BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap saat di hadapan kita terpampang aneka merek yang menyampaikan pesan berupa bujukan untuk mengkonsumsi dan memakai suatu produk. Kita menyadari bahwa pada dasarnya kita merupakan sasaran terpaan komunikasi pemasaran. Ada banyak tempat yang dijadikan sebagai lokasi strategis penyampai pesan iklan, seperti jalan, pasar swalayan, tempat kerja, dan tempat-tempat lainnya. Pesan-pesan aneka merek tersebut dapat ditemui dalam berbagai bentuk, ukuran dan model yang menarik, juga melalui berbagai media lain baik elektronik maupun cetak. Keberadaan merek-merek ini tentu saja tidak terlepas dari kampanye komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen. Merek diperkenalkan melalui metode pemasaran yang biasa dilakukan melalui kegiatan periklanan. Melalui kegiatan ini khalayak memperoleh informasi tentang produknya sebelum mengkonsumsi atau menggunakannya. Berangkat dari persoalan ini, maka sangat diperlukan suatu langkah pengelolaan merek yang diintegrasikan juga dalam manajemen perusahaan. Pengakuan bahwa merek adalah aktiva atau ekuitas perusahaan adalah dasar bagi perlakuan terhadap merek selanjutnya sekaligus penghormatan bagi kelangsungan kehidupan perusahaan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa merek merupakan identitas khas bagi produk. Merek juga mencerminkan apa yang ada pada suatu produk. Ekuitas merek sendiri “diterjemahkan” oleh banyak Universitas Sumatera Utara kalangan pemasar sebagai suatu relatifitas nilai atas merek yang dipersepsikan oleh konsumen dan rantai penjualan (distribusi hingga ke konsumen). Relatifitas nilai itu sendiri dikaitkan terhadap persaingan pasar untuk jangka waktu yang tertentu. Artinya, suatu merek bisa ekuitasnya naik atau menurun pada suatu masa, tergantung dari apa yang dilakukan pemilik merek terhadap mereknya selama kurun waktu itu. Pada saat ini, ekuitas merek juga sedang marak dalam bisnis produksi handphone. Handphone saat ini bukan menjadi kebutuhan mewah lagi, namun sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang. Dari masa ke masa bukan hanya fasilitas yang ditawarkan semakin lengkap, namun dari segi harga juga tidak semahal dulu, banyak pilihan untuk memiliki sebuah handphone yang sesuai dengan keinginan. Mulai dari yang hanya berfungsi untuk sms dan telepon saja, hingga akses internet (browsing) lewat handphone sekarang juga bisa. Berbagai fasilitas yang ditawarkan dalam handphone sekarang hampir mirip dengan komputer berjalan (mini komputer) atau bahkan mungkin dapat dikatakan memang sama persis fungsinya dengan komputer hanya bentuk dan dari segi harga yang berbeda, bisa jadi handphone yang memiliki fasilitas terlengkap sekarang harganya justu lebih mahal dari pada sebuah komputer. Produk BlackBerry atau BB yang diproduksi oleh RIM (Research in Motion) setahun terakhir ini, memang menjadi handphone cerdas yang paling diminati pengguna handphone di tanah air. Tidak heran jika angka pertumbuhannya di Indonesia dalam setahun bisa mencapai mendekati 500%, saat ini pengguna BB di Tanah Air sudah mencapai sekitar 400 ribuan. Bahkan BB tidak cuma menjadi Universitas Sumatera Utara gadget yang paling tinggi pertumbuhan penjualannya, tetapi juga menjadi berita yang paling diminati pembaca media maupun portal media. BlackBerry, memang bukan handphone pintar biasa. Sesuai positioning-nya, “Always on, always connected”, RIM sengaja mengemas handphone ini dengan servis data BB, yang dikembangkan dan dikelola dalam server RIM. Untuk melayani servis BB ini RIM mempunyai 2 jenis layanan: BES/BB Entreprise Service dan BIS/BB Internet Service, dimana sampai saat ini layanan BES masih mendominasi sekitar 80% layanan RIM (id.BlackBerry.com). BES/BB Entreprise Service merupakan perangkat genggam BlackBerry yang terintegrasi pada sistem e-mail yang terorganisasi melalui paket perangkat lunak. BES dapat digunakan oleh jaringan e-mail yang berbasis Microsoft Exchange, Lotus Domino, dan Novell Group Wise. Khusus pada pengguna individu, mereka dapat menggunakan layanan e-mail nirkabel yang disediakan oleh provider tanpa harus