APLIKASI IRADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON UNTUK

advertisement
APLIKASI IRADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON
UNTUK DISINFESTASI SERANGGA
Tribolium castaneum (Herbst) PADA TEPUNG TERIGU
RINDY PANCA TANHINDARTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Aplikasi Iradiasi Mesin Berkas
Elektron untuk Disinfestasi Serangga Tribolium castaneum (Herbst) pada Tepung
Terigu adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain, telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Bogor, Agustus 2006
Rindy Panca Tanhindarto
Nomor Pokok F 25 1024 011
ABSTRAK
RINDY PANCA TANHINDARTO. Aplikasi Iradiasi Mesin Berkas Elektron
untuk Disinfestasi Serangga Tribolium castaneum (Herbst) pada Tepung Terigu.
Dibimbing oleh PURWIYATNO HARIYADI, NURI ANDARWULAN dan
ZUBAIDAH IRAWATI.
Tribolium castaneum (Herbst) (T. castaneum) adalah hama gudang yang
dapat menimbulkan masalah pada penyimpanan tepung terigu. Teknik pengawetan secara konvensional untuk disinfestasi yang ada masih belum sepenuhnya
mampu membasmi sisa-sisa stadium telur, larva, pupa dan serangga dewasa T.
castaneum. Radiasi ionisasi mesin berkas elektron (MBE) adalah proses fisika
dapat diterapkan untuk tujuan disinfestasi serangga. Beberapa keunggulan dari
MBE adalah aman, efektif dan tidak meninggalkan residu pada bahan yang
disinari. Sampel dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu serangga uji tanpa tepung
terigu dan serangga uji diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan tebal
masing-masing 800 µm dan 1600 µm, lalu dikemas dengan plastik polietilen.
MBE diatur pada energi 300 keV dan sampel diiradiasi satu sisi dan dua sisi
dengan arus berkas 100-500 µA, kecepatan konveyor 4 cm/detik dan jarak
pemayar ke target 20 cm. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan populasi
serangga yang hidup terhadap fungsi waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah
mempelajari efektivitas mesin berkas elektron untuk disinfestasi serangga dewasa
T. castaneum. Sebagai acuan menggunakan sumber radionuklida [60Co] sinar
gamma juga dilakukan. Perlakuan radiasi dengan arus berkas 300 µA dua sisi
pada infestasi sampel tanpa tepung terigu dapat membasmi semua serangga
dewasa T. castaneum segera setelah perlakuan iradiasi baik menggunakan berkas
elektron maupun sinar gamma dengan dosis 3 kGy. Berdasarkan efektivitas
iradiasi dua sisi dengan arus berkas 200 µA dapat menurunkan semua serangga
dewasa T. castaneum yang diinfestasikan kedalam tepung terigu dengan tebal 800
µm.
Kata kunci : disinfestasi, iradiasi pangan, mesin berkas elektron, tepung terigu,
Tribolium castaneum (Herbst).
ABSTRACT
RINDY PANCA TANHINDARTO. The Application of Irradiated Electron
Beam Machine to Disinfestation Tribolium castaneum (Herbst) on Wheat Flour.
Under the direction of PURWIYATNO HARIYADI, NURI ANDARWULAN,
ZUBAIDAH IRAWATI.
Tribolium castaneum (Herbst) (T. castaneum) is a storage pest can create
problem of wheat flour. The existing conventional preservation techniques for
insect disinfestation are mostly insufficient to eliminate stadium of eggs, larva,
pupae or imago of T. castaneum. Ionizing radiation using source electron beam
machine (EBM) is the physical processing could be applied for insect
disinfestation purposes. Some benefit using EBM are safe, effective and no
residues on foodstuffs after process. The samples were divided into two groups,
i.e. insect without wheat flour and insect infested in wheat flour thickness of 800
µm and thickness of 1600 µm, packed individually in polyethylene pouch,
respectively. The EBM was set up to the energy 300 keV, and the samples were
irradiated one and both sides at the beam currents of 100-500 μA, while conveyor
velocity was 4 cm/second and gap of windows-target surface was 20 cm. The
population of living insect at all stages by the strorage time was observed. The
objective of the study was to conduct the effectiveness of electron beam machine
in order to disinfested imago stage of T. castaneum. A comparative study using
radionuclide [60Co] of gamma rays source was also conducted. Radiation
treatment at the beam current of 300 μA on both sides of the infested samples
without wheat flour, could eliminate all imago stage of T. castaneum immediately
after the treatment as well as for gamma rays at 3 kGy. Base on the effectiveness
irradiation on both sides with the beam currents of 200 μA could decline T.
castaneum in all stages was infested into wheat flour at 800 µm thickness.
Key word: disinfestations, food irradiation, electron beam machine, wheat flour,
Tribolium castaneum (Herbst).
© Hak cipta milik Rindy Panca Tanhindarto, tahun 2006
Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
APLIKASI IRADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON
UNTUK DISINFESTASI SERANGGA
Tribolium castaneum (Herbst) PADA TEPUNG TERIGU
RINDY PANCA TANHINDARTO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul Tesis
: Aplikasi Iradiasi Mesin Berkas Elektron untuk Disinfestasi
Serangga Tribolium castaneum (Herbst) pada Tepung Terigu
Nama
: Rindy Panca Tanhindarto
Program Studi : Ilmu Pangan
Nomor Pokok : F 25 1024 011
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc
Ketua
Ir. Zubaidah Irawati, Ph.D
Anggota
Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Pangan
Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS
Tanggal Ujian: 31 Juli 2006
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai November 2004 dan
Juli 2005 sampai Maret 2006 ini ialah iradiasi pangan, dengan judul Aplikasi
Iradiasi Mesin Berkas Elektron untuk Disinfestasi Serangga Tribolium castaneum
(Herbst) pada Tepung Terigu.
Terima kasih dan penghargaan setingginya penulis ucapkan kepada Bapak
Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Nuri
Andarwulan, M.Si dan Ir. Zubaidah Irawati, Ph.D selaku anggota pembimbing
yang telah banyak memberikan ide, saran dan masukannya. Demikian pula kepada
Pimpinan berserta staf Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN
Jakarta, Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Yogyakarta yang
telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri Nining Murtiningsih,
ke-2 anak yaitu Rafi Eko Hindarto dan Riany Dwi Delphia serta orang tua atas
segala doa, kasih sayang serta dorongan baik moril maupun materiil sampai
selesainya karya ilmiah ini.
Penulis menyadari dan berharap semoga karya ilmiah ini dapat dijadikan
landasan untuk pelaksanaan penelitian lanjutan yang memberi hasil yang
bermanfaat, khususnya di bidang ilmu pangan serta pengembangan ilmu dan
teknologi pada umumnya.
Bogor, Agustus 2006
Rindy Panca Tanhindarto
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 6 Juli 1964 dari
ayah D. Muryono (Alm) dan ibu S. Tatty Haryati. Penulis merupakan
putra ke lima dari lima bersaudara.
Tahun 1983 Penulis lulus dari SMA Negeri 7 Surabaya, pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (Program Perintis II). Pendidikan sarjana
ditempuh di Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan
dan Gizi, lulus pada tahun 1989.
Pada tahun 1989 Penulis diterima bekerja di PT. Brataco cabang Surabaya,
kemudian bulan April tahun 1990 Penulis bekerja sebagai staf peneliti di Kelompok
Bahan Pangan, Bidang Proses Radiasi, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi
(PATIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Bidang penelitian yang menjadi
tanggung jawab peneliti ialah iradiasi pangan. Selama bekerja Penulis telah
dipercaya mengelola proyek penelitian pada Tahun Anggaran 1998/1999 sebagai
Sekretaris Proyek Pemanfaatan Teknologi Nuklir dalam Industri. Kemudian secara
berturut-turut Tahun Anggaran 1999/2000 - 2000 mendapat tugas sebagai Pemimpin
Proyek Pemanfaatan Teknologi Nuklir dalam Industri. Dilanjutkan tahun 2001
dipercaya sebagai Pemimpin Proyek Pengembangan Teknologi Proses Radiasi untuk
Industri dan Lingkungan. Beasiswa training dari International Atomic Energy
Agency (IAEA) TA No. INS/5/025 di Negara Bagian Philadelphia Amerika (USA),
2 Desember 1995 - 2 Agustus 1996, bertempat di USDA, ARS, ERRC tentang Food
Safety Laboratorium dengan program radiation safety, vitamine analysis,
hydrocarbon analysis and radiation dosimetry. Pada tahun 1999 Penulis mendapat
kesempatan workshop di Negara China atas biaya IAEA kode RAS/5/034 dengan
tema FAO/IAEA (RCA) Project Coordinator on Irradiation As a Sanitary and
Phytosanitary Treatment of Foods, 1-3 September 1999.
Tahun 2003 semester genap Tahun Akademik 2002/2003 Penulis melanjutkan
studi atas biaya sendiri dan diterima di Program Studi Ilmu Pangan pada Sekolah
Pascasarjana IPB.
Selama mengikuti program S2, karya ilmiah berjudul Proses Iradiasi Tepung
Terigu Dengan Menggunakan MBE (350 keV, 10 mA) telah disajikan pada Seminar
Nasional Teknologi dan Aplikasi Akselerator VIII, Yogyakarta 22 Nopember 2005.
Makalah lain berjudul Aplikasi Iradiasi Mesin Berkas Elektron Untuk Disinfestasi
Serangga Tribolium castaneum (Herbst) Pada Tepung Terigu telah disajikan pada
Seminar Nasional PATPI, Yogyakarta 2-3 Agustus 2006. Karya ilmiah tersebut
merupakan bagian dari program S2 Penulis.
e-mail : [email protected], rindypt @hotmail.com
DAFTAR SINGKATAN DAN NOTASI ATAU ISTILAH
Rad
Gy
KGy
eV
KeV
ESR
Ci
Bq
CTA
λ
Laju dosis
Dosis absorbsi
Satuan dosis radiasi
Gray (satuan unit dosis radiasi menurut SI)
Kilo Gray
Elektron Volt (satuan energi)
Kilo elektron Volt
Electron Spin Resonance
Curie
Becquerel
Cellulose Triacetate
Lamda (panjang gelombang)
adalah jumlah dosis absorbsi per satuan waktu
adalah jumlah radiasi yang diabsorbsi per unit massa.
Unit dosis absorbsi : Gray (Gy) = Joule / kg = 100 rad
Unit sumber radiasi Ci = Curie atau Bq = Becquerel (satuan unit sumber radiasi
menurut SI). Ci = 3,7 x 1010 Bq
Berkas elektron
adalah arus elektron yang dipercepat oleh mesin
Mesin Berkas elektron [MBE] adalah mesin yang menghasilkan arus elektron
yang dipercepat
Sinar gamma
adalah gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh
isotop radioaktif
Radiasi pengion
adalah radiasi berenergi tinggi yang dapat penetrasi ke
dalam atom dengan menghasilkan partikel bermuatan listrik
yang disebut ion
Iradiasi
adalah perlakuan pada suatu produk dengan memaparkannya pada sinar gamma, sinar X atau elektron
Radioaktif
adalah sifat dari inti suatu atom yang tidak stabil, yang
secara spontan mengeluarkan sinar yang berenergi tinggi
seperti sinar gamma, beta dan alpha dalam menuju ke
keadaan stabil
Radioisotop
adalah unsur yang mengalami perubahan susunan intinya,
sehingga dalam keadaan tidak stabil
Dosimeter
adalah suatu sistem fisika atau kimia yang berubah secara
terukur dan proporsional jika dipaparkan pada radiasi.
Sistem ini dipakai untuk mengukur dosis absorbsi dari
bahan yang dipaparkan
Keseragaman dosis adalah perbandingan / rasio dosis absorbsi maksimum
terhadap dosis absorbsi minimum pada suatu unit produksi
yang dipaparkan terhadap radiasi
Shielding (perisai)
zat yang digunakan untuk mengurangi radiasi yang lewat
Pass
adalah perlakuan pada suatu produk dengan melewatkan
pada sumber radiasi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Perumusan Masalah ................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................
Kegunaan Penelitian ...............................................................................
1
1
3
4
4
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Mutu Tepung Terigu ...............................................................................
Morfologi Serangga Tribolium castaneum (Herbst) ...............................
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Serangga
Tribolium sp ........................................................................................
Kerusakan yang ditimbulkan serangga Tribolium sp ..............................
Pertumbuhan Populasi Serangga .............................................................
Model Kinetika Reaksi Orde Satu ..........................................................
Pengendalian serangga Tribolium sp dengan Iradiasi .............................
Iradiasi Pangan ........................................................................................
Sumber Energi Radiasi ............................................................................
Mesin Berkas Elektron (MBE) 350 keV/10 mA .....................................
Dosis Radiasi ...........................................................................................
Dosimetri .................................................................................................
Fasilitas Radiasi ......................................................................................
Interaksi Radiasi Pengion dengan Bahan ................................................
Prinsip Iradiasi Pangan ............................................................................
Radiolisis Air ...........................................................................................
5
5
6
BAHAN DAN METODE PENELITIAN .......................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................
Bahan dan Alat ........................................................................................
Metode Penelitian ...................................................................................
Proses Radiasi Mesin Berkas Elektron terhadap Tepung Terigu .............
Aplikasi Radiasi Pengion untuk Disinfestasi Serangga
T. castaneum ......................................................................................
Prosedur Pengukuran ..............................................................................
7
8
9
9
10
11
12
16
16
17
19
19
21
22
24
24
24
25
25
29
35
Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
Aspek Dosimetri .....................................................................................
Dosimeter Penanda .................................................................................
Efisiensi Daerah Iradiasi Berkas Elektron ..............................................
Penetrasi Berkas Elektron pada Sampel Bubuk .......................................
Cara Iradiasi (Pass) dan Penetrasi Berkas Elektron ................................
Pengaruh Dosis Radiasi Sinar Gamma terhadap Populasi Serangga
T. castaneum .....................................................................................
Efektivitas Dosis Radiasi Sinar Gamma untuk Disinfestasi
Populasi Serangga Dewasa, Larva, Pupa T. cstaneum ......................
Pengaruh Arus Berkas Mesin Berkas Elektron terhadap Populasi
Serangga Dewasa T. castaneum .................
Efektivitas Arus Berkas Mesin Berkas Elektron untuk Disinfestasi
Populasi Serangga Dewasa T. cstaneum ...........................................
37
37
42
43
44
46
49
54
57
65
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
LAMPIRAN ...................................................................................................
83
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Syarat mutu terigu .....................................................................................
6
2. Karakteristik radiasi berkas elektron dan sinar gamma [60Co] .................. 14
3. Persyaratan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan .................... 18
4. Hasil pengukuran iradiasi MBE pada arus berkas (100-500) μA
terhadap dosis serap dosimeter CTA film ................................................. 42
5. Ukuran tebal tepung dan berat sampel dengan luas tetap ......................... 46
6. Pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap waktu bertahan hidup
masing-masing populasi dari ketiga stadium dewasa, larva dan pupa
T. castaneum .............................................................................................. 52
7. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh dosis radiasi sinar gamma
terhadap waktu bertahan hidup untuk masing-masing stadium serangga
T. castaneum ............................................................................................. 56
8. Pengaruh arus berkas elektron dengan iradiasi satu sisi permukaan
terhadap waktu bertahan hidup serangga dewasa T. castaneum ................ 60
9. Pengaruh arus berkas elektron dengan iradiasi dua sisi permukaan
yang berlawanan terhadap waktu bertahan hidup serangga dewasa
T. castaneum ............................................................................................. 64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Siklus hidup metamorfosis sempurna ordo Coleoptera (a) dan
morfologi larva, pupa dan dewasa serangga T. castaneum (b) ..................
7
2.
Ukuran skala telur, larva, pupa dan serangga dewasa Tribolium sp. .........
8
3.
Grafik kenaikan pertumbuhan eksponensial populasi serangga ............... 10
4.
Logo makanan iradiasi .............................................................................. 13
5.
Kurva distribusi dosis-kedalaman penetrasi a) Berkas elektron
dengan variasi energi; b) Radiasi gamma dari [60Co] dan [137Cs] ........... 15
.
Kurva distribusi dosis-kedalaman penetrasi pada iradiasi 2 sisi
a) dengan radiasi gamma [60Co]; b) dengan 10 MeV elektron ................ 15
6.
7.
Blok diagram mesin berkas elektron tipe BA 350 keV/10 mA ................ 17
8.
Interaksi radiasi dengan materi a) Radiasi elektron; b) Radiasi sinar
gamma atau X ........................................................................................... 21
9.
Skema prinsip pengawetan bahan pangan dengan iradiasi ....................... 23
10. Tahap penelitian dan luarannya ...............................................................
26
11. Diagram alir pelaksanaan penelitian tahap I ............................................
28
12. Diagram alir pelaksanaan penelitian tahap II ........................................... 31
13. Ruang penyimpanan sampel serangga uji ................................................. 32
14. Kurva kalibrasi dosimeter Fricke ............................................................. 38
15. Spektrum ESR dosimeter alanin iradiasi ……………………………….. 39
16. Kurva kalibrasi dosimeter alanin yang diiradiasi dengan sinar
gamma pada daerah dosis 1-8 kGy ............................................................ 39
17. Kurva kalibrasi CTA film yang diiradiasi dengan berkas elektron .......... 40
18. Kurva kalibrasi dosimeter alanin yang diiradiasi dengan berkas
elektron pada daerah dosis 0-5 kGy .......................................................... 41
Halaman
19. Perubahan warna dosimeter penanda karena iradiasi MBE ..................... 43
20. Luasan penampang berkas iradiasi dari pemayar MBE ........................... 44
21. Kurva hubungan antara dosis relatif terhadap lintasan pemayar
sepanjang (a) 120 cm dan (b) 80 cm ........................................................ 44
22. Hubungan intensitas signal ESR alanin terhadap perlakuan pass ............ 47
23. Hubungan intensitas signal ESR tepung terigu terhadap perlakuan
pass ........................................................................................................... 48
24. Kurva pertumbuhan populasi serangga T. castaneum siklus radiasi
pada dosis radiasi 0,1-0,5 kGy ….............................................................
50
25. Kurva pertumbuhan populasi serangga T. castaneum siklus radiasi
pada dosis radiasi 1-5 kGy ….............................................…………......
51
26. Hubungan antara waktu bertahan hidup serangga T. castaneum
terhadap dosis radiasi sinar gamma dari 0,1-5 kGy .................................
55
27. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh dosis radiasi sinar gamma
terhadap waktu bertahan hidup serangga T. castaneum pada dosis
radiasi 0,1- 5 kGy ..................................................................................... 56
28. Kurva populasi serangga dewasa T. castaneum setelah perlakuan
iradiasi satu sisi permukaan MBE arus berkas (100 -500) μA ............... 58
................….....
29. Kurva populasi serangga dewasa T. castaneum setelah perlakuan
iradiasi dua sisi permukaan yang berlawanan MBE arus berkas
(100-500) μA ............................................................................................ 62
30. Hubungan antara waktu bertahan hidup serangga dewasa T. castaneum
terhadap iradiasi MBE dari arus berkas (100-500) μA ............................. 65
31. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi satu sisi
permukaan MBE arus berkas (200-500) μA pada sampel serangga
dewasa tanpa tepung terigu ......................................................................
67
32. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi satu sisi
permukaan MBE arus berkas (100-500) μA pada sampel serangga
uji diinfestasikan ke dalam tepung masing-masing tebal 800 dan
1600 μA .................................................................................................... 67
Halaman
33. Hubungan antara individu hidup serangga dewasa T. castaneum
terhadap iradiasi satu sisi permukaan MBE arus berkas 100-500 μA .....
69
34. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi satu sisi
permukaan MBE arus berkas (100-500) μA pada individu hidup .......... 69
35. Hubungan antara waktu bertahan hidup serangga dewasa
T. castaneum terhadap iradiasi MBE dari arus berkas 100-500 μA ........
70
36. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi dua sisi
permukaan MBE arus berkas (100-500) μA pada sampel serangga
dewasa tanpa tepung terigu ....................................................................... 71
37. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi dua sisi
permukaan MBE arus berkas (100-500) μA pada sampel tebal
tepung terigu 800 dan 1600 μm ............................................................... 72
38. Hubungan antara individu hidup serangga dewasa T. castaneum
terhadap iradiasi dua sisi permukaan MBE arus berkas 100-500 μA ...... 73
39
Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi dua sisi
permukaan MBE arus berkas (100-500) μA terhadap individu
hidup ........................................................................................................
74
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Alat Ukur Parameter Penelitian Utama .................................................. 84
2. Data hasil pengukuran dosimeter larutan Fricke pada λ = 305 nm ........ 87
3. Data hasil pengukuran dosimeter alanin diiradiasi dengan sinar
gamma pada daerah 1-8 kGy .................................................................
88
4. Data hasil pengukuran CTA film standar dengan alat ukur
CTA reader .............................................................................................. 89
5. Data hasil pengukuran dosimeter alanin diiradiasi dengan berkas
elektron pada daerah dosis serap 0-5 kGy .............................................
90
6. Perubahan warna dosimeter penanda yang diiradiasi dengan arus
berkas elektron 100-500 µA ................................................................... 91
7. Hasil pengukuran keseragaman dosis relatif sepanjang jendela
pemayar 120 cm .....................................................................................
92
8. Hasil pengukuran amplitudo spektrum ESR dosimeter alanin
diiradiasi dengan MBE ...........................................................................
93
9. Hasil pengukuran amplitudo spektrum ESR tepung terigu diiradiasi
dengan MBE …………………………………………………………..
94
10. Pertumbuhan populasi masing-masing stadium serangga dewasa,
larva, pupa T. castaneum yang diiradiasi dengan sinar gamma
pada dosis rendah (0,1-0,5) kGy dan dosis sedang (1-5) kGy ...............
95
11. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi
satu sisi permukaan dengan MBE arus berkas 100-500 µA pada
perlakuan sampel: tanpa tepung terigu, tebal tepung terigu 800 dan
1600 μm ................................................................................................
100
12. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi
dua sisi permukaan yang berlawanan dengan MBE arus berkas 100500 µA pada perlakuan sampel: tanpa tepung terigu, tebal tepung
terigu 800 dan 1600 μm .........................................................................
103
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tepung terigu merupakan bahan makanan pokok yang penting setelah beras.
Di lain pihak, sumber karbohidrat lainnya masih belum mencukupi maka mendorong kebutuhan konsumsi tepung terigu meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi
tepung terigu di Indonesia per kapita mencapai ± 15 kg/kapita lebih rendah dari
Singapura ( ± 71 kg/kapita ) dan Malaysia ( ± 40 kg/kapita ) pada tahun 2002
(Bogasari 2005). Secara umum, usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan diversifikasi pangan sumber karbohidrat dapat mendukung Ketahanan Pangan Nasional.
Serangga merupakan permasalahan yang dihadapi oleh industri tepung terigu khususnya pada kondisi penyimpanan. Salah satu jenis kumbang yang banyak
ditemukan pada tepung-tepungan adalah serangga Tribolium castaneum Herbst
(T. castaneum). Serangga ini dikenal sebagai ‘kumbang tepung merah’ (The Rust
Red Flour Beetle), termasuk ke dalam ordo Coleoptera famili Tenebrionidae.
Serangga T. castaneum ini adalah sebagai hama sekunder bersifat kosmopolitan
dan termasuk external feeder pada beras dan serealia lain, larva dan imago memakan bahan yang sama (Haines 1991; Sokoloff 1974).
Ternyata pengendalian serangga yang dilakukan secara konvensional, masih
belum sepenuhnya mampu membasmi sisa-sisa telur, larva dan pupa serangga
pada produk tersebut. Salah satu perkembangan pengendalian hama pasca panen
pada serangga T. castaneum untuk tujuan disinfestasi serangga sudah banyak
dilakukan, seperti penggunaan bahan kimia sebagai fumigasi yaitu metil bromin
dan etilen dibromin. The United State Environmental Protection Agency (EPA)
telah mengatur penggunaan metil bromin untuk dikurangi 25% sejak tahun 2000.
sedang berdasarkan The Montreal Protocol and Clean Air Act penggunaan metil
bromin untuk negara berkembang akan dihapus pada tahun 2015 (Gupta 2001).
Untuk mengatasi permasalahan pasca panen tepung terigu maka diperlukan
teknologi tepat guna agar supaya tepung terigu lebih berkualitas dan tahan lama
sehingga dapat terdistribusikan ke tempat lain tepat waktu. Salah satu teknik fisika
untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan radiasi pengion baik yang
1
Pendahuluan
2
berasal dari radionuklida seperti [60Co] dan [137Cs] maupun sumber listrik. Aplikasi teknik nuklir dengan menggunakan sinar gamma [60Co] untuk tujuan sanitasi
bahan pangan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1969 antara lain untuk komoditas bebijian. Sedang peraturan aplikasi iradiasi pangan telah dimulai sejak tahun
1987 telah ditetapkan peraturan Menteri Kesehatan nomor 826 dan diperbaharui
pada tahun 1995 nomor 152 dengan penambahan komoditas serta khususnya komoditas bebijian dosis maksimumnya dinaikkan dari 1 kGy menjadi 5 kGy.
