangan.
Terdapat dua metode alternatif pelaporan arus kas dari aktivitas operasi
dalam laporan arus kas (PSAK 2009 No.2, paragraf 17). Kedua metode tersebut
adalah :
a. Metode langsung
Metode ini melaporkan sumber kas operasi dan penggunaan kas operasi.
Sumber utama kas operasi adalah kas yang diterima dari para pelanggan.
Sedangkan penggunaan utama dari kas operasi meliputi kas yang dibayarkan
kepada pemasok atas barang dan jasa serta kas yang dibayarkan kepada pegawai
sebagai upah. Perbedaan antara penerimaan kas dan pembayaran kas dalam suatu
operasi merupakan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Keunggulan metode ini
adalah bahwa metode ini melaporkan sumber dan penerimaan kas dalam laporan
arus kas. Kelemahan utamanya adalah bahwa data yang dibutuhkan seringkali
tidak mudah didapat dan biaya pengumpulan umumnya mahal.
b. Metode tidak langsung
Metode ini melaporkan arus kas operasi yang dimulai dengan laba bersih
dan kemudian disesuaikan dengan pendapatan serta beban yang tidak melibatkan
penerimaan atau pembayaran kas. Dengan kata lain, laba bersih akrual disesuaikan
dengan menentukan jumlah bersih arus kas dari aktivitas. Keunggulan utama dari
metode tidak langsung adalah bahwa metode ini memusatkan pada perbedaan
antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Dalam hal ini, metode
tersebut menunjukkan hubungan antara laporan laba rugi, neraca dan laporan arus
15
kas. Karena datanya dapat tersedia dengan segera, maka metode tidak langsung
pada umumnya lebih mudah dibanding metode langsung.
2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu
dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah : (PSAK 2009 No. 2, paragraf 15)
a. Pembayaran uang untuk membeli aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva
jangka panjang lain, termasuk pengembangan yang dikapitalisasikan dan aktiva
tetap yang dibangun sendiri.
b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tidak
berwujud dan aktiva jangka panjang lain.
c. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tidak
berwujud dan aktiva jangka panjang lain.
d. Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.
e. Uang muka pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya
(kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan).
f. Pembayaran sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option
contracts dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk
tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
16
3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu
dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klain terhadap arus kas masa depan
oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan adalah : (PSAK 2009 No. 2, paragraf 16)
a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya.
b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menebus
saham
perusahaan.
c. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman wesel, hipotik dan
pinjaman lainnya.
d. pelunasan pinjaman.
e. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk
mengurangi
saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna
usaha pembiayaan.
C. RETURN ON EQUITY (ROE)
Dalam mengukur kinerja perusahaan, investor biasanya melihat kinerja
keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio. Return On Equity (ROE)
adalah merupakan salah satu indikator penting yang sering digunakan oleh
investor untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan sebelum melakukan
investasi. Jika suatu perusahaan mempunyai masa depan yang baik dan
dapatmemberikan profitabilitas bagi para investor maka transaksi saham
17
perusahaanmengalami kenaikan dan tingkat harga saham perusahaan akan
mengikuti lajuperkembangan dan kondisi perusahaan tersebut.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;317), “Jika kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat
dengan kata lain profitabilitas akan meningkatkan harga saham.” Perhitungannya ROE
secara umum dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama setahun
terakhir. Cara menghitungnya memang sangat mudah, dimana dengan memahami
ROE secara mendalam akan ditemukan tiga hal pokok:
a. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability)
b. Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management)
c. Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage)
Secara umum, ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return on Equity =
Laba Bersih
Ekuitas Biasa
X 100 %
Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE
sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang
tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula
dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham.
Tambunan (2007: 179) menganalisis bahwa ROE digunakan untuk
mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan
18
pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini, semakin tinggi ROE
yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya.
ROE
menggambarkan
sejauh
mana
kemampuaan
perusahaan
mengahasilkan laba yang bisa diperoleh, sehingga nantinya dapat membantu
investor membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena semakin tinggi
Return on Equty yang didapat maka semakin besar laba bersih yang diperoleh
perusahaan. Dengan naiknya laba bersih dari perusahaan tersebut maka prospek
perusahaan tersebut baik, sehingga hal ini akan membuat investor akan tertarik
untuk berinvestasi dan membuat harga saham akan naik. Marini, L (2008)
menemukan bahwa ROE berpengaruh negatif terhadap return saham.
D. MANAGERIAL OWNERSHIP
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham, sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan
sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang,
sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling
theory).
