BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu­individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan dan mengendalikan aktifitas­aktifitas, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu (Nurhayati, 2010). Terdapat pula pendapat lain yang menyatakan menajemen sebagai suatu proses untuk membuat aktifitas terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins dan Coultar, 1996:6). Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses penggunaan sumber daya organisasi dengan menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Proyek merupakan suatu aktifitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Nurhayati, 2010). Karakteristik proyek: 1. Memiliki sebuah tujuan tertentu 2. Memiliki titik (saat) awal dan titik akhir tertentu 3. Melibatkan beberapa departemen dan profesi 4. Seringkali melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya 5. Spesifik dalam waktu, biaya dan syarat performansi II ­ 1 BAB II LANDASAN TEORI Manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu pula. 2.2 Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan pengertian diatas, manajemen dapat diartikan sebagai pengaturan. Maka sistem manajemen mutu adalah kesatuan dari berbagai komponen (komponen dalam hal ini adalah prosedur, manual, struktur organisasi, kebijakan dan sebagainya) untuk melakukan aktifitas­aktifitas yang mempengatuhi mutu produk atau pelayanan yang dihasilkan organisasi. Adapun manfaat dari penerapan sistem manajemen mutu selain menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan serta memperbaiki kinerja organisasi (survey Mobil – Lloyd : 1999). 2.3 Manajemen Kinerja a. Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari pengertian performance yang mana biasa diberikan pengertian sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan, dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998:15). Manajemen kinerja diawali dengan perumusan dan penetapan tujuan yang hendak dicapai. Atas dasar tujuan tersebut, dirancang sumber daya yang diperlukan, baik sumber daya alam, sumber daya kapital, sumber daya manusia, teknologi, dan mekanisme kerja yang ditempuh dalam mencapai tujuan organisasi. II ­ 2 BAB II LANDASAN TEORI Kinerja organisasi ditunjukkan oleh bagaimana proses berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. b. Kinerja Biaya Biaya adalah jumlah segala usaha dan pengeluaran yang dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi, dan mengaplikasikan produk. Dengan penerapan kinerja biaya, dapat dicapai realisasi biaya pelaksanaan yang sesuai dengan rencana anggaran atau bahkan lebih kecil dari rencana anggaran. 2.4 Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya dalam mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan/pedoman bagi pelaksana mengenai alokasi sumber daya dalam melaksanakan kegaitan. Berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadualan, anggaran dan mutu. Tahapan dalam menyusun suatu perencanaan adalah: 1. menentukan tujuan yaitu sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang dilakukan, 2. mementukan sasaran yaitu suatu titik tertentu yang perlu dicapai guna mewujudkan suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, 3. mengkaji posisi awal terhadap tujuan yaitu untuk mengerahui sejauh mana kesiapan dan posisi, maka perlu diadakan kajian terhadap posisi dan situasi awal tehadap tujuan dan sasaran yang akan dicapai, 4. memilih alternatif adalah selalu tersedianya beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran. Dalam memilih II ­ 3 BAB II LANDASAN TEORI alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan memerlukan kejelian dan pengkajian yang seksama agar alternatif yang dipilih lebih tepat, 5. menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan, proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan. 2.5 Penjadualan Penjadualan merupakan perangkat untuk menentukan aktifitas yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu proyek dengan urutan serta kerangka dan biaya yang ekonomis. Penjadualan meliputi tenaga kerja, material, peralatan, keuangan dan waktu. Dengan penjadualan yang tepat maka beberapa macam kerugian dapat seperti keterlambatan, pembengkakan biaya dan perselisihan dapat dihindari. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh 1. Bagi Pemilik Proyek a. mengetahui waktu mulai dan selesai proyek, b. menrencanakan aliran kas, c. mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu dan biaya proyek. 2. Bagi Pelaksana Proyek a. memprediksi kapan suatu kegiatan yang spesifik dimulai dan diakhiri, b. merencanakan kebutuhan material, perlatan dan tenaga kerja, c. mengatur waktu keterlibatan sub kontraktor , d. menghindari konflik antara sub kontraktor dengan pekerja, e. merencanakan aliran kas, dan f. mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu dan biaya proyek. II ­ 4 BAB II LANDASAN TEORI Jenis­jenis Penjadualan : a. Diagram Anak Panah (Arrow Diagram) – kegiatan diletakan pada anak panah b. Diagram Preseden (PDM – Presedence Diagram Method) – kegiatan terletak pada titik node. c. Diagram Batang (Barchart). d. Kesetimbangan Garis (LoB – Line of Balance) : Metode penjadualan untuk proyek atau subproyek yang mempunyai kegiatan identik. e. Penjadualan Probabilistik (PERT – Probability Evaluation Review Technique) : Metode penjadualan dimana durasi kegiatan tidak pasti, hal ini disebabkan karakteristik kegiatan yang memang memberikan kemungkinan (probabilistic) yang diperhitungkan secara statistik. Fungsi Penjadualan : a. Menentukan durasi proyek b. Menetukan jalur dan kegiatan kritis c. Menentukan progres pelaksanaan (kurva – S) d. Dasar untuk menghitung aliran kas e. Pengendalian proyek (earned value, least cost analysis) 2.6 Pengendalian Pengendalian merupakan usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan II ­ 5 BAB II LANDASAN TEORI efisien dalam rangka mencapai sasaran. Fungsi utama pengendalian adalah memantau dan mengkaji (bila perlu mengadakan koreksi). Pengendalian memantau apakah hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan patokan yang telah digariskan dan memastikan penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien. 2.7 Definisi ISO 9001 : 2000 ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang berarti sama, kata ISO bukan diambil dari singkatan nama sebuah organisasi walau banyak orang awam mengira ISO berasal dari International Standard of Organization, ISO 9001 merupakan standard internasional yang mengatur tentang sistem management Mutu (Quality Management System). Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terutama semakin luasnya dunia usaha, maka kebutuhan akan pengelolaan sistem manajemen mutu semakin dirasa perlu dan mendesak untuk diterapkan pada berbagai industri yang semakin hari semakin beragam. Organisasi pengelola standard international ini adalah International Organization for Standardization yang bermarkas di Geneva – Swiss, didirikan pada 23 February 1947, kini beranggotakan lebih dari 147 negara yang mana setiap negara diwakili oleh badan standardisasi nasional. Sejarah ISO dimulai dari dunia militer sejak masa perang dunia II. Pada tahun 1943, pasukan inggris membutuhkan sekali banyak amunisi untuk perang sehingga untuk kebutuhan ini dibutuhkan banyak sekali supplier. Sebagai konsekuensinya, maka demi kebutuhan standarisasi kualitas, mereka merasa perlu II ­ 6 BAB II LANDASAN TEORI untuk menetapkan standar seleksi supplier. 