Penggunaan mesin berkas elektron (MBE) khususnya bidang pangan di
Indonesia belum di aplikasikan secara luas (Tanhindarto 2002, 2003, 2005, 2006;
Tanhindarto & Irawati 2004; Irawati 2005a, 2005b), dibeberapa negara sudah
diterapkan untuk tujuan disinfestasi serangga hama gudang. Salimov et al. (2000)
mengemukakan bahwa mesin pemercepat elektron dengan energi 1,5 MeV sudah
dapat diaplikasikan untuk iradiasi disinfestasi bebijian. Hariyadi (2004) mengemukakan bahwa iradiasi mesin berkas elektron dapat berpotensi menjadi bagian
penting dalam pemecahan masalah keamanan pangan. Danu (2003) melaporkan
bahwa di Indonesia pemanfaatan MBE masih terbatas dalam aplikasi penggunaannya, seperti proses curing, prevulkanisasi karet ban. Cleghorn et al. (2002)
melaporkan bahwa berkas elektron energi 400 kV x 200 Gy dapat digunakan
mengontrol mortalitas 3 jenis serangga hama gudang (S oryzae, R dominica, T
castaneum). Menurut Hayashi et al. (2004) penggunaan elektron energi rendah
(soft electron) 60 keV telah digunakan untuk menginaktifkan telur, larva dan pupa
serangga hama gudang. Soft-electron 150 kV dapat digunakan untuk disinfestasi
bebijian yang terkontaminasi serangga external feeders (Imamura et al. 2004).
Iganatowicz (2004) menyatakan bahwa iradiasi sinar gamma dengan dosis 0,3
kGy sudah cukup untuk menghambat serangga hama gudang, serta dosis 0,6 kGy
disarankan untuk perlakuan karantina serangga dewasa lepidoptera. Gochangco et
al. (2004) melaporkan bahwa perlakuan iradiasi dapat digunakan sebagai perlakuan alternatif pengganti penggunaan metil bromin untuk disinfestasi serangga T.
castaneum pada penyimpanan coklat.
Beberapa tahun terakhir ini, penerimaan masyarakat tentang manfaat iradiasi
sebagai perlakuan phytosanitary sudah mulai meningkat guna mengontrol anthropoda pada komoditas segar dan penyimpanan produk. Sebagai contoh di Hawaii
Pendahuluan
3
USA bahwa iradiasi digunakan untuk mengontrol lalat buah pada 10 jenis buah
dan 4 jenis sayuran serta mangga, sedang di Florida iradiasi untuk mengontrol
kentang manis sebelum pengapalan ke California (IAEA 2004).
Noemi (1987) mengemukakan bahwa penggunaan sumber radiasi mesin
berkas elektron dan sinar gamma [60Co] tidak memiliki perbedaan yang nyata
untuk tujuan mengontrol infestasi serangga hama gudang. Sumber radiasi pengion
dengan MBE pada dosis 0,2-0,5 kGy cukup untuk mengontrol perkembangbiakan
serangga, bahkan beberapa minggu setelah iradiasi, dosis 1 kGy cukup efektif
untuk membunuh seluruh stadium serangga beberapa hari setelah iradiasi. Sedang
Hayashi et al. (2003) melaporkan penggunaan soft-electron (energi rendah berkas
elektron) dengan tegangan 60 kV efektif membasmi telur, larva dan pupa red flour
beetle (T. castaneum) dosis 1 kGy, sedang untuk serangga dewasa dosis 5 kGy.
Berdasarkan kenyataan tersebut perlu segera penggalian potensi penelitian
dan pengembangan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Upaya ini dapat
mendukung peningkatan sarana dan teknologi pengelolaan gandum, yang nantinya
dapat dimanfaatkan untuk perlakuan karantina pada produk tepung terigu.
Perumusahan Masalah
Pengendalian serangga hama gudang ternyata masih belum sepenuhnya
mampu mengatasi sisa-sisa telur, larva dan pupa serangga T. castaneum pada
produk tepung terigu. Proses iradiasi mesin berkas elektron adalah proses fisika
tanpa residu merupakan proses yang lebih efektif yang dapat diterapkan untuk
mengatasi permasalahan ini, bahkan dapat memperpanjang umur simpan bahan
yang diproses. Teknik ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
karena pengendalian serangga yang dilakukan secara konvensional, masih belum
sepenuhnya mampu membasmi sisa-sisa telur, larva dan pupa serangga dan
pemakaian bahan kimia seperti metil bromin sudah dibatasi untuk perlakuan
karantina pada produk tepung terigu.
Pendahuluan
4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Mempelajari proses radiasi mesin berkas elektron energi rendah terhadap
bahan pangan tepung terigu serta ada penguasaan teknologi mesin berkas elektron
untuk pengawetan makanan.
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses iradiasi mesin berkas elektron terhadap tepung terigu,
2. Mengetahui teknik iradiasi berkas elektron untuk disinfestasi pada serangga
dewasa T. castaneum.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal bahwa sumber
radiasi dari mesin berkas elektron dapat digunakan untuk tindakan disinfestasi
terhadap serangga, sisa-sisa serangga seperti telur, larva, pupa dan imago T.
castaneum yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk perlakuan karantina pada
produk berbasis tepung.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk pengembangan
makanan iradiasi menggunakan sumber radiasi mesin berkas elektron, dan dapat
memberikan kontribusi terhadap aspek keamanan pangan pada produk tepung
terigu yang bebas terhadap serangga, sisa-sisa serangga seperti telur, larva dan
pupa. Disamping itu, dapat sebagai teknologi alternatif sebagai substitusi penggunaan bahan pengawet kimia (fumigasi).
TINJAUAN PUSTAKA
Mutu Tepung Terigu
Tanaman gandum dengan nama latin Triticum aestivum L. dari subspesies
vulgare memiliki sekitar 4000 jenis varietas yang tumbuh di seluruh dunia
(Posner 2000).
Tepung terigu adalah tepung yang diperoleh dengan jalan menggiling bijibiji gandum yang sehat dan telah dibersihkan (SII 1975). Sedang tepung terigu
sebagai bahan makanan adalah tepung yang dibuat dari endosperma biji gandum
Triticum aestivum L. (Club wheat) dan / atau Triticum compactum Host. Adapun
persyaratan mutu terigu dapat dilihat pada Tabel 1 (SNI 2000). Dari Tabel terihat
bahwa syarat mutu terigu harus bebas dari serangga, sisa-sisa serangga seperti
telur, larva dan pupa. Tepung terigu di Indonesia dibedakan berdasarkan kadar
proteinnya yaitu tepung keras dengan kadar protein 12-13 %, medium dengan
kadar protein 9,5-10 % dan yang mengandung 7,5-8 % protein adalah tepung
lunak.
Dari hasil penelitian iradiasi sinar gamma [60Co] dosis sampai 0,4 kGy
untuk tujuan disinfestasi serangga terhadap 3 tepung terigu (cakra kembar, kunci
biru dan segitiga biru) ternyata perlakuan iradiasi tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap warna, kadar protein dan sifat khas tepung (Chosdu & Maha
1980). Hayashi et al. (2003) mengemukakan dari hasil penelitian terdahulu terhadap biji-bijian dilaporkan bahwa penggunaan energi rendah berkas elektron (softelectron) dengan tegangan 60 keV untuk tujuan disinfestasi tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap sifat fisiko-kimia biji-bijian.
Menurut Atnasov (1977) dalam Noemi (1987) mengemukakan dosis 225
Gy sudah dapat membunuh semua stadium red flour beetles pada penyimpanan
biji-bijian dalam 1 tahun setelah iradiasi.
Morfologi Serangga Tribolium castaneum (Herbst)
Serangga Tribolium castaneum H. termasuk ke dalam ordo Coleoptera
famili Tenebrionidae. Serangga ini tergolong serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu perkembangannya melalui fase-fase telur,
Tinjauan Pustaka
6
larva, pupa dan imago (Haines 1991). Siklus hidup metamorfosis sempurna ordo
Coleoptera dan morfologi larva, pupa dan imago serangga T. castaneum disajikan
pada Gambar 1. Perbedaan morfologi antara jantan dan betina dapat dibedakan,
berdasarkan femur. Serangga jantan dibagian depan sebelah kiri terdapat bintik hitam, sedangkan pada serangga betina tidak terdapat bintik hitam (Sokoloff 1974).
Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu (SNI 01-3751-2000)
No.
Jenis uji
Satuan
Keadaaan
Bentuk
Bau
Rasa
Warna
Benda asing
Serangga dalam semua
bentuk stadia dan
potongan-potongannya
yang tampak*)
4
Kehalusan, lolos ayakan
212 milimikron
5
Air
%, b/b
6
Abu
%, b/b
7
Protein (N x 5,7)
%, b/b
8
Keasaman
mg KOH/100g
9
detik
Falling number
10
Besi (Fe)
mg/kg
11
Seng (Zn)
mg/kg
12
Vitamin B1 (thiamin)
mg/kg
13
Vitamin B2 (riboflavin)
mg/kg
14
Asam folat
mg/kg
15
Cemaran logam
15.1 Timbal (Pb)
mg/kg
15.2 Raksa (Hg)
mg/kg
15.3 Tembaga (Cu)
mg/kg
16
Cemaran arsen
mg/kg
Cemaran mikroba
17
koloni/g
17.1 Angka lempeng total
APM/g
17.2 E. coli
koloni/g
17.3 Kapang
*)
Tepung terigu di tingkat produsen
1
1.1
1.2
1.3
1.4
2
3
B
B
Persyaratan
serbuk
normal (bebas dari bau asing)
normal (bebas dari bau asing)
putih, khas terigu
tidak boleh ada
tidak boleh ada
min. 95 %
maks. 14,5 %
maks. 0,6 %
maks. 7,0 %
maks. 50/100 g contoh
min. 300
min. 50
min. 30
min. 2,5
min. 4
min. 2
maks. 1,10
maks. 0,05
maks. 10
maks. 0,5
maks. 106
maks. 10
maks. 104
Secara kasat mata telur berwarna putih dan berukuran kecil, diletakkan
oleh serangga betina diantara partikel yang diselubungi oleh cairan perekat sehingga partikel makanan menempel (Haines 1991).
Tinjauan Pustaka
7
(a)
(b)
Gambar 1. Siklus hidup metamorfosis sempurna ordo Coleoptera (a) dan
morfologi larva, pupa dan dewasa serangga T. castaneum (b)
(Haines 1991).
Larva berwarna kuning keputih-putihan dengan ukuran 6 mm, segmen
abdomen terakhir berwarna coklat tua sedikit melengkung dan terpisah dengan
baik, umur stadium larva berkisar 7-8 hari. Larva T. castaneum mempunyai bentuk khas yaitu adanya tonjolan runcing pada ruas terakhir dari abdomen yang
disebut Urogomphi (Syarief & Halid 1993).
Pupa serangga ini berwarna putih kekuning-kuningan dengan panjang 4 mm.
Stadium pupa 6 hari, sedangkan perkembangan telur hingga pupa 23 hari pada
suhu 29 °C.
Imago berbentuk pipih panjang tubuhnya 2,3-4,4 mm, berwarna coklat kemerahan, 3 segmen terakhir pada antena membentuk gada, mata terbagi oleh suatu
penjuluran dengan 3-4 mata faset. Ukuran skala telur, larva, pupa dan imago dapat
dilihat pada Gambar 2.
Tinjauan Pustaka
8
Gambar 2. Ukuran skala telur, larva, pupa dan serangga dewasa Tribolium sp.
(Sokoloff 1974).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan
Serangga Tribolium sp.
Pertumbuhan populasi Tribolium castaneum (Herbst) dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti antara lain kondisi media dan kanibalisme. Menurut Syarief
& Halid (1993); Haines (1991) mengemukakan bahwa kondisi optimum untuk
perkembangan serangga Tribolium castaneum adalah suhu sekitar 35 °C dan kelembaban relatif 75%.
Telur yang dihasilkan oleh serangga betina dipengaruhi oleh suhu tetapi
tidak dipengaruhi kelembaban, serangga dewasa dapat hidup sampai 6 bulan. Pada
suhu 25 °C serangga betina bertelur rata-rata 2-5 butir per hari, jumlah ini
meningkat menjadi 11 butir per hari pada suhu 35,5 °C. Serangga dewasa melakukan kopulasi dan menghasilkan telur sepanjang waktu hidupnya. Serangga dewasa
bersifat kanibalistik baik pada sesamanya termasuk memakan telurnya maupun
serangga lainnya. Abdelsamad et al. (1987) menyatakan periode total perkembangan serangga dari telur sampai menjadi imago yang optimum adalah pada suhu
35 °C yaitu hanya berlangsung 19,1 hari, sedang Howe (1956) dalam Haines
(1991) menyatakan 20 hari.
Tinjauan Pustaka
9
Kerusakan yang Ditimbulkan Serangga Tribolium sp
Kerusakan yang ditimbulkan oleh Tribolium castaneum pada tepung terigu
antara lain mengakibatkan bau apek dan tengik yang berasal dari etil quinon yang
dihasilkan oleh kelenjar bau. Aroma etil quinon ini dapat menembus kantong
polietilen dengan tebal 0,075 mm (Grist & Lever 1969).
Terigu yang tiba di pelabuhan sering mengalami penurunan kualitas, seperti berkutu atau bau apek akibat distribusi dan transportasi yang relatif lama
sehingga kondisi dan kandungan gizi tepung terigu tersebut menjadi tidak optimal
(Bogasari 2005).
Serangan serangga dapat menimbulkan kerusakan secara langsung dan
tidak langsung. Kerusakan langsung terdiri dari konsumsi bahan yang disimpan,
kontaminasi serangga dewasa, pupa, larva, telur dan kulit serangga. Kerusakan
tidak langsung berupa kenaikan suhu akibat metabolisme serangga disebut hot
spot yaitu area sekitar serangga yang terinfeksi dalam jumlah yang sangat besar
dimana suhunya dapat mencapai 42,2 °C. Jika terjadi kenaikan kadar air maka
bahan akan lembab dan lengket, timbul storage fungi, bau apek tetapi apabila
kadar air bahan rendah karena terjadi perpindahan uap air, timbul mikroba lain,
berkurangnya nilai estetis produk (Cotton & Wilbur 1974).
Pertumbuhan Populasi Serangga
Pertumbuhan serangga antara lain ditentukan oleh nutrisi makanan dan
lingkungan. Haines (1991) mengemukakan bahwa pada umumnya, tahap awal
infestasi perkembangan serangga, akan mengikuti pertumbuhan populasi secara
eksponensial. Laju penambahan individu populasi adalah proporsional terhadap
jumlah individu yang ada serta laju kenaikan menjadi lebih besar terhadap waktu,
secara teoritis dapat diilustrasikan pada Gambar 3. Jumlah serangga dalam
pertumbuhan populasi eksponesial terhadap waktu adalah Nt = No.ert dimana Nt
= jumlah serangga setelah t (waktu), No = jumlah serangga awal dan nilai r laju
intrinsik kenaikan populasi. Menurut Hasibuan (1988) konstanta r, di dalam
ekologi, dikenal sebagai laju pertumbuhan populasi intrinsik, sedangkan di dalam
matematika r disebut sebagai parameter persamaan eksponensial. Satuan untuk
konstanta ini ialah jumlah per waktu. Model dengan r > 0 sebagai model pertum-
Tinjauan Pustaka
10
buhan eksponensial, sedangkan model dengan r < 0 disebut sebagai model peluruhan eksponensial.
Gambar 3. Grafik kenaikan pertumbuhan eksponensial populasi serangga
(Haines 1991).
Model Kinetika Reaksi Orde Satu
Selama proses pengolahan misalnya secara pemanasan dan pengeringan
pada bahan pangan, akan terjadi perubahan-perubahan sifat fisiko-kimia dan biokimia. Perubahan-perubahan tersebut akibat adanya reaksi dan interaksi di dalam
bahan tersebut. Perubahan tersebut dinyatakan dengan laju reaksi secara matematis ditulis sebagai (dN/dt). Banyak reaksi di alam yang dapat dijelaskan dengan
menggunakan model reaksi orde satu. Model kinetika bentuk sederhana dapat
diaplikasikan dengan memperhatikan asumsi-asumsi tertentu untuk menjelaskan
tingkah laku berbagai perubahan selama pengolahan, misalnya laju inaktivasi
mikroba dan inaktivasi enzim (Hariyadi 2004).
Pertumbuhan populasi serangga secara teoritis akan mengikuti model
eksponensial (Haines 1991). Persamaan tersebut dapat dinyatakan Nt = No.ert
yang artinya bahwa laju pertumbuhan populasi pada waktu t berbanding lurus
dengan ukuran populasi pada waktu t, sedangkan r merupakan konstanta kesebandingan. Persamaan pertumbuhan eksponensial adalah persamaan diferensial ordo
satu (Hasibuan 1988).
Tinjauan Pustaka
11
Proses perubahan pengolahan laju reaksi merupakan fungsi dari berbagai
variabel reaksi, jika proses reaksi mengikuti reaksi ordo satu, dengan persamaan
reaksi sebagai berikut,
-δ N
= r.N
δ t
(1)
Sifat persamaan Nt = No.ert bergantung pada tanda konstanta, jika r > 0 grafik
naik cekung keatas, r = 0 grafik konstan dan r < 0 grafik turun landai kebawah
(Causton 1993; Spain 1982). Jika dilakukan integrasi terhadap persamaan:
∫
Nt
No
-δ N
= δ t
t
∫ r .δ t
(2)
0
dengan menggunakan persamaan logaritmik akan menghasilkan persamaan linear
yaitu ln Nt = ln No + kt.
(3)
Pengendalian Serangga Tribolium sp dengan Iradiasi
Pengendalian hama pasca panen dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia,
biologi dan sistem pengendalian hama terpadu yang mengkombinasikan berbagai
cara pengendalian.
Noemi (1987) melaporkan bahwa perlakuan iradiasi dengan mesin berkas
elektron terhadap serangga hama gudang adalah (1) ketahanan serangga terhadap
radiasi akan meningkat dari stadium telur menjadi dewasa, (2) iradiasi antara
dosis 3 dan 5 kGy dapat membunuh berkembangnya serangga segera setelah
iradiasi, sedang dosis 1 kGy cukup untuk membunuh serangga beberapa hari setelah iradiasi, (3) iradiasi antara dosis 0,2 dan 0,5 kGy telah cukup untuk mengontrol sebagian besar kemungkinan berkembangnya serangga dan membu-nuh
serangga setelah beberapa minggu setelah iradiasi, (4) tidak ada perbedaan yang
nyata dosis iradiasi untuk mengontrol infestasi serangga antara berkas elektron
atau sinar gamma [60Co]. Iradiasi dosis 0,4 kGy secara praktis merupakan batas
minimal sterilitas untuk mengontrol setiap tingkat infestasi serangga T. castaneum
pada komoditas gandum, beras, jagung. Sedang Diehl (1990, 1995) menyatakan
bahwa dosis steril untuk serangga jantan dan betina T. castaneum yaitu 0,2 kGy.
Menurut Hayashi et al. (2003), soft-electron (energi rendah berkas elektron) dengan tegangan 60 keV efektif membunuh terhadap telur, larva dan pupa
Tinjauan Pustaka
12
red flour beetle (T. castaneum) pada dosis 1 kGy dan 5 kGy untuk serangga dewasa. Noemi (1987) melaporkan dosis radiasi yang digunakan untuk membunuh T.
confusum sebesar 99,9 % telur adalah 0,044 kGy, untuk larva 0,052 kGy, pupa
0,145 kGy dan untuk dewasa 0,120 kGy. Sedang Diehl (1995) mengemukakan
bahwa pada umumnya iradiasi stadium telur lebih sensitif terhadap radiasi dari
pada stadium dewasa sedangkan semua stadium serangga akan mati beberapa hari
setelah mendapat perlakuan iradiasi pada dosis 1-3 kGy
Iradiasi Pangan
Iradiasi adalah suatu istilah yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara terukur dan terarah. Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk
pengawetan bahan pangan yaitu radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik
ialah radiasi yang menghasilkan foton yang berenergi tinggi sehingga sanggup
menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksistasi pada materi yang dilaluinya. Jenis
iradiasi ini dinamakan iradiasi pengion, contoh iradiasi pengion adalah partikel
alpha (α), partikel beta (β), dan sinar gamma (γ). Ditinjau dari sifat radiasinya,
sinar pengion mempunyai beberapa manfaat diantaranya ialah dapat menunda pertunasan, memperpanjang umur simpan komoditas pertanian, membunuh serangga,
dekontaminasi kandungan mikroba dan membunuh mikroba patogen.
Sudah lebih dari 46 negara di dunia telah mengizinkan penggunaan teknologi iradiasi, termasuk Indonesia (Diehl 2001). Legalisasi tentang peraturan makanan iradiasi di Indonesia sudah berlaku sejak tahun 1987, tetapi masih terbatas
pada komoditas tertentu. Adapun landasan peraturan iradiasi pangan saat ini yaitu
Peraturan Menteri Kesehatan RI yaitu Permenkes No: 826/MENKES/PER/XII/
1987 dan diperbaharui pada tahun 1995 yaitu Permenkes No: 152/MENKES/SK/
II/1995. Peraturan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan dalam
penyusunan Undang-undang Pangan No: 7 tahun 1996. Pengaturan tentang Pelabelan pangan di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Pemeritah RI No: 69 tahun
1999 dan khusus mengenai iradiasi pangan diatur pada pasal 34. Adapun logo
yang menunjukkan produk pangan telah diiradiasi dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada tahun 2004 Badan POM telah mengeluarkan 10 pedoman iradiasi berdasarkan kelompok pangan (BPOM 2004a; 2004b; 2004c; 2004d; 2004e).
Tinjauan Pustaka
13
Gambar 4. Logo makanan iradiasi.
Sumber Energi Radiasi
Proses yang menggunakan energi radiasi dapat dilakukan dalam fasilitas
radiasi gamma (iradiator) atau dalam radiasi elektron tinggi (akselerator elektron). Radiasi pengion yang terbanyak digunakan adalah sinar γ (gamma). Sinar
gamma merupakan gelombang pendek yang disebut sinar piko dengan daya
penetrasi yang sangat kuat. Sumber radiasi sinar gamma berasal salah satunya dari
radionuklida kobalt-60 [60Co]. Kobalt-60 dibuat dalam reaktor atom dengan cara
menembak Kobalt-59 yang diperoleh dari alam dengan iradiasi sinar neutron yang
dilakukan di reaktor. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
59
Co27 +
1
N0 ⇒
60
Co27 + sinar γ
Sumber radiasi yang umum digunakan ada 2 macam yaitu radionuklida
dan mesin berkas elektron cepat. Radionuklida [60Co] dengan energi sinar gamma
1,17 MeV dan 1,33 MeV serta [137Cs] dengan energi 0,66 MeV merupakan 2 jenis
isotop radioaktif yang dapat dimanfaatkan secara komersial. Untuk sinar X dibatasi energinya sampai dengan 5 MeV dan mesin berkas elektron dibatasi dengan
energi maksimal 10 MeV (Diehl 1995).
Berdasarkan jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan ada dua yaitu sinar gamma yang dipancarkan oleh radionuklida
[60Co] dan [137Cs]. Keduanya merupakan gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang pendek sekitar 10-9 m. Berkas elektron: dihasilkan oleh mesin
berkas elektron yang terdiri dari partikel-partikel bermuatan listrik. Kedua jenis
radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan dan perbedaan keduanya adalah pada daya tembusnya. Sinar gamma mengeluarkan energi
sebesar 1 MeV untuk dapat menembus air dengan kedalaman 20-30 cm, sedang
Tinjauan Pustaka
14
berkas elektron mengeluarkan energi sebesar 10 MeV untuk menembus air sedalam 3,5 cm (Diehl 1990, 1995).
Aplikasi mesin berkas elektron di bidang pangan, dibatasi energinya yaitu
maksimum 10 MeV. Berdasarkan tingkat energinya yang dimiliki, MBE dapat
digolongkan ke dalam 3 kategori yaitu elektron energi rendah (low energy
eccelerators/soft-electrons: 150 keV–2 MeV), elektron energi sedang (medium
energy accelerators : 2,5–8 MeV) dan energi tinggi (high energy accelerator: > 9
MeV) (Irawati 2005)
Perbedaan karakteristik radiasi berkas elektron dan sinar gamma [60Co]
disajikan pada Tabel 2. Semakin tinggi energi berkas elektron, semakin tinggi
pula daya penetrasinya. Elektron dipercepat akan berkurang energinya setelah
menembus bahan pada kedalaman tertentu. Pada Gambar 5 disajikan hubungan
energi dan penetrasi atau disebut kurva distribusi dosis-kedalaman penetrasi
(depth dose distribution) dengan variasi energi untuk masing-masing sumber
listrik dan radionuklida (Danu 2004; Diehl 1995). Kurva ini dipakai untuk menentukan hubungan kedalaman penetrasi dalam bahan dengan dosis relatif.
