MANFAAT SUSU KEDELAI SEBAGAI TERAPI PENURUN KADAR GLUKOSA DARAH PADA KLIEN DIABETES MELLITUS (Study eksperimental di poli penyakit dalam RSUD Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010) Aris Dwi Cahyono Dosen Akper Pamenang Pare Diabetes mellitus is a heterogeneous group of disorders characterized by an increase in the blood or hyperglycemia gluikosa (Brunner and Suddarth, 2002). Diabetes mellitus can affect other diseases such as coronary heart disease, stroke, gangrene / foot injuries, kidney failure, blindness, a sense of numbness, tingling and erectile dysfunction. The purpose of this study is to determine the effect of soy milk as a blood glucoselowering therapy in clients with diabetes mellitus. The purpose of this study was to determine whether there is influence of soy milk to the reduction of blood glucose levels in diabetes mellitus clients. Design used in this research is experimental quasy two groups, namely the treatment and control groups, with pre and post treatment approaches. Population is all clients with diabetes mellitus who meet the criteria for inclusion and exclusion. Samples are some clients with diabetes mellitus who were 24 0rang, which is divided into 12 people 12 people were treated and controlled. Data analysis was done by comparing the level of blood glucose levels before and after treatment, analyzed by inferential were processed with SPSS software 14 to determine the average and standard deviation. The results show that the treatment group of some 12 people there is a decrease of blood glucose levels of 307.58 mg / dl to 247.42 mg / dl mmHg in other words the blood glucose levels decreased by 19.5%. From the description above we can conclude that there is a decrease in blood glucose levels in the group given soy milk therapy for five days in a row, means that soy milk can lower blood glucose levels in diabetes mellitus clients. Keywords: Soy Milk, Blood Glucose, Diabetes Mellitus berdasarkan data WHO pada tahun 2008 tercatat lebih dari 8,4 juta penderita diabetes mellitus, dari jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 21,3 juta penderita pada tahun 2030. Indonesia merupakan Urutan Ke-4 jumlah Penderita Kencing Manis (Diabetes melitus) sebuah fenomena yang cukup memprihatinkan. Berdasarkan survey WHO, jumlah klien Diabetes mellitus di Indonesia sekitar 17 juta orang (8,6 persen dari jumlah penduduk) atau menduduki urutan terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat (AS). Klien diabetes mellitus yang tercatat di Poliklinik Endokrinologi RSUD Dr.Soetomo surabaya tercatat 39875 Klien pada Tahun 2003 dan pertambahan pasien baru rerata ±1.022 klien diabetes mellitus pertahunya. Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan didapatkan data dari jumlah klien diabetes mellitus yang periksa di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare bulan September-Oktober 2009 adalah sebanyak 297 – 312 diantaranya 87 pasien lama dan terdapat pasien baru yang datang 21 sampai 25 orang perbulan. Pengontrolan glukosa darah menjadi kunci utama dari penyakit diabetes mellitus. Terapi yang Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang mengancam secara global bagi kesehatan. Penyakit ini disebabkan karena kurangya hormon insulin absolut atau relatif (DEPKES RI, 2003) akibat rusaknya β-pankreas yang berfungsi untuk memproduksi insulin atau resistensi yang terjadi pada reseptor insulin. Terjadinya peningkatan prevalensi diabetes mellitus maka menjadi sangat penting untuk segera diatasi. Selain terapi dengan obat kimia kini pengobatan herbal / bahan alam sebagai obat (fitoterapi) sudah banyak di gunakan atau di teliti para pakar dalam upaya untuk mengurangi bahkan mungkin dapat mengatasi permasalah akibat Diabetes mellitus tersebut. Namun saat ini masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui / menyadari akan manfaat tanaman herbal sebagai obat dalam mengatasi Diabetes mellitus (Santoso,2002) Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2008 tercatat hampir 200 juta orang di dunia menderita Diabetes mellitus dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai sekitar 330 juta jiwa. Sementara di Indonesia sendiri, Jurnal AKP 28 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 berkesinambungan seperti konsumsi obat-obatan antidiabetik memerlukan kepatuhan tinggi serta aspek biaya juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan proses terapi, dimana biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Sehingga dampak ekonomi pada klien diabetes mellitus jelas terlihat pada biaya pengobatan dan perawatan. Semua hal itu menjadi kendala akan Kepatuhan klien dalam menjalankan proses terapi. Apabila kepatuhan klien dalam menjalankan proses terapi kurang maka akan beresiko terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Peningkatan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol akan menimbulkan komplikasi antara lain penyakit jantung koroner, stroke, ganggren/luka kaki, gagal ginjal, buta, rasa kebas, kesemutan dan disfungsi ereksi, dan bisa berlanjut pada kematian (subekti, 2006). Melihat besarnya resiko yang dihadapi seharusnya klien diabetes mellitus selalu berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya sehingga terhindar dari komplikasi, terapi yang berkesinambungan dan kepatuhan yang tinggi dari klien diabetes mellitus sangatlah diperlukan. Ketersediaan biaya yang tinggi dalam mendukung proses terapi dan perawatan sangatlah penting. Penggunaan bahan alami sebagai terapi alternatif sangat membantu untuk menekan biaya terapi dan perawatan bagi klien diabetes mellitus, apalagi bahanbahannya sangat murah dan mudah didapat di lingkungan sekitar. Salah satu jenis terapi yang paling baik dan mudah didapat untuk pederita diabetes mellitus adalah susu kedelai, Penelitian para pakar menunjukkan bahwa susu kedelai kaya akan Lecithin, Polisakarida, asam amino arginin dan glisin yang dipercaya dapat menurunkan serta mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal (Widy, 2009). Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti ingin membuktikan kebenarannya dan tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul” Manfaat Susu Kedelai Sebagai Terapi Penurun Kadar Glukosa Darah pada klien Diabetes Mellitus”. Sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan masyarakat akan tahu khasiat susu kedelai sehingga mau memanfaatkan sebagai terapi pada kasus diabetes mellitus. Pemanfaatan susu kedelai Sebagai terapi Penurun Kadar Glukosa Darah pada Klien Diabetes mellitus di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare ?” Tujuan penelitian Menganalisis pengaruh pemanfatan susu kedelai sebagai terapi penurun kadar glukosa darah pada klien diabetes mellitus yang pernah kontrol di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare. Metode Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental semu (quasy eksperimental) dengan rancangan (Nonquivalent control group), dimana sample pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak dapat dianggap sama (Notoatmodjo,2002). Dalam penelitian ini peneliti ingin melakukan suatu perlakuan pada responden yaitu penderita Diabetes mellitus yang sudah tidak menggunakan terapi pengobatan dengan cara terapi pemberian susu kedelai pada responden yang telah diambil dan dipilih oleh peneliti dengan perlakuan terapi sebanyak 2 kali perhari dan dalam kurun waktu 5 hari serta dinilai kehilangan kontrolnya sebelum dan sesudah perlakuan pemberian terapi susu kedelai. Secara skematik desain penelitian digambarkan sebagai berikut: Subjek Pra-test Perlakuan Pasca-test K-A O I O1-A K-B O O1-B Keterangan: K-A : kelompok perlakuan K-B : kelompok kontrol O : Obsevasi kadar glukosa darah sebelum perlakuan I : Intervensi O1-(A &B) : Obsevasi kadar glukosa darah setelah perlakuan (kelompok perlakuan dan kontrol) Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Mei – 22 Mei 2010, di rumah klien Diabetes Mellitus yang pernah kontrol di Poli Penyakit dalam RSUD Pare. Adapun populasi penelitian ini adalah 87 orang Klien Diabetes mellitus yang pernah kontrol di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare. Sampel penelitian ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi antara lain: 1) Responden sedang tidak menjalani terapi pengobatan Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengidentifikasi pertanyaan masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh Jurnal AKP 29 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 2) Responden berusia 40 sampai 65 tahun 3) Responden bersedia untuk dilakukan penelitian Hasil Penelitian Data Umum a. Distribusi responden berdasarkan umur 1) Distribusi responden berdasarkan umur pada kelompok perlakuan. dan mau mentaati peraturan selama dilakukan