20 tahun kemudian perkembangan standarisasi ini menjadi semakin dibutuhkan hingga pada tahun 1963, departemen pertahanan Amerika mengeluarkan standar untuk kebutuhan militer yaitu MIL­Q­ 9858A sebagai bagian dari MIL­STD series. Kemudian standar ini diadopsi oleh NATO menjadi AQAP­1 (Allied Quality Assurance Publication­1) dan diadopsi oleh militer Inggris sebagai DEF/STAN 05­8. Seiring dengan kebutuhan implementasi yang semakin kompleks, maka DEF/STAN 05­8 dikembangkan menjadi BS­5750 pada tahun 1979. Atas usulan American National Standard Institute kepada Inggris, maka pada tahun 1987 melalui International Organization for Standardization, standard BS­5750 diadopsi sebagai sebuah international standard yang kemudian dinamai ISO 9000:1987. Ada 3 versi pilihan implementasi pada versi 1987 ini yaitu yang menekankan pada aspek Quality Assurance, aspek QA and Production dan Quality Assurance for Testing. Konsentrasi utamanya adalah Inspeksi produk di akhir sebuah proses (dikenal dengan final inspection) dan kepatuhan pada aturan sistem prosedur yang harus dipenuhi secara menyeluruh. Pada perkembangan berikutnya, ditahun 1994, karena kebutuhan kualitas garansi bukan hanya pada aspek final inspection, tetapi lebih jauh ditekankan perlunya proses tindakan pencegahan untuk menghindari kesalahan pada proses yang menyebabkan ketidak sesuaian pada produk. Namun demikian versi 1994 ini masih menganut sistem prosedur yang kaku dan cenderung terpusat pada Dokumen dibanding kebutuhan organisasi yang disesuaikan dengan proses internal organisasi. Pada ISO 9000:1994 dikenal 3 versi, yaitu 9001 tentang design, 9002 tentang proses produksi, dan 9003 tentang services. Versi 1994 lebih fokus pada proses manufaktur dan sangat sulit diaplikasikan pada organisasi II ­ 7 BAB II LANDASAN TEORI bisnis kecil karena banyaknya prosedur yang harus dipenuhi (sedikitnya ada 20 klausa yang semuanya wajib di dokumentasikan menjadi prosedur organisasi). Karena ketebatasan inilah, maka technical committee melakukan review atas standar yang ada hingga akhirnya lahirlah revisi ISO 9001:2000 yang merupakan penggabungan dari ISO 9001, 9002, dan 9003 versi 1994. Pada versi tahun 2000, tidak lagi dikenal 20 klausa wajib, tetapi lebih pada proses business yang terjadi dalam organisasi. Sehingga organisasi sekecil apapun bisa mengimplementasi sistem ISO 9001:2000 dengan berbagai pengecualian pada proses bisnisnya. Maka dikenallah istilah BPM atau Business Process Mapping, setiap organisasi harus memertakan proses bisnisnya dan menjadikannya bagian utama dalam quality manual perusahaan, walau demikian ISO 9001:2000 masih mewajibkan 6 prosedur yang harus terdokumentasi, yaitu procedure control of document, control of record, Control of Non conforming Product, Internal Audit, Corrective Action, dan Preventive Action, yang semuanya bisa dipenuhi oleh organisasi bisnis manapun. ISO 9001 versi 2000 lebih mengedepankan pada pola proses bisnis yang terjadi dalam organisasi perusahaan sehingga hampir semua jenis usaha bisa mengimplementasi sistem manajemen mutu ISO 9001 ini. 2.8 Pengertian Mutu Makna mutu atau kualitas suatu produk atau layanan erat kaitannya dengan tingkat kesempurnaan, kesesuaian dengan kebutuhan, bebas dari cacat dan ketidaksempurnaan, atau kontaminasi, serta kemampuan dalam memuaskan konsumen. II ­ 8 BAB II LANDASAN TEORI Dr. W. Edward Deming (1900­1993) merupakan tokoh yang telah turut memberikan warna tersendiri pada perkembangan manajemen mutu. Deming mendefinisikan mutu sebagai “kesesuaian dengan permintaan pelanggan”. Empat belas point Edward Deming yang kesohor di seluruh dunia itu adalah: 1. Membuat misi perusahaan dan komitmen terhadapnya. 2. Pelajari dan terapkan pilosofi baru. 3. Pahami tujuan pemeriksaan. Hilangkan mass inspection dengan menggunakan statistik. 