Tabel 2. Karakteristik radiasi berkas elektron dan sinar gamma [60Co]
Berkas elektron
- Jenis radiasi a)
- Energi
a)
- Daya tembus
a)
- Operasi a)
- Shielding
Partikel elektron
Gelombang ektromagnetik
Puluhan keV - maks 10 MeV
1,17 dan 1,33 MeV
Rendah
Sangat tinggi
Dapat dihidupkan / dimatikan Meluruh permanen
a)
Tipis / sederhana
- Efek pada organismeb) Sama
- Kecepatan dosis
- Kapasitas
Sinar gamma [60Co]
b)
b)
- Kerusakan bahan
b)
- Keseragaman dosis
- Densitas bahan
b)
b)
Tebal / kompleks
Sama
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Lebih tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah (< 0,2)
Tinggi (>0,2)
Keterangan : a) Danu (2004) dan b) Hilmy (1995)
Tinjauan Pustaka
15
Kurva distribusi dosis kedalaman penetrasi pada suatu bahan dapat dibuat
dengan dosimetri menggunakan dosimeter film cellulose triacetate (CTA). Penetrasi radiasi dipengaruhi densitas bahan. Semakin tinggi densitas bahan, semakin
rendah penetrasi elektron dan demikian pula sebaliknya. Untuk meningkatkan
kedalaman penetrasi, iradiasi dapat dilakukan pada 2 sisi yaitu dengan membalik
bahan yang diiradiasi. Pada Gambar 6 disajikan kurva distribusi dosis-kedalaman
penetrasi di air jika suatu bahan diiradiasi pada 2 sisi (Danu 2004; Diehl 1990;
NHV 1983).
(a)
(b)
Gambar 5. Kurva distribusi dosis-kedalaman penetrasi a) Berkas elektron dengan
variasi energi; b) Radiasi gamma dari [60Co] dan [137Cs] (Diehl 1990).
(a)
(b)
Gambar 6. Kurva distribusi dosis-kedalaman penetrasi pada iradiasi 2 sisi dengan
radiasi gamma [60Co]; b) dengan 10 MeV elektron (Diehl 1990).
Tinjauan Pustaka
16
Sumber radiasi ionisasi sinar gamma, sinar X dan elektron dalam aplikasinya terhadap bahan pangan akan memberikan efek yang sama selama energi
yang diberikan sama, tetapi dari ketiga sumber tersebut akan berbeda terhadap
waktu proses selama iradiasi. Menurut NHV (1983) mengemukakan bahwa berkas
elektron mempunyai keunggulan dalam waktu, misalnya dosis 100 kGy waktu
iradiasi yang dibutuhkan sinar gamma dari [60Co] dapat membutuhkan waktu
sampai beberapa hari, sedang sinar X dapat dilakukan beberapa jam, tetapi dengan
elektron cepat hanya dengan beberapa detik saja. Menurut Don Park & Vestal
(2003) mesin berkas elektron dapat memproduksi elektron cepat sekitar (190.000
miles/detik) dan merupakan sumber energi yang dapat dengan mudah dimatikan
dan dihidupkan. Jika dibandingkan dengan sinar gamma dan sinar X, berkas elektron dibatasi dengan perlakuan kemasan yang relatif tipis dikarenakan penetrasi
yang rendah.
Status sumber radiasi yang sudah diaplikasikan di Indonesia untuk makanan iradiasi yang ada sampai saat ini, adalah sumber radiasi yang berasal dari
radionuklida [60Co]. Akan tetapi mesin berkas elektron sebagai sumber radiasi
pengion memiliki peluang untuk dikembangkan di Indonesia sebagai saran pengawetan makanan (Tanhindarto 2003).
Mesin Berkas Elektron (MBE) 350 keV/10 mA
Mesin berkas elektron adalah seperangkat alat pemercepat elektron yang
dapat menghasilkan radiasi berkas elektron secara kontinyu dan dapat digunakan
sebagai sumber radiasi pengion. Sumber radiasi yang digunakan dalam penelitian
adalah mesin berkas elektron 350 keV-10 mA yang berlokasi di Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) BATAN di Yogyakarta. Rancang bangun
mesin berkas elektron berenergi rendah ini sudah mempunyai ijin operasional dari
lembaga yang berwenang yaitu BAPETEN. Alat MBE tersebut dirancang dengan
energi 350 keV / 10 mA dan telah diresmikan oleh Menteri Riset dan Teknologi
pada tanggal 16 Desember 2003.
Klasifikasi MBE dibedakan berdasarkan pada tingkat energi yang
tergolong mesin berkas elektron energi rendah (kurang dari 500 keV) dengan DC
Tinjauan Pustaka
17
power supply tipe Cockcroft-wolton. Blok diagram dari MBE 350 keV/10 mA
dapat dilihat pada Gambar 7.
Keterangan gambar:
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber tegangan tinggi
Sumber elektron (Electron gun)
Tabung akselerator
Magnet pemayar
Tabung pemayar
6.
7.
8.
9.
10.
Jendela pemayar
Pompa turbo
Sumber tegangan terisoler
Pompa rotari
Konveyor
Gambar 7. Blok diagram mesin berkas elektron tipe BA 350 keV/10 mA
(Suhartono 2004).
Prinsip kerja MBE 350 keV/10 mA secara umum adalah elektron yang
dipancarkan dari filamen (dari bahan tunsten) yang dipanaskan dalam ruang
vakum tinggi oleh catu daya listrik. Elektron diarahkan dan difokuskan oleh
medan listrik, dipercepat oleh tegangan tinggi pada tabung pemercepat, kemudian
dipayarkan kedalam tabung pemayar oleh medan magnet dan menembus jendela
tipis (window foil) ke atmosfir yang menghasilkan berkas elektron berenergi
tinggi (Suhartono 2004).
Tinjauan Pustaka
18
Dosis Radiasi
Satuan dosis radiasi mulanya diberi nama rad tetapi selanjutnya digunakan
Satuan Internasional (SI) yang diberi nama Gray (Gy), 1 Gy = 100 rad atau
Joule/kg.
Sesuai dengan tujuan iradiasi dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok
ialah dosis rendah (< 1 kGy), sedang (1-10 kGy) dan tinggi (10-50 kGy). Tabel 3
menunjukkan persyaratan dosis iradiasi yang dibutuhkan untuk mengiradiasi jenis
pangan tertentu.
Tabel 3. Persyaratan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan a).
No.
1
2
3
TUJUAN
DOSIS
( kGy )
PRODUK
DOSIS RENDAH ( s/d. 1 kGy ):
- Pencegahan pertunasan
0.05 - 0.15
- Pembasmian serangga dan parasit
0.15 - 0.50
- Perlambatan proses fisiologis
0.50 - 1.00
Kentang, bawang putih, bawang
bombay, jahe, dll
Serealia dan kacang-kacangan, buah
segar dan kering, ikan, daging kering.
Buah-buahan dan sayuran segar
- Perpanjangan masa simpan
1.00 - 3.00
Ikan, arbei segar, dll
- Pembasmian mikroorganisme perusak
dan patogen
1.00 - 7.00
Hasil laut segar dan beku, daging,
daging unggas segar/beku, dll
- Perbaikan sifat teknologi pangan
2.00 - 7.00
Anggur (meningkatkan sari), sayuran
kering (mengurangi waktu pemasakan)
DOSIS SEDANG (1-10 kGy ) :
DOSIS TINGGI *) ( 10-50 ) kGy :
- Pensterilan - industri (kombinasi
dengan panas sedang)
30 - 50
Daging, daging unggas, hasil laut,
makanan siap saji, makanan steril
- Pensterilan bahan tambahan makanan
tertentu dan komponennya
10 - 50
Rempah - rempah, sediaan enzim, gum
alami, dll
Keterangan : *) Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO menyetujui penggunaan dosis ini,
sejak bulan Maret 2003 (IAEA 2004), dengan catatan hanya digunakan berdasarkan
legitimasi sesuai dengan kebutuhan teknologi yang ditujukan untuk higiene pangan.
a) WHO (1988) dan IAEA (2004).
Tinjauan Pustaka
19
Dosimetri
Dosimetri merupakan suatu metode pengukuran dosis serap (absorbsi)
radiasi terhadap produk dengan teknik pengukuran yang didasarkan pada pengukuran ionisasi yang ditimbulkan akibat radiasi menggunakan dosimeter (IAEA
2002; McLaughlin et al. 1989). Menurut Tanaka (1977) dan McLaughlin et al.
(1989) mengemukakan dosimeter CTA film merupakan sistem dosimetri yang
direkomendasikan untuk sinar gamma dan elektron. Dosimeter ini merupakan
dosimeter rutin dan digunakan pada kisaran antara 10-150 kGy. Adapun prinsip
dari dosimeter CTA film adalah mengukur perubahan optical density (OD) per unit
dosis. Sundardi (1976) mengemukakan bahwa film selulosa triasetat (STA) dapat
dipergunakan sebagai dosimeter elektron dan gamma pada kecepatan dosis yang
tinggi tetapi pada kecepatan dosis yang rendah diperlukan beberapa koreksi.
Dosimeter film selulose tri-asetat menyerap sinar ultra violet (UV) pada daerah
panjang gelombang antara 253 dan 313 mμ. Sunaga (1994) telah mengembangkan
dosimetri menggunakan Grafchromic film dosimeter untuk proses sterilisasi dan
pengawetan makanan dengan sumber berkas elektron (0,12-3 MeV) dan pengukuran energi elektron secara simultan.
Farrar (2000) mengemukakan bahwa sampai saat ini sudah tersedia 20
international standar organization (ISO) dosimetri untuk proses radiasi, dan
beberapa diantaranya telah memenuhi standar ISO yaitu ASTM E1204-93 untuk
dosimetri fasilitas sinar gamma untuk proses makanan, penggunaan dosimeter
alanin dengan alat ukur electron paramagnetic resonance (EPR) yaitu ASTM
E1607-94, dan untuk dosimetri fasilitas proses radiasi mesin berkas elektron
(MBE) energi 300 KeV-25 MeV dan 80-300 keV masing-masing adalah
ASTM1649-94 dan ASTM1818-96.
Fasilitas Radiasi
Fasilitas radiasi adalah sarana proses yang menggunakan energi radiasi,
biasanya dilakukan dalam fasilitas radiasi gamma (Iradiator) atau dalam fasilitas
radiasi energi tinggi (akselerator elektron). Tanhindarto & Sudrajat (2004) untuk
memproduksi makanan iradiasi yang diawetkan melalui proses radiasi yang
dilakukan di iradiator, ada beberapa pihak yang bertanggung jawab dalam suatu
Tinjauan Pustaka
20
kegiatan proses produksi yaitu produsen bertanggung jawab atas kualitas produksi
termasuk keamanan pangan dan sterilitasnya, sedang fasilitas radiasi bertanggung
jawab akan ketepatan dosis radiasi yang harus diterima pada bahan yang diiradiasi.
Interaksi Radiasi Pengion dengan Bahan
Interaksi radiasi pengion dengan bahan adalah terjadinya pemindahan
energi partikel melalui tumbukan dengan muatan di dalam bahan dan penurunan
intensitas gelombang elektromagnetik ketika melewati bahan. Energi yang dipindahkan kepada bahan menimbulkan ionisasi dan eksitasi. Secara skematik interaksi radiasi berkas elektron dan sinar gamma dengan bahan, dapat digambarkan
seperti pada Gambar 8. Ionisasi adalah pelepasan elektron dari orbit atomnya
akibat adanya energi dari luar. Eksistasi adalah pemindahan elektron ke tingkat
orbit yang lebih tinggi jika diberi energi dari luar. Interaksi sinar gamma, sinar X
dan berkas elektron pada bahan akan tergantung pada energinya, ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi yaitu interaksi photoelektrik, interaksi compton, dan
produksi pasangan ion. Menurut Diehl (1995) dari ketiga interaksi yang paling
dominan pada iradiasi makanan adalah interaksi compton. Pelepasan elektron
karena interaksi compton ini sudah cukup menyebabkan terjadinya ionisasi.
Gambar 8. Interaksi radiasi dengan materi a) Radiasi elektron;
b) Radiasi sinar gamma atau X (Diehl 1995).
Tinjauan Pustaka
21
Noemi (1987) mengemukakan bahwa radiasi ionisasi akan menyebabkan
dua efek biologi pada serangga yaitu letalitas dan sterilitas. Efek letal menyebabkan kematian serangga dalam periode waktu yang bergantung pada besarnya dosis
radiasi. Sedang sterilitas akan menyebabkan hilangnya kemampuan bereproduksi
meskipun serangga masih hidup dalam beberapa minggu.
Menurut Sutrisno (2004) menyatakan bahwa ada dua teori interaksi
dengan materi biologi ada 2 yaitu hit theory dan indirect hit theory. Teori yang
pertama yaitu radiasi langsung menghantam materi yang dilaluinya dan yang
kedua yaitu terjadinya radikal bebas reaktif yang dapat merusak materi yang
dilalui. Dari interaksi antara radiasi dan materi hidup terjadilah efek biologi.
Brown (1973) menyatakan efek biologi dari interaksi radiasi dan materi dapat
dikelompok menjadi 4 yaitu :
1. Acute (efek yang cepat terjadi dalam kurun waktu jam, hari atau minggu),
2. Delayed (efek yang tampak dalam kurun waktu bulan atau tahun),
3. Genetic (efek yang tampak hanya pada keturunan),
4. Foetal (efek yang terjadi pada embrio yang diiradiasi).
Teknik pengendalian hama dengan iradiasi yang dikenal dengan teknik
serangga mandul (TSM) merupakan faktor yang dianggap menyebabkan kemandulan pada serangga iradiasi. Bila dosis iradiasi yang digunakan cukup tinggi akan
menyebabkan kematian serangga. Dosis radiasi ini yang selanjutnya digunakan
sebagai acuan dosis disinfestasi radiasi serangga hama gudang untuk tujuan
pengawetan bahan pangan pasca panen Sutrisno (2004).
Soegiarto (1970) mengemukakan ada dua mekanisma kerusakan akibat
radiasi pada serangga yaitu kerusakan intraseluler dimana radiasi mengion mengganggu perjalanan normal proses mitosis dan besar kecilnya gangguan pada
mitosis bergantung pada tingkat mana proses berlangsung ketika menerima penyinaran. Kedua, kerusakan besar (gross injury) pada tubuh serangga akan mengikuti
hukum Bergonie-Tribondeau (1906) yaitu bahwa kepekaan sel terhadap radiasi
berbanding lurus dengan keaktifan bereproduksinya dan berbanding terbalik terhadap tingkat differensiasinya.
Radiasi pengion dapat memberikan efek nyata pada asam nukleat yang
ditandai oleh adanya perubahan pada basa dan pirimidin, kerusakan pada struktur
Tinjauan Pustaka
22
glikosida. Efek radiasi pada asam deoksiribonukleat (DNA) dapat memberikan
kontribusi yang penting pada pengawetan makanan karena dapat mengakibatkan
inaktivasi mikroorganisme, disinfestasi serangga, penghambatan pertunasan dan
penundaaan kematangan pada buah (Sofyan 1994, 1985)
Prinsip Iradiasi Pangan
Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan
pangan yaitu radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik ialah radiasi yang
menghasilkan foton yang berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksistasi pada materi yang dilaluinya. Iradiasi ini dinamakan
iradiasi pengion, contoh iradiasi pengion adalah partikel alpha (α), partikel beta
(β), dan sinar gamma (γ). Di antara radiasi pengion tersebut yang terbanyak digunakan adalah sinar gamma (γ). Adapun prinsip pengawetan bahan pangan dengan
iradiasi secara umum dapat dilihat pada Gambar 9.
Radiolisis Air
Air merupakan komponen yang paling utama pada bahan pangan, molekul
air akan terserap pertama kali terhadap energi ionisasi dan terbentuk radikal
dengan perubahan muatan positif, tanda titik (dot) ion positif air dinyatakan
sebagai radikal bebas dengan tanda tunggal pada bentuk formula tanpa memperlihatkan elektron. (CAST 1989).
H2O + energi ionisasi
Æ
H2O•+ + e-
Menurut Diehl (1995) air terdapat pada setiap bahan pangan terutama bahan
makanan segar. Oleh karena itu, radiolisis air perlu mendapat perhatian dalam
iradiasi makanan. Produk radiolitik air secara umum yaitu :
OH•
radikal hidroksil
e-aq
elektron aqueous terlarut (solvated atau hydrated)
H•
radikal atom hidrogen
H2
hidrogen
H2O2
hidrogen peroksida
H3O+
solvated proton (hydrated)
Tinjauan Pustaka
23
sedang menurut O’Donnell & Sangter (1970) mungkin juga terbentuk H2O* dan
H3O• dan reaksinya sangat cepat dengan waktu sekitar 10-8 detik, tetapi Swallow
dalam Elias & Cohen (1977) melaporkan bahwa pengaruh energi gamma, sinar X
dan elektron cepat terhadap air murni akan terjadi melalui persamaan sebagai
berikut:
H2O Æ 2,7 OH• + 2,7 e-aq + 0,55 H• + 0,45 H2• + 0,71H2O2• + H3O+
dimana angka disebelah kanan dari persamaan menunjukkan nilai G energi radiasi
tidak lebih dari 0,1 MeV.
Sumber Radiasi
[60Co], [137Cs], Mesin sinar X atau Akselerator elektron
Sinar gamma ( γ ), Sinar X
atau Elektron cepat
Sel hidup
- Ionisasi
- Eksitasi
Reaksi kimia
Efek biologi
- Menghambat pertunasan
- Disinfestasi serangga,
- Menunda proses pematangan
- Membunuh parasit, Mikroorganisme,
dan mikroba patogen
Gambar 9. Skema prinsip pengawetan bahan pangan dengan iradiasi.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Pangan Bidang Proses
Radiasi Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN Jakarta,
Bidang Akselerator Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB)
BATAN Yogyakarta dan Southeast Asian Food and Agricultural Science and
Technology (SEAFAST) Center Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan utama. Penelitian pendahuluan dilaksanakan dari bulan Oktober-November 2004 dan penelitian utama dari
bulan Juli 2005 - Maret 2006.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung terigu dan
serangga uji T. castaneum yang diperoleh dari Laboratorium Pest and Diseases
Management SEAMEO-BIOTROP Bogor. Bahan kimia yang diperlukan dalam
penelitian ini terdiri dari alanin, FeSO4, H2SO4, cellulose triacetate (CTA) film
merk fuji film buatan Jepang, dosimeter penanda merk Etigam b.v buatan
Belanda, alkohol, akuades dan bahan penunjang yang diperlukan meliputi kain
jaring serangga, toples, botol serangga, saringan, kaca pembesar, plastik polietilen.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Iradiator Gamma
Chamber 4000A, Iradiator Panorama Serbaguna (IRPASENA) sebagai sumber
radiasi sinar gamma dari radioisotop [60Co] dan mesin berkas elektron (MBE) 350
keV 10 mA sebagai sumber radiasi sinar berkas elektron. Kedua sumber radiasi
ini digunakan untuk mengiradiasi sampel. Alat ukur CTA reader dan Spectrophotometer merk Spectronic digunakan untuk mengukur dosimetri. Analisis
radikal dari dosimeter alanin dan tepung terigu setelah iradiasi dari radioisotop
[60Co] dan MBE menggunakan electron spin resonance (ESR) JEOL model JESRE1X merk Shimadzu buatan Jepang, timbangan neraca, alat gelas dan alat
penunjang lainnya. Gambar peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Bahan dan Metode Penelitian
25
Metode Penelitian
Metode yang diterapkan pada penelitian ini mengacu pada justifikasi dari
tujuan yaitu teknik optimasi iradiasi mesin berkas elektron terhadap ketebalan
tepung terigu dan dosis radiasi sinar gamma untuk disinfestasi pada larva, pupa,
dan serangga dewasa (imago) T. castaneum. Sebelum dioperasikan untuk kegiatan
penelitian sumber radiasi mesin berkas elektron terlebih dahulu dilakukan tahapan
optimasi terhadap karakteristik iradiasi berkas elektron seperti tegangan, arus berkas, kecepatan konveyor, jarak target antara pemayar (windows) dengan sampel,
sehubungan dengan penetrasinya kedalam sampel yang berbentuk bubuk. Penerapan iradiasi MBE terhadap dosis disinfestasi serangga dewasa T. castaneum
akan mengacu pada iradiasi sinar gamma. Luarannya meliputi tebal sampel, cara
iradiasi (pass), posisi iradiasi dan arus berkas dari mesin berkas elektron yang
ditentukan dari dosimetri.
Tahap dan luaran dari kegiatan penelitian ini mencakup informasi teknis
penguasaan teknologi aplikasi iradiasi mesin berkas elektron (MBE) untuk
disinfestasi serangga dewasa T. castaneum, sedang tahap penelitian dan luaran
yang diharapkan dari tahap-tahap penelitian tersebut, dapat digambarkan di dalam
diagram yang tertera pada Gambar 10.
Penelitian Pendahuluan : Proses Radiasi Mesin Berkas Elektron terhadap
Tepung Terigu
Persiapan sampel. Sampel dirancang dengan menghitung ketebalan dan
densitasnya berdasarkan asumsi daya tembus energi yang dihasilkan mesin berkas
elektron dengan luasan tetap.
Persiapan alat mesin berkas elektron 350 keV, 10 mA. Tahapan ini untuk
mendapatkan informasi kinerja alat mesin berkas elektron berupa tegangan, arus
berkas, kecepatan konveyor, jarak pemayar ke target termasuk peta dan efisiensi
daerah isodosis iradiasi.
Dosimetri. Pengukuran dosis serap yang akan digunakan dalam penelitian
dan dibuat kurva kalibrasi hubungan intensitas signal radikal dosimeter alanin dan
optical density (OD) dari CTA film terhadap dosis serap.
Bahan dan Metode Penelitian
26
Bahan dan Metode Penelitian
27
Penelitian Tahap I
Uji coba iradiasi mesin berkas elektron dan justifikasi dari hasil perhitungan
teoritis (tebal sampel dan penetrasi berkas elektron), serta arus berkas dari mesin
berkas elektron terhadap dosis serap dari kurva kalibrasi dosimeter.
Adapun rancangan percobaan yang digunakan ada 2 faktor perlakuan yaitu
faktor tebal sampel tepung terigu dan cara iradiasi (pass). Untuk masing-masing
faktor perlakuan meliputi :
1. Fakor tebal tepung terigu (A) ada 5 taraf (1000; 800; 600; 400; 200) µm
2. Faktor cara iradiasi (pass) ada 4 taraf masing-masing dari (0, 1, 2, 3) pass
Iradiasi MBE dengan kondisi tegangan (300 kV), arus berkas (550 µA), kecepatan
konveyor (4 cm/detik), jarak pemayar ke target 20 cm. Skematik penelitian tahap I
proses radiasi MBE terhadap tepung terigu dapat dilihat pada Gambar 11.
Pengamatan. Pengamatan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan
posisi iradiasi yang berkaitan dengan tebal sampel terhadap penetrasi sinar berkas
elektron yang diterima :
1. Pengamatan dosimetri terhadap proses radiasi MBE dilakukan dengan
dosimeter CTA film (Tanaka et al. 1977; IAEA 2002; McLaughlin et al. 1989)
dengan alat ukur CTA Reader dan alanin dosimeter (Sudiro 1991; Sudradjat et
al. 1998) dengan alat ukur electron spin resonance (ESR).
2. Interaksi berkas elektron pada tepung terigu akan tergantung pada energi yang
diberikan dan diamati radikal bebas alanin dan tepung terigu dengan alat ukur
electron spin resonance (ESR).
Analisis Data. Dari hasil pengamatan dilakukan analisis data sebagai
berikut:
1. Hasil pengukuran dosimetri yang dilakukan selama proses radiasi MBE akan
diperoleh kurva kalibrasi dan kondisi MBE meliputi tegangan, arus berkas,
kecepatan konveyor dan jarak pemayar ke target.
2. Data dari perubahan tingkat iradiasi arus berkas untuk alanin dan tepung terigu
dibuat plot data antara intensitas signal electron spin resonance (ESR) terhadap pass dan tebal tepung terigu.