menginstalasi BES. Para pengguna individu dapat menggunakan BlackBerry Internet Solution tanpa harus menginstalasi BES di smartphone mereka. BES memang ditujukan bagi pelanggan korporasi dengan cakupan usaha yang besar. Perangkat lunak ini mengintegrasikan seluruh smartphone BlackBerry pada suatu organisasi dengan sistem perusahaan yang telah ada. Keuntungan yang diperoleh adalah memperluas komunikasi nirkabel dan data perusahaan kepada pengguna aktif dengan cara yang aman. BIS/BB Internet Service Merupakan perangkat lunak yang diperuntukkan bagi pengguna pribadi ini memungkinkan Anda untuk mengintegrasikan smartphone dengan 10 akun e-mail yang berbasis Post Office Protocol (POP3) dan Internet Message Access Protocol (IMAP), menerima dan mengirim pesan Universitas Sumatera Utara instan, serta berselancar di internet. Dengan BIS, kita juga dapat membuka tambahan data (attachment) dalam bentuk excel, word, powerpoint, pdf, zip, jpg, gif dengan tingkat kompresi data yang tinggi. Pada tahun fiskal 2009, RIM telah menjual sekitar 25 juta BB ke 160 negara di dunia. Dan itu menghasilkan sekitar USD 11 miliar, dimana 96,5% diperoleh dari penjualan melalui operator. Karena keunikan produk, dan sasaran pasarnya yang mengarah ke dalam bentuk usaha, maka sejak awal RIM menggunakan jalur operator telekomunikasi dan distributor yang ditunjuk sebagai mitra distribusi. Saat ini ada lebih dari 475 operator dan distributor yang menjadi kanal penjualan BB di dunia. Pola ini cukup berhasil dikembangkan di AS maupun Eropa. Pertumbuhan pasar di Indonesia memang berbeda dengan negara-negara lain. Di sini, pengguna BB jenis BIS yang tumbuh pesat, menguasai sekitar 80-90% pengguna BB Tanah Air. Ini memang anomali, karena pasar BB di Asia pun masih didominasi jenis BES. Sementara model bisnis yang diterapkan RIM di sini sama dengan di negara lain, yakni bekerjasama dengan sejumlah operator di Tanah Air. Saat ini tercatat ada 4 operator yang menjadi partner RIM: Indosat, XL, Telkomsel, dan Axis (id.BlackBerry.com). Permintaan pasar yang cukup besar, ditambah kekhususan BB ini memang menimbulkan sejumlah dampak bagi pasar BB di Tanah Air. Pertama, maraknya penjualan BB yang bukan berasal dari operator partner (dan distributornya) RIM. Saat ini tercatat ada 3 jenis BB yang beredar di sini, yakni: BB yang diimpor operator yang menjadi mitra RIM, BB dari importir paralel, bukan ditunjuk RIM tapi mendapat ijin dari Ditjen Postel dan yang lain adalah BB “tentengan”. Universitas Sumatera Utara Masalah yang terjadi adalah seberapa besarkah ekuitas merek yang dimiliki oleh sebuah BlackBerry, sehingga membuat produk ini begitu diminati oleh beberapa kalangan masyarakat terutama kalangan muda. BlackBerry yang dalam perkembangannya di dunia bisnis alat telekomunikasi di Indonesia masih tergolong baru, sudah mampu menyita perhatian beberapa “penggila” handphone jenis baru. Tersedianya fitur-fitur internet yang dapat terkoneksi ke berbagai situs secara cepat menjadi salah satu concern dari BlackBerry yang membuatnya mampu bersaing dengan produk handphone lainnya. Padahal banyak produkproduk lainnya yang juga menawarkan fitur-fitur sejenis, namun sepertinya ada kekuatan merek atau nilai lebih yang dimiliki oleh BlackBerry yang membuat calon konsumen memilih untuk menggunakannya. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dipilih menjadi responden penelitian, karena menurut peneliti mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan khalayak yang memiliki daya analisis yang lebih responsif dalam menentukan sikap dengan apa yang ada di sekitarnya, yang dalam hal ini pada segi penentuan suatu produk handphone, khususnya pengguna BlackBerry. Hal ini juga tidak terlepas dari konsentrasi studi mahasiswa yang terdiri dari berbagai departemen, yang erat dengan permasalahan sosial budaya, politik dan lebih spesifiknya dari segi ekonomi. Tentu pemahaman akan suatu produk yang memiliki inovasi-inovasi terbaru, dapat digunakan sebagai suatu wacana yang menarik untuk didiskusikan. Bahkan sampai pada tahap keputusan untuk menggunakan produk itu sendiri tidak dapat dihindari. Mahasiswa FISIP USU, yang notabenenya sering bersentuhan Universitas Sumatera Utara dengan permasalahan publik yang sedang hangat dibicarakan, melihat trend dari BlackBerry ini merupakan suatu inovasi yang penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan memilih sampel yang tidak dapat langsung dipandang sebelah mata, justru jika digali lebih dalam, ini akan menjadi topik yang juga dapat menambah wawasan akan dunia teknologi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana ekuitas merek BlackBerry berpengaruh terhadap brand loyalty pada kalangan mahasiswa FISIP USU. