ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BEI (TAHUN 2008-2010) Resta Azzahra Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya underpricing pada penawaran saham perdana perusahaan go public di BEI tahun 2008-2010. Underpricing diukur dengan initial return, yaitu selisih lebih antara harga saham dipasar sekunder dengan harga perdana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan bantuan SPSS 17. Ada lima variabel yang diduga mempengaruhi underpricing yaitu jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap 39 sampel diperoleh hasil bahwa tidak semua variabel yang diteliti memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing secara parsial. Variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing adalah Debt to Equity Rasio dan solvabilitas. Secara simultan variabel jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, solvabilitas berpengaruh terhadap underpricing. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing, variabel solvabilitas adalah faktor yang berpengaruh paling dominan. Kata kunci : Underpricing, jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas. PENDAHULUAN Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditor berupa utang, penerbitan surat-surat utang, maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham. Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat. Transaksi penawaran umum penjualan saham perdana atau disebut IPO (Initial Public Offering) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana, kemudian saham dapat diperjualbelikan di bursa efek yang disebut sebagai pasar sekunder. Harga saham yang ditawarkan di pasar perdana merupakan kesepakatan antara emiten dan underwriter (penjamin emisi efek) yang ditunjuk oleh perusahaan emiten, sedangkan harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu berdasarkan permintaan dan penawaran. Pada saat menentukan harga saham perdana untuk IPO, emiten dan underwriter mempunyai kepentingan yang berbeda. Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga saham perdana yang tinggi karena dengan harga yang tinggi maka akan semakin besar pula dana yang diperoleh. Sedangkan di pihak lain, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan resiko keharusan membeli saham yang tidak laku terjual dengan harga murah. Oleh karena itu sebagai pihak yang memiliki informasi lebih baik dibanding emiten, underwriter akan memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten. Adanya perbedaan informasi, kepentingan dan return yang diinginkan investor mengindikasikan terjadinya underpriced, yang berarti bahwa penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah dibanding harga saham di pasar sekunder. Pihak investor memiliki kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari kelebihan antara harga saham di pasar sekunder dengan harga perdananya, sedangkan bagi pihak emiten underpricing tentunya merugikan karena perusahaan tidak memperoleh dana besar. Berbagai penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing menunjukan hasil yang tidak konsisten. Diananingsih (2003), menunjukan bahwa variabel reputasi underwriter, besarnya saham yang ditawarkan ke publik dan waktu listing mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan besarnya saham yang ditahan oleh pemilik lama tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing. Oleh karena itu sebelum mengambil keputusan untuk investasi, investor perlu memperhatikan reputasi underwriter, saham yang ditawarkan ke publik pada waktu penawaran perdana, dan waktu penundaan (delay) listing dari emiten. Variabel bebas yang diteliti Ariawati (2005), tidak semuanya memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing secara parsial. Variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing adalah besaran perusahaan, reputasi penjamin emisi dan financial leverage. Untuk variabel waktu listing, kondisi pasar dan rentabilitas (ROI) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing. Takarini dan Kustini (2007) dalam penelitiannya yang menggunakan variabel seperti Underwriter, stock offering, listing time.Bahwa keempat variebel yang digunakan perusahaan tidak semua memiliki berpengaruh secara parsial terhadap tingkat underpricing. Yang emmiliki pengaruh signifikan adalah variabel underpricing dan listing time. Penelitian yang dilakukan oleh Titaningsih (2005) dengan menggunakan variabel Debt to Equity Rasio, Return on Asset, Earning per Share, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan prosentase penawaran saham, hanya variabel EPS yang berpengaruh terhadap underpricing. Dari hasil penelitian yang sudah ada terlihat hasil penelitian yang tidak selalu konsisten mendorong penelitian dilakukan dibidang ini. Untuk melihat seberapa signifikan tingkat underpricing yang akan dialami oleh perusahaan dilihat dari faktorfaktor yang mempengaruhinya antara lain jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul: ”ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BEI (TAHUN 2008-2010)”. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: 1)Apakah faktor jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap terjadinya underpricing secara parsial. 2) Apakah faktor jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas secara signifikan terhadap terjadinya underpricing secara simultan. 3.)Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing, faktor apakah yang berpengaruh paling dominan? Penelitian dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas terhadap underpricing; untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas secara simultan; untuk megetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap underpricing. TINJAUAN PUSTAKA 1. Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan Sebelum mengambil keputusan untuk investasi, investor perlu memperhatikan jumlah saham yang ditawarkan emiten ke publik pada waktu penawaran perdana. Proposi saham yang ditawarkan dapat digunakan sebagai proksi terhadap faktor ketidakpastian yang akan diterima oleh investor. Hal tersebut telah dikemukakan oleh Nurhidayati dan Indriantono (1998) (dalam Diananingsih 2003). Proposi dari saham yang ditahan dari pemegang saham lama dapat menunjukan aliran informasi dari saham emiten ke calon investor. Semakin besar proposi saham yang dipegang oleh pemegang saham lama semakin banyak informasi privat yang dimiliki oleh pemegang saham lama. Investor lama mengeluarkan biaya untuk mendapatkan informasi guna pengambilan keputusan. Dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh investor tersebut maka akan investor mengharapkan mendapat tingkat initial return yang tinggi. 2. Besaran Perusahaan Besaran perusahaan dapat dijadikan sebagai proxy tingkat ketidakpastian saham. Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar dapat lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Bila informasi ditangan investor banyak, maka tingkat ketidakpastian investor akan masa depan perusahaan dapat diketahui, sehingga tingkat underpricing menjadi rendah (Tyagita:2009). 3. Debt to Equity Rasio DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang. DER menunjukkan imbangan antara tingkat leverage (penggunaan utang) dibandingkan modal sendiri perusahaan. Semakin besar nilai DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan utang-utang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar DER menunjukan resiko perusahaan yang tinggi pula, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi. Amelia (2008) menyatakan bahwa variabel DER berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. 4. Return on Equity Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Pandji dan Pakarti, 2006:111). Profitabilitas yang tinggi menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi. Laba merupakan informasi yang penting bagi investor dalam pengambilan keputusan. Pengukuran Profitabilitas dapat dilihat melalui Rerutn on Equity (ROE). ROE menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui nilai ROE investor dapat mengetahui besar kecilnya keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari modal sendiri di masa yang akan datang. ROE yang tinggi akan mengurangi tingkat ketidakpastian perusahaan pada saat penawaran perdananya sehingga dapat mengurangi tingkat underpricing (Tyagita:2009). 5. Solvabilitas Solvabilitas perusahan berkaitan dengan ketersediaan modal kerja perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar perusahaan seperti utang dan pinjaman bank. Dalam hal ini manajer suatu perusahaan hanya akan menggunakan tingkat utang tinggi bila diperkirakan ada prospek yang menguntungkan, demikian juga bagi pihak kreditur dalam memberikan pinjamannya. Dengan demikian rasio penilaian ketersediaan modal merupakan informasi yang dipertimbangkan oleh para investor, sehingga diperkirakan berpengaruh terhadap terjadinya underpricing (Febriana:2004). 6. Underpricing Underpricing adalah keadaan di mana harga saham pada saat IPO lebih rendah dibanding ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Penentuan harga saham pada saat penawaran umum ke publik, dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan underwriter. Sedangkan harga saham yang terjadi di pasar sekunder merupakan hasil mekanisme pasar yaitu hasil dari mekanisme penawaran dan permintaan. Fenomena underpricing terjadi karena adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan pihak emiten, biasanya disebut asymetry informasi (Trisnaningsih:2005). Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka dapat dikemukakan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang hendak dibahas melalui penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan sebagai berikut: 1. Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity, Return on Equity, dan solvabilitas terhadap underpricing secara parsial. Ha : Ada pengaruh signifikan antara jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas terhadap underpricing secara parsial. Adapun kriteria pengujian Ho sebagai berikut: Ho diterima jika T hitung < T tabel Ho di tolak jika T hitung > T tabel 2. Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas terhadap underpricing secara simultan. Ha : Ada pengaruh signifikan antara jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas terhadap underpricing secara simultan. Adapun kriteria pengujian Ho sebagai berikut: Ho diterima jika F hitung < F tabel Ho di tolak jika F hitung > F tabel 3. Terdapat pengaruh paling mempengaruhi underpricing. dominan diantara faktor-faktor yang Kerangka Pemikiran Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan (X1) (X8) Besaran perusahaan (X2) Debt to Equity Rasio (X3) Underpricing (Y) ROE (X4) Solvabilitas (X5) Gambar 1. Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Obyek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah perusahaanperusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) dan mengalami underpricing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Selama periode ini tercacat 54 perusahaan yang melakukan IPO, sedangkan yang mengalami underpricing hanya 45 perusahaan. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel dependen adalah underpricing yang dicerminkan dari initial return yaitu selisih lebih antara harga saham di pasar sekunder dengan harga perdananya di pasar primer (Febriana:2004). Closing Price – Offering Price Initial Return = ───────────────── x 100% Offering Price Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Saham yang Ditawarkan Perusahaan Besaran saham yang diawarkan perusahaan didapatkan dari jumlah saham kepada masyarakat pada penawaran perdana (Diananingsih:2003). 2. Besaran Perusahaan Ukuran yang digunakan untuk variabel ini adalah total aktiva perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan listing di pasar modal (Ariawati:2005). 3. Debt to Equity Rasio Rasio ini megukur jumlah utang atau dana dari luar perusahaan terhadap modal sendiri (Handayani:2008). Total Debt Debt to Equity Ratio = X 100 % Total Shareholder’s Equity 4. Return on Equity (ROE) Penelitian ini menggunakan Return on Equity (ROE) sebagai pengukur tingkat keuntungan perusahaan, dengan perbandingan antara total laba bersih dengan total modal (Tyagita:2009). Net income after tax Return on Equity = ────────────── X 100% Total Equity 5. Solvabilitas Dalam penelitian ini pengukuran solvabilitas perusahaan dihitung dengan menggunakan rasio antara total utang dengan total asset (Febriana:2004). Total Utang Solvabilitas = ───────── X 100% Total Asset Metode Analisis Data Untuk analisis digunakan teknik regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara beberapa variabel bebas dengan bantuan program SPSS 17. Model yang digunakan adalah: UP = a + b1 JS+ b2 BP + b3 DER + b4 ROE + b5 SOLV + e Dimana: UP a b1-b7 e JS BP DER ROE SOLV : underpricing hari pertama sebagai dependen variabel : konstanta : koefisien regresi dari setiap variable independen : Error term : jumlah saham yang ditawarkan perusahaan : besaran perusahaan : Debt to Equity Rasio : Return on Equity : Solvabiliatas HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan pengujian terhadap masing-masing normalitas pada unstandardized residual. Pengujian dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov. Data yang berdistribusi ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (Handayani:2008). Dengan Hasil pengujian regresi menunjukkan sebagai berikut: Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan PP Plot Pengujian normalitas menunjukkan bahwa nilai residual sudah berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan gambar PP Plot yang menujukkan bahwa titik berada tidak jauh dari garis diagonal. Selain itu uji Komitmen Kolmogorov Smirnov juga menunjukkan memiliki signifikansi di atas 0,05. b. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier diantara variabel-variabel independen dengan model regresi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Tolerance Value dan VIF dengan kriteria pengujian sebagai berikut: 1. Jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10 dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas 2. Jika angka tolerance di bawah 0,1 dan VIF > 10 dikatakan terdapat gejala multikolinearitas (Ariawati:2005). Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel menunjukkan nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10 . Hal ini berarti bahwa model variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas dalam model regresi. c. Uji Heteroskedastisitas Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan metode grafik Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), yaitu dengan deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara SRESID dan ZPRED (Trisnaningsih:2005). Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat di simpulkan bahwa tidak adanya masalah Heteroskodatisitas. Gambar 4.2 Scatterplots d. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test). Jika nilainya mendekati 2 maka tidak terjadi autokorelasi, tetapi jika nilainya nol atau 4 maka terjadi autokorelasi. Jika datanya cross series angka Durbin-Watson diabaikan dan model reliabel sebagai dasar analisis (Febriana:2004). Angka Durbin Watson sebesar 1,569, angka tersebut mendekati angka dua dan lebih kecil dari empat dan yang berarti tidak terjadi autokorelasi. Pengujian Hipotesis Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Berganda Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 Std. Error B Coefficients 2.495 .018 -.144 -.771 .446 -.142 -.749 .459 .576 2.349 .025 -.285 -1.659 .107 -2.975 .005 (Constant) 1.543 .618 LNJS -.024 .031 LNBP -.016 .021 DER .066 .028 ROE -.461 .278 SOLV -.669 .225 -.660 Multiple R = 0.552 R Aquare = 0.304 Adj. R Aquare = 0.199 F Hitung = 2.889 Sif F = 0.29 DW Statistik = 1.569 Sumber : Data sekunder yang diolah Sig. t Beta Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: UP = 1,543 – 0,024LNJS – 0,016LNBP + 0,066DER – 0,461ROE – 0,669 SOLV + e a. Hopitesis Pertama Dari hasil pengujian secara simultan, hasil yang diperoleh adalah diketahui bahwa nilai dari F hitung adalah sebesar 2,889 sedangkan nilai F tabel dengan df = n-k-1 = 39-7-1=31 adalah 2,32 yang berarti F tabel < F hitung. Tingkat signifikansi menunjukan 0,029 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara terdapat pengaruh yang signifikan antara veariabel jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, Debt to Equity Rasio, Return on Equity, dan solvabilitas terhadap