Bahan dan Metode Penelitian
Tepung terigu dengan variasi tebal
(1000; 800; 600; 400; 200) µm
1000
Cara iradiasi
- 0 pass
- 1 pass
- 2 pass
- 3 pass
800
600
400
200
Proses radiasi
- Tegangan (300 kV)
- Arus berkas (550 µA)
- Kecepatan konveyor (4 cm/detik)
- Jarak pemayar ke target 20 cm
Pengamatan
Interaksi iradiasi sampel
Analisis Data
Interpretasi Data
Gambar 11. Diagram alir pelaksanaan penelitian tahap I
28
Bahan dan Metode Penelitian
29
Penelitian Tahap II: Aplikasi Radiasi Pengion untuk Disinfestasi Serangga
T. castaneum
Penelitian tahap II ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu dimulai
dengan pembiakan serangga, kemudian diiradiasi menggunakan radiasi pengion
sinar gamma dengan berbagai stadium larva, pupa dan dewasa, serta berkas elektron dari MBE pada stadium dewasa untuk mendapatkan dosis letal.
Persiapan Pembiakan serangga. Serangga diperoleh dari Laboratorium
Pest and Diseases Management SEAMEO-BIOTROP Bogor. Pembiakan serangga T. castaneum dilakukan dalam toples kaca ditutup dengan kain jaring serangga,
dengan media biakan tepung terigu yang terlebih dulu disterilkan dengan pemanasan pada suhu sekitar 70 °C selama 2 jam, kemudian disimpan pada suhu kamar
sekitar 28 °C. Adapun kriteria serangga uji yang akan digunakan ialah stadium
larva pada kondisi instar 2-3, stadium pupa masih berwarna putih dan serangga
dewasa umur 7-14 hari dengan ukuran 3-4 mm, warna merah sampai coklat tua.
Aplikasi iradiasi dosis disinfestasi serangga T. castaneum. Dosis disinfestasi serangga didasarkan pada dosis sinar gamma, kemudian diterapkan pada
berkas elektron. Ada 2 sumber radiasi yang digunakan yaitu sinar gamma dari
radioisotop [60Co] dan berkas elektron dari alat MBE.
Iradiasi dengan sinar gamma dari radioisotop [60Co]
Perlakuan iradiasi dengan sinar gamma dari radioisotop [60Co] terhadap serangga T. castaneum dilakukan pada kisaran dosis disinfestasi sampai mati (mortalitas) 100%. Metoda penelitiannya yaitu masing-masing sebanyak 40 ekor serangga uji larva, pupa dan imago ditempatkan ke dalam wadah, kemudian diiradiasi di iradiator gamma chamber 4000 A untuk dosis rendah dan IRPASENA
untuk dosis sedang. Variasi dosis radiasi dilakukan sebanyak 5 taraf. Unit percobaan dosis rendah 0,1-0,5 kGy dengan interval dosis 0,1 kGy yaitu 0,1; 0,2; 0,3;
0,4 dan 0,5 kGy. Untuk dosis sedang 1-5 kGy dengan interval dosis 1 kGy yaitu 1,
2, 3, 4 dan 5 kGy. Laju dosis dari sumber radiasi sinar gamma yang digunakan 1,2
kGy/jam. Tahapan tersebut dilakukan pula terhadap kontrol dengan ulangan
masing-masing 3 kali. Sebelum dioperasikan untuk kegiatan proses radiasi sumber
radiasi sinar gamma terlebih dahulu dilakukan tahapan dosimetri dengan mengukur dosis serap sesuai dengan dosis radiasi yang direncanakan.
Bahan dan Metode Penelitian
30
Iradiasi dengan berkas elektron dari alat MBE 350 keV, 10 mA
Percobaan iradiasi dengan berkas elektron dari alat MBE ditujukan pada
efektivitas arus berkas terhadap pertumbuhan populasi serangga T. castaneum.
Metode penelitian yang digunakan ialah 40 ekor serangga dewasa, kemudian
diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan berat 50 dan 100 g untuk masingmasing tebal 800 dan 1600 µm. Lalu ditempatkan ke dalam wadah plastik
polietilen (PE) dan diiradiasi dengan mesin berkas elektron. Rancangan percobaan
didasarkan dari justifikasi analisis statistik hasil penelitian tahap I. Percobaan
dilakukan dengan 3 kali ulangan dan dilakukan juga terhadap kontrol.
Adapun rancangan percobaan yang digunakan ada 3 faktor perlakuan
meliputi :
1. Fakor tebal sampel (A) ada 3 taraf (0, 800 dan 1600) µm
2. Faktor posisi iradiasi (B) ada 2 taraf (satu sisi permukaan dan dua sisi
permukaan yang berlawanan)
3. Faktor dosis radiasi (kGy) (C) dari hasil pengukuran dosimetri.
Tingkat dosis radiasi dengan arus berkas ada 6 taraf yaitu (0, 100, 200,
300, 400, 500) µA.
Skematik penelitian tahap II proses radiasi disinfestasi serangga dewasa
dengan MBE dapat dilihat pada bagan Gambar 12 berikut ini.
Pengamatan. Pengambilan data penelitian adalah menghitung jumlah
serangga dewasa yang hidup setiap 1-2 hari untuk masing-masing unit percobaannya. Serangga uji diamati sampai 46 hari penyimpanan. Ruang penyimpanan sampel serangga uji setelah iradiasi dapat dilihat pada Gambar 13.
Analisis Data. Data dianalisis dengan membuat grafik persamaan regresi
pertumbuhan populasi serangga yang hidup terhadap waktu. Berdasarkan model
pertumbuhan populasi serangga akan diperoleh nilai konstanta laju dosis radiasi
atau arus berkas akan menyebabkan perubahan waktu bertahan hidup siklus radiasi, maka akan diperoleh sensitivitas kehidupan serangga uji terhadap perlakuan
dosis radiasi atau arus berkas elektron. Komputasi data persamaan regresi menggunakan program paket Excel.
Bahan dan Metode Penelitian
31
Tepung terigu dengan variasi ketebalan :
(A) Tanpa tepung terigu + infestasi seranggaa)
(B) Tebal tepung terigu 800 µm + infestasi serangga
(C) Tebal tepung terigu 1600 µm + infestasi serangga
Cara Iradiasi
- 0 pass
- 1 pass
Proses Radiasi
Posisi Iradiasi
- 1 sisi permukaan
- 2 sisi permukaan yang berlawanan
-
Tegangan (300 kV)
Arus berkas (100, 200, 300, 400, 500) μA
Kecepatan konveyor (4 cm/detik)
Jarak sampel dari pemayar ke target 20 cm
Pengamatan
Pertumbuhan populasi seranggab)
Analisis Data
Interpretasi Data
Keterangan :
a) Jumlah infestasi serangga dewasa T. castaneum yaitu 40 ekor
(serangga jantan dan betina dianggap seimbang).
b) Dihitung jumlah serangga yang hidup dan kriteria serangga uji mati 100% yaitu
anggota badan serangga seperti badan, antene, kaki, sayap tidak bergerak;
anggota badan bila disentuh secara fisik dan diberi respon tidak bergerak serta
penampakan serangga dewasa kering.
Gambar 12. Diagram alir pelaksanaan penelitian tahap II
Bahan dan Metode Penelitian
32
Gambar 13. Ruang penyimpanan sampel serangga uji
Evaluasi Data. Pada umumnya pertumbuhan populasi serangga secara
teoritis akan mengikuti model eksponesial yaitu Nt = No.ekt. Model pertumbuhan
eksponensial dengan nilainya k < 0 disebut juga sebagai model peluruhan eksponensial. Model perluruhan eksponensial meramalkan bahwa populasi akan mati,
karena :
lim
t
N(t) = lim
t
N (0) e
kt
= 0, untuk k < 0
Evaluasi data didasarkan pada efektivitas dosis radiasi terhadap pertumbuhan populasi serangga uji yang menyatakan hubungan jumlah populasi serangga uji
terhadap waktu siklus radiasi. Ada dua komponen penting yaitu dosis radiasi dan
serangga uji. Dosis radiasi merupakan stimulus dan serangga uji sebagai subyek.
Stimulus diberikan pada subyek dalam dosis radiasi atau arus berkas tertentu yaitu
intensitas pengukuran ionisasi dari stimulus yang dinyatakan dalam satuan kGy
dari radionuklida [60Co] dan arus berkas (μA) dari MBE. Sebagai akibat adanya
pemberian iradiasi, serangga uji akan memberikan respon mati atau tidak. Secara
umum, dapat dinyatakan dalam bentuk reaksinya adalah
A
Dimana : A = Serangga yang hidup atau A0 pada t = 0
B = Serangga yang mati
t
= waktu
B
Bahan dan Metode Penelitian
33
Pengolahan Data. Pengolahan data dilakukan berdasarkan langkahlangkah berikut:
1. Plot data hasil percobaan yaitu dengan membuat kurva pertumbuhan populasi
serangga uji. Apabila waktu siklus radiasi digambarkan pada sumbu mendatar
(sumbu -x, abscissa) dan jumlah populasi serangga ditempatkan pada sumbu
tegak (sumbu -y atau ordinat).
2. Data waktu bertahan hidup dari waktu siklus radiasi serangga uji adalah lamanya waktu yang dibutuhkan serangga uji mampu bertahan hidup setelah mendapat perlakuan iradiasi. Data kemudian di rekapitulasi dalam tabel untuk
masing-masing perlakuan yaitu iradiasi sinar gamma dengan dosis 0,1-0,5
kGy dan 1-5 kGy terhadap stadium dewasa, larva dan pupa. Sedang perlakuan
iradiasi berkas elektron yaitu serangga dewasa tanpa tepung terigu, serangga
dewasa yang diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan tebal 800 dan 1600
μm, iradiasinya satu sisi permukaan dan dua sisi permukaan yang berlawanan .
3. Apabila stimulus dosis radiasi atau arus berkas terhadap respon serangga uji
tidak mati setelah mendapat perlakuan iradiasi maka waktu bertahan hidup
siklus radiasi serangga uji dihitung berdasarkan titik belok yaitu waktu pada
saat jumlah populasi konstan dari peringkasan peristiwa kurva pertumbuhan
populasi serangga uji setelah mendapat perlakuan iradiasi. Pada titik belok
akan didapat respon populasi serangga uji tidak mati dan dari grafik dapat
diketahui individu serangga hidup setelah mendapat perlakuan iradiasi terhadap waktu siklus radiasi konstan. Contoh untuk mendapatkan titik belok dari
plot kurva pertumbuhan populasi serangga uji sebagai berikut :
45
40
35
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50
Waktu siklus radiasi (Hari)
Keterangan :
titik belok
Bahan dan Metode Penelitian
34
4. Plot data model kematian logaritmik serangga dinyatakan sebagai nilai
konstanta laju sebagai perubahan dosis radiasi (kGy) atau arus berkas (μA)
akan menyebabkan perubahan waktu bertahan hidup atau individu hidup.
Apabila waktu bertahan hidup siklus radiasi digambarkan pada sumbu mendatar (sumbu -x) dan log tingkat dosis radiasi atau arus berkas pada sumbu
tegak (sumbu -y), maka.model persamaan kematian logaritmik serangga dapat
dinyatakan dengan persamaan regresi dalam rumus ln y = a + b x.
Sumbu - y :
Sumbu - x : Waktu bertahan hidup atau individu hidup
5. Nilai kemiringan (slope) merupakan nilai konstanta laju kematian logaritmik
yang dapat ditentukan dari perubahan dosis radiasi atau arus berkas yang
dibutuhkan untuk memberikan respon serangga uji mati atau tidak dalam
waktu bertahan hidup siklus radiasi atau individu hidup.
6. Agar supaya model regresi berlaku diperlukan beberapa asumsi yaitu perubahan dosis radiasi atau arus berkas berbanding lurus dengan waktu bertahan
hidup siklus radiasi serangga uji, hanya ada satu komponen yang terlibat pada
proses reaksi kematian serangga yaitu dosis radiasi, kondisi suhu penyimpanan tetap dari waktu ke waktu, individu-individu di dalam populasi seragam
dengan laju reproduksi yang tetap sepanjang waktu, tidak ada persaingan di
antara individu-individu di dalam populasi dan selalu ada ruang dan makanan
yang cukup untuk mendukung populasi.
Bahan dan Metode Penelitian
35
Prosedur Pengukuran
Prosedur Analisis Dosimetri Iradiasi
Dosimeter larutan Fricke dengan alat ukur Spektrophotometer. Pengukuran dosimeter larutan Fricke dilakukan dengan membuat 0,5 liter larutan
Fricke campuran dari 0,001M FeSO4.7H2O (BM = 278,02 g/mol) serta 0,001 M
NaCl (BM = 58,44 g/mol) dan 0,8 N H2SO4. Larutan Fricke dimasukkan ke dalam
ampul sebanyak 5 ml dan disimpan di dalam ruang pendingin. Selanjutnya larutan
Fricke diiradiasi dengan variasi waktu dan diukur absorbasinya pada panjang
gelombang 305 nm. Dari data absorbansi dapat dihitung dosis radiasi dengan
menggunakan persamaan Schested (McLaughlin 1989):
(2,75 × 10 ) × Δ OD × 100%
D =
2
1 + 0,007 (t - 25)
dimana :
D
= dosis serap dalam Gy
Δ OD = perubahan rapat optik dosimeter Fricke, ditentukan secara
spektrophotometer pada panjang gelombang 305 nm.
t
= suhu saat dilakukan penentuan perubahan rapat optik dosimeter
Fricke (15 °C < t < 35 °C)
Dosimeter CTA film
dengan alat ukur CTA Reader. Pengukuran
terhadap dosimeter CTA film dilakukan dengan memotong sejumlah kecil sampel
uji. Dosimeter CTA film setelah diiradiasi ± 15 menit, lalu sampel uji dimasukkan
ke dalam beam spektrofotometer CTA Reader. Pembacaan angka pada indikator
menunjukkan optical density (OD). Dosimeter CTA film diukur pada kondisi pada
panjang gelombang 520 nm. Alat ukur CTA Reader sebelumnya dilakukan kalibrasi dengan CTA standar. Pembacaan dosis terserap berdasarkan kurva kalibrasi.
Kondisi pengukuran sampel dengan kelembaban relatif ruangan saat pengukuran
sampel ± 50 %.
Dosimeter alanin dengan alat ukur electron spin resonance (ESR).
Pengukuran terhadap radikal bebas alanin (iradiasi sinar gamma dan berkas
elektron) dilakukan dengan menimbang sejumlah kecil sampel 0,05 g contoh.
Bahan dan Metode Penelitian
36
Kemudian contoh dimasukkan ke dalam kuvet spektrophotometer ESR dengan
diameter 4 mm (tinggi sampel dalam tabung kuvet ESR tidak melebihi 2,5 cm).
Pembacaan angka pada indikator menunjukkan intensitas amplitudo. Sebelum pengukuran dilakukan kalibrasi dengan larutan α-diphenyl-β-picrylhydrazyl (DPPH).
Kondisi pengukuran alat electron spin resonance (ESR) JEOL model JES-RE1X
sebagai berikut field modulation witdh 1,25 x 0,1 mT; sweep time 10 detik; sweep
witdh 1 x 10 mT; time constant 0,03 detik; center field 355,5 mT; frekuensi 9,438
Ghz; power 1 mW, suhu 297 K, kelembaban relatif ruangan saat pengukuran
sampel ± 50 %.
Prosedur Analisis Tepung Terigu Iradiasi
Radikal bebas tepung terigu
dengan alat ukur ESR. Pengukuran
terhadap radikal bebas tepung terigu dilakukan dengan menimbang sejumlah kecil
sampel 0,05 g contoh. Kemudian contoh dimasukkan ke dalam kuvet spektrophotometer ESR dengan diameter 4 mm (tinggi sampel dalam tabung kuvet ESR
tidak melebihi 2,5 cm). Pembacaan angka pada indikator menunjukkan intensitas
amplitudo. Sebelum pengukuran dilakukan kalibrasi dengan larutan α-diphenyl-βpicrylhydrazyl (DPPH). Kondisi pengukuran alat electron spin resonance (ESR)
adalah sama dengan pengukuran dosimeter alanin. Kelembaban relatif ruangan
saat pengukuran sampel ± 50 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Dosimetri
Dosimetri Sinar Gamma
Penentuan lokasi dosis yang diterima sampel perlu dilakukan karena dosis
yang diterima oleh sampel harus sesuai dengan tujuan iradiasi. Prosedur tersebut
merupakan bagian dari dosimetri commissioning. Informasi seperti distribusi dosis
maksimal dan minimal, faktor keseragaman dosis pada bahan yang diiradiasi,
perbandingan antara dosis maksimal dan dosis minimal, diperlukan dalam aplikasi
iradiasi pangan, sehingga setiap bahan di dalam kemasan akan mendapatkan
paparan radiasi yang seragam.
Dosimeter Fricke merupakan dosimeter acuan iradiasi dengan sinar gamma
untuk membuat kurva kalibrasi dosis serap pada kisaran 40 sampai 400 Gy.
Komposisi larutan standar dosimeter Fricke terdiri dari 0,001 M FeSO4 dan 0,8 N
H2SO4. Menurut O’Donnell & Sangster (1970), reaksi yang terjadi pada dosimeter
Fricke berdasarkan pada reaksi oksidasi larutan ferrosulfat (Fe2SO4) sebagai
berikut :
Fe2+
H•
Fe2+
HO22 Fe2+
+
+
+
+
+
OH• Æ
O2
Æ
•
HO 2 Æ
H+
Æ
H2O2 Æ
Fe3+ + OHHO•2
Fe3+ + HO2 H2O2
2 Fe3+ + 2 OH-
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Data pengukuran dengan menggunakan dosimeter Fricke dapat dilihat pada
Lampiran 2. Gambar 14 menyajikan hubungan antara waktu iradiasi terhadap
dosis serap dengan persamaan linier yaitu y = 21,643 x + 91,964 dengan nilai R2
= 0.9997, dimana -y adalah dosis serap dan -x adalah waktu iradiasi. Berdasarkan
persamaan tersebut iradiator gamma chamber memiliki laju dosis sebesar 21,643
Gy/menit dengan dosis ambang sebesar 91,964 Gy. Selanjutnya sinar gamma dari
gamma chamber tersebut digunakan untuk acuan dosis iradiasi.
Dosis Iradiasi (Gy)
Hasil dan Pembahasan
38
250
200
150
y = 21.643x + 91.964
R2 = 0.9997
100
50
0
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Waktu iradiasi (menit)
Gambar 14. Kurva kalibrasi dosimeter Fricke
Dosimeter alanin digunakan untuk mengukur dosis serap yang akan
diterima bahan yang diiradiasi. Dosimeter tersebut didasarkan atas perubahan
radikal terjebak dalam kristal, sebanding dengan dosis iradiasi yang terserap. Data
hasil percobaan dosimeter alanin iradiasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Sistem
dosimeter alanin ini sudah direkomendasi oleh IAEA melalui prosedur ASTM
standar E1607 (IAEA 2002; McLaughlin et al. 1989). (Sudiro 1991; Sudradjat et
al. 1998) melaporkan bahwa alanin yang diiradiasi dengan sinar gamma akan
menghasilkan produk yang stabil. Pada prinsipnya, dosis yang terserap oleh
dosimeter alanin sebanding dengan produk radikal alanin yang dihasilkan, sedang
jumlah radikal alanin sebanding dengan luas spektrum ESR. Spektrum ESR dari
alanin padat yang telah diiradiasi pada suhu kamar adalah spektrum dari
CH3•CHCOOH. Adapun spektrum gambar dari radikal alanin tersaji pada Gambar
15. Kurva kalibrasi dosimeter alanin tersaji pada Gambar 16, diperoleh hasil
dengan model persamaan linear, yaitu y = 14,172 x + 0,7889, dengan nilai R2 =
0,9994. Dari persamaan kurva kalibrasi ini dapat digunakan untuk menentukan
pengukuran dosis terserap dari sampel yang akan diiradiasi.
Hasil dan Pembahasan
39
Alanin 5 kGy
Alanin 2,5 kGy
Alanin 0 kGy
Amplitudo spektrum ESR
Gambar 15. Spektrum ESR dosimeter alanin iradiasi.
120
y = 14.172x + 0.7889
R2 = 0,9994
100
80
60
40
20
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Dosis serap (kGy)
Gambar 16. Kurva kalibrasi dosimeter alanin yang diiradiasi
dengan sinar gamma pada daerah dosis 1-8 kGy.
Dosimetri Berkas Elektron
Penentuan dosis serap pada proses radiasi menggunakan berkas elektron
merupakan tahapan inti, karena memiliki prosedural yang berbeda dengan sinar
gamma. Pada proses radiasi dengan berkas elektron, dosis serap dinyatakan dalam
satuan energi panas listrik. Untuk mengetahui dosis serap yang diterima bahan
Hasil dan Pembahasan
40
yang akan diiradiasi dengan berkas elektron digunakan dosimeter CTA film
(Tanaka et al. 1977; IAEA 2002). Dosimeter ini didasarkan pada perubahan nilai
optical density (OD) per unit dosis, sebanding dengan dosis iradiasi yang terserap.
Hasil pengukuran optical density dengan menggunakan dosimeter CTA
film yang dibaca dengan alat ukur CTA reader dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari
data nilai optical denssity (OD) CTA film terhadap dosis serap dibuat kurva kalibrasi (Gambar 17), diperoleh persamaan kuadratik yaitu y = - 0,00633194 x2 +
1,92602907 x - 1,45906139 dengan nilai R2 = 0.99989, dimana -y adalah dosis
serap dan -x adalah respon iradiasi CTA film. Berdasarkan persamaan tersebut
diperoleh bahwa berkas elektron tersebut memiliki ketelitian yang cukup tinggi,
sehingga dapat digunakan untuk menentukan pengukuran dosis terserap pada
sampel.
120
2
y = -0.00633194x + 1.92602907x - 1.45906139
Dose (kGy)
100
80
60
40
20
0
0
20
40
60
Response (Abs-BGD)/t
Gambar 17. Kurva kalibrasi CTA film yang diiradiasi
dengan berkas elektron
Kurva kalibrasi dosimeter alanin untuk MBE juga dibuat seperti halnya yang
dilakukan pada sinar gamma, yang diperlukan untuk pembanding karena
dosimeter alanin dapat digunakan sebagai dosimeter transfer. Adapun spektrum
ESR berkas elektron pada prinsipnya sama dengan spektrum sinar gamma. Pada
Lampiran 5 menyajikan kurva kalibrasi dosimeter alanin dengan model persamaan
linear, yaitu y = 70,943 x - 70,433, dengan nilai R2 = 0,9985, terlihat Gambar 18
menyajikan persamaan kurva kalibrasi alanin yang diiradiasi dengan berkas
Hasil dan Pembahasan
41
elektron. Kurva tersebut, dapat digunakan untuk menentukan pengukuran dosis
serap dari sampel sesuai dengan arus berkas yang digunakan sesuai dengan tujuan
Amplitudo spektrum ESR
iradiasi.
400
y = 70.943x - 70.433
R2 = 0.9985
300
200
100
0
0
1
2
3
4
5
Dosis serap (kGy)
Gambar 18. Kurva kalibrasi dosimeter alanin yang diiradiasi dengan
berkas elektron pada daerah dosis 0-5 kGy.
Pengukuran Dosis Radiasi Berkas Elektron. Acuan dosis radiasi yang
digunakan dalam penelitian ini ialah dosis radiasi sinar gamma. Hasil pengukuran
dosis 1-5 kGy pada sinar gamma setara dengan iradiasi menggunakan berkas
elektron dilakukan pada arus berkas 100-500 µA dengan kondisi MBE tegangan
300 kV, kecepatan konveyor 4 cm/detik dan jarak windows ketarget 20 cm. Tabel
4 menunjukkan hasil pengukuran dosis serap perhitungan kurva standar dari
persamaan kurva kalibrasi dosimeter CTA film yang disajikan pada Gambar 17.
Hasil pengukuran dosis radiasi sinar gamma dan sinar berkas elektron selanjutnya akan diterapkan untuk iradiasi tepung terigu dengan tujuan disinfestasi
serangga. Variasi dosis radiasi dengan berkas elektron dapat dilakukan berdasarkan parameter sebagai berikut kondisi alat mesin berkas elektron dilakukan pada
tegangan 300 kV, kecepatan konveyor 4 cm/detik, dengan variasi arus berkas
(100-500) µA dan jarak pemayar ke target 20 cm.
Hasil dan Pembahasan
42
Tabel 4. Hasil pengukuran iradiasi MBE pada arus berkas (100-500) μA
terhadap dosis serap dosimeter CTA film.
No. Arus berkas Pembacaan CTA Reader Dosis serap *)
( µA )
(Optical Density)
( kGy )
1.
500
0,162
0,163
5,30 ± 0,14
0,163
0,165
2.
400
0,156
0,157
4,24 ±0,08
0,157
0,155
3.
300
0,150
3,45 ± 0,34
0,154
0,148
0,152
4.
200
0,143
0,145
2,27 ± 0,19
0,142
0,143
5.