4. Akhiri praktek bisnis yang dikendalikan oleh biaya. 5. Perbaiki sistem produksi dan layanan servis secara konstan. 6. Pelatihan karyawan dengan metode yang moderen. 7. Mengajar dan menanamkan kepemimpinan. Tanggungjawab para manajer dan supervisor harus diubah, dari pencapaian target berupa angka­angka belaka (kuantitas) ke kualitas. 8. Mengusir ketakutan dan menciptakan kepercayaan. 9. Mengoptimalkan tim dan usaha setiap individu. Menghilangkan barrier (penghalang) antar staff di semua area. Bangun komunikasi yang baik dan efektif. 10. Menghilangkan desakan sebagai kekuatan bekerja. menuntut hasil sempurna (tanpa defect), dan peningkatan level produktivitas tanpa menyediakan metode. 11. Hilangkan kuota angka­angka dan tujuan dalam manajemen. Gantikan dengan peningkatan mutu dan produktivitas berkesinambungan. II ­ 9 BAB II LANDASAN TEORI 12. Hapuskan barrier antara perkerja dan buat mereka untuk berbangga atas hasil pekerjaanya. 13. Mendorong pendidikan dan pelatihan karyawan untuk mereka dapat mengetahui dan mengikuti trend kemanjuan dan perkembangan. 14. Komitmen manajemen puncak (top management) dalam memenuhi hal­hal tersebut. Dan tujuah point rencana aksi dari Dr. W. Edward Deming adalah sebagai berikut : 1. Top manajer harus memahami filosofi baru dan setuju untuk mengikutinya 2. Top manajer harus berani melawan tradisi 3. Top manajer akan mendapatkan dukungan dari massa untuk membuat transformasi 4. Pada setiap tahap proses, akan ada perbaikan berkesinambungan dari metode dan prosedur 5. Mulailah membangun sebuah organisasi untuk memandu perbaikan terus­menerus 6. Setiap orang dapat mengambil bagian dalam sebuah tim yang bertujuan untuk proses perbaikan 7. Memulai konstruksi organisasi untuk kualitas Kalau Joseph M. Juran mendefinisikan mutu sebagai “ketepatan dan kesesuaian dalam pemakaian”, beliau terkenal dengan 10 tahap dalam peningkatan kualitas, yaitu : II ­ 10 BAB II LANDASAN TEORI 1. Membangun kesadaran akan kebutuhan dan kesempatan untuk perbaikan 2. Tetapkan tujuan untuk perbaikan 3. Mengatur untuk mencapai tujuan 4. Memberikan pelatihan 5. Melaksanakan proyek­proyek untuk memecahkan masalah 6. Laporan kemajuan 7. Berikan pengakuan 8. Komunikasikan hasil 9. Pertahankan Nilai 10. Menjaga momentum dengan membuat bagian perbaikan tahunan sistem reguler dan proses perusahaan Philip Crosby mendefinisikan mutu sebagai “kepuasan pelanggan”, beliau terkenal dengan 14 tahap peningkatan mutu, yaitu : 1. Mendapatkan komitmen manajemen 2. Membentuk tim peningkatan mutu 3. Menetapkan pengukuran kualitas 4. Menentukan biaya kualitas 5. Membuat karyawan sadar akan kualitas 6. Mengidentifikasi Masalah Mutu dengan Benar 7. Persiapkan hari tanpa cacat 8. Pelatihan pengawas 9. Mempertahankan komitmen hari tanpa cacat 10. Menetapkan tujuan kualitas II ­ 11 BAB II LANDASAN TEORI 11. Membangun Proses penghapusan penyebab kesalahan 12. Mengenal prestasi 13. Membangun komite kualitas 14. Pengulangan proses Edwin Scheter menyatakan bahwa untuk mencapai mutu kinerja diperlukan pengertian yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan "mutu". Pengertian mutu dihubungkan dengan karakteristik­karakteristik sebagai berikut : 1. Kesesuaian à memenuhi atau melebihi standar minimum. 2. Kecocokan à pelaksanaanya semestinya seperti yang dipromosikan. 3. Dapat dipercaya à mewujudkan fungsi yang diharapkan dalam suasana spesifik, pada waktu tertentu. 4. Hasil à persentase dari produk pelayanan sesuai dengan spesifikasi pada tiap point evaluasi. 