REPUBLIK KELIMA a. Kelahiran Republik Kelima Pada tahun 1958 (tepatnya 13 Mei 1958) terjadi krisis, yang disebabkan oleh 4 hal: 1. Pemerintah Prancis dan militer menginginkan untuk mengakhiri peperangan di Aljazair dengan membuat perjanjian di dalam negeri Prancis, sedangkan para politisi menghendaki dengan memberikan kebebasan demokrasi dengan meninggalkan segera negara itu. Militer, khususnya Pasukan Khusus melakukan pemberontakan kepada pemerintahan Prancis (Desersi) dengan menggunakan parasut menguasai Pulau Korsika. Korsika dikuasai oleh para pembelot tanggal 24 Mei 1958. 2. Jendral de Gaulle memanfaatkan ancaman keselamatan negara ini dengan menyusun kekuatan dengan jalan konstitusional. Untuk memaksa anggota députés, de Gaulle membiarkan pemberontakan militer ini menjadi besar. Dengan memanfaatkan berbagai media (pernyataan dan konferensi pers), de Gaulle muncul sebagai pemimpin baru. 3. Anggota député dan anggota partai memusuhi de Gaulle, tetapi berhubung mereka tidak mampu mengontrol keadaan, de Gaulle muncul sebagai sosok yang bersih. 4. Pendapat umum tidak menghendaki militer berkuasai, tetapi juga tidak ingin mempertahankan Republik Keempat. Pada tanggal 28 Mei 1958 terjadi demonstrasi yang mendukung de Gaulle untuk menyelamatkan negara. Tanggal 1 Juni 1958 Assemblée Nationale mengangkat Charles de Gaulle sebagai Président du Conseil setelah menang dalam pemerolehan suara (309 melawan 224) melawan Mendes France dan Mitterand. Tanggal 2 Juni 1958 Assemblée menyetujui berdirinya sistem pemerintahan yang baru dengan menyiapkan konstitusi baru yang harus disyahkan melalui referendum. Selanjutnya de Gaulle mengusulkan Konstitusi baru tanggal 4 September 1958, dan konstitusi baru digunakan setelah hasil referendum tanggal 28 September menyetujui konstitusi itu (79.25% menyatakan setuju). Perbedaan antara sistem pemerintahan Republik Keempat dan Republik Kelima adalah pada menguatnya kekuasaan eksekutif: Président de la République dipilih oleh sekumpulan pemilih. Presiden mengangkat Perdana Menteri. Ia juga dapat membubarkan Chambres des députés dan dapat memanfaatkan pasal 16 UUD yang memberikan kekuasaan penuh kepada PDR. Pemerintah terlindungi dari keresahan anggota député yang sessinya pertemuan dengan legislatif diatur secara ketat. CIRI-CIRI PEMERINTAHAN REPUBLIK KELIMA Republik Kelima adalah republik yang satu dan utuh (indivisible ‘tidak dapat dipisah-pisahkan’), laik, demokratis dan sosial. Republik yang satu dan utuh: Dikatakan bahwa la République est une et indivisible. Republik yang laik (sekuler) artinya tidak ada campur tangan pihak gereja terhadap pemerintah. Atau dapat dikatakan bahwa pemerintah tidak memerlukan dukungan dari Gereja Katolik. Demokratis: Republik adalah pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat dan dari rakyat, dengan semboyan Liberté, Egalité, dan Fraternité, dengan himne nasional: La Marseillaise, dan emblem nasional: bendera tiga warna: biru, putih, dan merah. Sosial: Republik bersifat sosial dalam arti memacu kelompok masyarakat untuk menaikkan tingkat kehidupannya dengan jalan menaikkan gaji buruh, menolong mereka yang mencari pekerjaan, orang cacat, dan orang tua; serta berbuat adil bagi sesama warga negara, Selama pemerintahan Republik Kelima, telah dilakukan beberapa kali referendum. Referendum adalah meminta pendapat rakyat secara langsung atas suatu permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara. Referendum yang telah dilakukan antara lain: Januari 1961 otonomi wilayah Aljazair. Kesepakatan Evian (accords dÉvian) April 1962; Oktober 1962 tentang pemilihan presiden Prancis secara langsung April 1969 tentang pembentukan Region dan restrukturisasi Senat April 1962 masuknya Inggris di dalam Pasar Eropa. Perencanaan penggunaan mata uang tunggal Eropa PANDANGAN POLITIK DAN EKONOMI REPUBLIK KELIMA DI BAWAH DE GAULLE Dalam menjalankan pemerintahannya, Jenderal de Gaulle menerapkan gagasannya yang tidak dapat dilaksanakannya setelah usainya Perang Dunia II. Gagasan-gagasan utamanya antara lain: 1. Melaksanakan pemilihan presiden secara langsung. Sistem pemilihan presiden semacam ini dilaksanakan setelah dilakukan referendum tahun 1962. Jendral de Gaulle dipilih oleh semua warga negara Prancis yang memerintah dari tahun 1959 hingga 1969 (menjabat dua kali). Penggantinya adalah M. George Pompidou. 2. Politik Dekolonisasi dan politik luar negeri. Politik dekolonisasi dijalankan, khususnya masalah Aljazair dan Afrika Utara (Afrique Noire). Politik luar negerinya: membuat Prancis sebagai negara adi daya. Oleh karena itu Prancis memutuskan untuk membuat bom atom untuk menjamin keamanan negara Prancis. Prancis tetap menjadi negara sekutu Amerika, tetapi Prancis ingin menunjukkan bahwa negara ini bukanlah boneka Amerika. Oleh karena itu, untuk tidak memihak antara dua negara adidaya blok Barat dan Blok Timur, Prancis dan negara-negara Eropa lainnya membentuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO=Ing /OTAN=Prc). Selain itu juga politik luar negeri Prancis adalah mendesak dibentuknya unifikasi ekonomi negara-negara Eropa. Dari sini lahirlah Uni Eropa. Inggris saat ini bergabung dengan Uni Eropa, tetapi tidak menenggunakan Euro sebagai mata uangnya. 3. Transformasi Ekonomi dan Problema Aktual Prancis. Perencanaan ekonomi, kondisi moneter yang stabil dan ekspansi perdagangan ke luar negeri yang cepat adalah rencana perekonomian Prancis dalam Republik Kelima ini. Prancis merekomendasikan untuk menggunakan energi nuklir, melakukan penelitian di ruang angkasa, bekerja sama dengan negara-negara lain untuk menciptakan produk unggulan seperti kapal terbang, yang akhirnya mebentuk suatu Société de Consomation. 4. Modernisasi membawa dampak negatif bagi petani yang kehidupannya sukar karena tidak mampu menjual hasil pertaniannya dengan harga yang pantas, pedagang kecil yang tergusur dengan hadirnya grande surface dan super marché, Jumlah buruh yang berkurang akibat otomatisasi. Modernisasi perekonomian Prancis membuat negara Prancis menjadi negara industri yang besar bersama 6 negara industri terbesar lainnya seperti Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Amerika Serikat, dan Kanada. Dalam perjalanan pemerintahan Charles de Gaulle, Prancis memiliki 2.4 juta perusahaan yang mempekerjakan 6 juta orang yang bergerak dalam bidang industri dan lebih dari 14.4 juta bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa. Beberapa perusahaan Prancis masuk dalam 50 perusahaan tersesar di dunia. Namun demikian, beberapa industri tradisional mengalami kehancuran, antara lain: pabrik bijih besi mengalami krisis dengan 62.000 buruhnya. Juga pabrik tekstil yang mempekerjakan 200.000 buruh. Demikian pula perusahaan konstruksi mengalami krisis dengan 1.221.000 pekerjanya.