100
0,134
0,93 ± 0,08
0,135
Keterangan : *) dosis serap berdasarkan kurva kalibrasi dosimeter CTA film
Dosimeter Penanda
Apabila dosimeter penanda yang berwarna kuning sudah mendapat
perlakuan iradiasi, maka akan berubah menjadi merah. Dosimeter penanda
merupakan kontrol suatu proses radiasi baik dengan sinar gamma maupun berkas
elektron. Pada Gambar 19 menunjukkan hasil dari perubahan warna dari kuning
ke merah pada dosimeter penanda yang terkena iradiasi. Adapun hasil percobaan
terhadap perlakuan iradiasi MBE dengan arus berkas 100-500 µA dapat dilihat
pada Lampiran 6. Perubahan warna dari kuning ke merah menunjukkan bahwa
dengan naiknya arus berkas secara kualitatif dapat dengan jelas dibedakan dan
memberikan perubahan yang nyata, secara kasat mata terlihat pada perlakuan
iradiasi dengan 2 sisi permukaan yang berlawanan terkena iradiasi. Hal ini disebabkan karena perlakuan 2 sisi permukaan yang berlawanan dosimeter penanda
mendapatkan 2 kali dosis radiasi yang sama dari sisi yang berlawanan.
Hasil dan Pembahasan
warna kuning (kontrol)
belum mendapat
iradiasi
43
warna merah sudah
mendapat iradiasi
Gambar 19. Perubahan warna dosimeter penanda karena iradiasi MBE
Efisiensi Daerah Iradiasi Berkas Elektron
Parameter pada proses radiasi berkas elektron terhadap bahan yang akan
diiradiasi meliputi dosis serap, laju dosis, penetrasi berkas elektron ke dalam
bahan, desain kemasan bahan meliputi ukuran dan bentuk bahan yang akan
diiradiasi, agar setiap bahan dalam kemasan akan mendapatkan dosis radiasi yang
diterima relatif sama. Parameter lain yang perlu diperhatikan ialah sistem
pemokus yang berguna untuk mengatur elektron dan menjaga agar berkas elektron
tetap berada dalam sumbu lintasannya. Sistem tersebut berkaitan dengan distribusi
dosis pada sumbu lintasan yang akan diterima oleh sampel.
Distribusi dosis yang berkaitan dengan luasan penampang berkas iradiasi
dari pemayar MBE pada lintasan sumbu sampel yang diiradiasi diukur dengan
menempatkan sistem dosimeter diatas konveyor. Penentuan dosimeter ini berguna
untuk mengetahui letak atau posisi sampel yang akan diiradiasi berada pada
daerah isodosis yang berfungsi sebagai ‘dummy’ dari letak posisi sampel tersebut.
Dengan mengetahui daerah isodosis di lintasan pemayar maka efisiensi daerah
iradiasi berkas elektron dapat ditentukan. Pada Gambar 20 merupakan penampang
jendela pemayar berkas elektron dengan lebar dan panjang masing-masing 6 cm
dan 120 cm.
Hasil pengukuran posisi dan keseragaman dosis relatif sepanjang jendela
pemayar 120 cm dapat dilihat pada Lampiran 7. Kurva hubungan antara dosis
relatif terhadap posisi sepanjang pemayar MBE disajikan pada Gambar 21a. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa karakteristik daerah iradiasi yang dapat
diterima sepanjang pemayar 120 cm tidak rata terutama pada lintasan sisi kanan
dan kiri yaitu intensitas dosis yang diterima tidak sama dengan energi yang
diberikan. Efisiensi daerah iradiasi berkas elektron pada luasan penampang berkas
elektron dari pemayar alat MBE 350 keV 10 mA yang dapat digunakan untuk
44
Hasil dan Pembahasan
mengiradiasi sampel diperoleh dengan pendekatan garis lurus sepanjang 80 cm
atau jika diambil titik tengah pusat dari sistem pemfokus jatuhnya berkas elektron
sepanjang 40 cm ke kanan dan kiri, yang tersaji seperti pada Gambar 21b.
Lebar berkas 6 cm
Konveyor berjalan
Panjang pemayar 120 cm
Gambar 20. Luasan penampang berkas iradiasi dari pemayar MBE
200
D o sis re la tif (%)
D o sis re la tif (%)
200
150
100
50
150
y = 0.675x + 89.069
R2 = 0.0945
100
50
0
0
-60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60
Posisi (cm)
(a)
-40 -30 -20 -10
0
10
20
30
40
Posisi (cm)
(b)
Gambar 21. Kurva hubungan antara dosis relatif terhadap lintasan pemayar
sepanjang (a) 120 cm dan (b) 80 cm.
Dari data tersebut, pada sepanjang jendela pemayar 80 cm diperoleh
persamaan linier y = 0,675 x + 89,069, dimana -y adalah dosis relatif dan -x adalah
panjang posisi daerah iradiasi, dengan nilai R2 = 0,0945 artinya bahwa keeratan
Hasil dan Pembahasan
45
hubungan dosis relatif pada daerah isodosis lintasan jendela pemayar pada persamaan tersebut memberikan persamaan mendatar mendekati garis lurus sehingga
dosis relatif yang diterima di sepanjang 80 cm dianggap memiliki dosis relatif
yang sama. Selanjutnya iradiasi sampel diletakkan pada posisi tidak melebihi 40
cm kekanan dan kekiri dari titik pusat pemokus MBE di lintasan pemayar agar
mendapat dosis serap yang sama.
Penetrasi Berkas Elektron pada Sampel Bubuk
Hasil penelitian pendahuluan menyatakan bahwa sebelum melakukan
proses radiasi terlebih dahulu melakukan optimasi karakteristik iradiasi berkas
elektron. Proses radiasi dengan mesin berkas elektron perlu dievaluasi seperti
energi atau tegangan yang digunakan, arus berkas dan kecepatan konveyor. Ketiga
faktor ini akan berkaitan dengan dosis radiasi. Disamping itu, ukuran dan bentuk
bahan yang akan diiradiasi, kesemuanya akan berpengaruh terhadap penetrasi
berkas elektron ke dalam bahan. Dalam percobaan sampel dirancang membentuk
lembaran tipis persegi panjang dengan dibuat variasi ketebalan tertentu.
Perhitungan yang dilakukan dengan luasan yang tetap maka dapat dihitung
atau diperkirakan ketebalan sampel. Dapat dihitung dan cara perhitungan untuk
memperkirakan tebal sampel secara empiris, yaitu dari kurva hubungan penetrasi
dengan energi elektron alat mesin berkas elektron akan diperoleh perkiraan
densitas sampel dalam (g/cm2), sehingga dapat dihitung berat maksimal sampel
per satuan luas termasuk kemasan sampel [NHV] Nissin High Voltage (1983).
Menurut Hariyanto (2003) mengemukakan bahwa kinerja alat mesin berkas
elektron 350 kV 10 mA berdasarkan kurva hubungan penetrasi dengan energi
diperoleh perkiraan densitas sampel dalam (g/cm2) adalah 0,06 g/cm2, sedang luas
area sampel adalah 33 x 28 = 924 cm2. berdasarkan NHV dapat dihitung berat
total sampel + kemasan plastik maksimal adalah 0,06 x 924 = 55,44 g (berat total
keseluruhan sampel + kemasan). Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa arus
berkas elektron akan efektif jika sampel berupa tepung maksimal mempunyai
berat 55,44 gram dengan luas sampel 924 cm2.
Ketebalan sampel didasarkan dari penghitungan teoritis, dengan variasi
tebal tepung terigu dibuat antara 200 sampai 1000 µm agar supaya mendapatkan
Hasil dan Pembahasan
46
tebal tepung terigu yang optimum terhadap penetrasi berkas elektron, (Tabel 5).
Selanjutnya ketebalan disebut dapat dijadikan faktor perlakuan dalam percobaan.
Tahapan berikutnya dilakukan uji coba iradiasi sesuai dengan rancangan
percobaan yang telah dibuat. Sedang iradiasi alat mesin berkas elektron dilakukan
pada kondisi tegangan 300 kV, arus berkas 0,55 mA, kecepatan konveyor 4
cm/detik dan jarak pemayar dengan target 20 cm.
Tabel 5. Ukuran tebal tepung terigu dan berat sampel dengan luas tetap.
No. Tebal sampel Berat sampel
(µm)
(gram)
1
1000
65,5
2
800
50,0
3
600
37,5
4
400
25,0
5
200
12,5
Cara Iradiasi (Pass) dan Penetrasi Berkas Elektron
Hasil percobaan iradiasi dengan mesin berkas elektron dilakukan pada
kondisi tegangan 300 keV, arus berkas 0,55 mA, kecepatan konveyor 4 cm/detik,
jarak pemayar dengan target 20 cm tersaji pada Gambar 22 dari data Lampiran 8.
Proses radiasi hanya berdasarkan perlakuan faktor cara iradiasi (pass) yaitu 1, 2
dan 3 pass. Ternyata perlakuan faktor pass memberikan pengaruh yang nyata pada
satu sisi permukaan sampel alanin.
Intensitas signal ESR alanin dan faktor pass dibuat grafik persamaan
linearnya yaitu y = 177,3 x - 131,8 dengan keeratan hubungan (R2 = 0,9492),
dimana sumbu -y merupakan respon signal ESR dan sumbu -x adalah faktor pass.
Hasil analisis menunjukkan bahwa intensitas signal ESR dosimeter alanin akibat
iradiasi MBE akan meningkat dengan meningkatnya pass dari 1 pass sampai ke- 3
pass. Perlakuan faktor pass pada iradiasi berkas elektron yang akan digunakan
dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar mengetahui penetrasi dari berkas
elektron terhadap tebal sampel. Dosimeter alanin yang diiradiasi dengan MBE
dapat dijadikan parameter respon dosis serap terhadap bahan yang akan diiradiasi
berda-sarkan perlakuan pass. Berdasarkan kurva kalibrasi dosimeter alanin dari
Hasil dan Pembahasan
47
persamaan y = 70,943 x - 70,433 maka dosis serap yang diterima dosimeter alanin
dengan perlakuan pass 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 4,782; 7,309 dan 8,494
Amplitudo spektrum ESR
kGy.
y = 177.3x - 131.8
700
600
500
400
300
200
100
0
R2 = 0.9492
kontrol
1 pass
2 pass
3 pass
Cara iradiasi (pass)
Gambar 22. Hubungan intensitas signal ESR alanin
terhadap perlakuan pass
Kondisi iradiasi MBE menggunakan dosimeter alanin pada posisi ’dummy’
dapat diasumsikan akan menerima respon energi yang sama karena diiradiasi pada
posisi dan tempat yang sama. Sampel tepung terigu dengan luas tetap dibuat
perlakuan variasi tebal dari 200, 400, 600, 800 dan 1000 µm diiradiasi dengan
MBE pada kondisi energi 300 keV, 0,55 mA, kecepatan konveyor 4 cm/detik,
jarak pemayar ke target 20 cm dan faktor pass dari 1 sampai ke-3, hasil disajikan
pada Lampiran 9 dan Gambar 23. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan
semakin bertambah ketebalan sampel tepung terigu yaitu dari 200 µm sampai 800
µm maka akan terjadi kenaikan intensitas signal ESR tetapi pada tebal tepung
terigu 1000 µm tetapi intensitas signal ESR mengalami penurunan.
Pola perubahan tersebut terjadi pula pada faktor pass ke- 1 sampai 3. Secara
empiris dapat diperkirakan bahwa sampel tepung terigu dengan kerapatan 0,78
g/ml dengan ketebalan 800 µm dan berat 50 g, serta luas tetap 924 cm2 dapat
dijadikan dasar mengiradiasi tepung terigu menggunakan MBE. Ternyata hasil
yang diperoleh sesuai dengan hasil perhitungan teoritis yaitu maksimal sampel
berupa tepung berserta kemasan seberat 55,44 g dengan luas 924 cm2.
Hasil dan Pembahasan
48
Iradiasi berkas elektron akan tergantung pada penetrasi radiasi dan akan
dipengaruhi densitas bahan yang diiradiasi. Semakin tinggi densitas bahan,
semakin rendah penetrasi elektron dan sebaliknya. Untuk meningkatkan kedalaman penetrasi, iradiasi dapat dilakukan pada 2 sisi permukaan yang berlawanan.
Pada tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkirakan tebal sampel
berbentuk tepung terhadap daya tembus berkas elektron berdasarkan luasan
sampel dengan berat yang tetap. Menurut Danu (2004) dan Diehl (1995) mengemukakan bahwa karakteristik radiasi berkas elektron menunjukkan semakin tinggi
energi berkas elektron, semakin tinggi penetrasinya dan akan berkurang energinya
Amplitudo spektrum ESR
setelah menembus bahan pada kedalaman tertentu.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
kontrol
1 pass
2 pass
3 pass
200
400
600
800 1000
Ketebalan (um)
Gambar 23. Hubungan intensitas signal ESR tepung terigu
terhadap perlakuan pass
Hasil dan Pembahasan
49
Pengaruh Dosis Radiasi Sinar Gamma terhadap
Populasi Serangga T. castaneum
Kurva pertumbuhan populasi serangga dapat digambarkan melalui hubungan jumlah populasi serangga terhadap waktu. Menurut Haines (1991) perubahan
pertumbuhan populasi serangga secara umum akan berlangsung cepat atau lambat
secara teoritis dapat dijelaskan berdasarkan pertumbuhan eksponensial. Model
pertumbuhan ini dapat berlaku hanya dalam waktu pendek dimana lingkungan
dapat menjadi pembatas.
Pengaruh iradiasi sinar gamma dosis rendah 0,1-0,5 kGy dan dosis sedang
1-5 kGy terhadap stadium dewasa, larva dan pupa T. castaneum dapat dilihat
melalui pengamatan pertumbuhan populasi serangga yang hidup terhadap waktu
siklus radiasi. Lampiran 10 menyajikan kurva pertumbuhan populasi untuk masing-masing stadium dewasa, larva dan pupa T. castaneum.
Pada umumnya, tipe kurva dapat memberikan petunjuk terhadap peristiwa
yang mengendalikan perubahan-perubahan populasi akibat stimulus dosis radiasi
dari respon serangga uji. Kurva pertumbuhan populasi serangga untuk masingmasing stadium yang diiradiasi dengan dosis 0,1-0,5 kGy disajikan pada Gambar
24 dan dengan dosis 1-5 kGy disajikan pada Gambar 25. Terlihat bahwa pola pertumbuhan ketiga stadium menyerupai pertumbuhan ekponensial dengan laju
pertumbuhan negatif dan berujung pada kematian serangga. Dosis radiasi menyebabkan subyek (serangga uji) mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi
dan laju kematian serangga uji akan semakin meningkat secara nyata dengan
bertambahnya dosis radiasi.
Iradiasi sinar gamma dengan dosis semakin meningkat dapat menyebabkan
kematian seluruh stadium serangga yaitu dewasa, larva dan pupa sehingga umur
serangga menjadi lebih pendek dan pola pertumbuhan eksponensial dengan laju
pertumbuhan yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kematian ketiga stadium
serangga didominasi pada awal kehidupan serangga yang berumur muda atau
masa aktif perkembangan serangga. Disamping itu, sensitivitas maupun resistensi
ketiga stadium serangga akan bergantung pada tingkat kedewasaan masingmasing stadium setelah pasca iradiasi yang dinyatakan dengan waktu bertahan
hidup serangga uji terhadap siklus radiasi.
Hasil dan Pembahasan
40
Keterangan :
Serangga dewasa
35
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Waktu siklus radiasi (Hari)
0,1 kGy
0,2 kGy
0,3 kGy
0,4 kGy
0,5 kGy
40
Keterangan :
Serangga larva
35
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Waktu siklus radiasi (Hari)
0,1 kGy
0,2 kGy
0,3 kGy
0,4 kGy
0,5 kGy
40
35
Keterangan :
Serangga pupa
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Waktu siklus radiasi (Hari)
0,1 kGy
0,2 kGy
0,3 kGy
0,4 kGy
0,5 kGy
Gambar 24. Kurva pertumbuhan populasi serangga T. castaneum
siklus radiasi pada dosis radiasi (0,1-0,5) kGy.
50
Hasil dan Pembahasan
40
Keterangan :
Serangga dewasa
35
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
Waktu siklus radiasi (Hari)
1 kGy
2 kGy
3 kGy
4 kGy
5 kGy
40
Keterangan :
Serangga larva
35
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
Waktu siklus radiasi (Hari)
1 kGy
2 kGy
3 kGy
4 kGy
5 kGy
40
Keterangan :
Serangga pupa
35
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Waktu siklus radiasi (Hari)
1 kGy
2 kGy
3 kGy
4 kGy
5 kGy
Gambar 25. Kurva pertumbuhan populasi serangga T. castaneum
siklus radiasi pada dosis radiasi (1-5) kGy.
51
Hasil dan Pembahasan
52
Waktu bertahan hidup adalah lamanya waktu yang dibutuhkan serangga
uji mampu bertahan hidup setelah mendapat perlakuan iradiasi. Hasil pengamatan
pada sampel uji yang tidak diiradiasi menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi
serangga ketiga stadium dewasa, larva dan pupa T. castaneum memberikan laju
pertumbuhan yang positif yaitu populasi serangga yang hidup pada kontrol akan
meningkat dengan meningkatnya waktu atau serangga induk berhasil mengalami
perkawinan normal menghasilkan turunan F2.
Tabel 6 menyajikan hasil pengamatan serangga uji yang hidup dengan
perlakuan dosis radiasi sinar gamma terhadap populasi dari ketiga stadium serangga dewasa, larva dan pupa T. castaneum terhadap waktu bertahan hidup.
Tabel 6. Pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap waktu bertahan
hidup masing-masing populasi dari ketiga stadium dewasa,
larva dan pupa T. castaneum.
Dosis
radiasi
( kGy)
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
1
2
3
4
5
Waktu bertahan hidup *)
(Hari)
Dewasa
Larva
Pupa
35
28
60
29
22
22
21
22
22
21
19
22
21
19
15
12
14
9
7
14
4
2
1
3
1
1
1
1
1
1
Keterangan : *) Lamanya waktu yang dibutuhkan serangga uji mampu
bertahan hidup setelah mendapat perlakuan iradiasi.
Hasil pengamatan iradiasi sinar gamma dosis rendah (0,1-0,5) kGy dan dosis sedang (1-5) kGy memberikan pengaruh sangat nyata terhadap waktu bertahan hidup. Waktu bertahan hidup dari ketiga stadium setelah iradiasi berkisar
antara 1-60 hari. Akan tetapi, serangga dewasa, larva dan pupa memiliki pola perkembangan yang berbeda setelah diiradiasi dengan dosis 0,1 kGy. Serangga uji
masih mampu berkembang menjadi dewasa, meskipun tidak mati tetapi telah
terjadi perubahan sedemikian rupa sehingga individu akan mengalami degradasi
Hasil dan Pembahasan
53
berlangsung cepat atau lambat akan tergantung dari kemampuan bertahan untuk
masing-masing stadium menuju kematian.
Menurut Diehl (1990, 1995) dosis sterilisasi serangga T. castaneum jantan
dan betina adalah 0,2 kGy. Danusupadmo (1981) menyatakan bahwa serangga S.
zeamais yang diiradiasi dengan dosis 0,05-0,2 kGy masih dapat melakukan perkawinan dengan pembuahan yang secara sempurna,. F2 yang dihasilkan ternyata
mirip F1 seperti induknya. Hoedaya (1973) mengemukakan bahwa disinfestasi
serangga dengan dosis 0,1 kGy hanya efektif untuk jangka penyimpanan relatif
pendek dan ada kemungkinan bahwa serangga-serangga steril ini akan mampu
memperoleh kembali fertilitasnya dan menurunkan progency yang selanjutnya
akan meningkatkan serangannya. Davey (1917, 1919) dalam Soegiarto (1970) mengemukakan bahwa iradiasi pada dosis rendah dapat memperpanjang umur
serangga T. confusum dari 40 hari menjadi 75 hari, dan hasil percobaan ini dapat
membuktikan dosis rendah dapat melindungi semua stadium baik radioresisten
maupun radiosensitif.
Kemampuan serangga uji bertahan untuk hidup setelah iradiasi akan
tergantung pada tingkat stadiumnnya. Pada stadium dewasa, larva dan pupa dosis
3 kGy waktu bertahan hidup masing-masing adalah 2, 1 dan 3 hari. Apabila dosis
radiasi dinaikkan menjadi 4 kGy maka semua stadium akan mati dalam waktu 1
hari setelah mendapat perlakuan tersebut. Noemi (1987) melaporkan bahwa secara
umum iradiasi dengan dosis 3-5 kGy dapat menyebabkan kematian serangga
segera setelah perlakuan iradiasi, sedang pada dosis 1 kGy serangga akan mati
beberapa hari kemudian. Sedang Diehl (1990, 1995) mengemukakan bahwa dosis
1-3 kGy sudah dapat membunuh semua stadium dalam beberapa hari setelah
iradiasi.
Soegiarto (1970) yang mengutip hukum Bergonie-Tribondeau (1906) menyatakan bahwa kepekaan sel terhadap radiasi berbanding lurus dengan keaktifan
reproduksi dan berbanding terbalik terhadap tingkat differensiasi. Pada stadium
telur kerusakan akibat radiasi diukur dengan kemampuan menetas, meskipun
sudah terlanjur menetas akan berakhir dengan kematian pada stadia pertumbuhan
selanjutnya. Kerusakan pada stadium larva terjadi pada ’ring-gland’ yaitu suatu
organ yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menggerakkan mekanisma
Hasil dan Pembahasan
54
pembentukan pupa. Stadium pupa, adalah stadium differensiasi dimana terjadi
transformasi organ-organ muda menjadi organ dewasa. Pada stadium inipun
ketahanan terhadap radiasi meningkat dengan bertambahnya umur. Hal yang sama
terjadi pada stadium dewasa yang merupakan stadium reproduksi.
Efektivitas Dosis Radiasi Sinar Gamma untuk Disinfestasi
Populasi Serangga Dewasa, Larva, Pupa T. castaneum
Efektifitas dosis radiasi dalam membasmi serangga uji yang dinyatakan
dengan satuan perubahan dosis, akan menyebabkan waktu bertahan hidup dalam
siklus serangga iradiasi. Tabel 6 menyajikan hubungan antara waktu bertahan
hidup dan tingkat dosis radiasi dari stadium dewasa, larva dan pupa. Terlihat
bahwa nilai laju kematian logaritmik serangga yang dinyatakan dengan perubahan
tingkat dosis radiasi akan menyebabkan waktu bertahan hidup serangga. Laju
kematian logaritmik serangga dengan kata lain, waktu bertahan hidup (dalam hari)
yang diperlukan pada dosis radiasi tertentu untuk mereduksi populasi serangga uji
dalam waktu siklus.
Gambar 26 menyajikan hubungan antara waktu bertahan hidup serangga
dari ketiga stadium dewasa, larva dan pupa dengan variasi dosis radiasi dari dosis
rendah sampai sedang yaitu pada kisaran 0,1-5 kGy. Terlihat bahwa perlakuan
iradiasi akan lebih cepat membunuh stadium larva, yang selanjutnya diikuti oleh
stadium dewasa dan pupa. Pemberian dosis radiasi akan memengaruhi waktu
bertahan hidup serangga uji yaitu dengan bertambah dosis radiasi yang diberikan,
kemampuan waktu bertahan hidup ketiga stadium serangga uji semakin lebih
pendek.
Plot data menyerupai pertumbuhan eksponensial dengan laju negatif atau
model peluruhan. Tahapan kematian serangga memiliki fenomena yang dinyatakan dengan waktu bertahan hidup serangga uji tidak terjadi sekaligus mati, tetapi
melalui tahap logaritmik. Tahap kematian logaritmik dapat dijabarkan dalam
bentuk grafik. Sifat serangga yang berkembang dengan perubahan waktu bertahan
hidup serangga terhadap dosis radiasi dapat dijelaskan dengan model persamaan
garis lurus.
Hasil dan Pembahasan
55
Dosis radiasi (kGy)
5
4
3
2
1
0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Waktu bertahan hidup (Hari)
Dewasa
Larva
Pupa
Gambar 26. Hubungan antara waktu bertahan hidup serangga T. castaneum
terhadap dosis radiasi sinar gamma dari 0,1-5 kGy.
Model matematik persamaan garis lurus (Ln y = a + b x) yang dinyatakan
dengan hubungan antara waktu bertahan hidup sebagai sumbu -x dihubungkan
dengan log dosis radiasi sebagai sumbu -y, maka tahap kematian logaritmik dapat
dijabarkan dalam bentuk grafik yang tersaji pada Gambar 27. Dari persamaan
dapat dinyatakan bahwa kematian serangga uji akan berbanding lurus terhadap
nilai laju kematian logaritmik dosis radiasi untuk masing-masing stadium.