5. Kepuasan pelanggan à memenuhi persepsi nilai­nilai (values) pelanggan. Dalam ISO 9000 : 2000, pengertian mutu adalah suatu tingkatan tertentu yang ditetapkan sesuai dengan karakteristiknya untuk memenuhi persyaratan. Persamaan yang bisa dipetik dari teori­teori tersebut diatas adalah sebagai berikut : 1. Mutu dapat didefinisikan dan diukur, dengan basis spesifikasi suatu organisasi disatu sisi dan harapan pelanggan disisi yang lain. 2. Mutu itu dinamis, Mutu yang baik, tidak saja untuk dicapai kemudian diacuhkan, tetapi dikembangkan berkelanjutan. II ­ 12 BAB II LANDASAN TEORI 3. Mutu melibatkan kompetisi tanpa batas, mutu itu bebas, bukan pemberian 4. Mutu harus dilakukan dengan mengerjakan sesuatu yang "benar" dengan cara benar pula. 5. Mutu berhubungan dengan hasil, fokus dari semua usaha adalah untuk memperoleh hasil. Dalam pekerjaan banyak orang dibingungkan bagaimana menemukan sesuatu untuk dikerjakan, karena kurang memahami essensi mutu dan kaitannya dengan pekerjaannya. 6. Mutu menjadi tanggung jawab setiap orang, perhatian terhadap akuntabilitas yang besar dari semua karyawan. Sikap dan pandangan bahwa "setiap anggota adalah perusahaan itu sendiri" harus berlaku. 7. Mutu dan biaya sangat terkait, peningkatan mutu dapat menjadi kunci untuk mengendalikan pengeluaran dan peningkatan pendapatan, tetapi proses dari peningkatan mutu itu sendiri dapat memberikan kerugian yang hebat bila tidak dikontrol atau bila organisasi menjalankan proses yang salah. 8. Mutu adalah kinerja, merupakan karakteristik operasional utama dari suatu produk pelayanan. 2.9 Gambaran Umum Perusahaan PT. Ericsson didirikan di Stockholm, Swedia pada tahun 1878 oleh Lars Magnus Ericsson, pada awalnya hanya berupa toko yang berkonsentrasi menjual telegraf. Pada Era 1970­an kemudian menjelma menjadi sebuah perusahaan yang bergerak dibidang Industri Telekomunikasi selular. Perusahaan ini juga menjadi II ­ 13 BAB II LANDASAN TEORI konsultan dan menjual produk telepon bergerak (Mobile), Jaringan Pita Lebar, serta teknologi multimedia. Di Indonesia sendiri Ericsson mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1907, kemudian pada tahun 1951 terbentuk Korps Penjualan Telepon Ericsson, tahun 1953 Kantor­kantor Pemerintah untuk pertama kalinya menggunakan Telepon Central Otomatis Ericsson, tahun 1978 PT. Erindo Utama ditunjuk sebagai distributor tunggal untuk penjualan produk Ericsson di Indonesia, tahun 1987 Ericsson menyediakan infrastruktur untuk jaringan selular pertama di Indonesia bersama dengan PT. Rajasa, tahun 1994 pertama kalinya Ericsson menyediakan infrastruktur jaringan Digital GSM 900 untuk PT. Telkom, tahun 1996 Ericcson Mendirikan Ericsson Indonesia, tahun 1997 Ericsson memasok peralatan akses fiber yang mencakup 250.000 titik di Pulau Jawa dan mendirikan Pusat Pelatihan Ericsson, tahun 2000 Ericsson Memasok semua infrastruktur untuk GSM 1800 Regional Jawa Timur untuk Lippo Telecom dan GPRS untuk Indosat Mobile Multi Media (IM3) juga Membangun Pusat Pengetahuan Ericsson sebagai penunjang Pusat Pelatihan Ericsson sekaligus memasok perluasan jaringan GSM 900 PT Excelcomindo diseluruh Jawa, Sumatra dan Bali, tahun 2001 memasok perluasan jaringan GSM 1800 dan jaringan GSM 900 untuk Sulawesi dan Kalimantan untuk Excelcomindo juga Ericsson Mobility World Indonesia didirikan untuk membantu memelihara penyedia konten lokal pada Mobile Internet serta memasok perluasan jaringan Telkomsel (GSM 900/1800) dipulau Sumatra dan terakhir 1 oktober 2001 bekerjasama dengan Sony untuk penjualan Handphone dengan Nama Sony Ericsson, II ­ 14 BAB II LANDASAN TEORI PT. Ericsson Indonesia bukanlah satu­satunya Perusahaan yang menyediakan layanan dan jasa Telekomunikasi Selular di Indonesia, untuk itu dalam bersaing di bidang ini PT Ericsson Indonesia terus mengkaji Sistem Manajemen Mutu sehingga terus menghasilkan Produk yang berkualitas, Karyawan yang Sejahtera serta pelayanan kepada Pelanggan