penelitian 4) Responden bertempat tinggal di wilayah kecamatan Pare dan sekitarnya. Pada penelitian ini tekhnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu tekhnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Notoatmodjo, 2008). Pengumpulan data dilakukan pada responden berupa pengukuran biologis yaitu pengukuran glukosa darah, dengan menggunakan alat pengukur glukosa elektronik Nesco multicheck glucotest. Pengukuran dilakukan pada dua kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) satu kali, selanjutnya dilakukan pengukuran ulang setelah kelompok perlakuan mendapatkan susu kedelai sesuai dosis yang ditetapkan oleh peneliti (3 kali sehari @ satu sachet susu bubuk untuk dicampurkan dengan 200 ml air hangat) dan dikonsumsi selama lima hari berturutturut. Pada hari keenam dilakukan pengukuran kadar gula darah baik pada kelompok perlakuan (yang mendapat susu kedelai) maupun pada kelompok kontrol (yang tidak mendapat susu kedelai) Data yang telah terkumpul melalui dari pengukuran kadar glukosa darah pada kelompok control maupun kelompok perlakuan, selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding), dan selanjutnya ditabulasi untuk kemudian disajikan. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan (paired t-test) dengan =0,05. 16,7% 41,7% 16,7% 25,0% 41- 45 th 51- 55 th 46- 50 th 61- 65 Diagram 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Kelompok Perlakuan di Poli Penyakit dalam RSUD PareKediri Pada Bulan Mei 2010. 2) Distribusi responden berdasarkan umur pada kelompok kontrol 16,7% 16,7% 58,3% 8,3% 46- 50 th 56- 60 th 51- 55 th 61- 65 Diagram 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada kelompok kontrol di Poli Penyakit dalam RSUD Pare-Kediri Pada Bulan Mei 2010. Jurnal AKP 30 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 b. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin 1) Distribusi responden Berdasarkan Jenis kelamin pada kelompok perlakuan c. Distibusi Responden Berdasarkan Pekerjaan 1). Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada kelompok perlakuaan. 66,7% 33,3% 25% 41,7% 8,3% 25% laki-laki Wiraswasta PNS Perempuan Petani Tidak bekerja Diagram 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada Kelompok Perlakuan di Poli Penyakit dalam RSUD PareKediri Pada Bulan Mei 2010. Diagram 3 Responden Berdasarkan Jenis kelamin Pada kelompok perlakuan di Poli Penyakit dalam RSUD Pare-Kediri Pada Bulan Mei 2010. 2). Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan 2) Distribusi Responden Berdasarkan Kelamin Pada Kelompok Kontrol Jenis pada Kelompok Kontrol. 8,3% 66,7% 58,3% 41,7% 66,7% 25% Wiraswasta PNS laki-laki Perempuan Diagram 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada kelompok kontrol di Poli Penyakit dalam RSUD PareKediri pada Bulan Mei 2010. Diagram 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin Pada kelompok kontrol di Poli Penyakit dalam RSUD PareKediri Pada Bulan Mei 2010. Jurnal AKP Petani Tidak bekerja 31 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 kontrol. Hasil uji ini memberikan indikasi bahwa perlakuan yang diberikan pada kelompok perlakuan memberikan nilai beda dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak mendapat perlakuan). Data Khusus a. Mean, Median dan Standar Deviasi kadar glukosa darah pre test antara kelompok kontrol dan perlakuan Hasil penelitian menunjukkan dari 12 responden didapatkan hasil sebagai berikut : Kelompok Kelompok Kontrol Perlakuan Nilai 235 mg/dl 205 mg/dl terendah Nilai 370 mg/dl 415 mg/dl tertinggi Rata-rata 301,50 mg/dl 307,58 mg/dl Standar deviasi 44,05 mg/dl 78,41 mg/dl e. Perbedaan glukosa darah kelompok kontrol pada pengambilan sampel pertama dan kedua Hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t- test didapatkan signifikansi 0,456 lebih besar dari 0,05; bermakna bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara glukosa darah sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. f. b. Mean, Median dan Standar Deviasi kadar glukosa darah post test antara kelompok kontrol dan perlakuan Kelompok Kelompok Kontrol Perlakuan Nilai 250 mg/dl 160 mg/dl terendah Nilai 386 mg/dl 396 mg/dl tertinggi Rata-rata 320,67 mg/dl 250,42 mg/dl Standar deviasi 45,68 mg/dl 74,28 mg/dl Pembahasan 1. Kadar glukosa darah pada klien diabetes melitus sebelum diberikan terapi susu kedelai di rumah klien yang pernah kontrol di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare. Berdasarkan pada tabel menunjukkan besar mean atau rata-rata kadar glukosa darah pre test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan kadar glukosa darah rata-rata sebesar 307,58 mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 301,50 mg/dl. Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik (kebanyakan herediter) sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif baik oleh karena adanya ”disfungsi” sel Beta pankreas atau ambilan glukosa di jaringan perifer, atau keduanya (pada DM- Tipe 2), atau kurangnya insulin absolut (pada DM- Tipe 1). Menurut salah satu, Kriteria Diagnosis DM (konsensus PERKENI 2002) dinyatakan DM apabila terdapat Kadar glukosa darah acak (plasma vena) ≥ 200 mg/dl. DMT1 merupakan diabetes mellitus yang tergantung insulin (DMT1)/insulin dependent diabetes mellitus (nama dulu : IDDM). Pada DMT1 kelainan terletak pada sel Beta, yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu c. Perbedaan Glukosa Darah pre test antara kelompok kontrol dan perlakuan Hasil uji statistik dengan menggunakan independent t- test didapatkan nilai signifikansi 0,907 lebih besar dari 0,05; bermakna bahwa kedua kelompok tidak memiliki perbedaan secara signifikan. Homogenitas dan kesetaraan nilai gula darah sebelum perlakuan ini penting ditentukan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penarikan kesimpulan penelitian/ uji statistik selanjutnya. d. Perbedaan Glukosa Darah post test antara kelompok kontrol dan perlakuan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji independent t test didapatkan nilai signifikansi 0,011 lebih kecil dari 0,05; menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara gula darah post test antara kelompok perlakuan dan kelompok Jurnal AKP Perbedaan glukosa darah kelompok perlakuan pada pengambilan sampel pertama (sebelum perlakuan) dan kedua (setelah perlakuan) Hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t- test didapatkan signifikansi 0,008 lebih kecil dari 0,05, bermakna terdapat perbedaan yang signifikan antara glukosa darah sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan (konsumsi susu kedelai bubuk). 32 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 sintesis dan sekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang – kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut. Sedangkan Diabetes mellitus Tipe 2 (DMT2) adalah diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI)/non-insuline dependent diabetes mellitus (nama dulu: NIDDM). Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel Beta pankreas (defek pada fase pertama sekresi insulin). Dari uraian fakta dan teori diatas peneliti berpedapat bahwa Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit keturunan yang ditandai oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia yaitu GDA (plasma lebih dari 200 mg/dl), hal ini menunjukan bahwa hasil pengukuran GDA Pre test dari kedua kelompok baik kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terbukti menderita Diabetes mellitus, karena setelah peneliti melakukan pengukuran pada pada responden menggunakan alat glukosa elektronik (Nesco multichek glucotest) kadar glukosa darah acak responden ≥ 200 mg/dl. Dan setelah dilakukan analisis kadar glukosa darah rata-rata kelompok perlakuan sebesar 307,58 mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 301,50 mg/dl. Terjadinya penyakit Diabetes mellitus ini dikarenakan sebagian besar responden mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit diabetes mellitus hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang sebagian besar responden menjawab mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit diabetes mellitus. Dan mekanisme terjadinya peningkatan kadar glukosa darah pada responden diatas 200 mg/dl disebabkan karena adanya 2 faktor penyebab yang mendasar : Pertama karena adanya kelainan pada sel beta dan yang Kedua adanya kelainan pada jaringan perifer dan berlanjut pada disfungsi sel Beta pangkreas. Pada responden dengan kelainan sel beta pankreas tidak bisa menghasilkan hormon insulin baik kualitas atau kuantitas yang cukup, bahkan ada yang sama sekali tidak dapat menghasilkan hormon insulin. Sedangkan fungsi hormon Insulin sangat diperlukan untuk mengangkut gula darah atau glukosa ke dalam sel-sel tubuh. Jadi tanpa insulin glukosa akan