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Ekuitas Merek BlackBerry berpengaruh terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU?” I.3. Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang diteliti sehingga lebih fokus dan spesifik. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Universitas Sumatera Utara b. Objek penelitian merupakan mahasiswa FISIP USU Pogram S1 angkatan 2007-2008. c. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU Pogram S1 angkatan 2007-2008 pengguna BlackBerry. d. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011. I.4. Tujuan dan Manfaat Penelelitian I.4.1.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dari pihak lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini terdiri dari: a. Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek produk BlackBerry di kalangan mahasiswa FISIP USU. b. Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek produk BlackBerry berpengaruh pada Brand Loyalty di kalangan mahasiswa FISIP USU. I.4.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan beberapa manfaat, baik dari segi akademis, teoritis, dan praktis, diantaranya yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan khususnya penelitian analisis wacana di Lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara Teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitian terutama tentang komunikasi massa. 3. Secara Praktis, penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak produsen tentang posisi ekuitas merek BlackBerry di masyarakat khususnya pada kalangan mahasiswa FISIP USU. I.5. Kerangka Teori Rakhmat (1993:6), Kerlinger menyatakan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Nawawi (1993:40), menjelaskan setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokokpokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas. Universitas Sumatera Utara Adapun teori yang relevan dengan penelitian ini adalah: I.5.1 Komunikasi Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan seharihari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan komunikasi tersebut. Komunikasi bukan hanya hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling rumit (Purba, dkk, 2006:29). Ungkapan diatas tidak dapat dipungkiri karena komunikasi merupakan hal yang dilakukan sejak manusia lahir ke bumi. Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dan tidak terbatas pada kamunikasi verbal saja (Cangara, 2006:20). Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad, 2007: 4-5). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Bermacam-macam definisi komunikasi yang dikemukakan orang untuk memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud dengan komunikasi, sesuai dari Universitas Sumatera Utara sudut mana mereka memandangnya. Tentu saja masing-masing definisi tersebut ada benarnya dan tidak salah karena disesuaikan dengan bidang dan tujuan mereka masing-masing. Rubben memberikan definisi komunikasi manusia yang lebih komprehensif, yaitu suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Lasswel menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel to Whom With What effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-usur proses komunikasi yang meliputi: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy , 2003:254). Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut: 1. Pengamatan lingkungan. 2. Korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menghadapi lingkungan. 