yang maksimal serta memuaskan. PT. Ericsson Indonesia menerapkan Sistem Manajemen Mutu yang sebagian besar isinya mengadopsi dari ISO 9000 : 2000, sejalan dengan itu Manajemen Perusahaan Ericsson mempunyai Visi yaitu Menjadi Pelayan Utama untuk semua Komunikasi di Dunia, Ini berarti sebuah dunia di mana semua orang dapat menggunakan suara, data, gambar dan video untuk berbagi ide dan informasi kapan saja dan di mana pun mereka inginkan. (OUR VISION “To be the Prime Driver in an all­communicating world”), dan Misi yaitu Respek, Profesional dan Ketekunan adalah nilai­nilai yang merupakan dasar dari budaya Ericsson, membimbing kita dalam pekerjaan sehari­hari bagaimana kita berhubungan dengan orang lain dan bagaimana kita melakukan dan menjalankan bisnis. (CORE VALUES “Respect, professionalism and perseverance are the values that are the foundation of the Ericsson culture, guiding us in our daily work ­ how we relate to people and how we do business”). Dalam Menjalankan Visi dan Misinya yang sejalan dengan sistem manajemen mutu PT. Ericsson Indonesia menjalankan beberapa hal yang sangat penting untuk terus menjaga konsistensinya di industri ini yaitu antara lain : II ­ 15 BAB II LANDASAN TEORI 1. Peningkatan Organisasi (Improve Our Organization). Terus meningkatkan kemampuan organisasi untuk menjalankan proyek­proyek dari pelanggan. Konsep pendukung yang ada dirancang untuk menjadi tolak ukur kemampuan organisasi untuk menentukan area­area yang membutuhkan peningkatan. Dalam hal ini system yang digunakan dinamakan dengan Penilaian Kesempurnaan dalam lingkup Proyek (Project Environment Maturity Assessment àPEMA), system ini merupakan standar yang digunakan untuk mengukur kemampuan organisasi dimana komponennya adalah sebagai berikut Íž ­ Menilai kesempurnaan organisasi dalam menangani proyek ­ Menjadi pembanding di komunitas proyek internasional ­ Standar yang relevan untuk pengembangan kemampuan terhadap proyek ­ Standar pengukuran untuk memperbaiki metodologi menjalankan proyek PEMA digunakan secara global diseluruh bisnis unit ericsson di seluruh dunia sebagai sistem yang konsisten untuk mengelola perbaikan terus menerus terhadap organisasi. II ­ 16 BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengembangan Project Office (Develop our Project Offices) Perlunya pengembangan tersebut untuk penanganan proyek dari pelanggan, konsep yang digunakan adalah CPM Career Guide atau Customer Project Management Career Guide yang merupakan jalur karir dan menjadi bagian terpadu dari perencanaan pengelolaan sumber daya manusia, adapun komponennya adalah sebagai berikut : ­ Profesionalisme pengelolaan proyek diverifikasi oleh eksternal sertifikasi ­ Penilaian Kepemimpinan Sedangkan tugas utama dari project office adalah : a. Memantau dan mengikuti perkembangan proyek b. Menangani Portofolio proyek guna memaksimalkan keuntungan dan mengurangi resiko c. Pengembangan kompetensi d. Perbaikan berkesinambungan terhadap teknik, peralatan dan pendukung proyek e. Menangani Proyek baru II ­ 17 BAB II LANDASAN TEORI 3. Menjalankan Proyek secara konsisten (Run our projects consistenly) Dengan menggunakan model umum organisasi dapat melaksanakan proyek­proyek secara konsisten. Dengan menggunakan dan menghormati peran yang diberikan, wewenang dan tanggung jawab yang jelas, dalam suatu proyek. Metodologi pelaksanaan proyek untuk manajemen proyek penyediaan layanan didasarkan pada : ­ Kinerja Proyek yang sempurna ­ Keseragaman prestasi kerja berdasarkan proses standar ­ Manajemen sumber daya yang efisien ­ Menghubungkan Proses Manajemen Proyek dengan Proses penjualan produk dan pelayanan terhadap pelanggan. ­ Pengembangan kompetensi bagi manajer proyek 4. Audit (Project Quality