terbentuk dalam aliran darah, sehingga kadar gula darah responden menjadi Jurnal AKP tinggi (GDA diatas 200 mg/dl). Dan pada responden dengan kelainan yang awalnya terletak pada jaringan perifer menuju disfungsi beta pankreas bisa dijelaskan sebagai berikut 1. adanya keterlambatan sekresi insulin yang tidak seimbang dengan besarnya glukosa yang masuk dalam aliran darah sehingga jumlah insulin yang efektif belum memadai, 2. jumlah reseptor insulin di jaringan perifer kurang, 3. kualitas reseptor insulin jelek/ tidak efektif, 4. adanya kelainan pada reseptor insulin, 5. adanya kelainan campuran pada point 1,2,3, dan 4 hal ini menyebabkan kadar glukosa darah tinggi pada responden menjadi tinggi. hormone insulin ini sebagai pengatur kadar glukosa darah. Apabila jumlah insulin menurun maka sel tubuh tidak mendapat energi (glukosa) yang cukup hal ini menyebabkan kerusakan sel-sel seluruh tubuh. dan bila kadar glukosa responden meningkat tinggi akan terjadi komplikasi antara lain penyakit jantung koroner, stroke, ganggren/luka kaki, gagal ginjal, buta, rasa kebas, kesemutan dan disfungsi ereksi. 2. Kadar glukosa darah pada klien diabetes mellitus sesudah diberikan terapi susu kedelai di rumah klien yang pernah kontrol di Poli penyakit dalam RSUD Pare. Berdasarkan pada diagram 4.15 menunjukkan besar rata-rata kadar glukosa darah post test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan kadar glukosa darah rata-rata adalah sebesar 247,42 mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 320 mg/dl. Data tersebut di atas menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan. Penurunan kadar glukosa darah akibat perlakuan dengan pemberian susu kedelai secara teoritis dapat dijelaskan melalui dua mekanisme utama, yaitu secara intrapankreatik dan ekstra pankreatik. Mekanisme intra pankreatik bekerja dengan cara memperbaiki (regenerasi) sel β pankreas yang rusak dan ekstra pangkreatik melindungi sel β dari kerusakan lebih lanjut. Kemampuan ini dimiliki oleh susu kedelai yang kaya akan lechitin. Lecithin sebagai antioksidan mampu menjaga sel-sel pada pankreas untuk tidak mengalami kerusakan akibat oksidasi, serta mampu meregenerasi sel-sel yang rusak dengan 33 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 cepat sehingga ketika pankreas diberi tambahan lecithin maka sel-sel pankreas akan berfungsi baik kembali serta dengan bantuan lecithin pula insulin mampu diproduksi kembali secara maksimal. Sedangkan Polisakarida yang terkandung dalam kedelai mampu menekan kadar glukosa dan trigliserida postpandrial, serta menurunkan rasio insulin-glukosa postpandrial (setelah makan). Hal ini membuktikan bahwa kandungan polisakarida pada kedelai mampu mengendalikan kadar gula darah yang melebihi batas. Selain itu Protein yang terkandung dalam kedelai diketahui kaya akan asam amino arginin dan glisin. Kedua asam amino ini merupakan komponen penyusun hormon insulin yang disekresi oleh kelenjar pankreas dalam tubuh kita. Karena itu makin tinggi asupan protein dari susu kedelai, sekresi hormon insulin ke dalam jaringan tubuh akan makin meningkat. Dengan meningkatnya kadar hormon insulin ini, kadar glukosa darah akan berkurang karena sebagian akan diubah menjadi energi (Widy, 2009). Kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan terbukti mengalami penurunan setelah diberikan terapi Susu kedelai, yaitu dari 307,58 mg/dl (pre test) menjadi 247,42 mg/dl (post test). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan dalam susu kedelai mengandung suatu zat yaitu Lecithin sebagai antioksidan mampu menjaga selsel pada pankreas untuk tidak mengalami kerusakan akibat oksidasi, serta mampu meregenerasi sel-sel yang rusak dengan cepat sehingga ketika pankreas diberi Susu kedelai yang kaya akan lecithin maka sel-sel pankreas akan berfungsi baik kembali serta dengan bantuan lecithin pula insulin mampu diproduksi kembali secara maksimal. Sedangkan Polisakarida yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal Selain itu Protein yang terkandung dalam susu kedelai diketahui kaya akan asam amino arginin dan glisin. Kedua asam amino ini merupakan komponen penyusun hormon insulin yang disekresi oleh kelenjar pankreas dalam tubuh kita. Karena itu makin tinggi asupan protein dari kedelai, sekresi hormon insulin ke dalam jaringan tubuh akan makin meningkat. Dengan meningkatnya kadar hormon insulin ini, kadar glukosa darah akan berkurang karena sebagian akan diubah menjadi energi. Jurnal AKP Inilah yang menyebabkan penurunan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan yang diberi terapi Susu kedelai. 