underpricing secara bersama-sama. Dari tampilan output besarnya R Squere adalah 0,304, hal ini berarti variable independen memberikan pengaruh sebesar 30,4% terhadap variable dependen. Sedangkan sisanya 69,6% menunjukan adaanya pengaruh variable diluar model regresi. b. Hipotesis Kedua Tabel 4.2 Hasil Keputusan Penelitian Variabel Penelitian Nilai T Hitung Nilai T Tabel LNJS 0,771 2,039 LNBP 0,749 2,039 DER 2,349 2,039 ROE 1,659 2,039 SOLV 2,975 2,039 Signifikan 0,449 0,459 0,025 0,107 0,005 Taraf Signifikan 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 Keputusan Terima Ho Terima Ho Tolak Ho Terima Ho Tolak Ho Dari hasil analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa tidak semua varibel indevenden yang diteliti brepengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Variabel yang berpengaruh terhadap underpricing adalah variabel Debt to equity Rasio dan solvabilitas. c. Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis data untuk variabel solvabilitas di peroleh T hitung sebesar 2,975 dengan tingkat signifikan 0.05 dan nilai koefisien regresinya sebesar 0,669. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa variabel solvabilitas merupakan variabel yang paling berpengaruh paling dominan terhadap underpricing. Pembahasan 1. Pengujian Variabel Jumlah Saham yang Ditawarkan Perusahaan Jumlah saham tidak berpengaruh signifika terhadap underpricing. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Triani dan Hikmah (2006) yang menyatakan bahwa jumlah saham yang ditawarkan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Namun temuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Diananingsih (2003) dan Handayani (2008) yang menyatakan adanya hubungan signifikan antara jumlah saham yang ditawarkan perusahaan dengan underpricing. Triani dan Hikmah (2006) menyatakan jumlah saham yang ditawarkan perusahaan tidak digunakan oleh investor sebagai dasar untuk membeli saham dan kurangnya pengalaman investor dalam menganalisis informasi yang ada yang telah disediakan perusahaan emiten berupa prospektus. Tanda koefisien regresi ini adalah negatif. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa semakin besar jumlah saham yang ditawarkan perusahaan belum tentu menyebabkan tingkat underpricing yang semakin tinggi dikarenakan perusahaan mampu mengurangi ketidakpastian sehingga memperkecil underpricing. 2. Pengujian Variabel Besaran Perusahaan Besaran perusahaan diperoleh tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2008) yang menyatakan bahwa besaran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Hal ini menunjukan bakwa investor tidak mempertimbangkan besaran perusahaan untuk membeli saham perusahaan pada saat IPO. Namun temuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariawati (2005), Triani dan Hikmah (2006), Tyagita (2006), Handayani (2008) yang menyatakan bahwa besaran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Tanda arah pengaruh adalah negatif, artinya semakin besar perusahaan semakin kecil underpricing. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal, maka informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak daripada perusahaan kecil. Informasi yang memadai akan mengurangi tingkat ketidakpastian investor akan prosfek perusahaan kedepan, karena menurut Ariawati (2005) dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaaan pasar secara keseluruhan. Jadi tingkat underpricing perusahaan berskala besar cenderung lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan beskala kecil. 3. Pengujian Variable Debt to Equity Rasio (DER) Variabel DER memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. DER menunjukan kemampuan membayar utang dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2008), Trisnawati (2005), dan Ariawati (2005) yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara DER dengan underpricing. Namun temuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) yang menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Semakin tinggi DER semakin tinggi pula resiko perusahaan. Para investor akan mempertimbangkan rasio ini sebelum membeli saham perdana perusahaan, akibatnya tingkat ketidakpastian harga saham akan semakin besar dan underpricing akan semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan Ariawati (2005) yang menyatakan perusahaan yang memiliki tingkat DER tinggi akan lebih cenderung menggunakan dana hasil IPO untuk membayar utangnya daripada untuk kegiatan investasi guna melakukan ekspansi baru. Hal tersebut mengurangi minat investor untuk membeli saham. Para investor dalam melakukan keputusan investasi tentu akan mempertimbangkan informasi DER. Oleh sebab itu tingkat ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan menyebabkan semakin tinggi underpricing. 4. Pengujian Variabel Return on Equity (ROE) Variabel Return on Equity menunjukan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Temuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Tyagita (2009) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Return on Equity menunjukan kemampuan suatu perusahaaan dalam mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba. Menurut Tyagita (2009) dengan mengetahui nilai ROE investor dapat mengetahui besar kecilnya keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari modal sendiri di masa yang akan datang. Alasan mengapa ROE tidak berpengaruh karena tingkat rasio ini rendah. Para investor lebih memilih perusahaan dengan nilai ROE tinggi. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta laba yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian investor. 5. Pengujian Variabel Solvabilitas Variabel solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Hasil ini mendukung hasil penelitian Febriana (2004) yang menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Namun temuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2008) yang menyatakan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Solvabilitas perusahan berkaitan dengan ketersediaan modal kerja perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar perusahaan seperti utang dan pinjaman bank. Nilai solvabilitas yang tinggi menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang semakin baik. Solvabilitas yang tinggi akan mengurangi tingkat ketidakpastian perusahaan pada saat penawaran perdana, sehingga dapat mengurangi tingkat underpricing. Febriana (2004) menyatakan manajer suatu perusahaan hanya akan menggunakan tingkat utang tinggi bila diperkirakan ada prospek yang menguntungkan, demikian juga bagi pihak kreditur dalam memberikan pinjamannya. Dengan demikian rasio penilaian ketersediaan modal merupakan informasi yang dipertimbangkan oleh para investor sebelum membeli saham perdana. Perusahaan dapat menyakinkan ainvestor bahwa perusahaan akan miliki prospek bagus dimasa mendatang, jadi akan menurunkan tingkat underpricing. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya underpricing pada penawaran saham perdana perusahaan go public di BEI tahun 2008-2010 dengan sampel penelitian sebanyak 39 perusahaan. Underpricing diukur dengan initial return, yaitu selisih lebih antara harga saham dipasar sekunder dengan harga perdana. Dari lima variabel yang diduga mempengaruhi underpricing, hanya dua variabel yang memiliki pengaruh terhadap underpricing. Variabel tersebut antara lain Debt to Equity Rasio dan solvabilitas. Sedangkan variabel jumlah saham yang ditawarkan perusahaan, besaran perusahaan, dan Return on Equity, tidak berhasil dibuktikan adanya pengaruh signifikan terhadap underpricing. Secara berasama-sama seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing, variabel solvabilitas adalah faktor yang berpengaruh paling dominan. Saran Hail penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara Debt to Equty Rasio dan solvabilitas dengan underpricing. Oleh karena itu investor harus memperhatikan Debt to Equty Rasio dan solvabilitas sebelum melakukan investasi agar mendapatkan initial return yang tinggi. Dan perusahaan juga harus mempetimbangkan informasi keuangan perusahaan dalam mengambil keputusan melakukan IPO unutk memperkecil underpricing. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandnji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta:Rineka Cipta. Triani, Apriliani dan Nikmah. 2006. “Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi Auditor, Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan Fenomena Underpricing: Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Tyagita, Ayu. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007). Skripsi Unversitas Sebelas Maret, Surakarta. Febriana, Dian. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Perdana pada Perusahaan Go Publik di bEJ (2000-2002). Skripsi Universitas Islam Indonesia,Yogyakarta. Darmadji, Tjipto dan Hendy M.Fakhruddin. 2001. Pasar modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. . 2006. Pasar modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Yasa, Gerianta Wirawan. 2008. “Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akutansi Universitas Udayana. Habib, Arief. 2008. Kiat Jitu Peramalan Saham Analisis dan Teknikal. Yogyakarta: Andi Offset. Diananingsih, Harum Indinah. 2003. ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat UnderPricing pada penawaran Saham Perdana (IPO) (Studi Kasus pada Perusahaan Go Publik yang Terdapat di PT BEJ Tahun 1997-2001”. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Husnan, Suad dan Eny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 5. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Nachrowi, D Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: LP FE UI. Takarini, Nurjanti dan Kustini. 2007. ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempenganrui Tingkat Underpricing pada Penawaran Saham Perdana (IPO) pada Perusahaan Yang Go Public di BEJ”. Jurnal Arthavida, Tahun 8, No 1. Raharjaputra, Hendra S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk Eksekutif Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. S. Munawir.2007. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan ke Empat Belas. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Ariawati, Siti. 2005. ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengarui Tingkat Underpricing pada Penawaran Perdana (IPO) (Studi pada perusahaan Go Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 1999-2003)”. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Handayani, Sri Retno. 2008. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus pada Perusahaan Keuangan Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006)”. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Trisnaningsin, Sri. 2005. ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 4, No 2. Sundjaja, Ridwan dan Inge Berlian. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Edisi ke lima. Jakarta: Literata Lintas Media. http://www.idx.co.id. http://www.ipotindonesia.com. http://www.e-bursa.com