Pendugaan matematik laju kematian logaritmik serangga T. castaneum akibat iradiasi sinar gamma dapat dijelaskan dengan nilai kemiringan (slope) dari
persamaan masing-masing stadium yaitu laju atau perubahan dalam dosis radiasi
per waktu bertahan hidup pada saat tertentu. Dosis radiasi yang digunakan untuk
memberikan stimulus respon serangga uji diharapkan dapat memberikan kematian
serangga uji. Ternyata stadium larva kemampuan mempertahankan hidupnya lebih
rendah terhadap stimulus pemberian dosis radiasi dari pada stadium dewasa dan
pupa. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai kemiringan stadium larva lebih tajam
atau curam.
56
Hasil dan Pembahasan
Ln [Dosis radiasi (kGy)]
2
1
0
0
5
10
15
20
25
30
35
-1
-2
40
45
50
55
60
Pupa : y = -0.0887x + 1.61
R2 = 0.5951
Larva : y = -0.129x + 1.61
R2 = 0.9233
-3
Dewasa : y = -0.1164x + 1.61
R2 = 0.9774
-4
Waktu bertahan hidup (Hari)
Dewasa
Larva
Pupa
Gambar 27. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh dosis radiasi sinar
gamma terhadap waktu bertahan hidup serangga T. castaneum
pada dosis radiasi (0,1-5) kGy.
Tabel 7 menyajikan persamaan linear untuk masing-masing stadium
dewasa, larva dan pupa. Nilai kemiringan sebagai pendugaan kuantitatif serangga
uji yang berhubungan dengan perubahan waktu bertahan hidup terhadap laju
kematian logaritmik serangga uji yang berhubungan dengan tingkat dosis radiasi.
Adapun nilai kemiringan untuk masing-masing stadium dewasa, larva dan pupa
adalah -0,1164; -0,1290 dan -0,0887 dosis radiasi per waktu bertahan hidup. Jadi
dengan naiknya dosis radiasi yang diberikan akan berbanding lurus terhadap
kematian serangga uji dan stadium larva yang paling sensitif karena mempunyai
nilai laju kematian logaritmik yang tinggi bila dibandingkan dengan stadium
dewasa dan pupa.
Tabel 7. Persamaan regreasi Ln y = a + b x pengaruh dosis radiasi sinar gamma
terhadap waktu bertahan hidup untuk masing-masing stadium serangga
T. castaneum.
Sumber radiasi
(1)
Sinar gamma
Stadium
Intercept (a)
Slope (b)
R2
(2)
(3)
(4)
(5)
1,61
1,61
1,61
- 0,1164
- 0,1290
- 0,0887
0,9774
0,9233
0,5951
Dewasa
Larva
Pupa
Hasil dan Pembahasan
57
Pengaruh Arus Berkas Mesin Berkas Elektron terhadap
Populasi Serangga Dewasa T. castaneum
Pertumbuhan dan pola perkembangan serangga dewasa T. castaneum akibat
iradiasi MBE memiliki keterkaitan dengan waktu. Tiga jenis perlakuan sampel
yaitu serangga uji tanpa tepung terigu, serangga uji diinfestasikan ke dalam
tepung terigu dengan masing-masing tebal 800 dan 1600 µm, lalu diiradiasi
dengan satu sisi permukaan dan dua sisi permukaan yang berlawanan menggunakan MBE arus berkas 100-500 µA. Seperti halnya iradiasi serangga dengan
sinar gamma, iradiasi berkas elektron sebagai stimulus akan memberikan respon
mati atau menurunkan jumlah populasi serangga dewasa T. castaneum, sehingga
waktu bertahan hidup serangga dewasa menjadi lebih pendek menuju kematian.
Secara umum, dari ketiga perlakuan iradiasi MBE dengan arus berkas 100500 μA pola pertumbuhannya tidak semua berujung pada kematian serangga,
yang terlihat dari waktu siklus radiasi serangga dewasa T. castaneum masih mampu untuk mempertahankan diri, terlihat pada data Lampiran 11 dan 12. Akan
tetapi, pola pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum menyerupai
pertumbuhan eksponensial dengan laju pertumbuhan negatif. Stimulus yang diberikan yaitu arus berkas menyebabkan subyek (serangga uji) mempunyai tingkat
mortalitas yang cukup tinggi pada awal setelah mendapat iradiasi, hasil ini akan
terlihat secara nyata pada kenaikan arus berkas. Sebaliknya pengamatan terhadap
kontrol menunjukkan pertumbuhan populasi serangga yang meningkat dengan
meningkatnya waktu dan populasinya menyerupai pertumbuhan eksponensial
dengan laju pertumbuhan yang positif.
Perlakuan iradiasi MBE pada satu sisi permukaan
Hasil pengamatan terhadap serangga uji tanpa tepung terigu dan yang
diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan masing-masing tebal 800 dan 1600
µm dapat dilihat pada Lampiran 11, sedang kurva populasi serangga dewasa T.
castaneum setelah perlakuan iradiasi disajikan pada Gambar 28. Terlihat bahwa
perlakuan serangga uji tanpa tepung terigu, yang diiradiasi dengan arus berkas
100 µA tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam membunuh serangga uji
segera setelah perlakuan iradiasi. Serangga dewasa masih tetap bertahan hidup
Hasil dan Pembahasan
45
Keterangan : Tanpa tepung
40
Populasi [Nt]
35
30
25
20
15
10
5
0
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50
Waktu siklus radiasi (Hari)
100 uA
200 uA
300 uA
400 uA
500 uA
45
Keterangan : Tebal tepung 800 μm
40
Populasi [Nt]
35
30
25
20
15
10
5
0
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50
Waktu siklus radiasi (Hari)
100 uA
200 uA
300 uA
400 uA
500 uA
45
Keterangan : Tebal tepung 1600 μm
40
35
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50
Waktu siklus radiasi (Hari)
100 uA
200 uA
300 uA
400 uA
500 uA
Gambar 28. Kurva populasi serangga dewasa T. castaneum setelah perlakuan
iradiasi satu sisi permukaan MBE arus berkas (100-500) μA.
58
Hasil dan Pembahasan
59
sebesar 26,8% sampai hari ke-46. Jika arus berkas dinaikkan 200 µA pada sampel
tanpa tepung terigu ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon
serangga uji mati dalam 23 hari setelah mendapat perlakuan iradiasi berkas
elektron. Akan tetapi arus berkas yang dinaikkan sampai 500 µA serangga dewasa
memberikan respon semakin nyata terhadap waktu siklus radiasi yaitu waktu
bertahan hidup lebih pendek atau serangga dewasa lebih cepat mati.
Perlakuan sampel pada serangga uji yang diinfestasikan ke dalam tepung
terigu dengan masing-masing tebal 800 dan 1600 µm yang diiradiasi MBE arus
berkas 100-500 μA tidak 100% memberikan efek mati pengamatan hingga sampai
46 hari, tetapi hanya menurunkan jumlah populasi serangga dewasa yang hidup.
Faktor perlakuan tebal tepung terigu memberikan pengaruh yang nyata dari 800
sampai 1600 μm terhadap respon waktu siklus radiasi yang berkaitan terhadap
waktu bertahan hidup serangga menuju kematian.
Dari kurva populasi serangga uji akan didapat waktu siklus radiasi untuk
masing-masing perlakuan sampel. Tabel 8 menyajikan hasil pengamatan waktu
bertahan hidup dan individu hidup serangga uji yang diiradiasi MBE dengan
berbagai arus berkas terhadap populasi dari ketiga perlakuan sampel serangga
dewasa T. castaneum. Terlihat dari ketiga perlakuan sampel ternyata perlakuan
tanpa tepung terigu yang diiradiasi MBE arus berkas 100 μA hanya menurunkan
jumlah populasi serangga uji dengan waktu bertahan hidup 24 hari, lalu ada 11
individu hidup konstan sampai pengamatan 46 hari. Jika arus berkas dinaikkan
200 μA waktu bertahan hidup 23 hari dan arus berkas dinaikkan sampai 500 μA
waktu bertahan hidup serangga uji semakin pendek.
Pengamatan sampel tepung terigu dengan masing-masing tebal 800 dan
1600 µm dengan kondisi diiradiasi yang sama, jumlah populasi serangga yang
hidup akan menurun terhadap waktu siklus radiasi menyerupai pola pertumbuhan
eksponesial dengan laju yang negatif. Pada awal iradiasi dalam jumlah yang besar
serangga uji mengalami kematian tetapi pada saat dan kondisi waktu tertentu
menunjukkan pola yang konstan sampai pengamatan hari ke-46, yang dapat
ditunjukkan data individu hidup yang tersaji pada Tabel 8. Disamping itu, faktor
tebal pada tepung terigu dengan kondisi iradiasi arus berkas yang sama terhadap
Hasil dan Pembahasan
60
waktu siklus radiasi menunjukkan jumlah individu serangga dewasa yang hidup
akan meningkat dengan meningkatnya ketebalan tepung terigu.
Tabel 8. Pengaruh arus berkas elektron dengan iradiasi 1 sisi permukaan terhadap
waktu bertahan hidup serangga dewasa T. castaneum
Sampel
Dosis radiasi
Cara Iradiasi
[60Co]
MBE
Iradiasi 1 sisi permukaan
Sinar
Arus
Individu hidup *)
CTA Waku bertahan hidup
gamma berkas film
(Hari)
(kGy)
(µA)
(kGy)
A
1
2
3
4
5
100
200
300
400
500
0,93
2,27
3,45
4,24
5,30
24
23
10
6
6
11
0
0
0
0
B
1
2
3
4
5
100
200
300
400
500
0,93
2,27
3,45
4,24
5,30
20
15
1,5
1,5
1
18
5
4
3
1
C
1
2
3
4
5
100
200
300
400
500
0,93
2,27
3,45
4,24
5,30
33
20
1,5
1
0,5
27
12
6,5
5,5
4
Keterangan : *) Data menunjukkan populasi serangga dewasa T. castaneum yang konstan
terhadap waktu siklus radiasi setelah mendapat perlakuan iradiasi MBE
A = Serangga dewasa tanpa tepung terigu
B = Serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan tebal 800 µm
C = Serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan tebal 1600 µm
Hasil percobaan lain membuktikan bahwa penetrasi berkas elektron
terhadap CTA film dengan tebal 125 µm yang diiradiasi MBE dengan kondisi
tegangan 300 kV, arus berkas 1 mA, kecepatan konveyor 2,7 cm./detik dan jarak
target dari pemayar 20 cm, hasilnya adalah daya tembus berkas elektron dengan
tumpukan 7 lapis CTA film hanya mampu ditembus sampai dilapisan ke-3 yang
dapat terdeteksi yaitu penetrasinya maksimum 375 µm. Kojima et al.1996. melaporkan bahwa untuk semua dosimeter film menunjukkan relatif dosis turun
dengan meningkatnya mass stopping power. Urbain (1986) menyatakan bahwa
Hasil dan Pembahasan
61
stopping power meningkat dibawah permukaan akibatnya energi berkurang dan
berbanding lurus dengan densitas bahan yang ditembus.
Hasil percobaan tersebut dapat dijadikan acuan sebelum melakukan iradiasi
dengan MBE bahwa dengan meningkatnya tebal sampel akan menyebabkan meningkatnya stopping power terhadap iradiasi berkas elektron. Hasil penelitian
iradiasi berkas elektron terhadap tepung terigu yang diinfestasikan serangga dewasa diperoleh bahwa ketebalan sampel membuktikan bahwa tebal tepung terigu
ditingkatkan dari tebal 800 menjadi 1600 µm menunjukkan individu serangga
dewasa T. castaneum yang hidup meningkat setelah mendapat perlakuan iradiasi
mesin berkas elektron.
Perlakuan iradiasi MBE pada dua sisi permukaan yang berlawanan.
Hasil pengamatan pertumbuhan populasi akibat iradiasi MBE dua sisi
permukaan yang berlawanan terhadap waktu siklus radiasi stadium serangga
dewasa T. castaneum dapat dilihat pada Lampiran 12 dan pola populasi serangga
dewasa tersebut disajikan pada Gambar 29. Perlakuan sampel yaitu serangga uji
tanpa tepung terigu, serangga uji diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan
masing-masing tebal 800 dan 1600 µm. Terlihat bahwa respon serangga dewasa
terhadap waktu siklus radiasi secara nyata dapat menurunkan jumlah populasi
serangga dewasa T. castaneum dan waktu bertahan hidup serangga dewasa menjadi lebih pendek menuju kematian. Hal ini setara dengan perlakuan iradiasi sinar
gamma untuk tujuan yang sama dan iradiasi MBE pada satu sisi permukaan.
Adapun pola populasi serangga uji akibat iradiasi MBE menyerupai pertumbuhan
eksponensial dengan laju pertumbuhan negatif.
Populasi serangga uji yang diiradiasi berkas elektron arus 100-500 µA
memberikan pengaruh yang nyata yaitu akan menurunkan jumlah individu serangga yang hidup setelah perlakuan iradiasi. Pada perlakuan serangga uji tanpa
tepung terigu, ternyata arus berkas 300 µA memberikan pengaruh sangat nyata
dalam membunuh serangga dewasa T. castaneum. Hal ini setara dengan perlakuan
iradiasi sinar gamma pada dosis 3 kGy. Secara empiris dengan dosis yang sama
iradiasi MBE sama efeknya dengan sinar gamma, sehingga dosis radiasi yang
Hasil dan Pembahasan
62
45
Keterangan : Tanpa tepung
40
Populasi [Nt]
35
30
25
20
15
10
5
0
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50
Waktu siklus radiasi (Hari)
100 uA
200 uA
300 uA
400 uA
500 uA
45
Keterangan : Tebal tepung 800 μm
40
Populasi [Nt]
35
30
25
20
15
10
5
0
0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50
Waktu siklus radiasi (Hari)
100 uA
200 uA
300 uA
400 uA
500 uA
45
Keterangan : Tebal tepung 1600 μm
40
35
Populasi [Nt]
30
25
20
15
10
5
0
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50
Waktu siklus radiasi (Hari)
100 uA
200 uA
300 uA
400 uA
500 uA
Gambar 29. Kurva populasi serangga dewasa T. castaneum setelah perlakuan
iradiasi 2 sisi permukaan yang berlawanan MBE arus berkas 100-500 μA
Hasil dan Pembahasan
63
dinyatakan dengan arus berkas elektron dari MBE dapat digunakan untuk disinfestasi atau membunuh serangga dewasa T. castaneum secara langsung 100%
mati.
Pada Tabel 9 menyajikan pengaruh arus berkas elektron dengan iradiasi dua
sisi permukaan yang berlawanan pada serangga dewasa T. castaneum terhadap
waktu bertahan hidup. Jika energi yang diberikan ditingkatkan yaitu dengan arus
berkas dinaikkan dari 100 µA sampai 500 µA maka pertumbuhan populasi serangga dewasa memberikan pengaruh yang nyata terhadap efek mati setelah iradiasi,
akibatnya waktu bertahan hidup serangga menjadi lebih pendek. Secara empiris
iradiasi dua sisi permukaan yang berlawanan dosis serap yang diterima oleh
serangga uji lebih besar bila dibandingkan dengan iradiasi satu sisi permukaan.
Perlakuan sampel tanpa tepung terigu yang diiradiasi dua sisi permukaan
yang berlawanan pada arus berkas 100 µA sudah mampu membasmi serangga
dewasa T. castaneum dengan waktu bertahan hidup 21 hari, jika arus berkas
dinaikkan waktu bertahan hidup serangga uji semakin nyata, terlihat pada arus
berkas 300 μA menunjukkan waktu bertahan hidup serangga uji 1 hari setelah
iradiasi
Apabila faktor tebal dari sampel tepung terigu dinaikkan dari 800 menjadi
1600 µm dengan kondisi diiradiasi yang sama, maka jumlah populasi serangga
yang hidup akan meningkat terbukti pada individu hidup setelah perlakuan
iradiasi MBE. Hal ini setara dengan hasil dari iradiasi satu sisi permukaan.
Dengan kondisi iradiasi yang sama dari hasil iradiasi satu sisi permukaan, tebal
sampel dapat sebagai pembatas dalam penetrasi berkas elektron dan pada tebal
tepung terigu 800 µm iradiasi dengan arus berkas 100-500 µA serangga dewasa
T. castaneum beberapa individu masih mampu bertahan untuk hidup sampai 46
hari. Akan tetapi, dengan perlakuan iradiasi dua sisi permukaan yang berlawanan
pada arus berkas 200 µA memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu
bertahan hidup dalam waktu siklus radiasi yaitu 17 hari setelah perlakuan iradiasi.
Pada arus berkas 100 μA dan tebal tepung 800 µm perlakuan iradiasi hanya
menurunkan jumlah populasi serangga uji dengan waktu bertahan hidup 17 hari,
dan masih ada 6 individu hidup konstan sampai 46 hari pengamatan.
Hasil dan Pembahasan
64
Faktor tebal terhadap sampel tepung terigu 1600 µm yang diiradiasi MBE
sampai arus berkas 500 μA dengan dua sisi permukaan yang berlawanan ternyata
iradiasi belum mampu membasmi atau memberikan efek mati 100% pada serangga dewasa T. castaneum. sampai pengamatan hari ke-46 tetapi iradiasi MBE
hanya menurunkan populasi jumlah serangga uji. Penelitian ini dapat menunjukkan bahwa ada keterbatasan dalam penetrasi iradiasi berkas elektron untuk tujuan
disinfestasi serangga dewasa T. castaneum.
Tabel 9. Pengaruh arus berkas elektron dengan iradiasi dua sisi permukaan yang
berlawanan terhadap waktu bertahan hidup serangga dewasa T.
castaneum.
Sampel
Dosis radiasi
[ Co]
MBE
60
Cara Iradiasi
Iradiasi dua sisi permukaan
yang berlawanan
Waku bertahan hidup
Individu hidup *)
(Hari)
Sinar
gamma
(kGy)
Arus
berkas
(µA)
A
1
2
3
4
5
100
200
300
400
500
0,93
2,27
3,45
4,24
5,30
21
8
1
1
1
0
0
0
0
0
B
1
2
3
4
5
100
200
300
400
500
0,93
2,27
3,45
4,24
5,30
17
17
21
10
6
6
0
0
0
0
C
1
2
3
4
5
100
200
300
400
500
0,93
2,27
3,45
4,24
5,30
20
4
1,5
1
0,5
17
11
2,5
2
1
CTA
film
(kGy)
Keterangan : *) Data menunjukkan populasi serangga dewasa T. castaneum yang konstan
terhadap waktu siklus radiasi setelah mendapat perlakuan iradiasi MBE
A = Serangga dewasa tanpa tepung terigu
B = Serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan tebal 800 µm
C = Serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung terigu dengan tebal 1600 µm
Hasil dan Pembahasan
65
Efektivitas Arus Berkas Mesin Berkas Elektron untuk Disinfestasi
Populasi Serangga Dewasa T. castaneum
Efektifitas dosis terhadap daya basmi serangga uji pada radiasi dengan MBE
dinyatakan dengan arus berkas sumber listrik dalam mikro ampere (μA) yaitu
perubahan arus berkas akan menyebabkan waktu bertahan hidup dalam siklus
serangga iradiasi. Laju kematian serangga merupakan waktu bertahan hidup
(dalam hari) yang diperlukan pada arus berkas tertentu untuk mereduksi populasi
serangga uji dalam waktu siklus.
Perlakuan iradiasi MBE satu sisi permukaan
Pada Gambar 30 tersaji hubungan antara waktu bertahan hidup serangga
antara ketiga sampel yaitu serangga dewasa tanpa tepung terigu, serangga dewasa
diinfestasi kedalam tepung masing-masing tebal 800 dan1600 μm dengan
tingkatan arus berkas dari kisaran 100-500 μA. Model plot data setara dengan
pertumbuhan eksponensial dengan laju negatif atau model peluruhan.
500
Iradiasi MBE 1 sisi permukaan
Arus berkas (uA)
400
300
200
100
0
0
5
10
15
20
25
30
35
Waktu bertahan hidup (Hari)
Tanpa tepung
Tebal tepung 800 um
Tebal tepung 1600 um
Gambar 30. Hubungan antara waktu bertahan hidup serangga dewasa T. castaneum
terhadap iradiasi MBE arus berkas 100-500 μA
Terlihat bahwa stimulus arus berkas terhadap serangga dewasa T. castaneum
tidak memberikan respon mati tetapi hanya menurunkan total jumlah populasi
Hasil dan Pembahasan
66
serangga uji secara logaritmik. Iradiasi MBE untuk disinfestasi serangga tersebut
tidak menyebabkan serangga dewasa mati tetapi hanya menurunkan jumlah total
serangga yang hidup sampai waktu bertahan hidup tertentu, selanjutnya mengikuti
pola penurunan konstan sampai hari ke- 46. Serangga tidak mampu lagi membentuk turunan F2 tetapi terdapat individu hidup yang konstan. Tahap kematian
serangga memiliki fenomena yang dinyatakan dengan waktu bertahan hidup
serangga uji tidak terjadi sekaligus mati, tetapi kematian serangga uji melalui
tahap logaritmik.
Tahap kematian logaritmik dapat dijabarkan ke dalam bentuk grafik. Sedang
sifat serangga yang berkembang dengan perubahan waktu bertahan hidup serangga terhadap arus berkas dapat dijelaskan dengan model matematika persamaan
garis lurus (Ln y = a + b x), yaitu waktu bertahan hidup sebagai sumbu -x
dihubungkan dengan log arus berkas sebagai sumbu -y. Dari persamaan yang
diperoleh dapat dinyatakan bahwa kematian serangga uji dalam waktu bertahan
hidup akan berbanding lurus terhadap nilai laju kematian logaritmik arus berkas
untuk masing-masing perlakuan sampel. Tahap kematian logaritmik serangga uji
akibat iradiasi MBE dapat dijabarkan dalam bentuk grafik yang tersaji pada
Gambar 31 untuk perlakuan sampel serangga dewasa tanpa tepung terigu dan
Gambar 32 untuk perlakuan serangga dewasa T. castaneum diinfestasi kedalam
tepung masing-masing tebal 800 dan 1600 μm.
Pada Ganbar 31 terlihat bahwa perlakuan sampel tanpa tepung terigu dan
diiradiasi dengan kisaran arus berkas 200-500 μA menyebabkan waktu bertahan
hidup serangga dewasa lebih pendek menuju kematian. Iradiasi pada arus berkas
200-500 μA, akan memengaruhi waktu bertahan hidup serangga uji yaitu dengan
naiknya arus berkas kemampuan waktu bertahan hidup serangga uji yang dibutuhkan akan menjadi lebih pendek, dengan nilai laju kematian logaritmik -0,039 arus
berkas per waktu bertahan hidup. Iradiasi terhadap 40 ekor serangga dewasa
dengan MBE pada arus berkas 100 μA menyebabkan kematian logaritmik
menyerupai penurunan eksponensial dan setelah 24 hari waktu bertahan hidup
ternyata masih terdapat 11 ekor individu hidup konstan sampai pengamatan 46
hari.
Hasil dan Pembahasan
Ln [Arus berkas (uA)]
6.5
67
Iradiasi MBE 1 sisi permukaan
6
5.5
5
y = -0.039x + 6.21
R2 = 0.849
4.5
4
0
5
10
15
20
25
Waktu bertahan hidup (Hari)
Tanpa tepung
Gambar 31. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi satu sisi
permukaan MBE arus berkas 200-500 μA pada sampel
serangga dewasa tanpa tepung terigu.
Pada Gambar 32 disajikan hasil iradiasi MBE satu sisi permukaan pada
sampel yang diinfestasi serangga dewasa T. castaneum ke dalam tepung masingmasing tebal 800 dan 1600 μm.
Ln [Arus berkas (uA)]
6.5
Iradiasi MBE 1 sisi permukaan
6
5.5
5
y = -0.0743x + 6.21
R2 = 0.8584
4.5
y = -0.0484x + 6.21
R2 = 0.8632
4
0
5
10
15
20
25
30
35
Waktu bertahan hidup (Hari)
Tebal tepung 800 um
Tebal tepung 1600 um
Gambar 32. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi satu sisi permukaan
MBE arus berkas 100-500 μA pada sampel serangga uji diinfestasikan
kedalam tepung masing-masing tebal 800 dan 1600 μm.
Hasil dan Pembahasan
68
Laju kematian logaritmik terhadap efek kematian serangga dewasa pada
sampel tepung tebal 800 μm memberikan pengaruh yang nyata dari pada tepung
tebal 1600 μm. Besarnya nilai laju kematian logaritmik untuk masing-masing
ketebalan 800 dan 1600 μm adalah - 0,0743 dan -0,0484 arus berkas per waktu
bertahan hidup. Hal ini dapat membuktikan bahwa dengan adanya perbedaan tebal
tepung terigu dapat menyebabkan efek stopping power dimana tebal merupakan
faktor pembatas dalam aplikasi menggunakan MBE.