3. Kadar glukosa darah klien diabetes mellitus sebelum dan sesudah diberikan terapi susu kedelai di Rumah klien diabetes mellitus yang pernah kontrol di Poli penyakit dalam RSUD Pare. Dapat dilihat pada hasil penelitian dimana terjadi penurunan Kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan mengalami penurunan setelah diberikan terapi Susu kedelai, yaitu dari 307,58 mg/dl (pre test) menjadi 247,42 mg/dl (post test). Analisis yang digunakan untuk mengetahui rentang penurunan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan adalah dengan menggunakan analisis Uji T Dua Sampel Berpasangan. Didapatkan hasil untuk rentang kadar glukosa darah pada pre test dan post test dengan Confidence Interval Lower sebesar 18, 082 dan Upper sebesar 102,251 jadi interval penurunan kadar glukosa darah antara 18,082 sampai 102,251 atau sekitar 19,5 %. Salah satu Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Dietrick dari El-Paso, Texas yang melaporkan bahwa dia berhasil menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus yang mengalami hiperglikemi dengan memberikan Susu kedelai yang diolah dalam bentuk bubuk kedelai 200mg dan diminum dengan menambahkan air 200 cc yang diminum tiap 2 kali sehari yang diberikan antara 5-7 hari. Dan menghasilkan penurunan yang luar biasa sekitar 15%-25% mg/dl dari sebelumnya. Sehingga penambahan insulin-nya secara berangsur-angsur berkurang, dan akhirnya para pasien tersebut mampu kembali ke diet normal (Widy, 2009). Dari hasil fakta dan teori diatas peneliti berpedapat bahwa besar penurunan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan setelah diberikan terapi susu kedelai pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan diluar negeri. Rentang penurunan kadar glukosa darah pada responden kelompok perlakuan mengalami penurunan yaitu dari 307,58 mg/dl (pre test) menjadi 247,42 mg/dl (post test) dan jika diprosentasekan mengalami penurunan sebesar 19,5% mg/dl. Hal tersebut dikarenakan pemberian terapi susu kedelai yang diolah 34 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 menjadi bubuk kedelai seduh 200mg tiap saji dan diminum dengan menambahkan air 200 cc yang diminum tiap 2 kali sehari yang diberikan antara 5-7 hari. Menganalisis pengaruh pemanfaatan susu kedelai terhadap penurunan kadar glukosa darah antara klien diabetes mellitus yang diberikan terapi susu kedelai dengan klien diabetes mellitus yang tidak diberikan terapi susu kedelai di rumah klien diabetes mellitus yang pernah kontrol di Poli penyakit dalam RSUD Pare. Berdasarkan uji statistik Uji t Dua Sampel Bebas dengan software SPSS 14 yang digunakan untuk analisis kadar glukosa darah pre test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan tingkat signifikan 5% (P < 0,05), diperoleh hasil P = 0,822 yang berarti Ho diterima (T - tidak ada perbedaan). Sedangkan untuk post test menggunakan uji statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan dengan software SPSS 14 kadar glukosa darah dengan tingkat signifikan (P < 0,025), diperoleh P = 0,008 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol secara signifikan. Lecithin sebagai antioksidan mampu menjaga sel-sel pada pankreas untuk tidak mengalami kerusakan akibat oksidasi, serta mampu meregenerasi sel-sel yang rusak dengan cepat sehingga ketika pankreas diberi tambahan lecithin maka sel-sel pankreas akan berfungsi baik kembali serta dengan bantuan lecithin pula insulin mampu diproduksi kembali secara maksimal. Sedangkan Polisakarida yang terkandung dalam kedelai mampu menekan kadar glukosa dan trigliserida postpandrial, serta menurunkan rasio insulin-glukosa postpandrial (setelah makan). Selain itu Protein yang terkandung dalam kedelai diketahui kaya akan asam amino arginin dan glisin. Kedua asam amino ini merupakan komponen penyusun hormon insulin yang disekresi oleh kelenjar pankreas dalam tubuh kita. Karena itu makin tinggi asupan protein dari susu kedelai, sekresi hormon insulin ke dalam jaringan tubuh akan makin meningkat. Dengan meningkatnya kadar hormon insulin ini, kadar glukosa darah akan berkurang karena sebagian akan diubah menjadi energi (Widy, 2009). Berdasarkan hasil analisis antara fakta