BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perubahan pola makan dan gaya hidup masyarakat dewasa ini cenderung menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti kegemukan, susah buang air besar (konstipasi) dan beberapa masalah yang terkait dengan jantung dan pembuluh darah. Kecenderungan mengkonsumsi sumber pangan mengandung lemak tinggi dan kurang mengkonsumsi pangan kaya serat menjadi pemicu masalah kesehatan tersebut. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 sebanyak 16,7 juta orang meninggal karena penyakit jantung koroner, dan jumlahnya meningkat menjadi 17,3 juta orang pada tahun 2008. Angka ini diperkirakan terus meningkat mencapai 23,3 juta jiwa pada tahun 2030. Di Indonesia 30% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (Berawi dan Andini, 2013). Salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner adalah hiperkolesterolemia yang ditandai dengan kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-C) dan trigliserida (TG) serta penurunan kadar High Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C) (Almatsier, 2003). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya kadar kolesterol darah pada kondisi hiperkolesteremia sangat beresiko terhadap degenerasi pembuluh darah. Distribusi kolesterol sangat penting diketahui karena konsentrasi total kolesterol yang tinggi belum tentu menyebabkan penyempitan pembuluh darah bila diimbangi dengan peningkatan jumlah kolesterol HDL (Grundy, 1991). 1 Pemberian diet rendah kolesterol dan rendah lemak tidak hanya menurunkan kolesterol LDL tetapi kadang juga menurunkan kolesterol HDL, sehingga pemberian diet yang dapat menurunkan kolesterol LDL tanpa menurunkan kolesterol HDL lebih diutamakan. Hiperkolesterolemia seringkali terkait dengan beberapa kondisi, diantaranya adalah gangguan fungsi tiroid. Hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol darah, sehingga pada penanganan hiperkolesterolemia pemeriksaan fungsi tiroid sering diperhitungkan. Hormon tiroid berperan dalam metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hormon tiroid menstimulasi sintesis kolesterol dengan cara menginduksi enzim 3-hydroy-3methyl-glutaryl-CoA (HMG CoA) reductase di hati. Hormon tiroid mengatur metabolisme lipid melalui peningkatan regulasi reseptor LDL yang menyebabkan peningkatan katabolisme LDL (Saleh, 2015). Menurut Rizos, et al (2011), disfungsi tiroid memiliki dampak yang besar pada lemak sehingga menjadi salah satu faktor resiko kardiovaskular. Skrining fungsi tiroid dapat dilakukan pada sampel penelitian hiperkolesterolemia agar diperoleh sampel dengan kondisi hiperkolesterolemia tanpa adanya pengaruh dari gangguan fungsi tiroid. Dewasa ini masyarakat mulai berupaya untuk mencari alternatif pengobatan maupun pencegahan penyakit dengan menggunakan bahan alami. Keuntungan menggunakan bahan alami adalah selain mudah didapat, harganya relatif lebih murah dan efek sampingnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetik. Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pemanfaatan pati resisten. 2 Pati resisten (RS) merupakan pati atau produk degradasi pati yang tidak dapat dicerna oleh usus manusia yang sehat (Asp,1992). Pati resisten ini selain mempunyai manfaat seperti serat pangan juga mempunyai kelebihan untuk mencegah kanker kolon, serta meningkatkan mikroflora usus dan kadar asam lemak rantai pendek pada usus besar. Pati resisten telah terbukti baik bagi fungsi fisiologi tubuh, antara lain : menurunkan indeks glikemik, menurunkan kolestrol, dan mengurangi risiko kanker usus sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pangan fungsional (Faridah et al. 2008). Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa pati resisten mempengaruhi metabolisme lemak, termasuk total lipid, kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), trigliserida dan trigliserida kaya lipoprotein (Syamsir, 2013). Salah satu sumber pati resisten adalah buah pisang. Menurut Wang et al, (2014), buah pisang yang belum masak kaya akan pati resisten tipe 2 (RS 2). Kandungan pati pada pisang cukup tinggi, mencapai 20-30% sehingga merupakan sumber pati resisten yang potensial (Rosida, 2011). Menezes et al, (2011) melaporkan kandungan pati tepung dari pisang mentah sebanyak 73,4%, kandungan pati resistennya mencapai 48,99% dan serat pangan 7,2%. Aktivitas antioksidan pada kulit pisang diprediksi dapat menurunkan kolesterol (Ratnawati dan Widowati, 2011). Kandungan pektin dalam kulit pisang mencapai 0,9% dari berat kering dan pektin sendiri merupakan serat pangan larut air yang memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah (Almatsier, 2003). Horigome, et al (1992) melaporkan efek hipokolesterolemia 3 bubur pisang pada tikus. Horigome menyatakan bahwa kandungan serat pangan larut air dan tidak larut air terutama selulosa mempunyai efek hipokolesterolemik pada tikus hiperkolesterolemia. Salah satu jenis pisang dari golongan plantain yang produksinya berlimpah namun belum banyak dimanfaatkan terutama dalam bidang kesehatan adalah pisang Uter. Beberapa daerah menyebut pisang ini dengan pisang Raja Bandung atau pisang Siem. Pemanfaatan pisang ini baru sebatas pakan burung dan diolah menjadi ceriping pisang. Pisang Uter memiliki rasa manis, tekstur daging berserat, kadar gula 27%, kadar pati 79,8% dan tinggi kalori (Anonim, 2009). Dengan melihat kandungan pati resisten beberapa jenis pisang pada penelitian yang telah ada dan efeknya terhadap penurunan kolesterol pada kondisi hiperkolesterolemia serta produksi pisang Uter yang berlimpah dan belum optimalnya pemanfaatan pisang Uter terutama di bidang kesehatan, maka peneliti ingin mengetahui efek kesehatan pisang Uter dalam menurunkan kolesterol darah pada tikus percobaan. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah: 1. Berapakah kandungan pati resisten tepung pisang Uter? 2. Apakah ada perbedaan potensi efek hipokolesterolemik tepung daging buah, buah utuh dan kulit pisang Uter pada tikus Sprague Dawley hiperkolesterolemia dengan fungsi tiroid normal? 3. Bagaimana karakteristik digesta (kadar air, pH, berat total, kolesterol dan SCFA) dari tikus hiperkolesterol yang diberi diet tepung pisang Uter? 4 1.3 TUJUAN TUJUAN UMUM Mengetahui efek hipokolesterolemik tepung Pisang Uter pada tikus Sprague Dawley hiperkolesterol dengan fungsi tiroid normal dan karakteristik digesta tikus setelah pemberian diet tepung pisang Uter. TUJUAN KHUSUS 1. Untuk mengetahui kandungan pati resisten pada tepung daging buah, tepung buah utuh dan tepung kulit pisang Uter 2. Untuk mengetahui perbedaan efek hipokolesterolemik tepung daging buah, tepung buah utuh dan tepung kulit pisang Uter pada tikus Sprague Dawley hiperkolesterolemia dengan fungsi tiroid normal 3. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik digesta (kadar air, pH, kolesterol dan SCFA) dari tikus Sprague Dawley hiperkolesterol yang diberi diet tepung daging buah, buah utuh dan kulit buah pisang Uter. 1.4 MANFAAT Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat untuk : 1. Perkembangan ilmu pengetahuan terutama tentang pemanfaatan buah pisang Uter dalam bidang kesehatan 2. Aplikasi di masyarakat sebagai salah satu produk bahan pangan yang dapat digunakan untuk membantu menurunkan kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia 5