Bisa Perbaiki DNA, Tiga Ilmuwan Ini Dapat Nobel Kimia Abstract not found or type unknown 341307_peraih-nobel-kimia-2015_663_382 Tomas Lindahl, Paul Modrich, dan Aziz SancarImage Peraih Nobel Kimia 2015 (cbc.ca) Tiga orang ilmuwan dinobatkan sebagai penerima Nobel Kimia 2015. Hadiah ini diberikan atas kontribusi mereka menemukan cara untuk memperbaikin sel DNA, sebuah cetak biru dalam tubuh manusia yang rumit dan diklaim tidak bisa diubah. Tomas Lindahl. Pria berusia 77 tahun ini bekerja sebagai ilmuwan di Francis Crick Institute dan Clare Hall Laboratory, London. Dia dianggap telah menemukan cara bagaimana sel secara umum memperbaiki kerusakan DNA. Sedangkan Paul L. Modrich, yang berusia 69 tahun, bekerja di Howard Hughes Medical Institute dan Duke University School of Medicine. Dia dikenal sebagai penemu cara bagaimana sel bisa memperbaiki kesalahan pada replika DNA. Terakhir adalah Aziz Sancar. Pria berusia 69 tahun ini bekerja di University of North California. Dia mampu memetakan bagaimana sel bisa memperbaiki kerusakan DNA dari cahaya ultraviolet. "Ketiganya merupakan pionir yang mampu menjelaskan mekanisme dasar, yang bisa membantu menjaga integritas gen manusia," ujar Claes Gustafsson, komite Nobel Kimia, seperti dikutip dari NY Times, Kamis, 8 Oktober 2015. Diketahui, tubuh manusia terdiri dari triliunan sel hidup, yang masing-masing berisi massa DNA yang saling melingkar yang jika diluruskan akan menjadi panjang sekitar enam kaki. Pada gilirannya, setiap helai sela membawa ribuan instruksi genetik yang diperlukan untuk menjalankan tubuh. Sayangnya, molekul DNA tidak stabil. Genom setiap sel mengalami ribuan perubahan spontan setiap harinya. Menyalin DNA untuk pembelahan sel dan penggandaan, yang terjadi dalam tubuh jutaan kali setiap hari, ternyata memiliki efek buruk. Akhirnya, DNA bisa rusak oleh cahaya ultraviolet dari matahari dan polusi industri atau racun alami (seperti asap rokok). Kekacauan mekanisme perbaikan DNA inilah yang bisa diatasi oleh ketiga peraih Nobel Fisika itu. Oleh : Siti Sarifah Alia You can peer-review this publication here