Perlakuan iradiasi MBE satu sisi permukaan terhadap individu hidup. Dari hasil percobaan terhadap individu hidup serangga dewasa T. castaneum
akibat iradisi MBE arus berkas 100-500 μA tersaji pada Gambar 33. Faktor tebal
tepung akan berpengaruh pada kemampuan penetrasi berkas elektron terhadap
efek mati serangga dewasa. Ternyata jumlah individu hidup pada tepung tebal
1600 μm lebih tinggi dari pada 800 μm. Hal ini membuktikan bahwa MBE tidak
mampu menembus ketebalan tepung 800 dan 1600 μm. Adanya individu hidup
dapat dijadikan salah satu petunjuk adanya efek stopping power dari pada tepung
terigu. Dari laju kematian logaritmik individu hidup secara nyata menunjukkan
ketahanan serangga uji terhadap perubahan arus berkas, tersaji pada Gambar 34.
Pada gambar tersebut terlihat bahwa efek kematian logaritmik serangga uji
semakin nyata ditunjukkan slope yang semakin curam.
Dari Gambar 34 terlihat bahwa dengan meningkatnya arus berkas 100-500
μA akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap individu hidup yaitu menyebabkan jumlah individu hidup semakin rendah menuju serangga uji mati. Sedang
sensitifitas serangga uji ditunjukkan pada perlakuan sampel tanpa tepung terigu,
kemudian diikuti masing-masing sampel yang diinfestasi serangga uji dengan
tebal 800 dan 1600 μm. Pada sampel tanpa tepung nilai laju kematian logaritmik 0,1459 arus berkas per individu hidup menunjukkan laju kematian serangga uji
pada arus berkas 200-500 μA menyebabkan individu yang berujung pada respon
mati. Sedang sampel yang diinfestasi serang-ga uji pada tepung dengan tebal 800
dan 1600 μm adalah -0,0963 dan -0,0611 arus berkas per individu hidup menyebabkan penurunan jumlah populasi serangga uji yang ditunjukkan dengan waktu
bertahan hidup dan mencapai kondisi individu konstan sampai pengamatan 46
hari.
Hasil dan Pembahasan
69
500
Arus berkas (uA)
Iradiasi MBE 1 sisi permukaan
400
300
200
100
0
0
5
10
15
20
25
30
Individu hidup [Nt]
Tanpa tepung
Tebal tepung 800 um
Tebal tepung 1600 um
Gambar 33. Hubungan antara individu hidup serangga dewasa T. castaneum
terhadap iradiasi 1 sisi permukaan MBE arus berkas 100-500 μA.
Ln [Arus berkas (uA)]
6.5
Iradiasi MBE 1 sisi permukaan
6
5.5
y = -0.0611x + 6.21
R2 = 0.9247
5
4.5
y = -0.1459x + 6.21
R2 = 0.2973
4
0
5
10
y = -0.0963x + 6.21
R2 = 0.8568
15
20
25
30
Individu hidup [Nt]
Tanpa tepung
Tebal tepung 800 um
Tebal tepung 1600 um
Gambar 34. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi satu sisi
permukaan MBE arus berkas 100-500 μA pada individu hidup.
Hasil dan Pembahasan
70
Perlakuan iradiasi MBE dua sisi permukaan yang berlawanan
Pada Gambar 35 tersaji hubungan antara waktu bertahan hidup serangga
dari ketiga sampel yaitu serangga dewasa T. castaneum tanpa tepung terigu,
serangga dewasa T. castaneum diinfestasi ke dalam tepung masing-masing tebal
800 dan 1600 μm dengan tingkatan arus berkas dari kisaran 100-500 μA.
500
Iradiasi MBE 2 sisi permukaan
Arus berkas (uA)
400
300
200
100
0
0
5
10
15
20
25
Waktu bertahan hidup (Hari)
Tanpa tepung
Tebal tepung 800 um
Tebal tepung 1600 um
Gambar 35. Hubungan antara waktu bertahan hidup serangga dewasa
T. castaneum terhadap iradiasi MBE arus berkas 100-500 μA
Model plot data menyerupai pertumbuhan eksponensial dengan laju negatif,
setara dengan perlakuan iradiasi satu sisi permukaan. Tahap kematian serangga
memiliki fenomena yang dinyatakan dengan waktu bertahan hidup serangga uji
lebih nyata bila dibandingkan dengan iradiasi satu sisi, tetapi tahap kematian
serangga uji tetap menyerupai penurunan logaritmik.
Gambar 35 terlihat bahwa pola grafik pada perlakuan sampel serangga
dewasa tanpa tepung dan serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung tebal
1600 μm tidak berbeda nyata terhadap respon serangga uji. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa iradiasi MBE terhadap sampel serangga dewasa tanpa tepung
mengakibatkan respon serangga dewasa mati. Akan tetapi, untuk perlakuan
Hasil dan Pembahasan
71
sampel serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung terigu tebal 1600 μm
menunjukkan iradiasi MBE tidak memberikan respon kematian pada serangga
dewasa melainkan masih terdapat individu hidup yang konstan sampai pengamatan hingga 46 hari.
Kematian serangga uji dapat dijabarkan dalam bentuk grafik yang tersaji
pada Gambar 36 dan 37 yaitu masing-masing perlakuan sampel serangga dewasa
tanpa tepung terigu dan serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung masingmasing tebal 800 dan 1600 μm. Gambar 36 terlihat bahwa perlakuan membunuh
terhadap serangga uji pada arus berkas 100 μA dengan nilai laju kematian
logaritmik -0,0821 arus berkas per waktu bertahan hidup. Akan tetapi, perlakuan
membunuh terhadap serangga uji setara dengan iradiasi satu sisi permukaan pada
arus berkas 200 μA. Sedang iradiasi MBE arus berkas 300 μA menunjukkan
waktu bertahan hidup serangga dewasa 1 hari setelah iradiasi. Secara umum
perlakuan iradiasi 2 sisi permukaan yang berlawanan menunjukkan bahwa arus
berkas 100-500 μA akan memengaruhi waktu bertahan hidup serangga uji yaitu
dengan naiknya arus berkas kemampuan waktu bertahan hidup serangga uji yang
dibutuhkan akan menjadi lebih pendek dari pada perlakuan dengan iradiasi satu
sisi permukaan.
6.5
Ln [Arus berkas (uA)]
Iradiasi MBE 2 sisi permukaan
6
5.5
y = -0.0821x + 6.21
R2 = 0.8235
5
4.5
4
0
5
10
15
20
25
Waktu bertahan hidup (Hari)
Tanpa tepung
Gambar 36. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi dua sisi
permukaan MBE arus berkas 100-500 μA pada sampel
serangga dewasa tanpa tepung terigu.
Hasil dan Pembahasan
72
Gambar 37 tersaji perlakuan dengan iradiasi MBE dua sisi permukaan
dengan serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung masing-masing tebal 800
dan 1600 μm. Terlihat bahwa stimulus berupa arus berkas terhadap serangga
dewasa T. castaneum memberikan respon kematian pada tebal tepung 800 μm
yang diiradiasi minimal arus berkas 200 μA. Sebaliknya pada sampel tepung
terigu tebal 1600 μm respon serangga dewasa hanya menurunkan total jumlah
populasi serangga uji secara logaritmik dengan pola penurunan eksponesial.
Walaupun nilai kemiringan lebih tajam sampel tepung terigu tebal 1600 μm dari
pada sampel tepung terigu tebal 800 μm.
Ln [Arus berkas (uA)]
6.5
Iradiasi MBE 2 sisi permukaan
6
5.5
y = -0.0481x + 6.21
R2 = 0.358
5
y = -0.0875x + 6.21
R2 = 0.6926
4.5
4
0
5
10
15
20
25
Waktu bertahan hidup (Hari)
Tebal tepung 800 um
Tebal tepung 1600 um
Gambar 37. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi dua sisi
permukaan MBE arus berkas 100-500 μA pada sampel tebal
tepung terigu 800 dan 1600 μm.
Dengan perlakuan iradiasi dua sisi permukaan memberikan pengaruh yang
nyata dibandingkan perlakuan iradiasi satu sisi permukaan terhadap respon mati
pada serangga dewasa. Hal ini dapat membuktikan bahwa dengan adanya perbedaan tebal tepung terigu dapat menyebabkan efek stopping power dimana tebal
merupakan faktor pembatas dalam aplikasi iradiasi satu sisi permukaan tetapi
dengan kondisi yang sama pada tebal tepung terigu 800 μm dapat dilakukan
dengan iradiasi dua sisi permukaan..
Hasil dan Pembahasan
73
Perlakuan iradiasi MBE dua sisi permukaan yang berlawanan terhadap individu hidup. Dari hasil percobaan individu hidup pada iradiasi dua sisi
permukaan yang berlawanan tersaji pada Gambar 38. Terlihat pola individu yang
hidup pada tebal tepung terigu 800 μm pada arus berkas 100 μA masih terdapat
individu hidup tetapi dengan naiknya arus berkas 200 μA tidak ada individu yang
hidup. Akan tetapi, dengan meningkatnya ketebalan tepung terigu menjadi 1600
μm dan arus berkas 100-500 μA serangga uji masih mampu bertahan hidup hingga
pengamatan ke-46 hari. Hal yang sama kejadiannya sama seperti pada iradiasi
satu sisi permukaan pada sampel tepung dengan tebal 800 dan 1600 μm.
Arus berkas (uA)
500
Iradiasi MBE 2 sisi permukaan
400
300
200
100
0
0
5
10
15
20
Individu hidup [Nt]
Tanpa tepung
Tebal tepung 800 um
Tebal tepung 1600 um
Gambar 38. Hubungan antara individu hidup serangga dewasa T. castaneum
terhadap iradiasi 2 sisi permukaan MBE arus berkas 100-500 μA
Laju kematian logaritmik individu hidup menunjukkan ketahanan serangga uji terhadap perubahan arus berkas, pada sampel serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung masing-masing tebal 800 dan 1600 μm tersaji pada Gambar
39. Terlihat bahwa nilai laju kematian logaritmik pada tebal tepung 800 μm yaitu
-0,2675 arus berkas per individu hidup menyebabkan kematian serangga uji
minimal 200 μA, sedang untuk tebal tepung 1600 μm didapat -0,0926 arus berkas
per individu hidup yang menggambarkan stimulus arus berkas yang diberikan
tidak menyebabkan serangga uji mengalami kematian 100% melainkan hanya
menurunkan jumlah populasi serangga uji yang ditunjukkan dengan adanya indi-
Hasil dan Pembahasan
74
vidu hidup. Dari nilai kemiringan terlihat bahwa perlakuan sampel serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung 800 μm lebih curam bila dibandingkan dengan perlakuan sampel serangga dewasa diinfestasikan ke dalam tepung 1600 μm.
Hasil percobaan ini dapat membuktikan bahwa iradiasi berkas elektron
untuk tujuan disinfestasi serangga dewasa T. castaneum pada tepung terigu dapat
ditingkatkan efek membasmi serangga uji dengan cara iradiasi dua sisi permukaan. Tebal sampel tepung terigu tetap menjadi pertimbangan dalam penerapannya
karena tebal merupakan faktor pembatas dalam melakukan iradiasi dengan menggunakan MBE.
6.5
Ln [Arus berkas (uA)]
Iradiasi MBE 2 sisi permukaan
6
5.5
5
4.5
y = -0.0926x + 6.21
R2 = 0.9391
y = -0.2675x + 6.21
R2 = 0.2973
4
0
5
10
15
20
Individu hidup [Nt]
Tanpa tepung
Tebal tepung 800 um
Tebal tepung 1600 um
Gambar 39. Persamaan regresi Ln y = a + b x pengaruh iradiasi dua sisi
permukaan MBE arus berkas 100-500 μA terhadap individu
hidup.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggunaan sumber radiasi mesin berkas elektron (MBE) 350 keV 10 mA
dengan kondisi energi 300 keV, arus berkas 100-500 μA, kecepatan konveyor 4
cm/detik, jarak pemayar dengan target 20 cm dan lintasan penampang daerah
isodosis selebar 80 cm dapat diaplikasikan untuk iradiasi sampel tepung terigu
dengan tujuan disinfestasi serangga dewasa T. castaneum.
Populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi dengan MBE terhadap waktu siklus menyerupai pertumbuhan eksponensial dengan laju pertumbuhan negatif. Laju kematian logaritmik dari serangga dewasa T. castaneum akan
meningkat efek membasmi dengan ditandai nilai kemiringan kurva yang lebih
tajam. Dari dua perlakuan sampel yaitu serangga dewasa T. castaneum tanpa
tepung terigu dan serangga dewasa T. castaneum diinfestasikan ke dalam tepung
terigu masing-masing tebal 800 dan 1600 μm diiradiasi dengan satu sisi dan dua
sisi permukaan serta MBE arus berkas 100-500 μA diperoleh hasil waktu bertahan
hidup serangga dewasa T. castaneum berkisar 1-23 hari.
Berdasarkan efektivitas iradiasi dua sisi permukaan yang berlawanan dengan arus berkas 200 µA dapat menurunkan semua serangga dewasa T. castaneum
yang diinfestasikan kedalam tepung terigu dengan tebal 800 µm.
Saran
Agar hasil penelitian ini dapat diterapkan maka masih perlu diteliti optimasi
dari alat MBE. Untuk masa yang akan datang diharapkan ada penelitian terpadu
dan komprehensif penggunaan iradiasi MBE sebagai alternatif teknologi khususnya disinfestasi serangga terhadap bahan pangan berbasis tepung untuk tujuan
karantina.
DAFTAR PUSTAKA
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004a. Pedoman otorisasi iradiasi
pangan secara umum atau berdasarkan kelompok pangan. Jakarta:
Direktorat Standarisasi Produk Pangan BPOM.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004b. Cara iradiasi yang baik
untuk membasmi serangga pada buah segar. Jakarta: Direktorat
Standarisasi Produk Pangan BPOM.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004c. Cara iradiasi yang baik
untuk membasmi serangga pada biji-bijian serealia. Jakarta: Direktorat
Standarisasi Produk Pangan BPOM.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004d. Cara iradiasi yang baik
untuk mengendalikan serangga pada buah dan kacang tree nuts kering.
Jakarta: Direktorat Standarisasi Produk Pangan BPOM.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004e. Cara iradiasi yang baik
untuk membasmi serangga pada ikan kering dan ikan asin kering. Jakarta:
Direktorat Standarisasi Produk Pangan BPOM.
Bogasari. 2005. Industri Tepung Terigu di Indonesia [terhubung berkala]. http : //
www.bogasariflour.com [1 Juli 2005]
Brown JK. 1973. Radiation Biology. Radioisotope Course for Graduates,
Australian School of Nuclear Technology Luca Height.
[CAST] Council for Agricultural Science and Technology. 1989. Ionizing Energy
in Food Processing and Pest Control: II. Applications. Task Force Report
No. 115 June.
Causton DR. 1993. Matemateka Dasar Untuk Biologiwan. Penerjemah: Subanar.
Yogyakarta: UGM Press.
Chosdu R, Maha M. 1980. Pengaruh radiasi disinfestasi pada beberapa sifat fisik
dan kimia tepung terigu. Majalah BATAN XIII (1): 10-18.
Cleghorn DA, Nablo SV, Ferro DN, Hagstrum DW. 2002. Electron beam
treatment parameters for control of stored product insects. Rad Phys &
Chem 63:575-579.
Cotton RT, Wilbur DA. 1974. Insect. Storage of Cereal Grains and Their Product.
Christen S, editor. America Association of Cereal Chemist Inc. St Paul
Minnesota.
Daftar Pustaka
77
Danu S. 2004. Dasar-dasar aplikasi mesin berkas elektron. Disajikan pada
BATAN Accelerator School, Yogyakarta, 7-18 Juni 2004. Jakarta:
Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi.
Danu S. 2003a. The use and Potensial Application of Electron Accelerator in
Indonesia. Yoshii F, Kume T, editor. Proceedings of The FNCA
Workshop on Application of Electron Accelerator. JAERI - Conf 2002 013. Jan 28-Feb 1, 2002. Japan: JAERI, Takasaki: 26-35
Danu S. 2003b. The use of Low Energy Electron Accelerator for Processing of
Liquid Matter in Indonesia. Yoshii F, Kume T, editor. Proceedings of The
FNCA 2002 Workshop on Application of Electron Accelerator- Radiation
System for Liquid Samples. JAERI - Conf 2003 - 016. 16-20 Dec, 2002.
Japan: JAERI, Takasaki: 51-56
Danusupadmo CJS. 1981. Penggunaan dosis rendah sinar gamma untuk
memberantas Sitophilus zeamais motschulski dalam sorgum (Coleoptera,
Curculionidae). Jakarta: Majalah Batan No: 4(XIV): 14-26
Diehl JF. 2001. Achievements in Food Irradiation during the 20th Century.
Loaharanu P, Thomas P, editor. Irradiation for Food Safety and Quality.
Proceedings of FAO/IAEA/WHO International Conference on Ensuring
the Safety and Quality of Food through Radiation Processing. Lancaster,
Pennsylvania 17604 USA: Technomic Publishing Co, Inc.
Diehl JF. 1995. Safety of Irradiated Foods. Revised and Expanded. ke-2. New
York - Basel - Hong Kong: Marcel Dekker, Inc.
Diehl JF. 1990. Safety of Irradiated Foods. New York-Base-Hong Kong: Marcel
Dekker, Inc.
Don Park, Vestal TA. 2003. Electron beam 21st century food technology. Texas
USA: 1500 Research Pkwy, Suite A220, College Station.
Elias PS, Cohen AJ. 1983. Recent Advances in Food Irradiation. The Netherlands:
Elsevier Biomedical.
Farrar IV H. 2000. Twenty new ISO standards on dosimetry for radiation
processing. J. Rad. Phys & Chem. 57: 717-720.
Gochangco MU, San Juan EM, Lustre AO. 2004. Irradiation as Alternative
Treatment to Methyl Bromide for Disinfestation of Tribolium castaneum
in Stored Cacao. IAEA-TECDOC-1427. Viena: 111-126.
Granier R, Gambini DJ. 1990. Applied Radiation Biology and Protection.
England: Ellis Horwood limited.
Grist DH, Lever RJAW. 1969. Pest of Rice. London: Longmans and Co Ltd.
Daftar Pustaka
78
Gupta SC. 2001. Irradiation as an Alternative Treatment to Methyl Bromide for
Insect Control. Loaharanu P, Thomas P, editor. Irradiation for Food Safety
and Quality. Proceedings of FAO/IAEA/WHO International Conference
on Ensuring the Safety and Quality of Food through Radiation Processing.
Lancaster, Pennsylvania 17604 USA: Technomic Publishing Co, Inc.
Haines CP. 1991. Insects and Arachnids of Tropical Stored Products: Their
Biology and Identification (A Training Manual) second edition. United
Kingdom: The Natural Resources Institute (NRI).
Hariyadi P. 2004. Peran Dan Potensi Mesin Berkas Elektron (Electron Beam)
dalam Meningkatkan Keamanan Pangan. Seminar Pendayagunaan Hasil
Litbangyasa Iptek Nuklir V dan Bursa Teknologi. Jakarta: 12 Sep.
Hariyadi P. 2004. Prinsip-prinsip Pendugaan Masa Kadaluarsa dengan Metode
“Accelerated Shelf Life Test”. Dasar: Kinetika Reaksi Dalam Pengolahan
dan Penyimpanan Pangan. Modul III A. Pelatihan Pendugaan Waktu
Kadaluarsa (Shelf Life) Bahan dan Produk Pangan. Bogor: 1-2 Desember
2004. Dep. TPG Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB – PPEI Dep.
Perdagangan RI.
Hasibuan KM. 1988. Pemodelan Matematika Di Dalam Biologi Populasi:
Dinamika Populasi. Bogor: PAU - LSI IPB.
Haryadi Y, Suyatma NE. 1993. Kajian penggunaan insektisida nabati alami untuk
pengendalian hama pasca panen serealia. Bogor: Badan Litbang Pertanian,
Proyek Pembangunan Penelitian Nasional dan Lembaga Penelitian IPB.
Hayashi T, Imamura T, Todoriki S, Miyanoshita A, Nakakita. 2004. Soft- electron
Treatment as Phytosanitary Measure for Stored Product Pests. IAEATECDOC-1427. Viena: 67-73.
Hayashi T, Imamura T, Miyanoshita A, Todoriki S. 2003. Control of Insect Pests
with Electrons. Yoshii F, Kume T, editor. Proceedings of The FNCA 2002
Workshop on Application of Electron Accelerator- Radiation System for
Liquid Samples. JAERI - Conf 2003 - 016. 16-20 Dec, 2002. Japan:
JAERI. Takasaki: 98-110.
Hilmy N. 1995. Manfaat radiasi dalam industri, lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY BATAN.
Yogyakarta: 25-27 April.
Hoedaya MS, Hutabarat D, Sastradihardja SI, Soetrisno A. 1973. Radiation
effects on four species of insects in stored rice and the use of radiation
disinfestation in their control. Majalah Batan No: 1(VI): 36-49.
Daftar Pustaka
79
Hoedaya MS. 1971. Disinfestasi gandum (Triticumdurum L.) dari serangga hama
bubuk beras (Sitophilus oryzae L.) dengan radiasi sinar gamma. Majalah
Batan No: 2(IV): 16-24.
[IAEA] International Atomic Energy Agency. 2004. Irradiation as phytosanitary
treatment of food and agricultural commodities. Proceedings of a final
research coordination meeting. The joint FAO/IAEA Division of Nuclear
Techniques in Food and Agriculture 2002. IAEA-TECDOC-1427. Austria:
IAEA Vienna: Nop.
[IAEA] International Atomic Energy Agency. 2002. Dosimetry for Food
Irradiation. Technical Reports Series No. 409. Austria: IAEA Vienna.
[IAEA] International Atomic Energy Agency. 2002. Nineteenth Annual Meeting
of the International Consultative Group on Food Irradiation (ICGFI).
Summary Reports. 12-14 Nov. Austria: IAEA Vienna.
[IAEA] International Atomic Energy Agency. 1999. Facts about Food Irradiation.
A series of Facts sheets from the International Consultative Group on
Food Irradiation (ICGFI). Austria: IAEA Vienna.
Ignatowicz S. 2004. Irradiation as an Alternative to Methyl Bromide Fumigation
of Agricultural Commodities Infested with Quarantine Stored Product
Pests. IAEA-TECDOC-1427. Viena: 51-66.
Imamura T, Miyanoshita A, Todoriki S, Hayashi T. 2004. Usability of a softelectron (low-energy electron) machine for disinfestation of grains
contaminated with insect pests. Rad Phys & Chem. 71: 211-213.
Irawati Z. 2005a. Iradiasi pangan dengan mesin berkas elektron. Prosiding
Seminar Nasional VIII Kimia dalam Pembangunan. Yogjakarta: 26-27
April:72-77.
Irawati Z. 2005b. Teknologi dan Aplikasi : Iradiasi bahan pangan menggunakan
mesin berkas elektron dan iradiator gamma. Seminar Nasional Teknologi
dan Aplikasi Akselerator VIII. Yogjakarta: 21-22 Nop.
Irawati Z. 2002. Aspek legalitas makanan iradiasi dan perlakuan karantina.
Buletin BATAN XXII.
Kojima T, Sunaga H, Takizawa, Tachibana H. 1996. Study on dosimetry systems
for a few tens MEV/U ion beams. Procceding of the 7th International
Symposium on Advanced Nuclear energy Research. Recent Progess in
Accelerator Beam Application. JAERI-Conf 97-003. Japan: Takasaki
March 18-20.
Maha M. 1997. Iradiasi sebagai salah satu alternatif untuk perlakuan karantina.
Pross. Seminar Teknologi Pangan: 31.
Daftar Pustaka
80
McLaughlin WL, Boyd AW, Chadwick KH, Mcdonald JC, Miller A. 1989.
Dosimetry for Radiation Processing. London: Taylor & Francis Ltd.
Murray DR. 1990. Biology of Food Irradiation. England: Research Studies Press
Ltd.
[NHV] Nissin High Voltage Co. LTD. 1983. The Handbook of Electron Beam
Processing. Japan: Nissin High Voltage Co. LTD.
Nissen O. 1989. MSTAT-C A Microcomputer Program for the Design,
Management, and Analysis of Agronomic Research Experiments. Norway:
Michigan State University.
Noemi CO. 1987. Insect Pests of Stored Grain Products: A Review. AECL-9081.
Whiteshell Nuclear Research Establishment, Pinawa, Manitoba ROE ILO.
Canada: Atomic Energy of Canada Limited.
O’Donnell JH, Sangster DF. 1970. Principles of Radiation Chemistry. London:
Edward Arnold (Publishers) LTD.
Posner ES. 2000. Wheat. Di dalam Handbook of Cereal Science and Technology.
Revised and Expanded. Kulp K, Ponte JGJr, editor. New York - Basel:
Marcel Dekker, Inc.
Pranata RI. 1982. Pengendalian Hama Gudang. BIOTROP Tropical Pest Biology
Bogor. Bogor.