dan Teori di atas peneliti berpendapat bahwa Susu Jurnal AKP kedelai mengandung suatu zat yaitu Lecithin sebagai antioksidan mampu menjaga sel-sel pada pankreas untuk tidak mengalami kerusakan akibat oksidasi, serta mampu meregenerasi sel-sel yang rusak dengan cepat sehingga ketika pankreas diberi Susu kedelai yang kaya akan lecithin maka sel-sel pankreas akan berfungsi baik kembali serta dengan bantuan lecithin pula insulin mampu diproduksi kembali secara maksimal. Sedangkan kandungan Polisakarida pada susu kedelai dapat menurunkan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal serta menekan kadar glukosa dan trigliserida postpandrial, dan menurunkan rasio insulin-glukosa postpandrial (setelah makan). Selain itu Protein yang terkandung dalam susu kedelai diketahui kaya akan asam amino arginin dan glisin. Kedua asam amino ini merupakan komponen penyusun hormon insulin yang disekresi oleh kelenjar pankreas dalam tubuh kita. Karena itu makin tinggi asupan protein dari kedelai, sekresi hormon insulin ke dalam jaringan tubuh akan makin meningkat. Dengan meningkatnya kadar hormon insulin ini, kadar glukosa darah akan berkurang karena sebagian akan diubah menjadi energi. Inilah yang menyebabkan penurunan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan yang diberi terapi Susu kedelai sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak di beri terapi susu kedelai sehingga tidak mengalami penurunan kadar glukosa darah dan terlihat perbedaan yang signifikan hasil analisis kadar glukosa darah antara kelompok kontrol dan perlakuan. Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan, pengaruh pemanfaatan susu kedelai terhadap penurunan kadar glukosa darah antara klien diabetes mellitus yang diberikan terapi susu kedelai dengan klien diabetes mellitus yang tidak diberikan terapi susu kedelai di rumah klien diabetes mellitus yang pernah kontrol di Poli penyakit dalam RSUD Pare. Simpulan 1. Identifikasi kadar glukosa darah pada klien diabetes melitus sebelum diberikan terapi susu kedelai di rumah klien yang pernah kontrol di Poli penyakit dalam RSUD Pare. Dan didapatkan hasil dari masing-masing responden baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol adalah Klien Diabetes mellitus yang pernah 35 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 kontrol di poli penyakit dalam RSUD Pare-Kediri, dengan kadar glukosa darah rata-rata pada kelompok perlakuan adalah sebesar 307,58 mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebesar 301,50 mg/dl. 2. Identifikasi kadar glukosa darah pada klien diabetes mellitus sesudah diberikan terapi susu kedelai di rumah klien yang pernah kontrol di Poli penyakit dalam RSUD Pare. Dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan terapi susu kedelai pada 12 responden kelompok perlakuan. Yang diminum sebanyak 2 kali sehari dalam kurun waktu 5 hari berturut-turut, kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan mengalami penurunan rata-rata adalah dari 307,58 mg/dl (pre test) menjadi 247,42 mg/dl (post test) 3. Identifikasi rentang kadar glukosa darah klien diabetes mellitus sebelum dan sesudah diberikan terapi susu kedelai di Rumah klien diabetes mellitus yang pernah kontrol di Poli penyakit dalam RSUD Pare. kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan mengalami penurunan ratarata Setelah diberikan susu kedelai selama 5 hari berturut-turut, dari 307,58 mg/dl (pre test) menjadi 247,42 mg/dl (post test) 247,42 mg/dl atau terjadi penurunan kadar glukosa sekitar 19,5%. 4. Menganalisis pengaruh pemanfaatan susu kedelai terhadap penurunan kadar glukosa darah antara klien diabetes mellitus yang diberikan terapi susu kedelai dengan klien diabetes mellitus yang tidak diberikan terapi susu kedelai di rumah klien diabetes mellitus yang pernah kontrol di Poli penyakit dalam RSUD Pare. Dan didapatkan hasil bahwa Susu kedelai terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau dari penurunan rata-rata adalah dari 307,58 mg/dl (pre test) menjadi 247,42 mg/dl (post test) penurunan sekitar 19,5%. Dan pada kelompok Kontrol tidak mengalami penurunan kadar glukosa darah. 2. Bagi Masyarakat Masyarakat diharapkan bisa tahu tentang manfaat susu kedelai untuk menurunkan kadar glukosa darah serta mau mengoptimalkan pemanfaatannya sebagai terapi pilihan untuk diabetes mellitus dan mungkin bisa membuat sendiri baik untuk di konsumsi sendiri maupun di pasarkan. 