Menurut Wahyudi, Untung (2006), untuk memaksimumkan nilai
perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga
semua klaim keuangan seperti hutang, warran, maupun saham preferen. Penyatuan
kepentingan pemegang saham, debtholders, dan manajemen yang merupakan
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali
menimbulkan masalah-masalah (agency problem). Agency problem dapat
19
dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional). Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai
perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki.
Dalam sebuah perusahaan akan selalu timbul konflik kepentingan antara
manajer di satu sisi dengan pemegang saham di sisi lain. Ini disebabkan masingmasing pihak memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap tujuan perusahaan.
Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham biasanya juga terjadi
berkaitan dengan keputusan investasi yang akan dilakukan oleh perusahaaan.
Pihak manajemen biasanya lebih menyukai investasi dengan resiko lebih rendah
untuk melindungi posisinya sedangkan pemegang saham lebih menyukai investasi
yang beresiko tinggi dengan harapan memperoleh kembalian atau return yang
tinggi. Konflik kepentingan ini mau tidak mau harus dipecahkan karena apabila
tidak hal ini akan berakibat buruk terhadap kinerja perusahaan.
Managerial ownership menjadi salah satu upaya yang bisa ditempuh untuk
mengurangi konflik ini. Managerial ownership menunjukkan kepemilikan
manajer atas saham di dalam sebuah perusahaan. Ini berarti seorang manajer akan
berkedudukan ganda, tidak hanya sebagai seorang manajer saja tetapi juga
merupakan pemegang saham. Dengan kedudukan yang ganda seorang manajer
dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukannya memiliki dua
kepentingan, yaitu kepentingan sebagai manajer perusahaan di satu sisi dengan
kepentingan pemegang saham di sisi lain. Diharapkan dengan posisinya ini,
20
manajer bisa mengambil keputusan yang tepat bagi pihak manajemen dan
pemegang saham karena tentu saja ia tidak menginginkan keputusan yang akan
diambilnya tersebut merugikan posisinya, baik sebagai manajer maupun
pemegang saham. Jadi semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial ini akan
mampu mengurangi konflik antara manajer dan pemegang sahamnya.
Taswan (2003) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Dalam laporan keuangan,
keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham
perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi
pengguna laporan keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. Secara umum, Managerial Ownership dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Managerial Ownership =
Jumlah saham yang dimiliki manajer
X 100 %
Jumlah saham yang beredar
E. PENGARUH ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI TERHADAP
HARGA SAHAM
Menurut Dwiyati, W.A (2011), arus kas operasi berpengaruh positif
terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Poernomo (2007), juga
menunjukkan bahwa arus kas dari aktvitas operasi berpengaruh signfikan positif.
21
Terdapat banyak metode yang bisa digunakan dalam mengevaluasi dan
menilai investasi. Pada dasarnya, metode penilaian investasi bisa didasarkan atas
dua hal yaitu laba akuntansi atau arus kas. Menurut Damodaran untuk mengukur
return dari sebuah investasi, dapat digunakan accounting earnings dan arus kas
(Damodran, 1994). Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya
banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan
peristiwa yang sama.
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Jumlah arus
kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber
pendanaan dari luar.
Tujuan corporate finance adalah memaksimumkan nilai perusahaan.
Tujuan ini bisa menyimpan konflik potensial antara pemilik perusahaan dengan
kreditur. Jika perusahaan menikmati laba yang besar, nilai pasar saham (dana
pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai hutang perusahaan (dana kreditur)
tidak terpengaruh. Sebaliknya, apabila perusahaan mengalami kerugian atau
bahkan kebangkrutan, maka hak kreditur akan didahulukan sementara nilai saham
akan menurun drastis. Jadi dengan demikian nilai saham merupakan indeks yang
22
tepat untuk mengukur efektivitas perusahaan, sehingga seringkali dikatakan
memaksimumkan nilai perusahaan juga berarti memaksimumkan kekayaan
pemegang saham. Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return)
yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return
bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan dividen tunai ataupun adanya
perubahan harga saham pada suatu periode.
Arus kas operasi menunjukkan reaksi terhadap pasar karena dengan arus
kas operasi yang meningkat, investor menilai bahwa aktivitas operasi perusahaan
mampu menghasilkan kas yang cukup untuk melakukan berbagai pembayaran
termasuk membayar sejumlah dividen kepada para pemegang saham sehingga
akan menimbulkan reaksi terhadap harga saham. Selain dapat memberikan reaksi
terhadap harga saham, arus kas operasi juga dinilai dapat memberikan cerminan
bahwa dengan arus kas operasi yang baik maka dapat dikatakan bahwa kinerja
perusahaan juga baik, jika kinerja perusahaan baik, maka seharusnya perusahaan
memiliki kemampuan untuk mempertahankan labanya dengan baik dan jika
perusahaan dapat mempertahankan labanya dengan baik maka akan ada lebih
banyak investor yang tertarik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan harga
saham perusahaan tersebut.
F. PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA
SAHAM
Menurut Mardiyanto (2009: 196), ROE adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang
23
saham. ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau
nilai perusahaan.
Menurut Riyadi (2006: 155), Return On Equity (ROE) adalah
perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini
menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE sangat penting bagi
para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang tinggi berarti para
pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE
akan menyebabkan kenaikan saham.
Tambunan (2007: 179) menganalisis bahwa ROE digunakan untuk
mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan
pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini, semakin tinggi ROE
yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya.
ROE
menggambarkan
sejauh
mana
kemampuaan
perusahaan
mengahasilkan laba yang bisa diperoleh, sehingga nantinya dapat membantu
investor membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena semakin tinggi
Return on Equity yang didapat maka semakin besar laba bersih yang diperoleh
perusahaan. Dengan naiknya laba bersih dari perusahaan tersebut maka prospek
perusahaan tersebut baik, sehingga hal ini akan membuat investor akan tertarik
untuk berinvestasi dan membuat harga saham akan naik.
24
G. PENGARUH MANAGERIAL OWNERSHIP TERHADAP HARGA
SAHAM
Management ownership berperan penting sebagai mekanisme untuk
memperkecil agency conflict (Mahadwartha, 2007). Kinerja perusahaan akan lebih
baik jika saham perusahaan dimiliki oleh manajer karena manajer merasa lebih
memiliki perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007).
Wahidawati (2001) menganalisis “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan
Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif
Theory Agency” menemukan bahwa managerial ownership berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mutaminah (2003) dan Dwiyati, W.A (2011).Tetapi, Hasil ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Samsul, R (2007) yang
menyatakan bahwa managerial ownership tidak berpengaruh terhadap struktur
modal.
Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya peran ganda seorang
manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang
manajer sekaligus pemegang saham, ia tidak ingin perusahaan mengalami
kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesulitan keuangan atau
kebangkrutan usaha akan merugikan ia baik sebagai manajer atau sebagai
pemegang saham. Sebagai manajer akan kehilangan insentif dan sebagai
pemegang saham akan kehilangan return bahkan dana yang diinvestasikannya.
Cara untuk menurunkan resiko ini adalah dengan menurunkan tingkat debt yang
dimiliki perusahaan. Debt yang tinggi akan meningkatkan resiko kebangkrutan
25
perusahaan, karena perusahan akan mengalami financial distress. Karena itulah
maka manajer akan berusaha menekan jumlah debt serendah mungkin. Tindakan
ini di sisi lain tidak menguntungkan karena perusahaan hanya mengandalkan dana
dari pemegang saham. Perusahaan tidak bisa berkembang dengan cepat,
dibandingkan jika perusahaan juga menggunakan dana dari kreditor.
H. PENGARUH ARUS KAS OPERASI, RETURN ON EQUITY DAN
MANAGERIAL OWNERSHIP SECARA BERSAMA – SAMA TERHADAP
HARGA SAHAM
Arus kas operasi menunjukkan reaksi terhadap pasar karena dengan arus
kas operasi yang meningkat, investor menilai bahwa aktivitas operasi perusahaan
mampu menghasilkan kas yang cukup untuk melakukan berbagai pembayaran
termasuk membayar sejumlah dividen kepada para pemegang saham sehingga
akan menimbulkan reaksi terhadap harga saham.
Arus kas operasi juga dinilai dapat memberikan cerminan bahwa dengan
arus kas operasi yang baik maka dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan juga
baik, jika kinerja perusahaan baik, maka seharusnya perusahaan memiliki
kemampuan untuk mempertahankan labanya dengan baik dan jika perusahaan
dapat mempertahankan labanya dengan baik maka akan ada lebih banyak investor
yang tertarik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan
tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Dwiyati, W.A (2011), yaitu arus kas
operasi berpengaruh positif terhadap harga saham.
26
ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena
ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang
tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. Para analis
sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini,
semakin tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga
sahamnya.
Kinerja perusahaan akan lebih baik jika saham perusahaan dimiliki oleh
manajer karena manajer merasa lebih memiliki perusahaan. Kepemilikan
manajerial menunjukkan adanya peran ganda seorang manajer, yakni manajer
bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang manajer sekaligus
pemegang saham, ia tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau
bahkan kebangkrutan. Kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan, dapat
menimbulkan dugaan bahwa nilai perusahaan meningkat akibat dari kepemilikan
manajemen yang meningkat. Jadi jika perusahaan menerapkan GCG maka
diharapkan akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan meningkatkan
harga saham perusahaan. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan maka
dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Download