Audit) Dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan sebuah proyek dan untuk menjamin kualitas dari proyek tersebut. PT. Ericsson Indonesia juga meningkatkan kerangka kerja melalui koordinasi antara operasional manajemen dengan operasional sumber daya serta pelayanan. Bidang tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan dan pemeliharaan PROPS – C (Professional Project Steering – Customer Project) II ­ 18 BAB II LANDASAN TEORI 2. Mengkonsolidasikan dan Menjalankan tuntutan Manajemen Proyek 3. Pengembangan kompetensi manajemen 4. membangun kerangka komunikasi 5. berbagi informasi bisnis dan patokan di pasaran Manajemen yang bertanggung jawab dalam memantau, mengawasi dan berkomitmen dalam menjalankan sistem manajemen mutu yang ada terdiri dari : 1. General Project Management (Manajemen Proyek Umum) Memastikan bahwa manajemen proyek terus menerus dikembangkan dan pengalaman yang didapatkan terus dikembangkan dalam organisasi. 2. Resource and Development Project Management (Manajemen Proyek Pengembangan Sumber Daya) Merencanakan dan mengontrol disiplin proyek, anggaran, metode standar, dan pengembangan produk, juga bertanggung jawab untuk pengembangan sumber daya proyek manajemen, membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan proyek dengan proses lainnya. 3. Customer Project Management (Manajemen Proyek Pelanggan) Bertanggung jawab untuk menjalankan PROPS­C (Professional Project Steering – Customer Project) yaitu dengan memprioritaskan penggunaan Informasi teknologi dalam manajemen proyek. II ­ 19 BAB II LANDASAN TEORI 4. Internal Project Management (Proyek Manajemen Internal) Bertanggung jawab atas manajemen proyek internal seperti penerapan PROPS­C dan metodologi yang berhubungan dengan internal manajemen proyek Dengan berjalannya sistem manajemen mutu diharapkan proyek berjalan sesuai yang diinginkan sehingga berdampak juga terhadap keuntungan bisnis, hal ini bisa dirasakan apabila ada kontrol penuh terhadap portofolio proyek yang memungkinkan manajemen memutuskan pada waktunya untuk mengoreksi dan meminimalkan proyek yang tidak sehat, menunjukkan kepada pelanggan bahwa proyek­proyek dikelola secara profesional sesuai dengan standar prosedur kerja dan kualitasnya terjamin dan mempertahankan dan mengembangkan personil manajemen proyek. 2.10 Prosedur Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerjaan CME (Civil Mechanical Engineering) Secara umum, lokasi ideal untuk kandidat BTS memenuhi kriterial teknis sebagai berikut: a. Kandidat berada pada koordinat titik nominal. b. Tidak adanya hambatan (LOS) dari sisi Transmisi dan Radio Frekuensi. c. Site spaces as proper to tower height land needed. d. Berada pada GSB (Garis Sepadan Bangunan dan telah memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan) Dinas Tata Kota/Pemda untuk pembangunan BTS. e. Lahan pembangunan BTS tersebut haruslah II ­ 20 BAB II LANDASAN TEORI ­ Permukaan tanah landai ­ Struktur tanah tidak berlumpur ataupun bebatuan ­ Tidak berdekatan dengan sungai, laut, dan danau ­ Tidak berdekatan dengan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) ­ Untuk Rooftop, gedungnya harus menahan beban tambahan ­ Untuk Tower Existing, strukturnya mampu menahan beban penambahan perangkat (antenna, microwave, coaxial, feeder, dll) f. Akses jalan tersedia g. Jaringan PLN harus tersedia A. Technical Site Survey Kegiatan ini dilakukan guna pengambilan data yang diperlukan terkait site yang kan dibangun untuk kepentingan perencanaan dan perancangan struktur. B. Kalkulasi Statis untuk Gedung Eksisting Untuk site rooftop, mengambil informasi yang diperlukan untuk perhitungan/analisa penentuan bahwa gedung tersebut layak digunakan termasuk dengan semua komponen tambahan yang diajukan. Gambar 