3. Transmisi warisan sosial dari generasi sosial satu ke generasi social lainnya (Effendy 2003:254). Tujuan utama mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi terhadap seseorang, yaitu kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Universitas Sumatera Utara Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap. Pendapat dan tingkah laku komunikator melalui mekanisme daya tarik pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator dengannya sehingga dengan demikian komunikan bersedia taat kepada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. I.5.2. Komunikasi Pemasaran Secara konseptual, komunikasi pemasaran pada dasarnya merupakan bagian integral dari pemasaran. Menurut Nikcels (1984:7), mengatakan bahwa komunikasi pemasaran adalah pertukaran informasi dan dua arah dan persuasi yang menunjang proses pemasaran agar berfungsi lebih efektif dan efisien. Sementara bila diformulasikan secara sederhana, komunikasi pemasaran merupakan proses pengolahan, produksi, dan penyampaian pesan-pesan melalui satu atau lebih saluran kepada kelompok khalayak sasaran, yang dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat dua arah dengan tujuan menunjang efektivitas pemasaran suatu produk (Sendjaja, 1995:3). Dari literatur konsepsi komunikasi pemasaran ini pada dasarnya berkaitan dengan konsepsi komunikasi tentang unsur-unsur klasik pemasaran yang lazim disebut dengan formula “4-P” yakni Product (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi). Komunikasi tentang 4-P ini kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa konsep sentral yang meliputi segmentasi pasar, analisis perilaku konsumen, desain produk, pengemasan (packaging), penamaan Universitas Sumatera Utara merek (branding), pemosisian merek (positioning), serta pelayanan pelanggan (customer service). (Sendjaja, 1995:4) I.5.3. Merek Secara sederhana, merek (brand, brynan) diartikan sebagai “a mark of simple easly recognized pattern by burning with a hot iron to attest manufacturing or quality or to designate ownership”. Sebagai identifikasi, suatu merek terdiri dari unsur nama (brand name), yakni bagian yang dapat diucapkan (seperti Marlboro, A. Mild, Gudang Garam ) dan unsur (brand mark), yakni bagian merek yang tidak dapat diucapkan bisa berupa suatu simbol, desain atau suatu pengepakan yang unik (Wilffidus, 1999:9). Sebuah merek pada dasarnya mencerminkan janji penjual (produsen) untuk secara konsisten menyediakan sekumpulan manfaat dan layanan kepada pembeli. Merek juga mengandung jaminan akan kualitas seperti yang diungkapkan oleh William G. Nikels yaitu nama merek adalah simbol dari kualitas bagi para konsumen untuk meyakinkan mereka bahwa produk dan jasa yang mereka beli hari ini adalah sama kualitasnya dengan yang mereka beli minggu lalu atau tahun lalu. Sebagai contoh, deterjen dengan merek So-Klin tentu mengisyaratkan janji dari produsennya bahwa pengguna merek tersebut akan mendapatkan pakaiannya menjadi “begitu bersih” setelah dicuci dengan So-Klin. Untuk kasus merek handphone, beberapa riset pasar mendapatkan kesimpulan bahwa para konsumen Universitas Sumatera Utara atau pengguna handphone mengasosiasikan handphone dengan prestige dan gaya hidup disamping kegunaan utamanya sebagai salah satu alat komunikasi. Dewasa ini, ketika tingkat persaingan pasar sudah semakin ketat, merek bagi produk menjadi sangat penting. Merek menjadi pembeda. Orang tidak membeli handphone, mereka membeli BlackBerry, NOKIA, Samsung atau yang lain. BlackBerry berbeda dengan NOKIA, karena konsumen dapat langung melihat perbedaan dari pengemasannya yaitu tipe handphone, fitur, dan model dari handphone itu sendiri. Philip Kotler dan Garry Amstrong (1996:17) memberikan pesan bahwa perusahaan yang ingin memilih merek untuk produknya harus mempertimbangkan lima aspek, yaitu: 1. Merek harus mengisyaratkan manfaat dan kualitas produk. Kopi Torabika berusaha mengkonsumsikan pesan yang berasosiasi dengan Toraja (salah satu daerah yang dikenal sebagai penghasil kopi). Arabika (salah satu jenis kpi yang digemari orang). Pasta gigi Close Up mengirimkan pesan bahwa para penggunanya tidak perlu takut untuk berbicara dalam jarak dekat. 2. Merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat. Merek yang singkat tentu lebih mudah diingat dan diucapkan. Stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia lebih suka menyingkat nama mereka yang panjang dan bagus agar lebih mudah diingat dan diucapkan, maka kita kenal RCTI, SCTV, Antv, MNCtv, dan Indosiar. Bukan Universitas Sumatera Utara berarti merek yang agak panjang tidak boleh digunakan, syaratnya nama tersebut tetap mudah diingat dan diucapkan. 3. Merek harus bersifat khas. Ford adalah salah satu merek mobil terkenal di Amerika, mengambil nama dari pendirinya Henry Ford. Nama yang khas akan lebih mungkin menjadi faktor pembeda dibandigkan nama yang bersifat umum dan karenanya akan lebih berpeluang menonjolkan produk yang menyandang nama tersebut. 4. Merek harus mudah diterjemahkan, diucapkan dalam berbagai bahasa berbeda dan tidak mengandung arti yang negatif. Pasta gigi Darkie akhirnya berganti nama/merek menjadi Darlie, karena kara “Darkie” dirasakan mengandung arti yang melecahkan orang kulit hitam. 5. Merek harus dapat didaftarkan dan mendapatkan perlindungan hukum. Merek yang diambil dari kata yang bersifat deskriptif dan generik mungkin tidak dapat memperoleh perlindungan hukun yang memadai. Beberapa tahun lalu, Aqua pernah menggugat produk air minum dalam kemasan (AMDK) lain yang mereknya mengandung kata aqua. Produk yang mereknya mengandung kata Aqua membela diri dengan mengatakan bahwa merek Aqua tidak mendapatkan perlindungan hukum karena kata Aqua bersifat generik. Universitas Sumatera Utara I.5.4. Ekuitas Merek Kekuatan merek (brand equity) atau ekuitas merek sesungguhnya dapat menjadi sumber-sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan bagi perusahaan. Lebih dari itu merek sebenarnya membentuk personifikasi dari produk atau perusahaan yang menghasilkannya, hal ini sejalan dengan pepatah lama Nomen Est Omen (Latin: nama adalah tanda, pengenal atau identitas). Merek produk membentuk atau memiliki identitas, citra dan integritas dari produk atau perusahaan melalui proses persepsi dalam pikiran. Hal ini sejalan dengan pendapat Stephen pask (1998:30) bahwa suatu merek berkaitan dengan pelanggan potensial meyakini suatu produk atau jasa. Pemilik merek tentunya berharap agar merek produknya dapat mencapai tingkat tertinggi ini. Kekuatan merek jika dilihat secara mendalam dapat diuraikan lima kelompok Brand Equity (Aaker, 1991:15) yaitu: 1. Brand Loyalty 2. Brand Awarnes 3. Perceived Quality 4. Brand Assosiasion 5. Other Propierty Brand Assets Universitas Sumatera Utara Suatu merek yang kuat secara nyata dapat mendukung peningkatan nilai perusahaan dalam enam hal: a. Merek yang kuat sangat potensial untuk mendukung keberhasilan dalam menarik pelanggan-pelanggan lama, daripada suatu merek yang diragukan konsumen. b. Merek yang kuat dapat meningkatkan loyalitas konsumen, yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan seperti dalam hal inovasi. c. Merek yang kuat pada umumnya memungkinkan pembatasan yang lebih besar, baik melalui penetapan harga premi, maupun melalui penekanan biaya-biaya promosi untuk mendapatkan posisi di pasar. d. Brand Equity merupakan dasar bagi pertumbuhan perusahaan melalui perluasan merek. e. Merek yang kuat dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam mendapatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rantai nilai perusahaan, khususnya dengan anggota-anggota sistem saluran distribusi. f. Merek yang kuat mengembangkan, dapat dan menjadi jalur mempertahankan untuk keunggulan membentuk, kompetitif berkelanjutan perusahaan. I.5.5. Brand Loyalty Loyalitas pelanggan merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas sesuai dengan yang diharapkan, dapat dipastikan Universitas Sumatera Utara perusahaan akan meraih keuntungan. Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu (Dharmmesta, 1999). Loyalitas pelanggan sangat penting untuk dikenali pemasar dalam rangka menentukan strategi yang diperlukan untuk meraih, memperluas dan mempertahankan pasar. Salah satu strategi tersebut adalah strategi penentuan harga, yaitu bagaimana menentukan harga yang sesuai dengan keadaan dari produk yang ditawarkan. Menurut Kotler (1997) strategi penetapan harga biasanya berubah kalau produk melewati berbagai tahap daur hidupnya. Tahap pengenalan memberikan tantangan yang paling besar. Perusahaan harus memutuskan dimana memposisikan produknya terhadap produk saingannya dalam mutu dan harga, apakah pada strategi harga premium, strategi nilai baik, strategi harga tinggi ataukah strategi ekonomi. Pertanyaan mendasar tentang loyalitas merek adalah, apakah merek cukup kuat untuk membuat pelanggan kembali lagi untuk membeli? (Hislop, 2001). Namun demikian banyak diantara peneliti (Dick dan Basu, 1994; Jacoby dan Olson, 1970; Dharmmesta, 1999) berpendapat bahwa jika pengertian loyalitas pelanggan menekankan pada runtutan pembelian, proporsi pembelian atau dapat juga probabilitas pembelian, hal ini lebih bersifat operasional, bukan teoritis. Jacoby dan Kryner (1973) dalam Dharmmesta (1999) mendefinisikan enam kondisi yang secara kolektif memadahi sebagai berikut: Loyalitas merek adalah (1) respon keperilakuan (yaitu pembelian), (2) yang bersifat bias (nonrandom), (3) terungkap secara terus-menerus, (4) oleh unit pengambilan keputusan, (5) dengan memperhatikan satu atau beberapa merek alternatif dari sejumlah merek sejenis, dan (6) merupakan fungsi proses psikologis (pengambilan keputusan, evaluatif). Universitas Sumatera Utara Sedangkan Mowen dan Minor (1998) dalam Dharmmesta (1999) menggunakan definisi loyalitas merek dalam arti kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang. Defenisi ini didasarkan pada pendekatan keperilakuan dan pendekatan sikap. Pendekatan keperilakuan mengungkapkan bahwa loyalitas berbeda dengan perilaku beli ulang, loyalitas merek menyertakan aspek emosi, perasaan atau kesukaan terhadap merek tertentu di dalamnya sedang pembelian ulang hanya perilaku konsumen yang membeli berulang-ulang. Kategori loyalitas merek diungkapkan oleh Jacoby dn Chesnut (1978) dalam Dharmmesta (1999) sebagai berikut: 1. Loyalitas merek utama yang sesungguhnya, loyalitas pada merek tertentu yang menjadi minatnya. 2. Loyalitas merek ganda yang sesungguhnya, termasuk merek utama. 3. Pembelian ulang merek utama dari non loyal. 4. Pembelian secara kebetulan merek utama oleh pembeli-pembeli loyal dan non loyal merek lain. Konsumen yang loyal merek dapat diidentifikasi berdasarkan pola pembeliannya, seperti runtutan pembelian atau proporsi pembelian. Loyalitas merek harus dikembangkan mencakup semua aspek psikologis secara total agar tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan tindakan (Dharmmesta, 1999). Harga bukan satu-satunya biaya yang dihadapi oleh pelanggan. Biaya lain yang termasuk dalam biaya pelanggan adalah waktu belanja, biaya mencoba dan biaya emosi. Namun demikian harga adalah biaya Universitas Sumatera Utara yang paling mudah dilihat, sehingga merupakan unsur penting bagi pelanggan dalam mengambil keputusan (Kenesei dan Todd, 2003). I.5.6. Teori S-O-R S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen seperti sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi yang mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non-verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ; Pesan (stimulus, S), Komunikan (organism, O), dan Efek (Response, R). Hovland, Carl I (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku maupun kognitif pada hakikatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari: a. Stimulus (ransangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti di sini. Tetapi stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. Universitas Sumatera Utara b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how”, bukan “what” atau “why”. Dalam perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Gambar 1 Model S-O-R Organism: Stimulus a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Response Universitas Sumatera Utara Bagan di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti setelah komunikan menerima dan mengolahnya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 1990:254). Bila dikaitkan dengan penelitian ini, bagaimana pengaruh . Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R yakni: Stimulus: Ekuitas merek BlackBerry terhadap brand loyalty pada kalangan mahasiswa FISIP USU Organism: Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara. Response: Efek yang ditimbulkan melalui ekuitas merek BlackBerry berupa pendapat, sikap dan perilaku mahasiswa yang terlihat dari tanggapan mereka terhadap brand loyalty pada kalangan mahasiswa FISIP USU. I.6. Kerangka Konsep Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus (Jalaluddinn, 2004:12). Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan Universitas Sumatera Utara kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa. (Nawawi, 1993:40) Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka harus diopersionalkan menjadi variabel. Beberapa hal harus dibatasi, diberi nilai, dan diukur, digeneralisasikan menjadi satu variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur lainnya (Nawawi, 1993 : 56). Variabel bebas penelitian ini adalah: Ekuitas Merek Indikatornya: a. BlackBerry memiliki jaringan yang bagus b. BlackBerry memiliki fitur BBM (BlackBerry Messenger) c. BlackBerry memiliki fasilitas push e-mail d. BlackBerry memiliki fasilitas koneksi Blackberry (BlackBerry Connect) e. BlackBerry memiliki desain yang menarik 2. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Nawawi, 1993:57). Variabel terikat penelitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara Brand Loyalty Indikatornya: a. Pembeli yang setia/komit (comitted buyer) b. Pembeli yang berpindah-pindah (switcher) c. Pembeli yang menyukai merek (likes the brand) d. Pembeli yang bersifat kebiasaan (habitual buyer) e. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer) 3. Variabel Antaseden (Z) Nilai-nilai yang dimiliki seseorang (responden) yang dapat membedakannya dengan orang lain yakni: a. Jenis kelamin b. Angkatan c. Departemen I.7. Model Teoritis Model Teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait satu dengan lainnya. variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut: Gambar 2 Model Teoritis Ekuitas merek produk BlackBerry Brand Loyalty pada kalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara I.8. Variabel Operasional Operasional adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diamati dan diukur. (Rakhmat, 1993:1) Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka operasional variabel terkait yaitu sebagai berikut: Tabel 1 Variabel Operasional Variabel Teoritis Variabel Bebas (X) Variabel Operasional • Ekuitas Merek BlackBerry memiliki jaringan yang bagus • BlackBerry memiliki fitur BBM (BlackBerry Messenger) • BlackBerry memiliki fasilitas push e-mail • BlackBerry memiliki fasilitas koneksi Blackberry (BlackBerry Connect) • BlackBerry memiliki desain yang menarik Variabel Terikat (Y) • Brand Loyalty Pembeli yang setia/komit (comitted buyer) • Pembeli yang berpindahpindah (switcher) Universitas Sumatera Utara • Pembeli yang menyukai merek (likes the brand) • Pembeli yang bersifat kebiasaan (habitual buyer) • Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer) Variabel Anteseden (Z) • Jenis kelamin Karakter Responden • Angkatan • Departemen I.9. Defenisi Operasional Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (X) Ekuitas merek Indikatornya: • BlackBerry memiliki jaringan yang bagus (id.BlackBerry.com), yaitu terdiri: Universitas Sumatera Utara a. Jaringan CDMA2000 1X, memungkinkan kita untuk memelihara koneksi jaringan nirkabel untuk layanan data. Jaringan ini menyokong layanan untuk data berkecepatantinggi, dirancang untuk komunikasi data di area luas serta menawarkan layanan suara berkualitas tinggi, didukung oleh Ev-DO (Evolution Data Optimized) atau Evolusi Optimalisasi Data. b. Jaringan GSM/GPRS/EDGE/UMTS, memungkinkan kita untuk memelihara koneksi virtual dengan jaringan nirkabel untuk layanan data. GPRS (General Packet Radio Service), EDGE (Enhanced Data rates for Global Evolution) dan UMTS (Universal Mobile Telecommunications System) adalah sebuah jaringan paket yang bisa dipakai bergantian, dirancang untuk komunikasi