Prijono D. 2004. Pengujian insektisida berbahan aktif majemuk. Disampaikan
pada Pelatihan Pengujian Pestisida Berbahan Aktif Majemuk, 10-12
Agustus. Bogor: Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu, Dep. Hama
dan Penyakit Tumbuhan IPB.
Prijono D. 2003. Teknik ekstraksi, uji hayati, dan aplikasi senyawa bioaktif
tumbuhan. Panduan bagi pelaksana PHT Perkebunan Rakyat. Bogor:
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB.
[SII] Standar Industri Indonesia. 1975. Mutu dan cara uji terigu (0074-75. UDC:
664.641). Departemen Perindustrian Republik Indonesia.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2000. Tepung terigu sebagai bahan makanan
(01-3751-2000). Badan Standarisasi Nasional
Salimov RA, Cherepkov VG, Kuksanov NK, Kuznetzov SA. 2000. The use of
electron accelerators for radiation disinfestation of grain. Rad Phys and
Chem 57:625-627.
Soekarna D. 1989. Serangga-serangga gudang dan pengendaliannya. Proceding
Coaching Pengendalian Hama Gudang. Cisarua-Bogor: 15-21 November.
Daftar Pustaka
81
Soegiarto C. 1970. Beberapa mekanisme kerusakan karena radiasi pada serangga
tertentu. Jakarta: Majalah Batan No; 4 (III): 23-31
Sofyan R. 1994. Kerusakan pada DNA makanan iradiasi. Bul. Batan XV(2):
April: 38-42
Sofyan R. 1985. Suatu tinjauan efek kimia iradiasi pada komponen utama bahan
makanan. Majalah Batan XVIII (2): Oktober: 82-96
Sokoloff A. 1974. The Biology of Tribolium. Oxford at the Clarendon Press.
Spain JD. 1982. Basic Microcomputer Models in Biology. Canada: AddisonWesley Publishing Company.
Sudiro S. 1991. Kalibrasi beberapa dosimeter untuk dosis serap rendah dan
dosimeter alanin. Disajikan pada presentasi ilmiah Jabatan Peneliti Muda
di PAIR BATAN. Jakarta.
Sudradjat A. Sutjipto Sudiro, Mirzan T. Razzak.. 1998. Pembuatan dosimeter
alanin batang dan aplikasinya sebagai dosimeter transfer. Prosiding
Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY BATAN. Yogyakarta: 26-27 Mei:
445.
Suhartono. 2004. Pelatihan pekerja akselerator. Praktikum Pengoperasian Mesin
Berkas Elektron Tipe BA 350 keV / 10 mA. Puslitbang Teknologi Maju
Batan.
Sunaga H. 1994. Dosimetry study for electron beam irradiation in radiation
processing. Risalah Pertemuan Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Pusat
Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN. Jakarta: 13-15 Des: 115-119.
Sundardi FL. 1976. Dosimeter gamma film selulosa tri asetat. Majalah BATAN
IX-2: 2-12
Sutrino S. 2004. Status dan pengembangan teknik nuklir untuk pengendalian
hama di Indonesia. Bul. BATAN XXV-1: 45-61
Syarief R, Halid H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta: Arcan.
Tanaka R, Yotsumoto K, Misuhashi, Tamura H. 1977. Manual on CTA film
dosimeter. JAERI – memo 6948. Japan: JAERI
Tanhindarto RP, Kicky LTK, Armanu. 1997. Pengukuran dosimeter perspeks
merah dengan alat ukur Chromameter. Pross. Presentasi. Ilm Kes. Rad &
Lingk.V. PSPKR BATAN. Jakarta: 26-27 Agust.: 32
Daftar Pustaka
82
Tanhindarto RP, Irawati Z. 2002. Pemanfaatan teknologi radiasi dalam
pengawetan makanan. Stadium General Fisika IPB dengan tema
Commercial Irradiation in Food Processing. Bogor: 18 Mei 2002.
Tanhindarto RP. 2003. Aplikasi proses radiasi dalam bidang pengawetan
makanan. Seminar dengan Tema Aplikasi Biofisika Radiasi untuk
Masyarakat. Jur. GFM/Biologi FMIPA IPB. Bogor: 20 Sep.
Tanhindarto RP, Sudradjat A. 2004. Aspek dosimetri makanan olahan tradisional
pada fasilitas IRPASENA. Risalah Seminar Ilm. Penel. & Pengem. Apl.
Isop. & Rad Puslitbang TIR BATAN. Jakarta: 17-18 Feb.: 265-272.
Tanhindarto RP, Irawati Z. 2004. Status litbang pengawetan makanan
menggunakan radiasi pengion. Seminar Pendayagunaan Hasil Litbangyasa
Iptek Nuklir V dan Bursa Teknologi. Jakarta: 12 Sep.
Tanhindarto RP. 2005. Teknik iradiasi tepung terigu dengan menggunakan MBE
(350 keV,10 mA). Yogjakarta: Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi
Akselerator VIII. 21-22 Nop.
Tanhindarto RP. 2006. Aplikasi iradiasi mesin berkas elektron untuk disinfestasi
serangga Tribolium castaneum (Herbst) pada tepung terigu. Yogyakarta:
Seminar Nasional PATPI. 2-3 Agustus.
[WHO] World Health Organization. 1988. Food Irradiation: A technique for
preserving and improving the safety of food. Penerjemah: Hermana. 1991.
Iradiasi Pangan. Cara mengawetakan dan meningkatkan keamanan
pangan. Bandung: ITB Press.
Urbain WM. 1986. Food Irradiation. Florida: Academic Press. Inc.
LAMPIRAN
Lampiran
84
Lampiran 1. Alat Ukur Parameter Penelitian Utama
Kuvet ESR
Electron spin resonance (ESR) JEOL model JES–RE1X merk Shimadzu
dan kuvet tabung ESR.
CTA Reader merk Spectronic dan Dosimeter CTA film
Lampiran
85
Iradiator Gamma Chamber 4000 A buatan Bhabha Atomic Research Centre India.
Fasilitas Iradiator Panorama Serbaguna (IRPASENA)
Lampiran
86
Proses Radiasi sampel dengan mesin berkas elektron (MBE). 350 keV / 10 mA
PERSIAPAN IRADIASI SAMPEL DENGAN MESIN BERKAS ELEKTRON
PERSIAPAN IRADIASI
SAAT IRADIASI
RUANG KENDALI MBE
POSISI SAMPEL SEBELUM
IRADDIASI
SELESAI IRADIASI
Lampiran
Lampiran 2. Data hasil pengukuran dosimeter larutan Fricke pada λ = 305 nm
Waktu
(menit)
Kontrol
A0 (rata-rata)
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Absorbansi (A)
0,003
0,004
0,0035
0,406
0,404
0,403
0,476
0,479
0,549
0,547
0,553
0,631
0,633
0,633
0,710
0,701
0,707
0,783
0,784
0,780
A-A0
A-A0
-
-
Dosis serap
(kGy)
-
0,4025
0,4005
0,3995
0,4725
0,4755
0,5455
0,5435
0,5495
0,6275
0,6295
0,6295
0,7065
0,6975
0,7035
0,7795
0,7805
0,7765
0,40083
114,226
0,47400
135,078
0,54617
155,644
0,62883
179,200
0,70250
200,194
0,77883
221,946
87
Lampiran
Lampiran 3. Data hasil pengukuran dosimeter alanin diiradiasi
dengan sinar gamma pada daerah dosis serap 1-8 kGy.
No.
Dosis serap
(kGy)
Amplitudo spektrum
ESR
1
1
14,9609
2
2
29,1329
3
3
43,3049
4
4
57,4769
5
5
71,6489
6
6
85,8209
7
7
99,9929
8
8
114,1649
88
Lampiran
89
Lampiran 4. Data hasil pengukuran CTA film diiradiasi dengan MBE yang diukur
menggunakan alat ukur CTA reader
Dosimeter n°
Absorbance
Unirradiated a
0.116
Unirradiated b
0.120
Response
(cm-1)
Dose(kGy)
Unirradiated c
0.119
Unirradiated d
0.121
P03/0196 01a
0.170
4.08
P03/0196 01b
0.167
3.84
5.02
P03/0196 01c
0.157
3.04
5.02
P03/0196 01d
0.175
4.48
5.02
P03/0196 02a
0.193
5.92
10.2
P03/0196 02b
0.194
6
10.2
10.2
5.02
P03/0196 02c
0.193
5.92
P03/0196 02d
0.194
6
10.2
P03/0196 03a
0.268
11.92
20.6
P03/0196 03b
0.263
11.52
20.6
P03/0196 03c
0.268
11.92
20.6
P03/0196 03d
0.267
11.84
20.6
P03/0196 04a
0.326
16.56
30.4
P03/0196 04b
0.330
16.88
30.4
P03/0196 04c
0.332
17.04
30.4
P03/0196 04d
0.331
16.96
30.4
P03/0196 05a
0.410
23.28
40.8
P03/0196 05b
0.423
24.32
40.8
P03/0196 05c
0.421
24.16
40.8
P03/0196 05d
0.413
23.52
40.8
P03/0196 06a
0.508
31.12
50.3
P03/0196 06b
0.510
31.28
50.3
P03/0196 06c
0.503
30.72
50.3
P03/0196 06d
0.505
30.88
50.3
P03/0196 07a
0.581
36.96
60.7
P03/0196 07b
0.584
37.2
60.7
P03/0196 07c
0.559
35.2
60.7
P03/0196 07d
0.572
36.24
60.7
P03/0196 08a
0.742
49.84
80.5
P03/0196 08b
0.751
50.56
80.5
P03/0196 08c
0.765
51.68
80.5
P03/0196 08d
0.754
50.8
80.5
P03/0196 09a
0.987
69.44
100.5
P03/0196 09b
0.984
69.2
100.5
P03/0196 09c
0.963
67.52
100.5
P03/0196 09d
0.958
67.12
100.5
Mean BGD
Thickness (cm)
0.119
0.0125
Lampiran
Lampiran 5. Data hasil pengukuran dosimeter alanin diiradiasi dengan
berkas elektron pada daerah dosis serap 0-5 kGy.
No.
Dosis serap
(kGy)
Amplitudo spektrum
ESR
1
0
4,4 ± 0,20
2
1
74,7 ± 1,50
3
2
134,1 ± 0,10
4
3
209,5 ± 0,50
5
4
284,4 ± 1,00
6
5
360,1 ± 0,50
90
Lampiran
Lampiran 6. Perubahan warna dosimeter penanda yang diiradiasi dengan
MBE pada arus berkas (100 – 500) µA.
91
Lampiran
Lampiran 7. Hasil pengukuran keseragaman dosis relatif sepanjang jendela
pemayar 120 cm.
No. Posisi Dosis relatif
(cm)
(%)
1
0
33,5
2
10
62,5
3
20
81,5
4
30
89,0
5
40
94,5
6
50
95,0
7
60
96,5
8
70
100,0
9
80
97,0
10
90
94,5
11
100
85,0
12
110
71,5
13
120
48,5
92
Lampiran
93
Lampiran 8. Hasil pengukuran amplitudo spektrum ESR dosimeter alanin
diiradiasi dengan MBE
Sampel : ALANIN
Pass
Letak Posisi di
ketebalan
Berat sampel
Peak ESR
Rerata peak ESR
± Std. Dev.
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
Kontrol
Tidak ada signal
1 pass
1000
800
600
400
200
µm
µm
µm
µm
µm
0,0533
0,0517
0,0539
0,0543
0,0526
294,4
268,8
264,4
290,8
219,6
267,60 ± 29,88
2 pass
1000
800
600
400
200
µm
µm
µm
µm
µm
0,0528
0,0538
0,0537
0,0530
0,0539
495,8
416,8
455,4
449,2
417,8
447,00 ± 32,49
3 pass
1000
800
600
400
200
µm
µm
µm
µm
µm
0,0537
0,0538
0,0538
0,0523
0,0545
527,2
421,8
469,4
469,2
768,4
531,20 ± 137,76
Lampiran
94
Lampiran 9. Hasil pengukuran amplitudo spektrum ESR tepung terigu diiradiasi
dengan MBE
Sampel : TEPUNG TERIGU
Pass
(1)
Rerata peak ESR ±
Std. Dev.
Letak Posisi di
ketebalan
Berat
sampel
Peak
ESR
(2)
(3)
(4)
(5)
0,0646
16,4
16,40 ± 1,90
Kontrol
1 pass
1000 µm
800 µm
600 µm
400 µm
200 µm
0,0535
0,0583
0,0578
0,0507
0,0588
22,4
21,0
22,6
26,4
17,6
22,00 ± 3,17
2 pass
1000 µm
800 µm
600 µm
400 µm
200 µm
0,0541
0,0571
0,0585
0,0583
0,0594
22,8
22,2
26,0
29,6
19,2
23,96 ± 3,97
3 pass
1000 µm
800 µm
600 µm
400 µm
200 µm
0,0544
0,0507
0,0586
0,0566
0,0507
28,0
32,2
34,6
34,4
26,4
31,12 ± 3,74
Lampiran
Lampiran 10. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis
(0,1- 0,5) kGy dan kontrol.
Waktu siklus radiasi (hari)
Dosis
(kGy)
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
36.6
36.6
36.6
36.6
36.6
36.6
0,1
40
40
40
40
40
40
40
40
37.4
37.4
35.4
34
28.6
24
20.6
15.4
12
12
9.4
8
8
0,2
40
40
40
36.6
35.4
34.6
34.6
34.6
34.6
34
32
28
22.6
16.6
16.6
11.4
9.4
9.4
4
4
4
0,3
40
40
40
40
39.4
38.6
38.6
38.6
38
38
36.6
33.4
30.6
22.6
17.4
10
8
8
4
4
4
0,4
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
35.4
30.6
27.4
22
12.6
7.4
7.4
4
4
4
0,5
40
40
40
39.4
39.4
39.4
38.6
38
38
38.6
38
36.6
33.4
26
20
12
8
8
7.4
4
4
Waktu siklus radiasi (hari)
Dosis
(kGy)
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
0
36.6
37
36.6
36.6
36.6
36.6
36.6
36.6
37.4
37.4
37.4
38
38
38
38
0,1
5.4
4
3.4
3.4
3.4
3.4
3.4
3.4
3
3
3
2
2
2
0
0,2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
0,3
0
0,4
0
0,5
0
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
95
Lampiran
96
Lampiran 10 Pertumbuhan populasi serangga larva T. castaneum yang diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis
(0,1- 0,5) kGy dan kontrol.
Waktu siklus radiasi (hari)
Dosis
(kGy)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
0
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
39
33
23
19
17
7.4
7.4
6.6
6
6
4.6
4
6
4
3.2
2
2
2
0
0,1
40
40
36
35
34
31
28
28
27
24
24
23
23
23
21
17
11
11
11
10
10
10
6.6
6.6
4.6
3.4
2.6
2
0
0,2
40
40
40
37
37
37
37
34
33
30
30
29
28
27
26
23
14
6.6
6.6
6.6
4.6
4.6
3.4
0
39
38
34
32
31
29
27
27
26
25
23
23
23
21
12
6
6
5.4
3.4
3.4
3.4
0
37
37
35
30
30
29
28
27
24
23
23
22
22
21
13
5.4
5.4
3.4
0
35
35
31
27
27
27
26
25
24
23
17
17
17
17
16
7.4
7.4
3.4
0
0,3
0,4
0,5
40
40
Lampiran
Lampiran 10. Pertumbuhan populasi serangga pupa T. castaneum yang diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis
(0,1- 0,5) kGy dan kontrol.
Dosis
(kGy)
Waktu siklus radiasi (hari)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
37
37
37
37
37
37
0,1
40
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
29
29
29
27
19
19
19
19
11
4
0,2
40
31
31
29
29
29
29
29
29
29
29
25
25
25
23
16
16
16
16
16
16
0,3
40
39
39
39
37
37
37
37
34
34
34
33
33
25
22
12
12
12
12
12
0.6
0,4
40
39
39
39
39
39
39
39
37
37
37
26
26
22
21
12
12
12
12
12
0.6
0,5
40
37
37
37
37
37
37
32
32
25
19
19
14
8
6
0
Dosis
(kGy)
0
Waktu siklus radiasi (hari)
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
37
37
37
37
37
37
37
37
37
38
38
38
38
0
4
4
4
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
0,1
4
4
0,2
0.6
0
0,3
0.6
0
0,4
0.6
0
37
38
39
40
2.6
2.6
2.6
2.6
0,5
Dosis
(kGy)
Waktu (hari)
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2
2
2
2
0
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
97
Lampiran
Lampiran 10. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang
diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis (1-5) kGy.
Waktu siklus radiasi (hari)
Dosis
(kGy)
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
40
40
40
40
40
40
40
5.4
0
0
40
40
0
40
40
40
40
40
3
34.6
2
14.6
0
14.6
14.6
8
2
0
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
Lampiran 10. Pertumbuhan populasi serangga larva T. castaneum yang
diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis (1-5) kGy.
Dosis
(kGy)
1
2
3
4
5
Waktu siklus radiasi (hari)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
40
40
40
40
40
40
39
0
0
0
40
37
34
18
29
11
19
8
16
4.6
6
4
5.4
4
4.6
4
3.4
4
2.6
3.4
1.4
2.6
0.6
2
0
0
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
98
Lampiran
Lampiran 10. Pertumbuhan populasi serangga pupa T .castaneum yang
diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis (1-5) kGy.
Waktu siklus radiasi (hari)
Dosis
(kGy)
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
40
40
40
40
40
37
36.8
35.4
0
0
27.4
34.4
35.4
20
31
0
16
0
14
5.2
4.4
4.4
0
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
99
Lampiran
100
Lampiran 11. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi satu sisi permukaan dengan MBE pada arus
berkas 100-500 µA tanpa tepung terigu.
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
40
37.7
37.7
36.7
36.7
36.7
31.7
31.7
31.7
31.7
31.7
27.7
27.7
23.7
23.7
21.7
21.7
17.3
17.3
17.3
17.3
15.7
15.7
13.7
200
40
36.3
36.3
33.7
33.7
33.7
24.7
24.7
21.7
21.7
12.0
7.3
7.3
2.3
2.3
2.0
2.0
1.0
1.0
1.0
1.0
0.3
0.3
0.0
300
40
4.7
4.7
4.7
4.7
4.7
2.0
2.0
0.3
0.3
0.0
400
40
7.7
7.7
1.0
1.0
1.0
0.0
500
40
0.7
0.7
0.3
0.3
0.3
0.0
100
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
100
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
13.7
13.7
13.7
13.7
13.7
13.7
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
12.0
10.7
200
300
400
500
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
Lampiran
101
Lampiran 11. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi satu sisi permukaan dengan MBE arus
berkas 100-500 µA pada ketebalan tepung terigu 800 µm.
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
40
36.0
36.0
36.0
36.0
36.0
31.3
31.3
31.3
31.3
30.7
29.0
29.0
26.7
26.7
25.3
25.3
22.3
22.3
22.3
22.3
21.7
21.7
20.7
200
40
36.0
36.0
36.0
36.0
36.0
24.0
24.0
20.7
20.7
17.0
12.0
12.0
10.0
10.0
8.7
8.7
7.3
7.3
7.3
7.3
5.3
5.3
5.3
300
40
14.0
14.0
11.0
11.0
11.0
9.7
9.7
9.7
9.7
6.3
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.3
5.3
4.3
400
40
11.3
11.3
11.3
11.3
11.3
10.0
10.0
8.3
8.3
7.0
6.3
6.3
5.7
5.7
5.7
5.7
5.0
5.0
5.0
5.0
4.7
4.7
4.0
500
40
7.7
7.7
5.0
5.0
5.0
4.0
4.0
4.0
4.0
2.7
2.3
2.3
2.3
2.3
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
100
20.7
20.7
20.7
20.7
20.7
20.7
19.0
19.0
19.0
19.0
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
16.7
200
5.3
5.3
5.3
5.3
5.3
5.3
5.0
5.0
5.0
5.0
4.7
4.7
4.7
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
3.7
300
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
4.0
4.0
4.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
2.7
400
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
3.0
2.7
500
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.0
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
Lampiran
102
Lampiran 11. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi satu sisi permukaan dengan MBE arus
berkas 100-500 µA pada ketebalan tepung terigu 1600 µm.
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
100
40
39.3
39.3
38.3
38.3
38.3
37.7
37.7
36.7
36.7
36.7
35.7
35.7
35.0
35.0
33.7
33.7
33.0
33.0
33.0
33.0
30.7
30.7
30.3
200
40
35.0
35.0
33.0
33.0
33.0
31.7
31.7
29.3
29.3
26.7
25.3
25.3
21.0
21.0
20.7
20.7
18.0
18.0
18.0
18.0
15.3
15.3
15.0
300
40
17.0
17.0
16.3
16.3
16.3
15.7
15.7
14.0
14.0
12.7
11.0
11.0
10.3
10.3
10.3
10.3
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
400
40
13.3
13.3
13.3
13.3
13.3
12.7
12.7
11.0
11.0
10.3
9.3
9.3
9.3
9.3
7.7
7.7
7.7
7.7
7.7
7.7
6.7
6.7
6.3
500
40
11
11
11
11
11
7.3
7.3
7
7
6.7
6.3
6.3
6
6
6
6
6
6
6
6
5.3
5.3
5.3
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
100
30.3
30.3
30.3
30.3
30.3
30.3
30.3
29.3
29.3
29.3
27.3
27.3
27.3
27.3
27.3
27.3
27.3
27.3
27.3
27.3
27.3
27.3
25.7
200
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
13.7
13.7
13.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
10.0
300
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
8.3
8.3
8.3
6.3
6.3
6.3
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
4.7
400
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.7
5.0
500
5.3
5.3
5.3
5.3
5.3
5.3
5.3
4.7
4.7
4.7
4.3
4.3
4.3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
Lampiran
103
Lampiran 12. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi dua sisi permukaan yang berlawanan dengan
MBE pada arus berkas 100-500 µA tanpa tepung terigu.
Arus
berkas
( µA )
100
Waktu siklus radiasi (hari)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
40
33.0
33.0
33.0
33.0
33.0
17.0
17.0
13.7
13.7
5.0
3.0
3.0
2.0
2.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
0.7
0.0
3.7
0.7
0.7
0.7
0.3
0.3
0.0
200
40
3.7
300
40
0.0
400
40
0.0
500
40
0.0
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
Lampiran
104
Lampiran 12. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi dua sisi permukaan yang berlawanan dengan
MBE arus berkas 100-500 µA pada ketebalan tepung terigu 800 µm.
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
100
40.0
34.7
34.7
34.7
34.7
34.7
27.0
27.0
23.3
23.3
19.7
18.0
18.0
12.3
12.3
11.3
11.3
9.0
9.0
9.0
9.0
8.0
8.0
8.0
200
40.0
19.7
19.7
18.7
18.7
18.7
7.7
7.7
4.7
4.7
4.7
1.0
1.0
1.0
1.0
0.7
0.7
0.0
300
40.0
4.3
4.3
3.0
3.0
3.0
1.7
1.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.0
0.7
0.3
0.3
0.0
400
40.0
1.3
1.3
1.0
1.0
1.0
0.7
500
40.0
1.3
1.3
0.7
0.7
0.7
0.0
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
100
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
8.0
8.0
8.0
8.0
8.0
8.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
6.0
5.3
200
300
400
500
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
Lampiran
105
Lampiran 12. Pertumbuhan populasi serangga dewasa T. castaneum yang diiradiasi dua sisi permukaan yang berlawanan dengan
MBE arus berkas 100-500 µA pada ketebalan tepung terigu 1600 µm.
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
100
40.0
36.7
36.7
36.7
36.7
36.7
36.3
36.3
31.3
31.3
30.3
27.0
27.0
23.7
23.7
22.0
22.0
20.3
20.3
20.3
20.3
19.3
19.3
18.7
200
40.0
32.3
32.3
28.0
28.0
28.0
21.0
21.0
14.0
14.0
10.7
7.3
7.3
5.3
5.3
5.0
5.0
4.3
4.3
4.3
4.3
4.0
4.0
4.0
300
40.0
14.0
14.0
14.0
14.0
14.0
11.7
11.7
9.0
9.0
7.0
5.7
5.7
4.7
4.7
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
3.3
400
40.0
7.3
7.3
7.3
7.3
7.3
7.3
7.3
6.3
6.3
5.7
5.0
5.0
4.3
4.3
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
3.0
3.0
3
500
40.0
7.3
7.3
5.7
5.7
5.7
2.0
2.0
1.7
1.7
1.7
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
Waktu siklus radiasi (hari)
Arus berkas
( µA )
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
100
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
18.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
17.7
12.3
200
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.3
300
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3
3
3
3
2.7
2.7
2.7
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
400
3
3
3
3
3
3
2.0
2.0
2.0
2.0
1.3
1.3
1.3
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
500
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
Keterangan : Data rata-rata dari 3 ulangan
Download