3. Bagi Instansi Kesehatan Bagi RSUD Pare khususnya dalam bidang keperawatan ataupun institusi kesehatan lain, dan dapat memberikan wawasan baru untuk penderita Diabetes mellitus untuk bisa memanfaatkan susu kedelai sebagai satu alternatif pengganti obat antiglikemi, terutama bagi para penderita Diabetes mellitus yang tidak rutin periksa atau berobat di tempat pelayanan kesehatan. 4. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan dapat menjadikan penelitian ini sebagai satu wacana baru dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta pemanfaatan sumber bahan pangan yang sangat efektif dan efisien dalam mencari inovasi baru dibidang kesehatan, terutama bidang kesehatan. 5. Bagi Peneliti Bagi peneliti keberhasilan terapi alami ini sangat bagus karena tidak hanya meliputi terapi kausal tetapi juga terapi komplikasi, simtomatik, dan rehabilitasi dan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai satu acuan untuk mengembangkan penelitian–penelitian yang lebih kreatif serta inovatif dalam mengembangkan metode pengobatan atau keperawatan. Saran 1. Bagi Penderita Diabetes Responden bisa tahu dan menggunakan terapi susu kedelai sebagai satu terapi alternatif yang dapat dipilih menurunkan kadar glukosa darah secara Lebih aman dan lebih terjangkau tanpa membeli obat. Arikunto, suharsimi.(2006). Prosedur penelitian suatu Pendekatan praktik, Ed.Revisi Jakarta:Rineka Cipta Jurnal AKP DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz, H.(2007). Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Surabaya : Salemba Medika mau salah untuk alami, harus Briliant. 2009. http://www.bahan pang.sumtprov.go.id/ardet.php?hotnews43 (down load 07 Oktober 2009) 36 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011 DEPKES RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. http://ebooks.lib.unair.ac.id/files/disk1/22/adl n--departemen-1097-1-12034267b.pdf. Download, 18 Oktober 2009. Nursalam.(2008). Konsep dan penerapan Metodelogi penelitian Ilmu keperawatan, Ed.2. Surabaya : Salemba medika. Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC Ganong, William F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Santoso dan Zaini. (2002). Prospek Tantangan Penelitian, dan Pengembanan Tanaman Obat Untuk Terapi diabetes. Surakarta Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC Subekti. (2007). Peran Diet Dalam Penanngulangan Diabetes. www.gizi.net. Tanggal 18 Oktober 2009. Jam 13.15 Herikson. (2009). Diagnosa dan medis Diabetes Mellitus.http//argomedia.net/Artikel. (Download, 7 Oktober 2009). Herikson. (2009). Gambar Reseptor Insulin danGLucose Transporter 4. www .beta cell.org. (Download 18 Oktober 2009). Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC Heinnermen, john. (2003). Khasiat Kedelai Bagi Kesehatan Anda. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Steven. (2009). Gambar Aktivasi Reseptor Sel Sasaran oleh Insulin dan Efek Seluler yang Ditimbulkan. www.accessmedicine.com. Tanggal 18 Oktober 2009. Jam 17.55 Jacky. (2009). Gambar Sruktur Kovalen Insulin Manusia. htt p ://b igw orld 027. file. wordpress.com/2009/02/struktur-kovaleninsulin-manusia3. jpg. (Download 18 Oktober 2009). Marlin. 2009. www.uralnet.com oktober 2009) Mindell, Earl. (2008). Terapi Kedelai Kesehatan. Jakarta : Delaprasta Tjokroprawiro, Askandar. (2006). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Tjokroprawiro, Askandar. (2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga University Press (download,07 Bagi Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Keperawatan. jakarta: EGC Morrison. (2009). Gambar Encyclopaedia Britanica. (2003). Pancreas. www. Britan ica.com/eb/image?id=74317&rendtypeId. (Download 18 Oktober 2009) Widy. (2009). Khasiat kedelai sebagai terapi penurun kadar glukosa darah pada DM http://masdanang.co.cc/?P=7(download, 18 Oktober 2009) Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi penelitian Kesehatan, Ed. Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Widy. (2009). Manfaat Susu kedelai Atasi Diabetes Mellitus. http://www.Glisin max.co.id/?content=article_detail&id=71&l ang=id,(download:07 oktober 2009) Nursalam.(2003). Konsep dan penerapan Metoddelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Ed . 1. Surabaya : Salemba Medika. Jurnal AKP 37 Vol.2 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2011