data pada area luas, sementara GSM (Global System for Mobile Communications) memberikan layanan suara berkualitas tinggi. UMTS atau biasa dikenal sebagai 3GSM, memberikan sinkronisasi suara dan fungsionalitas data, memberikan dukungan bagi perpindahan data dengan kecepatan tinggi. c. Jaringan Mike, mengggunakan teknologi Digital Enhanced Network (iDEN) yang telah terintegrasi. Teknologi yang serba digital ini dirancang untuk menyediakan suara berkualitas tinggi serta transmisi yang berskala nasional. Universitas Sumatera Utara d. Jaringan Mobitex dan Nextel, yaitu jaringan yang dirancang untuk komunikasi data nirkabel pada area yang luas. Ia menyediakan cakupan yang luas dan penetrasi ke dalam gedung, pencarian data dengan mulus, pengiriman dan peneriman pesan dengan sangat cepat, serta layanan pesan tingkat lanjut yang dapat diandalkan (id.BlackBerry.com). • BlackBerry memiliki fitur BBM (BlackBerry Messenger), yaitu sebuah fasilitas yang memungkinkan seseorang dapat mengirimkan SMS kepada pengguna BlackBerry lainnya, tanpa dikenakan pulsa. Cukup dengan menambahkan pengguna BlackBerry lainnya melalui PIN. • BlackBerry memiliki fasilitas push e-mail, Pengguna tidak perlu mengakses Internet terlebih dulu dan membuka satu persatu surat-e yang masuk, atau pemeriksaan surat-e baru. Hal ini dimungkinkan karena pengguna akan terhubung secara terus-menerus dengan dunia maya melalui jaringan telepon seluler yang tersedia. Alat penyimpanan juga memungkinkan para pengguna untuk mengakses data yang sampai ketika berada di luar layanan jangkauan nirkabel. Begitu pengguna terhubung lagi, BlackBerry Enterprise Server akan menyampaikan data terbaru yang masuk. Kelebihan lainnya adalah kemampuan BlackBerry yang dapat menampung e-mail hingga puluhan ribu tanpa ada resiko hang, asalkan masih ada memori tersisa. Universitas Sumatera Utara • BlackBerry memiliki fasilitas koneksi Blackberry (BlackBerry Connect), dengan BlackBerry Connect, pengguna tidak lagi harus menggunakan perangkat genggam BlackBerry untuk memanfaatkan BlackBerry Internet Solution. Pengguna hanya perlu menginstalasi BlackBerry Connect pada smartphone merek apapun yang dimiliki, kita bisa memanfaatkan BlackBerry Internet Solution. • BlackBerry memiliki desain yang menarik yang menjadi ciri khas dari BlackBerry itu sendiri. Sehingga ketika orang menggunakan BlackBerry, orang lain yang melihatnya akan langsung menyimpulkan bahwa itu adalah BlackBerry. Karena di salah satu sudut (belakang) BlackBerry tersebut, dibuat logo yang menandakan itu adalah BlackBerry. 2. Variabel Terikat (Y) Indikatornya: • Pembeli yang setia/komit (comitted buyer) Pada tahap ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek yang dalam hal ini adalah BlackBerry dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Universitas Sumatera Utara • Pembeli yang berpindah-pindah (switcher) Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Di sini ekuitas merek dari BlackBerry itu sendiri mulai dibuktikan, apakah pembeli tetap loyal pada suatu merek. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. • Pembeli yang menyukai merek (likes the brand) Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh kesan kualitas yang tinggi. Hal inilah yang senantiasa diusahakan oleh RIM melalui produk unggulannya BlackBerry agar pelanggan tetap menyukai merek BlackBerry dari berbagai kualitas yang ditawarkan. • Pembeli yang bersifat kebiasaan (habitual buyer) Universitas Sumatera Utara Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya, maupun berbagai bentuk pengorbanan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini. • Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer) Pada tingkat ini pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung biaya peralihan (switching cost) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal). Universitas Sumatera Utara 3. Variabel Z (Karakteristik Responden) • Jenis kelamin : Pria dan Wanita • Angkatan : Angkatan tahun masuk universitas, yaitu 2008 dan 2009 yang masih aktif kuliah • Departemen : Departemen tempat responden menuntut ilmu. Universitas Sumatera Utara