2.1Hammer Test Gambar 2.2 Hammer Test II ­ 21 BAB II LANDASAN TEORI Gambar 2.3 Hammer Test C. Pekerjaan Pembesian Jenis dan mutu besi tulangan harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Material besi harus dipastikan bebas dari karat, tidak melengkung, bersih dari kotoran minyak/oli dan tidak dicat. pemotongan dan pembengkokan besi (Bar Bending schedule) harus sesuai dengan as plan drawing seperti jenis besi ulir atau polos, ukuran diameter besi, ukuran panjang dan jumlah kebutuhan besi. Gambar 2.4 Setting Pembesian D. Pekerjaan Pengecoran Sebelum pengecoran harus disiapkan laporan mix design yang menjelaskan mengenai komposisi campuran beton untuk mencapai mutu beton sesuai disain. Komposisi campuran sudah dikonversi kedalam perbandingan volume. Mix design dilakukan/diverifikasi oleh laboratorium atau universitas yang diakui. II ­ 22 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengambilan dan Pengecekan Contoh Benda Uji Pengambilan contoh campuran beton harus dilakukan selama proses pengecoran. Minimal jumlah benda uji adalah 4 buah atau sesuai dengan ketentuan setiap project, Benda uji berupa kubus dengan ukuran sisi 15 x 15 cm atau tabung dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengisian contoh beton dibagi menjadi 3 lapis dan setiap lapis harus ditumbuk/ditusuk sebanyak 35 kali menggunakan batang besi dan pada lapisan terakhir, lapisan atas harus diratakan sesuai dengan tinggi tabung atau kubus beton. F. Pekerjaan Tower Dalam pekerjaan instalasi tower (erection) beberapa hal yang harus diperhatikan adalah Dokumen yang berisi gambar detail material tower, mounting dan aksesorisnya serta spesifikasi perakitan bangunan baja ( perakitan tower), peralatan yang digunakan serta dalam pelaksanaannya sendiri. Gambar 2.5 Pekerjaan Ereksi Tower II ­ 23 Gambar 2.6 Rooftop Antenna (15 Mini Tower) BAB II LANDASAN TEORI G. Pekerjaan Installasi Shelter RBS Pondasi shelter atau perangkat outdoor harus terlihat/menonjol dari permukaan teratas (finish grade) tanpa adanya resiko terendam banjir, di lokasi lainnya ketinggian tersebut harus ditentukan oleh penelitian setempat untuk memastikan ketinggian yang diperlukan untuk memastikan tidak ada kerusakan perangkat akibat banjir. Gambar 2.7 Konstruksi CKD Shelter H. Pekerjaan Installasi Grounding Dalam pekerjaan installasi gorunding, semua material grounding seperti kabel, busbar, rod, plate, dsb) sesuai dengan spesifikasi, juga ground rod dan ground plate sesuai gambar kerja dan tidak ada pekerjaan las, kabel grounding terpasang sesuai dengan layout grounding (gambar disain) dan semua pekerjaan penanaman material grounding harus ditanam dengan kedalaman sesuai gambar disain. II ­ 24 BAB II LANDASAN TEORI Gambar 2.8 Pemasangan Groundin Gambar 2.9 Pengukuran Tahanan Grounding Gambar 2.11 Busbar di Lubang Kontrol Gambar 2.10 Lubang Kontrol I. Pekerjaan Instalasi Mechanical Electrical (ME) Dalm pekerjaan ini letak dan posisi Box Panel (ACPDB, Alarm, DC Fan Control) sesuai dengan gambar kerja baik secara ukuran dan penempatannya. Box panel bisa dipasang dengan cara disekrup (screw) atau dirivet ke dinding Shelter (Shelter CKD atau Shelter Permanent), pastikan pemasangan kabel­kabel sesuai dengan ukuran, warna dan jalur kabel yang telah ditentukan Setelah semua tahapan pekerjaan selesai selanjutnya akan dilakukan Proses Pengetesan dan Persetujuan hasil pekerjaan. II ­ 25 BAB II LANDASAN TEORI Gambar 2.13 Indoor Kabel Tray Gambar 2.12 Indoor Kabel Tray Gambar 2.15 Intruder Alarm Sensor untuk Pintu Gambar 2.14 Sensor Asap Gambar 2.16 Sensor Panas Gambar 2.17 ACPDB yang sudah terpasang dengan baik II ­ 26 BAB II LANDASAN TEORI Gambar 2.19 Instalasi Smoke Detector Gambar 2.18 Instalasi Heat Detector II ­ 27